Menjadi Penyambung Tangan

by - Oktober 16, 2018

Suatu sore, tubuh ini rasanya susah beranjak dari tempat tidur. Lemas karena beberapa hari lembur pekerjaan kantor untuk persiapan akreditasi. Kurang tidur, kurang istirahat, dan kurang makan. Ini tumben banget sampai makan pun malas, padahal aku kan hobi makan. Hahaha. Sama-sama masih di atas kasur, Kecemut meletakan tangan kanannya di atas pipiku. Lalu dia bilang, "Ibu jangan nangis". 


Mataku memang sembab dan berair, tapi bukan karena menangis. Ini karena efek baru bangun tidur, lalu menguap. Karena Kecemut nampak sedih, akhirnya air mata ini jatuh, menangis. Tetsan mata kali ini bukan karena sedih, tapi karena bahagia melihat perhatiannya yang begitu besar. Aku merasa seperti lama sekali tidak menatap wajahnya dalam-dalam padahal tiap hari bertemu.

"Ibu boleh minta tolong?" Tanyaku kepadanya sambil mengusap-usap pipinya.

"Boleh. Ibu mau minum?" Kali ini aku speechles dengan cara dia menawarkan, menanggapi percakapan. Kebiasaanku setelah bangun tidur memang minum air putih. Namun niatku saat itu aku minta tolong bukan untuk mengambilkan air putih, melainkan untuk mengambilkan HP (handphone) yang sedang aku charge sejak siang.

"Ibu mau minum?" Dia kembali menawarkan minum. Aku tak kuasa untuk bilang tidak. Dia pun beranjak dari tempat tidur dan keluar kamar untuk mengambil minum. Tak lama kemudian, dia kembali datang membawa air putih. Tak lupa aku mengucapkan terima kasih untuk semua ini.

Pelan-pelan aku meneguk segelas air putih yang dia bawakan. Dia melihatku penuh perhatian layaknya seorang Ibu sedang melayani anaknya. Lagi-lagi aku tidak bisa berkata banyak. Aku tidak menyangka bahwa puteri kecilku sudah tumbuh dewasa. Kejadian seperti ini tidak sesekali saja, tapi sering. Ya...meski kadang dia menampakan kodratnya sebagai anak kecil, atau bahkan ingin kembali ke masa-masa bayi, di mataku dia adalah puteri kecil yang dewasa.

Gelas yang ada di tanganku sudah kosong. Aku sengaja langsung menghabiskan supaya dia tambah bahagia. Kembali ke tujuan awal bahwa, aku ingin minta tolong kepadanya untuk mengambilkan HP, aku pun mengutarakannya.

"Ibu minta tolong lagi? Ambilin HP Ibu yang sedang dicharge." Dia pun langsung menoleh ke arah tempat charge handphone dan lari untuk mengambilnya.

Segala pesan yang aku sampaikan selalu diterimanya dengan tepat. Jika ada kesalahan, tidaklah sampai fatal. Komunikasinya baik dan selalu ada respon ketika dia merasa bingung. Dia yang jarang banget minta tolong ke aku kecuali untuk membuatkan susu, kini sudah bisa menjadi penyambung tangan bagi siapa saja, khususnya Ibunya.

Yasmin, 2 tahun 9 bulan sudah bisa diajak kerja sama dengan baik, dan komunikatif. Terima kasih sudah menjadi partener Ibu, menjadi penyambung tangan. 😉

You May Also Like

0 komentar

Haai...mohon dimaafkan kalau aku terlambat atau malah ngga balas komentar kalian, ya.