• Home
  • About
  • Jasmine
  • Wildan
  • Hiroku
  • Kesehatan
  • Tumbuh Kembang
  • Parenting
  • Jalan Jajan
Sampai saat aku menulis postingan ini, rasanya belum percaya ternyata hampir tiga tahun ada benda asing di dalam tubuh ini.  Benda asing yang kumaksud bukan benda yang aneh lho, ya. Bukan pula benda menakutkan. Hanya sebuah alat kontrasepsi yang bernama IUD.



Alhamdulillaah...benda tersebut masih aman dan masih dalam posisi seperti sediakala. 😍 Kamu, khususnya Buk-ibuk, pasti sering dengar tentang kabar yang kurang sedap tentang alat konrasepsi yang satu ini. Ya, kan? Mulai dari alatnya bisa hilang, bikin sakit, dan yang paling mencengangkan yaitu bisa jalan-jalan. Dulu posisinya dimana, dua tahun kemudian udah dimana. Duuhh...yaa, macam punya kaki. 😂

Parno? Jujur, aku bukan tipikal perempuan penakut kalau maslah ginian. Tapi bukan berarti aku tidak hati-hati. Makanya, sebelum ada tindakan "obras baju", aku dan suami langsung ambil keputusan untuk langsung pasang KB IUD. Aku pribadi sangat yakin akan keputusan ini, kalau sudah berbicara pada keyakinan, insya allah aman dan selamat. Aamiin. 🙈

Eeeh..mini bagaimana caranya bisa tahu posisi IUD masih aman?

Tahun kedua pasca melahirkan, aku melakukan USG IUD di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Ummu Hani, Purbalingga. Ya, untuk sekadar melihat posisi IUD yang telah terpasang, bisa cukup dengan melakukan USG. Tidak perlu diobok-obok mesra atau "diteropong" dengan jarak 5 cm. 🤣  Makanya aku pro banget dengan KB yang satu ini karena tidak ribet. Yaa...meski banyak obrolan dengan teman atau tetangga yang punya pengalaman buruk tentang KB ini, aku tetap yakin bahwa ini adalah yang terbaik buat kami.

FYI, aku orang Banjarnegara, tapi lebih nyaman dan yakin ditangani oleh dokter-dokter di Purbalingga. Tapi bukan berarti tidak nyaman dengan dokter di Banjarnegara, ini cuma tentang sugesti saja, kok. Termasuk periksa kehamilan. 😂

Awalnya, aku akan melakukan USG di Panti Nugroho, namun sesampainya di sana, mulai pemeriksaan jam 16.00 WIB. Karena sedang tidak ingin terlalu lama menunggu, aku memutuskan untuk pindah tempat dan memilih RSIA Ummu Hani.


Ruang-ruang di RSIA Ummu Hani...
Sekadar berbagi, berikut pengalaman USG IUD di RSIA Ummu Hani, Purbalingga.

Pendaftaran
Seperti biasa, tiap kali melakukan kontrol di Purbalingga, aku selalu didampingi Tante. Meski dia belum banyak pengetahuan tentang eng ing eng, tapi cukup handal menjadi guide. 

Ini adalah kali pertama aku ke RSIA Ummu Hani. Wajar kalau masih bingung cara ambil antrean atau melakukan pendaftaran. Saat itu, di sini belum tersedia papan informasi atau prosedur pelayanan sampai akhirnya aku menemukan letak meja pendaftaran. Karena baru pertama kali berkunjung, aku harus membuat kartu pasien. 

Pelayanan pembuatan kartu pasien ini sungguh kurang memuaskan. Petugas yang melayani pendaftaran tidak begitu komunikatif. Mereka hanya menanyakan nama, tanggal lahir, dan alamat. Untuk kebutuhan data-data tersebut, aku tidak dimintai tanda pengenal. Cukup menyebut saja. Dan hasilnya,kartu pasien yang menurutku cukup elegan -karena wujudnya seperti ATM- salah nama. Ada baiknya sebelum dibuatkan kartu pasien, bagian pelayanan meminta kartu identitas diri calon pasien. Entah SIM, KTP, apapun itu yang jelas berisi data diri lengkap supaya tidak salah informasi data diri.
Antrean
Eh btw, rumah sakit ini termasuk salah satu rumah sakit yang ramai pasien di Purbalingga. Bisa dibilang favorit. Aku ke RSIA Ummu Hani dua tahun yang lalu dimana belum tersedia fasilitas layar monitor sebagai informasi antrean pasien. Pasien tidak bisa memperkirakan berapa lama lagi dia menunggu. 

Bagiku monitor antrean ini penting banget karena waktu sepuluh menit  itu begitu berarti.  Bisa buat jajan-jajan dulu, kan. Semoga tahun ini sudah ada perubahan untuk sistem antrean dan penambahan layar monitor sebagai medua informasi antrean.


Pemeriksaan
Sama seperti rumah sakit pada umumnya, dokter didampingi seorang perawat dalam praktiknya. Aku masuk ruang tindakan, komunikasi sebentar, kemudian dipersilakan untuk berbaring. Proses USG IUD sama persis dengan USG janin. Dokter memeriksa dengan alat USG kemudian ditempelkan di perut dengan gerakan memutar sampai posisi IUD terlihat.

Dokternya? Emm...komunikatif, berprestasi, dan ramah. Kok tahu kalau berprestasi? Eheemm...itu Dokternya cerita tentang ini itu bla bla, sih. Hahahaha. Oiya, dokter yang memeriksaku saat itu cowok, lho. Kalau tidak salah ingat, namanya Dokter Agus. Selain praktik di RSIA Ummu Hanie, beliau juga kerja di RSUD Purbalingga. Sepertinya, sih, dokter senior.


Hasil USG IUD...
Aku merasa bahagia karena setelah diperiksa, beliau memberi informasi yang begitu detail dan sesuaindengan kebutuhanku. Pak Agus menyampaikan perihal posisi IUD, kemanan IUD, dan juga memberi penjelasan tentang alat kontrasepsi baik IUD maupun jenis KB lainnya. 😄

Sayang banget aku tidak sempat eksplorasi RSIA Ummu Hani, nih. Jadi tidak begitu paham luasnya dan ruangannya. Namun, pertama kali sampai kompleks RS ini, aku agak kurang nyaman degan tempat parkir yang berada tidak jauh dari RS. Terasa sumpek. ☻

USG IUD ini sangat cepat, tidak sampai lima menit, selesai. Lebih lama ngobrol-ngobrol sama dokternya, hampir 10 menit kami ngobrolin tentang alat kontrasepsi. Membeber satu per satu alat kontrasepsi dari kelebihan, kekurangan, dan pemakaian terbanyak di Indonesia. Perihal tarif USG IUD, aku lupa banget. Hahaha. Sepertinya kisaran 70.000-100.000.

Naaah, buat kamu yang ingin tahu tentang RSIA Ummu Hanie, silakan cek di websitenya www.ummuhani.com. Selain pelayanan untuk Ibu dan Anak, masih banyak pelayanan lain seperti penyakit dalam.


RSIA Ummu Hani, Purbalingga.

Jl. D.I. Panjaitan Nom 40 A,  Purbalingga Lor.
(0281) 891373
Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar
Hari belanja online nasional atau harbolnas kerap aku manfaatkan untuk membeli keperluan traveling. Iya, keperluan rumah tangga saat ini belum menjadi prioritas, nih. Yaa...hidup masih satu atap dengan orangtua, lagipula perlengkapan rumah tangga rasa-rasanya sudah cukip. Keperluan lain yang bisa dibeli di toko online nyaris tidak ada. Belum merasa penting untuk terus belanja di sana.😂




Kenapa keperluan traveling? Soalnya di harbolnas, tuh, sering ngasih harga gila-gilaan. Sepatu, perlengkapan dokumentasi, tas, dan masih banyak lainnya, namun yang paling sering aku beli yaitu Tas Traveling. Dulu, memilih tas traveling tidak sedetail sekarang. Terpenting bisa untuk stok baju, celana, peralatan dokumentasi, perlengkapan mandi bisa masuk, dan sandal jepit. Minimal itu semua bisa masuk. Standard lah, ya.

Itu dulu, beda dengan sekarang karena sudah punya anak dan suami. 😝 Tiap berangkat traveling bareng mereka, pasti yang dibawa menjadi lebih banyak. Membawa banyak perlengkapan, tapi pingin tetap terlihat simpel dan tidak repot. Gimana caranya? Ya musti pinter packing dan memilih tas traveling yang pas sesuai kebutuhan.

Mempersiapkan kebutuhan traveling, kemudian memilih tas buat traveling perlu dilakukan sejak beberapa minggu sebelum berangkat supaya tidak gugup dan lebih mantap. Terlebih jika liburan dengan menumpang pesawat terbang. Tas adalah salah satu penentu harga bagasi yang harus dibayar dan bagasi pesawat memiliki angka maksimal bukan?

Selain menghitung berat, pesawat juga menghitung volume tas yang dibawa. Apakah sebuah tas bisa masuk kabin atau harus masuk bagasi, semua tergantung model dan ukuran. Ini yang juga menjadi pertimbangan memilih tas untuk traveling.

Nah, berikut pilihan tas yang biasa dipakai traveling.

Koper

Apa pertimbangan kamu memilih menggunakan koper ketiha pergi traveling? Pasti karena akan traveling lebih dari dua hari dan banyak perlengkapan yang dibawa. Iya, kan? Sejauh ini aku belum pernah traveling membawa koper. Perjalanan paling jauh baru-baru ini yaitu ke Lampung, aku cukup membawa daypack padahal teman-teman lain pada bawa koper.


Mungkin kalau beneran bisa traveling bertiga, koper akan menjadi pilihan utama mengingat banyak yang dibawa. Ada suami ini, tidak bingung untuk geret-geret koper. 😂

Carrier

Naaah, kalau yang ini sering aku pakai ketika naik gunung. Bagi yang suka petualangan,  tas carrier adalah yang paling banyak jadi pilihan. Dengan ukurannya yang besar, tas yang identik dibawa naik gunung atau menjelajahi alam ini bisa muat barang hingga puluhan kilogram beratnya. Cocok banget saat bertyalang bareng keluarga, bisa jadi cukup membawa satu carrier yang berisi kebutuhan kami.


Sama seperti koper, tas carrier pun terdiri dari berbagai macam ukuran. Ada yang bisa masuk ke dalam kabin, ada pula yang harus diletakkan di bagasi. Berbeda dengan tas lainnya, carrier biasanya dibedakan ukurannya berdasarkan hitungan Liter. Semakin besar liternya, maka kapasitasnya pun makin banyak, dan demikian sebaliknya.

Daypack

Tas ini juga dikenal dengan nama tas punggung atau ransel. Meski bentuknya mirip dengan carrier, namun daypack memiliki ukuran dan model yang berbeda. Dengan volume yang terbatas, daypack cocok dibawa traveling dengan jarak dekat dan minim bawaan.



Dengan ukurannya yang kecil, tas ini tidak perlu masuk ke bagasi pesawat. Kalau kamu memilih membeli daypack, kamu tinggal cari tiket pesawat murah tanpa khawatir harus menambah bagasi karena tas ini bisa masuk ke dalam kabin. Tas inilah yang paling sering aku pilih untuk traveling. Meski ukuran kecil, tapi cukup untuk stok bajuku sama Yasmin untuk maksimal pergi tiga hari.

Sling Bag

Selain tas berukuran besar, tas dengan ukuran yang lebih kecil seperti sling bag juga diperlukan saat traveling. Tas berbentuk selempang ini biasanya aku manfaatkan untuk membawa barang penting seperti ponsel, dompet, atau mainan Yasmin. Dan semenjak ada Yasmin, kalau pergi-pergi bareng dia, aku lebih memilih bawa sling bag milik Yasmin. 😂


Baca juga : Persiapan Traveling ke Yogyakarta.

Bagiku, sling bag harus ada ketika traveling karena tidak mungkin menggendong daypack, carrier, atau terus-terusan menggeret koper ke destinasi wisata. Iyalaah...gempooor, cyiin!

Omong-omong, kamu lebih nyaman menggunakan tas jenis apa saat traveling?
Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar
"Idiih...ribet banget kalau naik Bus. Waktunya banyak terbuang di perjalanan karena pasti banyak berhenti." Ucap salah satu kawan saat aku ajak naik Bus untuk menuju Purwokerto.



Ehem...aku tidak pernah merasa ribet saat naik transportasi umum Bus. Bahkan, aku lebih memilih transportasi ini untuk pergi ke luar kota, ketimbang sepeda motor. Iyaaa...bagiku, pilihan transpotasi menuju kota tetangga baru dua, yaitu transportasi umum berupa Bus dan transportasi pribadi berupa sepeda motor. Maaf ya, mobil pribadi tidak aku masukan daftar karena belum punya. 🙊 

Bus yang aku maksud di sini adalah Bus dengan ukuran tiga per empat, ya. Bukan Bus antar pulau yang gede banget, melainkan Bus antar kota. Aku sangat menikmati dan merasa nyaman menggunakan transportasi Bus.  Tinggal naik dari pinggir jalan, duduk manis, bisa beraktivitas di dalam, bisa bobok, dll dll. Saking nyamannya, aku kerap me time atau bahkan quality time bersama Kecemut dengan hanya naik Bus. 😂

Idih...quality time kok dengan naik Bus, sih!  🙊Jadi ceritanya begini...

Tiap main ke luar kota atau mudik, aku selalu mengajak Kecemut untuk naik transportasi umum dan yang sering aku pilih yaitu Bus. Saking seringnya kemana-nana naik Bus, Kecemut juga kerap kangen naik Bus kalau dirasa sudah lama tidak naik Bus. Seperti beberapa waktu lalu, dia mengajakku naik Bus.

"Memangnya mau kemana, kok, naik Bus?" Tanyaku sebelum meng-iya-kan permintaannya.

"Kangen naik Bus, Bu. Mau naik Bus." Jawabnya singkat.

Ini bukan kali pertama Kecemut mengajak naik bus karena kangen. Aku pun belum paham betul, kira-kira apa yang dikangenin sama dia. Susasana di dalam Bus? Fasilitas Bus? Duuh...ya, bicara tentang fasilitas, Bus antar kota di sini tidak ada yang spesial. Pun dengan pelayanannya, masih jauh dari standard pelayanan prima. Jadi, kira-kira apa yang dikangenin dari naik Bus? 😂

Beginiiii...

Naik Bus itu bagi kami bisa dijadikan quality time karena kami bisa ngobrol sampai ngantuk di dalam Bus. Melihat banyak orang keluar masuk Bus, memperhatikan aktivitas orang di dalam bus, melihat apa saja saat perjalanan sampai kadang menyisakan banyak pertanyaan tak terduga.

"Ibu, kenapa orang itu tidak naik Bus? Kasihan jalan kaki." Pertanyaan ini terlontar dari mulut mungilnya ketika dia melihat seorang Bapak mendorong gerobak yang berisi jajanan. Bukan tanpa sebab dia bertanya karena di samping kami saat itu ada seorang Bapak membawa tentengan yang berisi jajanan khas Bus, ada Bakpao, arem-arem, gorengan, dll.

Aku jawab saja, "kalau Bapak yang di luar sana berjualan pakai gerobak, jadi susah kalau masuk Bus." Aku kira jawaban ini cukup, tapi ternyata percakapan masih berlanjut.

"Kasihan ya, Bu. Capek jalan terus. Itu Bapaknya tidak capek, jualan di Bus." Eng...ing...sungguh obrolan menjadi panjang dan aku tidak tahu, apakah Kecemut memahami penjelasan-penjelasan dari aku yang levelnya agak menengah, belum bisa dipahami sepenuhnya olehnya, dan akhirnya kami memilih untuk menikmati hobi yaitu tidur.😂

Ya, naik bus begitu menyenangkan. Selain tidak kena air hujan, bisa bobok dengan nyenyak, dan saking nyenyaknya kami kerap melebihi trayek. Pingin turun dimana, tahu-tahu sudah sampai mana. Hahaha. Sungguh, menyalurkan hobi bobok di dalam Bus adalah tantangan. 🤣

Btw nih ya, aku lagi mengidamkan Bus antar kota di sini yang nyaman. Mirip busway gitu. Di Purbalingga sudah ada, sih. Cuma trayeknya terbatas, hanya dari Purbalingga sampai Purwokerto. Aku tuh pingin ada juga yang dari Wonosobo ke Banjarnegara atau sebaliknya. Sistemnya mau tiketing juga boleh lah. Ya kan sekarang tidak hanya tiket kereta api, tiket bus kini bisa dipesan dengan mudah melalui jasa marketplace. Banyak marketplace yang jual tiket bus. Muluk-muluk banget keingunannya, ya. Tapi kalau menjadi lebih baik, ya tidak ada salahnya. 😘
Share
Tweet
Pin
Share
30 komentar
Suatu sore, tubuh ini rasanya susah beranjak dari tempat tidur. Lemas karena beberapa hari lembur pekerjaan kantor untuk persiapan akreditasi. Kurang tidur, kurang istirahat, dan kurang makan. Ini tumben banget sampai makan pun malas, padahal aku kan hobi makan. Hahaha. Sama-sama masih di atas kasur, Kecemut meletakan tangan kanannya di atas pipiku. Lalu dia bilang, "Ibu jangan nangis". 


Mataku memang sembab dan berair, tapi bukan karena menangis. Ini karena efek baru bangun tidur, lalu menguap. Karena Kecemut nampak sedih, akhirnya air mata ini jatuh, menangis. Tetsan mata kali ini bukan karena sedih, tapi karena bahagia melihat perhatiannya yang begitu besar. Aku merasa seperti lama sekali tidak menatap wajahnya dalam-dalam padahal tiap hari bertemu.

"Ibu boleh minta tolong?" Tanyaku kepadanya sambil mengusap-usap pipinya.

"Boleh. Ibu mau minum?" Kali ini aku speechles dengan cara dia menawarkan, menanggapi percakapan. Kebiasaanku setelah bangun tidur memang minum air putih. Namun niatku saat itu aku minta tolong bukan untuk mengambilkan air putih, melainkan untuk mengambilkan HP (handphone) yang sedang aku charge sejak siang.

"Ibu mau minum?" Dia kembali menawarkan minum. Aku tak kuasa untuk bilang tidak. Dia pun beranjak dari tempat tidur dan keluar kamar untuk mengambil minum. Tak lama kemudian, dia kembali datang membawa air putih. Tak lupa aku mengucapkan terima kasih untuk semua ini.

Pelan-pelan aku meneguk segelas air putih yang dia bawakan. Dia melihatku penuh perhatian layaknya seorang Ibu sedang melayani anaknya. Lagi-lagi aku tidak bisa berkata banyak. Aku tidak menyangka bahwa puteri kecilku sudah tumbuh dewasa. Kejadian seperti ini tidak sesekali saja, tapi sering. Ya...meski kadang dia menampakan kodratnya sebagai anak kecil, atau bahkan ingin kembali ke masa-masa bayi, di mataku dia adalah puteri kecil yang dewasa.

Gelas yang ada di tanganku sudah kosong. Aku sengaja langsung menghabiskan supaya dia tambah bahagia. Kembali ke tujuan awal bahwa, aku ingin minta tolong kepadanya untuk mengambilkan HP, aku pun mengutarakannya.

"Ibu minta tolong lagi? Ambilin HP Ibu yang sedang dicharge." Dia pun langsung menoleh ke arah tempat charge handphone dan lari untuk mengambilnya.

Segala pesan yang aku sampaikan selalu diterimanya dengan tepat. Jika ada kesalahan, tidaklah sampai fatal. Komunikasinya baik dan selalu ada respon ketika dia merasa bingung. Dia yang jarang banget minta tolong ke aku kecuali untuk membuatkan susu, kini sudah bisa menjadi penyambung tangan bagi siapa saja, khususnya Ibunya.

Yasmin, 2 tahun 9 bulan sudah bisa diajak kerja sama dengan baik, dan komunikatif. Terima kasih sudah menjadi partener Ibu, menjadi penyambung tangan. 😉
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Bintil hitam yang muncul pada kulit atau tahi lalat sukses membuat Yasmin kaget, heboh, bahagia, dan masih banyak rasa yang susah aku ungkapkan melalui tulisan. Asli, dia terkagum-kagum sama yang namanya andeng-andeng itu. Hampir tiap hari dia  menunjukan tahi lalat kemudian membicarakannya.


Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
Berbicara dengan nada keras dengan si kecil hanya karena dia susah makan. Oh...yes, oh...no! Banyak yang bilang, hidup sebagai orang tua tanpa drama tuh kurang berwarna. Namun menjadi orang tua yang terlalu banyak drama pun rasanya njelehi. 😂 Apalagi dramanya hanya karena si kecil sudah makan. Duuuh...mending cari solusi ketimbang terus berceloteh di lini masa. Begitu, bukan?



Asli ini bukan sok bijak, sebenarnya ya aku pusing delapan keliling menghadapi si kecil yang susah makan. Berbagai macam cara sudah aku coba. Mulai dari menghaluskan nasi, ya siapa tahu dia lagu malas mengunyah terlalu lama. Sampai membuatkan lauk dan camilan favoritnya. Semua sudah Ibuk lalukan, Pak Dokteeeeer! Tapi belum ada yang berhasil. Ibuk tuh sedih pisan.

Bila sedang sehat, Kecemut biasanya habis satu centong nasi. Lauk favoritnya ada telor, bakwan, dan sop, pasti ikut dihabiskan. Lha ini, sudah diambilkan makan, tapi ogah-ogahan membuka mulut. Ibuk sudah siap mendongeng sambil nyuapin, tetap saja belum berminat makan. Aku jadi curiga kalau ada harta karun di dalam mulutnya yang tidak boleh diketahui siapapun. 😂

Sedih? Iyaaaa...sedih banget. Tapi sedihku tidak boleh berkelanjutan, cukup dua menit saja dan selanjutnya harus mencari cara alternatif supaya anak mau makan walau hanya 2 suapan, syukur-syukur lahap sesuai porsi.

Aku kembali ingat bahwa sejagad raya tahu, dunia anak adalah dunia bermain. Saat ada susah-susah dengan si kecil, berusahalah sekuat tenaga untuk tidak "meledak" dan tetap mengajaknya bermain. Jujur ada sedikit emosi ketika menyajikan makan, lalu ditumpahkan. Menyuapi, lalu dilepehkan. Bukan kekuatan ibu peri yang diharapkan saat itu, karena akan berujung baper.

Pedagang kaki lima a la Ibuk...
Ketika Yasmin susah makan, Ibuk mulai cerdik berperan sebagai pedagang kaki lima. Minimal makanan yang mengandung karbo harus masuk di dalamnya, usahakan juga ada camilan kesukaannya. Tak lupa aku menyiapkan alat tukar, uang mainan, supaya Yasmin tambah tertarik untuk membeli makanan.

Satu yang masih menjadi PR buatku yaitu ketika si kecil susah makan dan sedang dalam keadaan tidak sehat pula. Ini butuh banget perjuangan. Aku belum menemukan cara ampuh karena cara di atas sudah aku aplikasikan dan belum berhasil. Tahu sendiri, jika sedang sakit, mood si kecil menjadi labil banget. Siapa tahu ada yang sudah punya solusi, boleh lah berbagi tip untuk ini. 😗

Tapi tetap ya, Buk-Ibuuuk, jangan lengah, jangan dulu lelah, dan jangan mau kalah dengan si kecil. Taklukan...taqluqkan! 😂

#KecemutIbuk
Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar
Akhir pekan entah di bulan apa, kami mengagendakan renang karena sudah lama tidak berenang. Emmm...bukan, bukan aku yang berenang, melainkan Ayah dan Yasmin. Aku cukup menawarkan dan mempersiapkan segala kebutuhan mereka untuk renang. Duuh...sebenarnya pingin juga renang, tapi karena tidak bisa MELAYANG karena kelebihan LEMAK, aku lebih memilih untuk mendampingi mereka.



Saat aku menawarkan kepada Yasmin untuk ke Surya Yudha Park (SYP), dia jejinggrakan, kemudian ikut mempersiapkan perlengkapan yang perlu dibawa. Sesampainya di SYP, seperti biasa kolam renang sudah ramai pengunjung. Maklum, alhir pekan. Kami sengaja datang agak siang supaya Yasmin bisa berlama-lama main air tanpa cepat kedinginan karena air kolam sudah terkena sinar matahari.

Namanya anak, seramai apapun mah tidak peduli karena yang penting baginya adalah bisa main air sepuasnya. Ini udah mirip Ayahnya, jika belum merasa puas, maka tidak akan menepi meski mata sudah terlihat merah dan bibir membiru. 



"Andai ada kolam renang dengan air hangat di sini, pasti aku akan lebih tenang membiarkan Yasmin renang sampai dia merasa lelah." Aku membatin sambil berkhayal andai di SYP ada kolam renang air hangat.

Bukan tidak mungkin, sih. Apalagi perkembangan dunia pariwisata kini makin cepat. Meski di D'Qiano sudah ada kolam air hangat, tapi kan lokasinya jauh dari tempat tinggalku. Pun dengan di Kalibening, sama saja jauh dengan kota. Makanya, impian banget jika SYP juga menyediakan kolam air hangat. Entah itu hanya untuk berendam karena ukurannya yang minimalis, atau bisa juga digunakan untuk renang, terpenting ada.



Surprise banget, dong, saat main ke Surya Yudha Bay Sands dan ternyata di salah satu kolamnya terisi air hangat. Akhirnya...di Banjarnegara kota ada juga kolam berendam dengan air hangat atau jacuzzi. Tanpa basa-basi, aku langsung telpon suami untuk menyusul ke SYP buat nyobain Bay Sands yang ada air hangatnya. Hahaha. Sekali mendayung, ya. Padahal hari itu aku cukup sok sibuk karena ada kegiatan bareng teman-teman GenMile.



Meski tidak tidak begitu luas, namun nyaman untuk berendam karena di dalam kolam terdapat tempat untuk duduk. Jadi si kecil bisa sambil duduk dan bersandar, gitu. Selain untuk berendam, kolam ini juga bisa digunakan untuk renang si kecil. Airnya yang hangat, dan didukung dengan pemandangam alam sekitar membuat pengunjung betah berlama-lama di Bay Sands SYP. Apalagi terdapat fasilitas pendukung seperti seperti kamar bilas yang tidak jauh dari kolam, dan kursi jemur yang begitu nyaman, klop banget.

notes: dokumentasi foto di atas diambil oleh Kak Jeim.
Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar
Ketika seorang Ibu telah memutuskan menjadi working mom atau pekerja, berarti telah paham dengan segala konsekuensinya. Harus bangun lebih awal untuk mempersiapkan segala kebutuhan buat keluarga, mengurus kebutuhan diri, menyelesaikan pekerjaan rumah dan juga kantor dengan tepat waktu, dll dll. Apalagi masih punya batita, harus lebih ekstra.




Kita semua tahu bahwa, si kecil tuh suka semau gue karena dia belum paham betul dengan situasi, dan belum bisa menerjemahkan raut wajah Ibu kecuali raut marah. 😂 Makanya kalau aku melihat ada Ibu Pekerja memarahi anaknya, dengan dalih "capek karena banyaknya pekerjaan kantor", aku suka sedih. Meski kadang aku suka keceplosan ngomong kek gitu sama Yasmin kalau lagi LELAAAH karena kerjaan kantor.

"Buk, siapa yang memutuskan sebagai ibu pekerja."

"Buk, belum semua batita bisa diajak komunikasi secara utuh."

"Buk, belum semua batita dapat memahami kesibukan orang tuanya."

BuIbu pasti lebih tahu dan paham seperti apa karakter si kecil. Maka dari itu, ketika Ibu sedang dalam keadaan capek karena banyaknya deadline kantor, pekerjaan rumah yang tak kunjung selesai, atau ada permasalahan lain yang sampai membuat kesal, maka yang bisa dilakukan Ibu adalah bersabar. Aku akui, memang tidak mudah bersabar saat raga atau bahkan jiwa dalam keadaan capek, sementara si kecil sedang ingin dimanja, lagi pingin dimanjaaaaa. Bawaannya pasti snewen mulu seperti sedang PMS. 😂 Apalagi setelah seharian ditinggal kerja, kangen pastinya. Tidak ingin tahu, pokoknya pingin nemplok Ibu. 

Baginya, tiap hari adalah hari bermain. Padahal kita semua tahu bahwa, tidak ada hal lain yang lebih membahagiakan si kecil selain perhatian dari orang tua dan bermain. Maka dari itu, kalau sedang tidak punya banyak stok kesabaran, aku memilih bermain yang mengasyikan yaitu bertukar peran dengan Yasmin. Iya, Ibu berperan sebagai Yasmin, dan Yasmin berperan sebagai Ibu. 🙈

Kebiasaan-kebiasaan yang kerap dilakukan si kecil akan dikerjakan oleh Ibu. Pun sebaliknya dengan kebiasaan Ibu yang tiap hari meladeni si kecil. Dalam waktu tertentu si kecil berperan sebagai seorang Ibu. Namun ini bukan hal mudah karena kita juga harus paham dengan kondisi si kecil saat itu. Jika sekiranya masih bisa diajak komunikasi dengan baik, bisa banget Ibu sok manja ngelendot atau bobok dipangkuan si kecil. Sok minta diambilin minum, dikeloni, minta dipijit atau permintaan lain yang kerap menjadi request si kecil.

Bertukar peran saat Ibu sedang dalam keadaan capek ternyata seru banget dan selalu sukses menetralisir denyut jantung serta memperlancar peredaran darah Ibu yang saat itu agak beku. 🙊 Sudah sering aku melakukan tukar peran dengan Yasmin, dan hasilnya selalu saja ada yang membuatku terharu. Saat hendak mandi, misalnya. Dia menyiapkan handuk dan minyak telon buatku. 😂 Ketika lagi pingin tiduran di pangkuannya, tidak hanya sekadar duduk, tapi diusap-usap kepalanya juga. Ini sungguh menggelitik dan rasa lelah hilang seketika karena aku merasa dia yang sedang berperan sebagai Ibu, tuh, lebih penyabar dan penyayang dari AKU, IBU ASLInya.

Dunia anak adalah dunia bermain, kadang ini tidak bisa ditawar. Makanya jika lelah mulai datang, mending bertukar peran dengan si kecil ketimbang marah-marah menuruti nafsu. 🤣
Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
"Yaelah...uang segitu saat Yasmin gede atau 10 tahun kemudian bisa jadi tidak ada nilainya. Mending dimanfaatkan untuk usaha dulu, atau investasi apa lah. Ketimbang buat asuransi pendidikan anak."

Mungkin ini salah satu alasan bagi mereka yang kurang pas atau malah tidak suka dengan asuransi, khususnya asuransi pendidikan anak. Nilai mata uang yang sudah masuk asuransi menjadi tidak ada nilainya di masa mendatang. Maksudnya, ketika aku memasukan uang 5 juta untuk asuransi, bisa jadi saat ini bisa digunakan untuk mendaftar sekolah, beli seragam, peralatan sekolah, dll. Namun lima atau bahkan sepuluh tahun kemudian saat anak masuk bangku SMA, nilai uang tersebut mungkin hanya bisa dimanfaatkan untuk membeli peralatan sekolah saja. Apalagi kita semua tahu bahwa biaya pendidikan makin mahal, dan ini sebuah kepastian. 🤣 

Ini baru jenis asusansi yang satu kali bayar, ya. Belum lagi asuransi dengan sistem angsuran, ugh...mungkin makin tidak ternilai rupiahnya di masa mendatang. Tapi tenang...tenangkan hati, pikiran, jangan goyah, dan terus ibadah. 🙊



Berpendapat itu sah-sah saja, tapi bagi aku yang doyan banget asuransi, tentu pendapat yang demikian selalu aku kesampingkan karena bagiku berapapun nilainya nanti, terpenting aku punya simpanan nantinya, entah jumlah berapa. ini prinsip ya, Pak. Prinsip! 😂 

Aku bukan pakar matematika yang jago berhitung sampai untung rugi dari sebuah asuransi. Bukan juga pakar ekonomi yang pandai bikin neraca saldo hanya karena ingin tahu jumlah aset keluarga. Aku cuma seorang Ibu muda yang manis, dan kebetulan belum bisa memutar uang untuk wirausaha. Seorang perempuan yang belum mau direbetkan dengan urusan uang, tapi juga tidak mau rugi. Hahaha. Iya, pikirku tuh kalau misal punya uang dan dibuat untuk usaha, kemudian gagal usahanya, kan menjadi rugi. 😂 Ini emoh banget. Bukan penakut, cuma belum pingin rugi saja. 🙊

"Eeeh...uang hasil asuransi tidak berkah, lho. Ada hukum apalah apalah. Apalagi ngasih uang sekian, dapatnya bisa berlipat ganda dalam waktu tertentu. Dosaaaa woy, dosaaaa!"

Uhui...aku takut dosaaa, asli. Tapi kembali ke niat awal bahwa, aku menabung dalam bentuk asuransi ini tujuannya supaya punya simpanan yang lebih aman nantinya. Tidak hanya itu, dengan ikut asuransi, harapanku nantinya akan lebih ringan dalam membiayai pendidikan anak-anak. Selebihnya, misal ada manfaat di dalamnya, cukup mengucap hamdallah saja. 😂 Eeh...sekarang juga ada asuransi syari'ah, lho. Kalau ada aroma-aroma syari'ah kan katanya boleh, dan berkah. 🙊

Kontra tentang asuransi ini sebagian besar ada pada pihak laki-laki. Ya, laki memang kurang suka dengan asuransi entah berkedok apapun. Asuransi Masa depan, mapan, pendidikan, kesehatan, maupun asuransi jiwa, tidak berpengaruh. Seperti suamiku, dalam hal asuransi kami sangat berbeda pandangan. Ayah termasuk tipe suami yang tidak suka menyimpan uang dalam bentuk asuransi. Sedangkan aku, doyan banget MAIN asuransi. Punya tabungan dikit, dialihkan ke asuransi. Nambah dikit lagi, beli logam mulia. Nambah banyak, getol buat anak lagi, dong. *sombong beneerrrrrrrrr yaaak 😂

Aku bersyukur punya suami yang tidak terlalu rusuh perihal pendapatan isteri. Ya, kami sama-sama pekerja. Dia hanya berpesan untuk tidak banyak ceng-cong, dan lebih hati-hati dalam mengelola uang. Kalau aku beli ini itu, dia juga tidak terlalu banyak berkomentar. Mungkin ngomong sama kaca saja dirasa cukup. Mungkin (lagi), yang terpenting isterinya bahagiaaaa. 🤣

Perbedaan sudut pandang pun sepertinya tidak pernah berujung pada keributan. Kami cukup sekadar tahu, dan saling mengerti saja. Setelahnya kami sama-sama evaluasi sebagai bentuk pemahaman supaya nantinya bisa saling menghargai. Termasuk perihal asuransi, suami mana tau. 🤣 Hlaaah? Terus uang pembayaran asuransi dapat dari mana, dong? Ya dari rezeki yang datang dari pintu mana saja, rezeki yang datang langsung ke aku. 🙊

Lalu, kenapa aku tetap kekeuh utuk ikut asuransi baik asuransi pendidikan anak atau asuransi lain yang menurutku perlu?

  1. Aku mudah tergoda dengan uang yang ada di ATM dan juga buku tabungan. Makanya aku harus mengamankannya ke dalam asuransi atau bentuk lain yang tidak bisa digunakan semau gue.
  2. Aku doyan banget jajan di luar. Ini bahaya banget kalau tabungan sampai keliatan terus. Bisa menuruti napsu makan yang berimbas pada berat badan. Oh..No!
  3. Aku belum bisa merangkap pekerjaan sebagai wirausaha. Makanya jika ada lebih sedikit saja langsung masuk tabungan yang nantinya akan aku manfaatkan seperti point satu.
  4. Asas manfaat. Seluruh dunia tahu lah, ada banyak manfaat dengan ikut asuransi. Tidak perlu aku sebutin satu-satu karena aku bukan ahlinya. Tapi misal ada yang bilang "situ mau saja dikibulin sama orang asuransi", itu sah-sah saja. Aku tetap teguh pendirian, kok.
  5. Mungkin yang kelima nusul.
Oiya, kamu termasuk tim PRO atau KONTRA dengan asuransi? Boleh tahu alasannya, dong. 🤣 
Share
Tweet
Pin
Share
5 komentar
"Mbak, jangan lupa sering baca buku ini, ya. Ada banyak pengetahuan di dalamnya." Ucap Bidan Desa, Bu Indri, saat aku periksa kehamilan di Poli Desa.

Buku dengan cover warna pink memang jarang aku buka, apalagi aku baca. Namun, saat mendekati HPL, selain browsing untuk mencari referensi perihal pengasuhan anak, aku juga membaca buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang diberikan kepada tiap Ibu Hamil. Buku tersebut begitu berbobot, penyampaian simpel, tapi berisi. Tidak bertele-tele. Termasuk tentang Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).

Dulu suka banget camilan ini....
Pada buku KIA, pemberian MP-ASI kepada si kecil disarankan pada usia 6 bulan yang anak sudah siap mendapat asupan makanan. Namun aku sering menjumpai di sekitarku, anak baru berusia 4 bulan sudah mulai dikenalkan dengan makanan yang mudah lumat di mulut seperti bubur susu atau pisang. Dari sini, aku sempat goyah saat usia Yasmin masuk 4 bulan. Antara pingin segera memberikan MP-ASI karena saat itu dia sering memperlihatkan tanda-tanda kesiapan untuk makan. Tapi ngga tahu kenapa, hati kecilku tetap diusia 6 bulan untuk memberikan MPASI pertama. Padahal dulu saat usia 4-5 bulan, kalau aku ajak dia main dan papasan dengan teman seusianya yang sudah diberi MP-ASI, mulut dia klamet-klamet menandakan ingin makan juga. Tangannya pun tidak bisa diam. Duuh...tambah galau, dong.

Ketimbang tambah galau, aku mengajak Yasmin untuk main. Tetep teguh pendirian, Buuk. Hihihi. Ada yang usia 4 bulan sudah siap MP-ASI, ada juga di usia 6 bulan belum siap MP-ASI. Biasanya, bayi usia 6 bulan (khususnya yang belum begitu siap mendapatkan menu MP-ASI) dibuatkan makanan yang lembek. Dalam hal ini, dokter anak menyarankan agar anak diberi makanan yang terbuat dari buah-buahan atau sayur. Contohnya saja buah pisang dan buah alpukat yang dihaluskan. Pengalaman pertama MP-ASI, aku memberi pisang emas kepada Yasmin. Pernah aku tulis tentang pisang emas yang diyakini sebagai buah paling ampuh untuk MP-ASI pertama.


Baca juga peralatan membuat MPASI.

Ada banyak alasan kenapa orang tua mengenalkan makanan secara bertahap dari tekstur lembut sampai si kecil benar-benar siap untuk mencerna makanan yang sedikit lebih kasar. Salah satunya yaitu alasan kesiapan sistem pencernaan. Lalu, tanda-tanda sebagai berikut:

Reflex Ekstrusi
Reflex ekstrusi merupakan kemampuan ketika bayi bisa mulai menjulurkan lidah. Ini biasanya dilakukan oleh bayi yang usianya di bawah 6 bulan. Ketika sudah berusia 6 bulan atau bahkan lebih, hal tersebut tidak lagi dilakukan. Dan itulah tanda bayi siap MP-ASI. Lagi-lagi di usia 4 bulan, Yasmin sudah menunjukan reflex ekstrusi. euumh...

Kuat Duduk Sendiri
Saat mengenalkan camilan roti kepada Yasmin, aku sering memberikan kepadanya saat dia sedang tiduran. Niatnya sih sambil rileks, gitu. Tapi ternyata cara ini salah karena bisa membuatnya tersedak. Dan kadang, tuh, ada beberapa bayi yang belum bisa duduk tegap walaupun usianya sudah 6 bulan. Namun demikian, ada baiknya memberikan makan kepada anak saat dia duduk. Semisal belum kuat duduk sendiri, saat posisi sedang digendong. 


Pernah melakukan kesalahan ini...
Mampu Menahan Kepala Sendiri
Tahap awal sebelum anak bisa duduk sendiri adalah kemampuannya untuk menahan kepala agar tegap tanpa bantuan. Dan jika ini terlihat, maka si kecil sudah siap untuk diberi makanan pendamping ASI.

Menunjukkan Rasa Lapar
Apa perbedaan antara bayi yang hanya minum ASI dengan bayi yang sudah mendapatkan MP-ASI ketika mereka lapar? Bayi yang hanya minum susu akan menangis ketika meminta ASI. Namun, jika bayi sudah siap makan, ia tidak hanya menangis, tapi ada reaksi membuka mulut. Ini tanda bahwa ia lapar sekaligus bayi sudah benar-benar siap untuk mendapatkan menu MPASI.

Jika bayi sudah siap untuk mendapatkan MP-ASI, ada baiknya Buk Ibuk membuat jadwal pemberian ASI. Ini penting agar bayi terbiasa dengan jadwal kapan ia harus makan, kapan ia harus minum ASI, kapan harus tidur, dan kapan bermain. Aku pernah melakukan hal ini, terutama jadwal untuk memberi ASI dan MP-ASI. Alhamdulillaah Yasmin dapat mengikutinya. 
Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar
Suatu malam sambil menunggu Ayah pulang kerja, aku bersama peri syantik asyik menggambar di white board. Kali ini bukan lingkungan, hewan atau bunga yang menjadi tema menggambar, melainkan sayuran. Kebayang, dong, pusingnya Ibu muda satu ini yang sama sekali ngga punya bakat menggambar. Niat menggambar terong saja, jadinya seperti pisang. 🙈



Berhadapan dengan si kecil, memegang spidol warna merah, dari sini kelihaian mulai diuji. Gerogi pun datang saat mulai membuat pola. Karena ngga ingin membingungkan Yasmin, aku hanya mengenalkan sayur yang biasa dia jumpai tiap harinya. 🙊Wortel, kentang, buncis, kacang panjang, kobis, brokoli, dan tomat. 

Sambil menggambar, kami main tebak-tebakan karena penampakan antara di gambar dengan sayur asli, tuh, ngga mirip. 😂Sampai pada gambar terakhir yaitu tomat, ini cukup mudah ditebak. Apalagi setelah aku beri warna, perpaduan antara merah dan orens. Langsung ketebak tomat, deh. Ngeselinnya, setelah itu sayur ketebak, tiba-tiba Yasmin minta diputerin Tomat Lebay di youtube. 🤣 Yaudah, aku ambil gadgetnya, terus aku putarkan.

Dia menonton tomat lebay sambil senderan boneka teddy. Nampak nyaman banget. Ketimbang aku ngga ngapa-ngapain, ikut ambil Handphone (HP) dan mainan sosmed. Kami sama-sama sibuk sendiri. Yasmin aku biarkan menonton tomat lebay dengan durasi 15 menit, dan aku juga nyaman banget scroll sosmed sampai ngga terasa posisiku tiduran. Antara ngga terasa dan sengaja tiduran karena udah ngga betah dudum. Kebiasaan buruk, nih. Padahal udah tau minesnya lebih dari 4. Fufufu...

Udah lumayan lama dan lagi asyik-asyiknya komen di beberapa akun instagram punya teman, tiba-tiba Yasmin menepuk punggungku.

"Duduk, Ibu!" Ucapnya sambil menggerakan bibir mungilnya ke kanan dan ke kiri.

"Mainan HP jangan sambil tidur, nanti matanya sakit." Dia menambahkan kalimat yang biasa aku sampaikan kepadanya saat sedang mainan HP.

Duhhh...tercyduk banget rasanya. Ini baru satu perintah, DUDUK! Dari sini, aku terus mengingat apa yang sudah aku sampaikan ke dia, apa yang ngga boleh dia lakukan, dll dll. Dalam hal ini aku sedih pisan karena apa yang aku sampaikan ke anak, kadang ngga seirama dengan kebiasaanku atau bahkan suami. Kami mainan HP masih sering dengan tiduran, sementara kami meminta Yasmin untuk duduk ketika sedang mainan HP. Bertolak belakang, bukan? Padahal, apa yang dia lihat, itu yang akan dia tiru dan lakukan.

Sungguh orang tua betul-betul belajar dari anak bagaimana menjadi pribadi yang lebih baik. Dan ternyata, kena tegur anak tuh lebih memalukan ketimbang kena tegur atasan di tempat kerja. Eh tapi kalau bisa milih, sih, ngga kena tegur sana-sini. 🙊 

BukBapak, apakah kalian pernah mengalami hal serupa dengan kami?
Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
Bayi yang dulu tiap mau bobo harus ditimang sambil dibacain sholawat, kini sudah berganti cara untuk menidurkannya. Untuk ini, aku juga ngga begitu bingung karena dia sekarang sudah bisa minta dengan bahasanya. Tentunya lagu nina bobo udah ngga masuk daftar permintaan sebagai pengantar tidur. 🙊

Selain dongeng, saat ini dia lebih suka dipeluk dari belakang. Iya, sudah dua bulan ini dia kerap minta dipeluk sebelum bobok. Tubuhnya membelakangiku, tangan mungilnya menarik tanganku, lalu diletakan di depan dadanya sampai tangan kami menyatu. Kalau sudah mendapat posisi yang nyaman seperti ini, dia akan bilang "kelonin sampai Wita bobo ya, Bu."



Sambil dikelonin, aku menawarkan dongeng, bacain sholawat, atau mengusap-usap kepalanya. Dan pilihan akan berganti tiap hari sesuai dengan moodnya. Diantara ketiga penawaran, aku paling suka mendongeng dan bersholawat karena ada interaksi. Mendongeng, misalnya. Akan ada banyak hal yang dia tanyakan, mulai dari makanan hewan, sampai hewan tersebut bobok sama siapa. Ini kalau dongengnya tentang hewan. Beda lagi dengan dongeng karakter, ada yang endingnya bahagia, sedih, atau malah jadi dongeng bersambung karena Emaknya kurang bahan. 😂

Saat mendongeng, tanganku tetap memeluknya. Hanya saja kami menjadi berhadapan. Artinya, aku punya kesempatan lebih lama untuk menatap wajah polosnya dan "mata rusa" yang ngangenin.

Flashback satu tahun yang lalu, saat usianya 16 bulan, rutinitas dia sebelum bobo cukup dibius lokal alias nenen. Setelahnya, langsung pules. Sekarang, di usianya 2 tahun 5 bulan sudah ganti pola, dong. Dia biasanya minta dibuatin susu, ya...meskipun dia baru minum susu satu jam yang lalu tetap harus buat lagi, cuma porsinya aku kasih setengah gelas supaya perut ngga terlalu penuh. Selanjutnya baru mendongeng atau cerita apapun sampai dia lelap.

Sungguh ini akan menjadi salah satu pengalaman yang tak terlupakan. Memeluk, menatap, bercerita, membuatkan susu, sesederhana ini permintaan si kecil, tapi selalu sukses membuatku bahagia.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
"Ibu, kenapa kura-kura kepalanya kecil sekali?"

Pertanyaan itu terlontar saat Kecemut sedang melihat kura-kura di kolam Mbak Amil. Kurangnya pengetahuan akan itu, aku pun bingung mau jawab apa. 🙈 Beruntungnya, kepala kura-kura masuk dan ngga terlihat. Aku pun dapat menjawab sesuai apa yang dia lihat, karena kepala kura-kura bisa masuk, gitu. Jadi ukuran kepalanya keciiiill sekaliiiii. Nyambung ngga, sih? Terpenting ngga hoax lah, ya. 🤣


Belakangan ini, Kecemut makin suka dengan kura-kura. Dia punya satu boneka kura-kura yang cukup mirip aslinya yaitu warna cokelat dengan tempuang trotol-teotol, gitu. Hampir tiap hari kura-kura ini dijadikan teman main saat di ranjang, dipeluk saat bobok, dan dicium terus menerus saking senangnya. Sampai malam hari ketika mau bobo, sambil memeluk kura-kura kesayangannya, dia minta diceritakan tentang kura-kura.

Yaudah, hampir tiap malam ada dongeng tentang kura-kura dengan berbagai versi. Awalnya rada gagap mendongeng buat Kecemut. Meski caraku mendongeng hanya dengan percakapan-percakapan yang diselingi sedikit pengetahuan, namun tetap ada rasa gerogi. Awalnya...Dan sekarang sudah mulai lihai merangkai kata buat mendongeng, dong. 

Berawal dari kura-kura, kini makin banyak hewan yang aku kenalkan ke Kecemut lewat dongeng. Aku merasa makin rajin mendongeng untuknya. Apalagi aku tahu bahwa,  banyak manfaat yang didapat si kecil dengan mendongeng. Salah satunya yaitu menambah kosa kata. Dia juga bisa belajar dan menjadi tahu karakter hewan, mulai dari suara sampai dengan makanannya. 

Aaah...aku sekarang sudah menjadi Ibu, benaran ngga terasa. 😗 Saking bahagianya, akhirnya aku membuat label baru  di blog ini yaitu Mendongeng. 🙈
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Hari ini adalah hari terakhir umat Islam menjalankan ibadah puasa ramadhan. Artinya, esok hari umat Islam akan meyambut hari kemenangan yaitu Idul Fitri. Aku ngga tahu harus mulai dari mana untuk menuliskan tentang apa yang aku rasakan di lebaran tahun ini.


Tak henti-hentinya aku mengucap syukur kepada Yang Maha Esa atas segala apa yang telah Dia berikan, khususnya kesehatan. Percakapan dengan si bungsu saat berbuka mengingatkanku pada kejadian setahun silam. Kejadian yang menurut suami sudah ngga perlu diingat. Kejadian yang menurut Bapak harus dikubur dalam-dalam. Kejadian yang membuat semua keluarga ikut sakit. 😭

Sebenarnya aku juga ngga ingin menuliskan ini, tapi ketika mendengar gema takbir yang berkumandang begitu jelas, tiba-tiba aku lemas dan ingin keluar dari rumah. Rasa sedih se sedih-sedihnya dan ingatan yang membuat sedih terus bermunculan. Ingatan saat malam takbir aku bersama keluarga ada di rumah sakit, melihat kondisi Ibu yang terbaring lemah. Rasanya tak kuat kalau ingat kejadian itu. Banyak yang memberi doa, banyak yang menguatkan, khususnya keluarga dan teman dekat. 

Atas pertolongan Allah, atas doa yang tiada henti dari sanak saudara, Ibu kembali berada di samping kami. Ibu kini makin sehat, makin kuat, bisa berpuasa penuh, bisa beribadah maksimal, bisa diajak jalan-jalan, bisa membahagiakan anak cucu dan suami dan bisa kembali masak rendang, kentang balado dan menu lain untuk santapan hari esok. 🤗

Lebaran tahun terasa hangat. Kerjasama dalam hal bersih-bersih rumah, masak, semua berjalan dengan baik. Semua keluarga sehat dan nampak bahagia. Semoga terus sehat dan bahagia. Pun dengan nenek yang sudah duluan ke Syurga. Bahagia di SyurgaNya.

Selamat Idulfitri 1439 H, mohon maaf lahir dan batin. Semoga kita semua selalu diberi kesehatan, kenikmatan, dan rezeki yang berlimpah. Aamiin. 😗
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Suasana di mini market sore itu ngga begitu ramai. Hanya ada aku, Ibu, Yasmin, tiga orang pembeli dan dua kasir. Karena hampir bedug maghrib, aku minta tolong ke Mbak kasir untuk lebih cepat menginput barang-barang yang telah kuambil. Pun dengan pembeli lain, meminta lebih cepat. Saat semua pelanggan nampak konsen dengan belanjaannya, tiba-tiba terdengar suara anak kecil nyanyi dengan ucapan yang tak begitu jelas. Siapa pagi kalau bukan Kecemutku. 🙊


Aku paham bahwa, yang dinyanyikan adalah lagu The Finger Family, salah satu lagu kesukaannya. Kami pun refleks menoleh ke belakang. Seketika mini market pun ramai dengan tawa. 😂 Dia memang suka menyanyi di mana saja. Lagu yang dia nyanyikan pun selalu berbeda, ngga monoton. Dari lagu anak-anak Indonesia, sampai lagu anak yang dinyanyikan menggunakan Bahasa Inggris.

Aku sering takjub ketika mendapati dia sedang menyanyi dengan ceria dan hafal lagu-lagu anak. Dududuh...siapa yang mengajarkan dia lagu? Yang jelas aku dan suami jarang. Gimana mau bernyanyi bareng, ya. Dari pagi sampai sore, kami bekerja. Sesampainya di rumah, kami lebih sering ngobrol dan sesekali saja nyanyi bareng. Kalau ngga Mak Yem, Mbah, ya paling Omnya. Keseharian Yasmin paling sering sama orang-orang itu.

Hari libur sering kami isi dengan main, entah plesir atau main apa yang dia sukai di rumah. Dalam keseharian saat hari libur, aku baru tahu ternyata dia kerap pegang gadget untuk mendengarkan lagu-lagu via youtube. Cieee...anak youtube! Ya, ada satu gadget yang kami tinggal di rumah dan memang khusus untuk Yasmin. Disaat banyak orang tua yang masih kontroversi antara anak vs gadget, kami justeru memberi akses kepada Yasmin untuk main gadget.


Memberi akses tak berarti tiap jam dia selalu pegang gadget, hanya waktu tertentu saja. Kami pun sudah memberi tahu kepada Mak Yem dan anggota keluarga lain tentang waktu pemakaian gadget untuk Yasmin. Bagi kami, orang tua pekerja, gadet sangat membantu proses tumbuh kembangnya. Termasuk menambah kosa kata baru, lagu baru, baik dalam bahas Indonesia maupun bahasa Inggris.

Jujur, sebagai orang tua ada rasa bahagia dan bangga ketika kosa kata si kecil terus bertambah. Terlebih jika kosa kata dalam bahasa inggris, bahagiaaa banget. Di zaman seperti sekarang ini, belajar bahasa inggris sangat diperlukan. Selain Bahasa Indonesia Arab, dan Jawa, bahasa Inggris juga menjadi bahasa penting yang wajib dipelajari.

Di mini market saja sekarang sudah banyak yang menggunakan kata bahasa inggris sebagai informasi. Papan bertuliskan open atau closed, misalnya. Kata sederhana memang, tapi kalau dari dini sudah mulai belajar bahasa inggris dia akan terus menambah atau bahkan tanya jika ngga tahu kata yang dia maksud dalam bahasa inggris.

Pernah suatu hari, Yasmin menunjuk hidung dan dia bertanya kepadaku yang sedang duduk di depannya.

"Ibu, ini apa?" Tanyanya sambil menunjuk hidungku.
"Hidung!" Jawabku cepat.
"Bukaaaaan. Apa, Bu? Apaaa?" 

Aku bingung, dong. Ngga mungkin aku menjawab pipi, menyesatkan. Singkat cerita, ternyata yang dimaksud dia adalah "nose", hidung dalam bahasa inggris. 🤣 Ya...meski ketika mengucapkan kata nose ngga sesuai, dia mengucap "nyos" tapi aku paham. 😆 

Dari mana dia tahu bahwa hidung dalam bahasa inggris adalah nose? Lagi-lagi dari gadget. Lewat youtube, selain lagu-lagu dia juga belajar anggota tubuh. Kami sebagai orang tua cukup melanjutkan, mengoreksi, dan melengkapi hasil belajarnya lewat youtube. Belajar semudah itu? Iya, namun orang tua tetap pegang kendali, kok.

Oiya, beberapa orang yang dekat dengan kami sempat bertanya saat melihat Yasmin memegang gadget dan asyik sendiri dengan gawainya tanpa mengindahkan orang lain yang ada di sekitar. "Kalian ngga cemas? Ngga takut Yasmin bakal kecanduan?"

Ngga. Kami sama sekali ngga cemas apalagi takut. Lagi pula kami juga punya batasan-batasan dalam memberi hak akses main gadget dan belajar lewat media gadget. Kalau belum waktunya dia pegang gadget, kami ngga akan memberikannya. Kalau lagi paham, dia bakal nurut. Sebaliknya, kalau lagi pingin ngajak ribut, diberi pengertian sedikit sudah gempar dan nangis! Tapi kami tetap pada pendirian. Untuk meredam tangisnya, kami akan mengalihkannya dengan cara bermain atau diajak jalan keluar rumah.

Bagi kami, kalau memang bisa belajar semenjak dini, kenapa tidak? Entah itu belajar bahasa, maupun yang lainnya asalkan positif. Selagi masih bagai mengukir di atas batu, kan. 😘
Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
Newer Posts
Older Posts

Cari Di sini

Perkenalkan...

Hai...perkenalkan, saya Idah. Ibuk dari dua anak dan satu-satunya admin di blog ini.

Rutinitas saya saat ini sebagai Ibu Rumah Tangga sekaligus Ibu Pekerja Kantoran. Kami sekarang tinggal di Kota Dawet Ayu, Banjarnegara, Jawa Tengah.

Oiya, jika ingin komunikasi, bisa melalui akun instagram kami @cerisfamily atau kontak langsung melalui email cerisfamily@gmail.com. Terima kasih.

On Youtube

Fans Page

CERIS Family

Blog Archive

  • ►  2025 (14)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (5)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2024 (39)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (10)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2023 (28)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (4)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2022 (14)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2021 (12)
    • ►  September (2)
    • ►  Juni (3)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2020 (17)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2019 (42)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Mei (26)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ▼  2018 (37)
    • ▼  Desember (1)
      • Pengalaman USG IUD di RSIA Ummu Hani, Purbalingga
    • ►  November (1)
      • Pilihan Tas untuk Traveling Bersama Keluarga
    • ►  Oktober (2)
      • Naik Bus, Dari Quality Time Sampai Menikmati Hobi
      • Menjadi Penyambung Tangan
    • ►  September (2)
      • Tahi Lalat Bikin Heboh
      • Ketika Si Kecil Susah Makan, Coba Lakukan Hal Ini
    • ►  Agustus (2)
      • Akhirnya, Surya Yudha Bay Sands Menjawab Impian Kami
      • Bertukar Peran dengan Si Kecil Ternyata Seru!
    • ►  Juli (3)
      • Pro dan Kontra Asuransi Pendidikan Anak
      • Jangan Goyah! Tetap Pendirian untuk MP-ASI di Usia...
      • Duduk, Buk!
    • ►  Juni (4)
      • Kelonin, Buk!
      • Mendongeng untuk Kecemut
      • Hangatnya Lebaran Idulfitri 1439 H
      • Gadget dan Belajar Bahasa Inggris
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2017 (61)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (8)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2016 (62)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (7)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2015 (63)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (9)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (10)
    • ►  Juni (12)
    • ►  Mei (2)

Popular Posts

  • Biaya USG 4 Dimensi di RS Panti Nugroho
  • Tujuan Pemeriksaan HB dan HBsAG untuk Ibu Hamil
  • Tip Agar Jahitan Pasca Melahirkan Cepat Kering

recent posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Part Of Community


Blogger Perempuan
mamadaring
Seedbacklink

Follow Us!

Social Media

Facebook Twitter Instagram Youtube Blog Ibu

MageNet

0ccdff8bd3766e1e4fdd711a2ad08ee5151bd247

Created with by ThemeXpose