• Home
  • About
  • Jasmine
  • Wildan
  • Hiroku
  • Kesehatan
  • Tumbuh Kembang
  • Parenting
  • Jalan Jajan
Tidak sedikit wanita yang memilih untuk keluar dari pekerjaannya setelah menikah. Ada banyak alasan kenapa harus resign, meninggalkan kariernya yang sudah dibangun bertahun-tahun dan mungkin telah mencapai kesuksesan. Tapi, setelah memilih menjadi wanita karier sukses ternyata tidak mendapatkan kebahagiaan bersama keluarga, bisa jadi itu bukan pilihan yang tepat.😉

Saya masih ingat empat tahun yang lalu saat saya hamil Kecemut. Saya pernah berpikiran akan keluar dari pekerjaan saya sebagai ASN. Alasannya saat itu sangat simpel yaitu karena ingin merawat bayi secara mandiri, tanpa bantuan Asisten Rumah Tangga. Suami menyerahkan semua keputusan kepada saya. Dia juga sempat mengatakan ikhlas kalau sampai saya tidak lagi kerja kantoran. Ini bagian yang paling menyenangkan dan menenangkan.

bagaimana cara menjadi wanita karier yang sukes?

Satu izin sudah beres, saya pun sempat menceritakan niat saya untuk melepaskan label sebagai wanita karier kepada orang tua. Agaknya tidak mudah berkomunikasi dengan orang tua saat itu. Kandungan saya yang tiap hari makin besar tampaknya tidak menggoyahkan orang tua untuk terus meyakinkan saya tetap bekerja. Pada suatu percakapan, mereka pernah bilang kalau siap merawat cucu-cucunya. Uhui...hati ini sudah tidak berasa ketika mereka belum bisa merelakan saya untuk menjadi Ibu Rumah Tangga sepenuhnya.

Menjadi wanita karier adalah takdir.

Berat juga, ya, obrolan kali ini. Ngomongin takdir segala. Hahaha. Belajar menerima memang tidak mudah. Apalagi untuk masalah yang satu ini karena semakin tidak bisa menerima, rasanya bekerja pun tidak fokus. Hari-hari di kantor terasa sangat panjang. Waktu yang harusnya bisa saya manfaatkan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan tepat, terpaksa mengulur. Menjadi tidak kompeten. Hingga pada suatu waktu, saya menemukan titik balik dalam hidup.

Memaknai menjadi wanita karier adalah takdir ternyata cukup mudah. Satu yang menjadi garis besar yaitu takdir. Namanya takdir adalah ketentuan yang mana nanti akan dimintai pertanggung jawaban olehNya. Mau sekeras apa pun saya menolaknya, sepertinya hidup menjadi tidak tenang. Ngeri banget, ya. Makanya saya mulai belajar menerima atas sebuah takdir menjadi mamak-mamak kantoran. 😝

Ketika sudah memilih menjadi wanita karier, apa yang saya lakukan?

Menerima kenyataan menjadi salah satu seni menemukan titik balik dalam kehidupan. Sekecil apa pun titik balik tersebut adalah momentum yang dapat memberikan perubahan dalam hidup. Saya selalu meyakini itu. Maka ketika sudah memilih menjadi wanita karier, saya pun harus belajar menerima perubahan nantinya. Berikut beberapa hal yang saya tekuni setelah menjadi wanita karier.

Siap menjadi kompeten.

Sebagai mama muda yang punya balita di mana hari-harinya lebih banyak dihabiskan di tempat kerja ketimbang bersama keluarga, rasanya "buntung" ketika bekerja semau gue, tidak punya target kerja, atau belum bisa mengerjakan tugas pokok tapi tidak ada komunikasi dengan rekan kerja. 

Pada masa awal bekerja memang masih banyak hal yang butuh penyesuaian. Belum paham tentang apa yang menjadi tugas pokoknya. Belum tahu alur atau cara penyelesaian pekerjaannya. Bisa dikatakan belum kompeten. Namun ketika sudah memilih menjadi wanita karier, saya banyak belajar untuk meningkatkan kemampuan, tentunya dengan harapan bisa menjadi kompeten dalam bidangnya. 

Mampu mengatur emosi diri.

Bagi saya, mengendalikan diri dari nafsu makan lebih susah ketimbang mengatur emosi diri. Hihihi. Bisa dibilang, emosi diri sebagai bentuk ekspresi dan juga reaksi. Saat pikiran sudah bisa mulai terbuka, hati pun akan mengikutinya. Ketika sudah memutuskan untuk menjadi wanita karier, saya lebih banyak belajar menyaring emosi diri. Belajar bagaimana bisa menerima ketika ditegur pimpinan karena pekerjaan belum sempurna. Belajar memberikan reaksi yang tidak berlebihan. Belajar berkomunikasi yang baik dengan rekan kerja supaya tidak menimbulkan salah paham atau bahkan emosi sesaat.

Berhenti menunda dan mulai sekarang juga!

Saya pernah punya "penyakit" menunda pekerjaan. Tidak hanya satu kali saya lakukan itu, mungkin ada tiga kali. Nahasnya, tiap kali saya berniat untuk menunda pekerjaan, esok harinya kondisi tubuh tidak bersahabat. Mending kalau masih bisa diajak kompromi untuk dikerjakan di rumah, lha kalau pekerjaannya adalah deadline? Kan asyik banget ditertawakan. Hahaha.

Saya masih ingat, Pada tahun 2015, saya ada deadline pelaporan. Saya sengaja menunda dalam mengerjakan laporan tersebut karena melihat poin-poinnya tidak banyak. Tiba saatnya pengumpulan, ternyata ada banyak dokumen yang harus disiapkan. Iya, hanya lima poin tapi data dukungnya sampai puluhan, bahkan lebih. Ingin ngakak, tapi tidak boleh menertawakan keteledoran sendiri. 🤣

Begitu berartinya waktu. Ada pepatah yang mengatakan bahwa waktu tidak bisa dibeli. Waktu pun tidak bisa berjalan mundur. Maka ketika saya telah menjadi mamak-mamak yang kerja kantoran, tiap ada pekerjaan langsung tindak lanjuti. Perkara hasil nomor sekian karena saya punya atasan untuk konsultasi dan koordinasi. Terpenting dikerjakan sesuai dengan perintah.

Belajar pengembangan diri di kelas online Skill Academy by Ruangguru.


Menjadi pengalaman pertama menjadi pegawai kantor, ada banyak hal yang mau tidak mau harus dipelajari, termasuk belajar pengembangan diri. Iya, pengembangan diri menjadi sangat penting karena dalam suatu instansi baik pemerintah maupun swasta, tidak bisa bekerja sendiri. Dalam penyelesaian pekerjaan pun lebih membutuhkan ketenangan, fokus, agar cepat terselesaikan.

Skill Academy bu Ruangguru membuka kelas pengembangan diri yang menjadi bagian dari Kelas Online Prakerja Terbaik. Tema rahasia sukses berkarir dalam kelas pengembangan diri ini telah mendapat rating bintang lima dengan jumlah total 35 ribu lebih orang yang memberi rating. Ternyata banyak pegawai yang membutuhkan pelatihan online untuk menunjang kariernya supaya makin bertanggung jawab dan cemerlang. Selain kelas pengembangan diri, banyak kelas  prakerja lainnya yang tidak kalah menarik. 

Buat mamak-mamak boleh banget sharing tentang kerjaan lho, ya. 
Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar

Sore itu, tepatnya saat usia Wildan menuju satu bulan. Saya bersama Ibuk sedang santai, duduk di ruang tengah sambil menunggu adzan magrib berkumandang. Menjelang magrib, biasanya bayi memang harus digendong dan tidak boleh dibiarkan sendirian.

Saya yang sedang asyik main gadget, dicolek Ibuk. Beliau memberitahu kalau telapak tangan Wildan gerak-gerak sendiri. Mungkin sedang mimpi. Tapi ketika ini terjadi tidak hanya satu kali, kami yang melihatnya kaget, dong. Aku pun terus memperhatikannya, sementara Ibuk terlihat sangat takut dan berujung tangis.

Tangan Bayi Bergerak Terus

Awal mula tangan Wildan bergerak terus.

Sejak gerakan tangan yang terus menerus itu tertangkap mata, saya lebih sering menggenggam tangan Wildan. Sedang dalam gedongan, saya genggam. Ketika kami sedang sama-sama tidur pun, tangannya saya taruh di atas tangan saya. Semacam usaha untuk terus mengawasi. Uniknya, nih, kejadian tersebut seringnya pada sore hari menjelang magrib dan dalam keadaan tidur dalam gendongan.

Kami langsung mendekapnya ketika telapak tangannya mulai bergerak. Dengan memberikan dekapan, kami berharap gerakannya akan berhenti. Khawatir karena kedinginan. Tapi ternyata tidak. Gerakan tangan itu tetap ada dan mata pun terus terpejam. Tidurnya terlihat sangat pulas, tidak ada tanda-tanda akan membuka mata, apalagi bangun.

Dalam satu hari, biasanya tangan Wildan bergerak satu kali dengan ritme gerakan yang cukup cepat seperti tremor, gitu. Awalnya, gerakan hanya 10 detik. Setelah sepuluh detik, tangan kembali normal dan dia tetap lelap dalam tidurnya. Setiap tangan bayi mungil ini bergerak, saya mengambil ponsel untuk merekamnya. Jujur, ada rasa khawatir melihatnya. Saya, Mbah Uti, dan keluarga yang tahu hal ini, semua khawatir. Ingin rasanya langsung membawanya ke Dokter, tapi karena kondisi masih COVID, saya mengurungkan niat untuk memeriksanya dan mencoba second opinion yaitu konsultasi secara daring.

Konsultasi dengan Dokter Spesialis Anak.

Pandemi COVID-19 masih berlanjut. Ada rasa takut untuk konsultasi ke Rumah Sakit. Iya, datang langsung ke rumahnya saja masih takut, apalagi ke Rumah Sakit. Maklum, bayi merah masih rentan, kan. Beruntung ada dokter yang mau dihubungi tanpa datang ke Rumah Sakit maupun rumah praktik.

Dokter Aris Sunardi, namanya. Beliau adalah dokter spesialis anak yang saat ini bekerja di RSUD Hj. Anna Lasmanah, Banjarnegara. Saya belum pernah ketemu dengan beliau. Saya pun tahu beliau adalah seorang dokter spesialis anak dari seorang teman yang bekerja di rumah sakit yang sama. Tapi saat saya menghubunginya untuk suatu kepentingan, lebih tepatnya konsultasi, dr. Aris sangat welcome dan mau membalas chat saya dengan komunikatif. Sungguh saya sangat mengapresiasi untuk hal ini.

Komunikasi kami hanya melalui chating saja karena saya tidak berani telpon meski sebenarnya ingin sekali mendapat jawaban cepat. Ada rasa tidak enak dan takut mengganggu. Tapi komunikasinya saya lengkapi dengan video supaya beliau ada gambaran. Mulai dari hari pertama yang gerakannya hanya 10 detik, sampai hari ke lima di mana gerakannya lebih cepat dan lebih lama, sampai 1 menit delapan detik.

FYI, sebelum saya memberanikan diri untuk berkonsultasi dengan dokter, saya melakukan browsing terlebih dahulu. Banyak artikel yang sudah saya baca. Rata-rata isi artikelnya, tuh, mengarah pada suatu gangguan. Saya mulai panik, dong. Mama muda, Blogger, baca artikel, dan berujung pada kepanikan Wajar kagaaaaak? Hahaha. Yaa...meski ada satu artikel yang menuliskan tentang hubungan gerakan tangan bayi dengan karakter bayi, gitu. Maksudnya, ketika tangan bayi bergerak terus, berarti tipe bayi yang semangat. Kan artikel yang seperti itu bikin tenang. Hihihi.

Hasil konsultasi dengan Dokter Anak.

Hari pertama saya konsultasi dengan Dokter Aris lewat jalur pribadi Whats App, beliau menyampaikan bahwa gerakan tangan pada bayi sangat wajar. Apalagi pada satu bulan pertama, banyak gerakan-gerakan yang tidak teratur. Dan itu tidak masalah karena gerakan primitif ini bisa terjadi sampai bayi berusia enam bulan. Gerakan pada tangan bayi bisa menjadi perhatian khusus ketika gerakannya diikuti dengan gerakan kaki seperti mengayuh sepeda, ditambah tangisannya melengking. Ini bisa jadi kejang dan orang tua harus segera ambil tindakan.

Saya merasa sedikit tenang karena diagnosis dokter masih mengatakan aman meski pada esok harinya tangan si kecil masih sering gerak-gerak. Kami pun ada rencana lanjut untuk memeriksakan Wildan jika usianya sudah satu bulan lebih dikit. Memeriksakannya ke Dokter Aris tentunya. Mumpung masih dini. Bertambah hari, tambah usia, tambah gede, gerakan tangan itu hilang. Saya sesekali memperhatikan, memastikan kalau sudah beneran hilang.

Alhamdulilaah...tangan mungil yang tadinya hampir tiap sore bergerak terus, memang sudah normal kembali. Kami pun kembali tenang, terlebih Mbah Utinya, bahagia banget dan tak berhenti untuk mengucap syukur. 🥰🥰
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

Cari Di sini

Perkenalkan...

Hai...perkenalkan, saya Idah. Ibuk dari dua anak dan satu-satunya admin di blog ini.

Rutinitas saya saat ini sebagai Ibu Rumah Tangga sekaligus Ibu Pekerja Kantoran. Kami sekarang tinggal di Kota Dawet Ayu, Banjarnegara, Jawa Tengah.

Oiya, jika ingin komunikasi, bisa melalui akun instagram kami @cerisfamily atau kontak langsung melalui email cerisfamily@gmail.com. Terima kasih.

On Youtube

Fans Page

CERIS Family

Blog Archive

  • ►  2022 (3)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ▼  2021 (13)
    • ►  September (2)
    • ►  Juni (3)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (1)
    • ▼  Februari (2)
      • Memilih Menjadi Wanita Karier
      • Ketika Tangan Bayi Bergerak Terus
    • ►  Januari (2)
  • ►  2020 (16)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2019 (43)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Mei (26)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2018 (37)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2017 (61)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (8)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2016 (62)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (7)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2015 (63)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (9)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (10)
    • ►  Juni (12)
    • ►  Mei (2)

Popular Posts

  • Biaya USG 4 Dimensi di RS Panti Nugroho
  • Tujuan Pemeriksaan HB dan HBsAG untuk Ibu Hamil
  • Tip Agar Jahitan Pasca Melahirkan Cepat Kering

recent posts

Kelas Grwothing

Kelas Growth dari Growthing.id
Diberdayakan oleh Blogger.

Part Of Community

bannermemberfloral
Blogger Perempuan
mamadaring

Follow Us!

Social Media

Facebook Twitter Instagram Youtube Blog Ibu

Created with by ThemeXpose