• Home
  • About
  • Jasmine
  • Wildan
  • Hiroku
  • Kesehatan
  • Tumbuh Kembang
  • Parenting
  • Jalan Jajan
Terkena terik matahari tidak menyurutkan semangat para penonton karnaval. Mereka tetap duduk di pinggir jalan, terus menontonnya dengan riang meski cuaca siang itu begitu panas. Ingin melihat penampilan anak, saudara, teman, atau sekadar menikmatinya. Entah apa yang menjadi tujuan mereka, yang jelas banyak orang menunggu acara karnaval yang digelar di hari kemerdekaan. Termasuk aku.


Di kota kelahiranku, Banjarnegara, karnaval kemerdekaan RI telah menjadi agenda tahunan. Karnaval ini dilaksanakan sehari setelah hari kemerdekaan RI dan diikuti oleh anak-anak TK, SD, SMP, dan SMA. Rute dimulai dari alun-alun Banjarnegara, melewati Jl. MT. Haryono, Jl. Pemuda, lalu kembali lagi ke alun-alun Banjarnegara. Rute yang cukup jauh.

Kebetulan karnaval tahun ini dilaksanakan pada hari Minggu. Aku pun menyempatkan untuk nonton bersama Yasmin dan Mbah Uti. Kami memilih tempat nonton di Jl. Gayam, dekat Topas Gayam. Alhamdulillaah...di sini cukup adem karena ada pepohonan di sekitar. Cukup nyaman.

Bagiku, karnaval termasuk salah satu acara tujuh belasan yang khas dan menarik. Terlebih, tema karnaval tiap tahunnya berbeda. Potensi daerah dan Wisata menjadi tema pilihan tahun ini. 

Tiap sekolah menyajikan kreasi tempat wisata, kuliner, yang dimiliki oleh Banjarnegara. Membuat buah carica dari kertas asturo, misalnya. Atau, membuat replika Candi Arjuna dari kardus. Menarik, ya. Omong-omong, karnaval ini dilombakan. Makanya, tiap Sekolah berlomba-lomba menyajikan kreatifitas terbaik yang siap untuk diperlihatkan. 

Karya berbeda yang aku lihat dalam karnaval yaitu literasi. Salah satunya adalah topeng sarung. Ini adalah kreasi siswa-siswi SMP-IT Banjarnegara. Mereka melukis di atas kain sarung dengan membuat ekspresi wajah. Melihat topeng ini bergerak dan tangannya bergoyang, Yasmin bahagia banget, dong. Dia ikut joged-joged. 😂


Lucu banget, asli. Apalagi melihat gerakan tangannya. Yasmin mencoba mengikuti gerakan para peserta topeng sarung, gitu. 😄 

Anak seusia Yasmin, 19 bulan, memang belum paham arti hari kemerdekaan. Aku belum mengenalkan atau memberi penjelasan tentang Kemerdekaan RI kepadanya. Mengajaknya nonton lomba di kampung halaman, atau nonton karnaval semacam ini menjadi salah satu cara mudah menyampaikan pesan tentang moment kemerdekaan. Sampai pada saatnya dia akan paham, bahwa jika ada lomba di kampung dan karnaval berarti saat itu juga akan ada peringatan hari kemerdekaan. 

Kelak, saat Yasmin usia tiga atau empat tahun, moment nonton karnaval akan kembali terulang. Di usia ini, mungkin dia sudah mulai paham jika kami memberi pengetahuan tentang kemerdekaan RI. Tentang keberagaman baju adat yang dikenakan para peserta karnaval. Atau, alat musik yang dimainkan oleh para peserta karnaval. Pelan-pelan mengenalkan Kemerdekaan RI kepada Si Kecil.

Baca juga Blog Post Mamak-mamak tentang Kemerdekaan:


  1. http://emak2blogger.com/2017/09/12/ada-apa-dengan-poligami/ (Trigger Post)
  2. http://sepradik.com/poligami-di-mata-emak-rempong/
  3. http://www.alfulaila.com/2017/09/memandang-lewat-kaca-mata-saya.html
  4. http://www.fillyawie.com/2017/09/dengan-poligami-apakah-pernikahan-bisa.html
  5. http://masihkecilaja.blogspot.co.id/2017/09/poligami-ikuti-sunnah-rasul-jangan.html
  6. http://www.aninditaayu.com/tentang-poligami-siapkah-jika-suami-menikah-lagi/

Share
Tweet
Pin
Share
6 komentar
Hari ini aku matiin handphone dari pagi sampai sore karena DEMI menyelesaikan beberapa tulisan yang harus dikirim ke *tiiiiit* *sensor* bulan ini. Dan aku takjub dengan diri sendiri. Aku yang biasanya tiap menit lihat layar handphone, hari ini berhasil ngga menengok sama sekali. Yaiyalaaah...handphonenya saja aku taruh di tas. 😂

Atas kedisiplinan ini, akhirnya aku dapat hadiah sepeda motor vario 150 cc, Smartphone Samsung S8, ProBook DELL, dan Sepatu Gunung. TAPI BOHONG! 🙊 Siapa yang mau ngasih hadiah banyak gitu, ya. Duuuh...


Penampilan pertama, sendratari babad alas...
Atas kedisiplinan ini (diulangi), akhirnya aku ada kesempatan nonton Parade Budaya Banjarnegara karena tepat jam 19.00 WIB aku selesai menulis! Wuuuuw...koprol bangeeeet! Tanpa pikir lama, aku minta izin ke orang tua untuk cus ke alun-alun Banjarnegara. Hiyaaa...harus banget izin karena aku mau bawa Kecemut. Hahaha. 

Sebenarnya aku dan suami sama-sama pesimis dapat izin, lho. Lha kok pas lagi nyari kaus kaki Kecemut, mbah Uti nyamperin. Yaudah...langsung tembak aja, DOR! Pada akhirnyaaaaa, kami dapat izin untuk nonton! Wuuuuw...koprol lagii lah, yaa. Biar gawl. 

Berangkat dari rumah jam 19.30 WIB, sampai alun-alun Banjarnegara, udah ramai penonton. Woyoooh...untung masih diberi jalan buat masuk. Kami pun bisa duduk nyaman, tenang, dengan posisi yang tepat. Tenang, awalnya. Saat Yasmin masih bobok dalam pelukanku, aku dan suami masih bisa bergembira. Tapi saat acara dimulai, Yasmin bangun dan minta maju ke karpet merah. Mau ikut pertunjukan kalik, ya.😂 Ya ampuun...aku hanya bisa maklum karena usianya masih dini. Belum paham betul aturan-aturan, gitu. Seketika, dia nangis dan langsung heboh.

Sendratari Babad Alas sempat kami tonton sampai selesai. Dan kesenian ini keren banget! Menampilkan 95 penari, sendratari ini sukses membuatku mlongo kagum. Aaah...ternyata seni budaya Banjarnegara lebih memesona dari apa yang kubayangkan. Banjarnegara, ku cintaaaaaa! 💕💕💖

Sama Bima saja takuuuut. CEMEEN. 😆😆😆
Ehiya, di acara parade budaya ini, kami hanya bisa nonton satu pertunjukan saja karena lama-lama Yasmin riweeh. Karena sudah berujung pada tangisan, kami pun memilih untuk pulang. Tepat jam 22.00 WIB, sesuai janjiku kepada orang tua, pulang maksimal jam sepuluh malam. Jodohnya, Mbah Uti telpon di jam janjian. Yihaaa bangettt! 😆

Keluar area pertunjukan dengan setengah hati, alhamdulillaah ada yang bisa menyembuhkan. Adalah kerak telor asli betawi kesukaanku dan suami, odong-odong kesukaan Yasmin. Yaudah, kami pun langsung menempatkan diri sesuai kesukaan masing-masing. Yasmin naik odong-odong sendiri, aku dan suami pacaran. Lalala...INI BOHONG BANGET! 😛

Festival Serayu akan hadir dua tahun lagi. Artinya, dua tahun lagi Yasmin udah gede. Udah bisa anteng diajak nonton Parade. Semoga dua tahun lagi aku hamil. Aamiin...🙏🙏 *eh ini apaaa*
Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar
Peran sebagai ibu rumah tangga sekaligus ibu pekerja ternyata banyak asyiknya. Terlebih, aku punya partner kerja yang bisa dibilang sesuai harapan. Di rumah, aku punya suami dan orang tua yang dapat diajak kerjasama. Sementara di kantor, rekan kerjaku hebat-hebat. Uuuh...di mana pun betah! 😎


Kerja dari jam 08.00-16.00 WIB, acap kali tak terasa. Meski demikian, aku jarang pulang kerja melebihi jam kerja kecuali ada perintah lembur dari atasan. Sesampainya di rumah, bebersih, lalu dilanjut interaksi dengan keluarga. Yasmin My Love, khususnya! 💕

Sepulang kerja, interaksi aku dan Yasmin tidaklah lama. Kadang ngga sampai satu jam, dia udah lelap dalam pelukanku. Nenen beberapa menit, sampai bobok pulas. Setelahnya, ngga ada aktivitas lagi kecuali dia terbangun. Ini sebagian rutinitasku tiap harinya sebagai ibu rumah tangga sekaligus ibu pekerja. Eeeh...segini dowang dipamerin, ya. 😛

Omong-omong, ini baru dua profesi, ya. Belum lagi ditambah hobiku yang juga mengasyikan yaitu ngeblog dan aktivitas di luar rumah bareng teman-teman. 😂Uwwh...betul-betul harus bisa mengatur waktu dengan baik dan benar. Betul-betul harus bisa adil membagi waktu. Terlebih untuk buah hatiku, Yasmin. Eeeh...ini pamer lagi? 😆 Nggaaaa, asli. Ini aku lagi belajar bersikap adil, karena bagiku keadilan itu teramat penting.

Atas dasar profesi dan hobiku di atas, bagiku ini tantangan banget untuk bersikap adil. Bagaimana aku harus membagi waktu untuk keluarga, pekerjaan, blogging, dan main. Keadilan berbagi waktu ini ngga mudah. Sungguh. 

Beberapa kali aku sempat mempraktekan dengan membuat jadwal kegiatan harian. Hasilnya memang belum 100 % sesuai jadwal, terlebih implementasi untuk blogging. Ngakunya sih blogging sudah menjadi hobi, menjadi prioritas pula, tapi saat tiba saatnya ada jadwal untuk menulis dengan tema yang sudah ditentukan, aku justeru memilih untuk main, atau quality time bersama keluarga. Ini melanggar nilai adil, bukan?


Memang, ngga ada yang protes ketika aku gagal update blog. Tapi mestinya tetap jalan sesuai jadwal agar dapat menjalankan keadilan. Ini baru aku VS blogging, ya. Belum lagi aku VS keluarga. Ya, selain blogging, aku kerap berperilaku kurang adil terhadap keluarga. Waktu yang seharusnya digunakan untuk kebersamaan, kadang kecolongan. Entah itu digunakan untuk mainan gadget, atau hal lain yang seharusnya ngga dilakukan sat itu juga. Duuuh...kalau inget sering korupsi waktu kayak gini, rasanya sedih pisan. 😢

Tapi sedihku ini berujung, kok. Berujung pada introspeksi. Belum bisa bersikap adil, tapi terus belajar dan berusaha. Pelan-pelan menerapkan sikap adil untuk segala aktivitas sesuai porsinya.

Ini kenapa tiba-tiba ngomongin adil dan keadilan?

Tentunya bukan tanpa sebab aku ngomongin adil dan keadilan, ya. Kamu tahu butir-buti pancasila, kan? Adil dan keadilan menjadi salah satu di dalamnya. Pancasila sumber inspirasi maju, makanya nilai-nilai luhur pancasila penting banget diimplementasikan dalam kehidupan. 

Sekadar informasi, pada tanggal 21-22 Agustus 2017 berlangsung acara Festival Prestasi Indonesia yang diberi tema Pancasila Sumber Inspirasi Maju. Event ini digelar oleh UKP-PIP (Unit Kerja Presiden-Pembinaan Ideologi Pancasila) dan bertempat di JHCC.

Di acara ini, akan ada 72 ikon prestasi dari anak-anak bangsa di berbagai bidang. Salah satu kriteria untuk menjadi ikon prestasi adalah pernah memperoleh penghargaan atau juara tingkat nasional dan internasional. Bagi kamu yang dekat dengan lokasi acara, yuk ikut acara ini, lalu bagikan di media sosial dengan mencantumkan hashtag #PancasilaInspirasiMaju. Jangan lupa follow akun UKP-PIP juga, untuk mendapat informasi terbaru.😎
Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar
Sebagai orang tua, sepertinya aku terlalu susah untuk tidak berharap supaya anak-anakku menjadi anak yang pintar, kelak. Pada tiap do'a saja, aku selalu meminta 'semoga kelak Yasmin menjadi anak yang pintar'. Dan doa-doa ini aku panjatkan semenjak si kecil masih dalam kandungan. Mungkin orang tua, khususnya Ibu, juga memanjatkan doa yang sama denganku. Ngga hanya aku dowang, gitu. 🙊



Tak ada yang salah dengan harapan para orang tua, karena mereka pasti menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya. ❤ Pun dengan doa-doa yang dipanjatkan kepadaNya. Hanya saja dalam kesehariannya, pintar bukan menjadi tolak ukur anak untuk menjadi pribadi yang baik. Dan aku tambah paham tentang ini setelah ikut acara sharing bersama orang tua murid, serta calon orang tua yang diselenggarakan oleh Adzkia Banjarnegara, sebuah day care, play group dan Sekolah Dasar yang belum lama berdiri di Banjarnegara.

Bertempat di ruang Kencana, Surya Yudha Park, aku bersama Uutri turut menimba ilmu dari para nara sumber yang kompeten. FYI, aku ikut acara ini karena diajak Uut. Dia termasuk orang tua murid di Adzkia. 😂 😂 Yalaaa...mana aku punya agenda macam ini, Yasmin saja baru berusia 19 bulan, dan aku belum punya rencana untuk ikutin dia ke day care. Masih memanfaatkan Mbah Uti dan ART. 🙊  Tapi ngga ada salahnya ikut acara yang bermanfaat seperti ini.


Mas Aga dan Yasmin, ngga sengaja playdate..😂
Aga, namanya. Dia anak pertama Uut dan baru saja masuk play group Adzkia. Dari ceritanya, Aga cukup banyak perubahan pada sikap setelah masuk Adzkia. Lebih disiplin, katanya. Sebagai teman yang baik, mungkin Uut pingin Yasmin menjadi pribadi yang lebih baik juga kalik, ya. Makanya ngajak aku untuk ikut acara ini. 🙊

Pagi itu, kira-kira pukul 10.30 WIB, acara dimulai. Ada empat nara sumber dan aku lupa namanya kecuali Bu Wulan. Ini pun kalau ngga salah ingat nama. Hahaha. Ngga perhatian banget, ya. Hahaha. Aku inget Bu Wulan saja, karena dapat "oleh-oleh" dari beliau. Eeeh...berarti ini ngga perhatian dengan nara sumber, dong? Eehm...bukan gitu. Ini karena saking banyaknya yang disampaikan. Kebetulan pas Bu Wulan sharing, aku baru mulai fokus. 😂 

Bu Wulan menjadikanku dapat berpikir lebih bijak untuk masa depan anak-anak, kelak. Khususnya lewat kutipan berikut:

"Mendidik anak jangan terpacu untuk membuatnya pintar, tapi buat mereka sadar." 

Kutipan ini sukses tertanam di otakku, asli. Menjadikan anak sadar, ternyata lebih penting ketimbang menjadikannya pintar. Dan ini memang benar. Sejauh memandang, kadang ada sedikit unsur paksaan bila orang tua ingin menjadikan anak pintar. Ya...kalau harapannya goal, ya. Nah kalau ngga? Bisa bikin baper tingkat dewa, tuh. 😂 

Sampai pada praktiknya, ternyata juga lebih asyik menjadikan anak sadar, ketimbang pintar. Menanamkan perilaku tanggung jawab sejak dini, dan mengajarkan disiplin, misalnya. Asli, ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi kami sebagai orang tua karena tanpa disadari, kami akan menjadi role mode bagi anak-anak. Artinya, kami harus bersikap lebih tanggung jawab dan disiplin. Hayoo lhooo. 😂

Terima kasih Bunda Aga, udah ngajak aku ke acara ini. Makasih juga buat Adzkia Banjarnegara. Semoga kurikulumnya tambah berbobot dan menarik! ^_*
Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar
Hampir tiap akhir pekan, ada tiga mainan yang menunggu anak-anak di pertigaan samping rumahku. Mobil full musik semi terbuka, delman, dan odong-odong. Ketiganya datang satu per satu, namun lebih sering bergilir. Kadang satu armada belum balik, udah datang armada lain. Artinya, anak-anak bisa minta naik kedua armada secara bergantian. Dua ribu dikali dua, mari berhitung! 😂


"Halaaah...dua ribu dowang buat anak. Pelit amat ngga dikasih!" 🙊

Mungkin komentar tersebut yang terlontar saat si kecil mulai merengek minta naik odong-odong. Komentar orang tua generasi milenial tentunya. Hahaha. Yalaa...ketimbang anak nangis, mending dikasih duit aja dua ribu atau lima ribu buat naik delman, dan odong-odong. 

Ya, kaaaan? Simpel, kaaan?

"Ngga! Yasmin jangan naik odong-odong dulu!"

Tegas banget Mbahnya Yasmin, ya. Mbah Kung, khususnya. Dia ngga pernah mengizinkan Yasmin untuk naik odong-odong karena menurutnya bisa menjadi kebiasaan. Maksudnya tiap ada odong-odong masuk desa, dia akan minta naik. Bukan karena dua ribunya, tapi karena nanti akan terbiasa minta dan itu ngga baik. Menurut Mbahnya, sih. Aku dan suami pun ikut-ikutan. 🙊

Kasihan sebenarnya, ya. Dan setelah kami evaluasi, ada baiknya juga ngga terlalu nyah-nyoh sama anak. Dunia anak memang dunia permainan, termasuk explore mainan. Tapi gimana caranya, anak-anak bisa menikmati permainan, sampai mengeksplornya, tanpa ada rasa candu.

Akhirnya, di usianya yang ke lima belas bulan, kami mengenalkan Yasmin kepada si odong-odong. Tapi bukan odong-odong yang masuk desa, melainkan yang standby di alun-alun Banjarnegara.

Awalnya Yasmin kalem, gitu. Mimik wajahnya nampak ada sedikit rasa takut. Aku pun mendampinginya, berdiri di samping odong-odong. Udah mirip body guardnya lah, ya. 🙈 Sampai akhirnya dia mulai berani tengok kanan-kiri, belakang, badannya mulai bergerak mengikuti alunan musik lagu anak-anak. Fix, dia mulai nyaman! Aku pun merekam moment tersebut, ngga mau kehilangan moment pertama naik odong-odong. 😎

Tentang delman, odong-odong, dan atau jajan, sebagian besar dari si kecil akan memberi reaksi meminta, tanpa dikenalkan terlebih dahulu. Jadi ngga usah berusaha menawarkan ini itu kepada si kecil yang sekiranya menjadi candu, deh. 😂😂
Share
Tweet
Pin
Share
6 komentar
"Duuh..ada banyak orang, Nak. Nenen nanti aja, ya. Ibu malu." ❤

Pernahkah BuIbu meminta kepada si kecil untuk menunda nenen? Kira-kira, gimana tanggapan si kecil, nih? Mengangguk karena paham, atau justeru langsung rewel karena permintaannya ngga dituruti?

Full Nursing Cover kesukaan...
Banyak yang mengatakan kalau aku termasuk Ibu yang kalah dengan tangisan anak. Hampir tiap Yasmin nangis, hanya ada dua pilihan yang bisa kulakukan, yaitu langsung memberi ASI atau menggendongnya. Terlebih saat dia masih bayi.

"Ya ampuun, jangan digendong mulu. Ntar bisa-bisa jadi anak juneng, lho." 🙌

Pasti BuIbu pernah mendengar istilah juneng, kan? Bagi yang tinggal di Jawa, khususnya. Juneng alias dijunjung meneng punya arti bahwa anak yang sedang menangis hanya mau diem setelah digendong. 🙊

"Weeeh...kok langsung ceplok aja, sih. Ntar jadi kebiasaan, lho." 😎

Naaah, kalau komentar macam ini biasanya ditujukan kepada BuIbu yang pingin anaknya bobok lagi (kalau kebangun) atau lekas diam. 😂 Menjadi seorang Ibu, tuh, memang butuh kesabaran yang teramat, ya. Apalagi Ibu muda dan baru punya satu anak. Duuh...keep strong hati dan telinga. ✊

Asli, aku ngga tega cuma memberi puk-puk di paha mungilnya saat dia nangis. Rasanya harus menggendongnya dulu. Pun saat dia kebangun dan kayak belum cukup boboknya. Rasanya harus cepat-cepat ngasih ASI. Fufufu...Ibu yang satu ini memang mudah meleleh. Dan tau ngga, kebiasaan ini berlanjut sampai sekarang. 😄

Yasmin nangis, lalu menggendongnya. Ngga masalah, ngga repot, dan sama sekali ngga merasa rempong karena aku masih kuat mnggendongnya. Yasmin nangis karena minta nenen dan kadang ngga mau tahu situasi dan tempat.

"Duuh..ada banyak orang, Nak. Nenen nanti aja, ya. Ibu malu." ❤

Insya allah belum. Ya, aku belum dan sepertinya ngga sanggup menolak permintaan Yasmin yang satu ini sampai habis masa berlakunya. Lagian jarang banget lah ya, toleransi dari anak untuk ini. Menyusui dimana saja, oke! Bukan prinsip, tapi selalu berusaha untuk breastfeeding every where.




"Eeeeeh...jangan gila dong, Buk. Masak menyusui dimana saja, sih. Ingat aurat wanita, dong!" 🙌

Ooo...ini selalu aku ingat, selalu berusaha hanya buat konsumsi suami. 🙊 Tapi masa tega, si kecil udah pingin banget nenen, terus diminta untuk menunggu sampai menemukan ruang laktasi, atau tempat tertutup lainnya. Fufufufu...

Beli nursing cover dong, Mom!

Yuhuui...ini solusi banget buat BuSui yang mendukung program breastfeeding every where. Eeeh...emang ada programnya, gitu? Hahaha. Dibuat sendiri saja kalau belum ada, ya. 😂 *maksa*

Ibu menyusui memang disarankan untuk mengenakan pakaian yang ramah BuSui. Entah itu hem dengan kancing depan, kaus dengan akses menyusui, atau baju dengan resleting depan. Ini sebagai perlakuan khusus buat si kecil supaya bisa nenen dengan mudah dan nyaman. Namun, ada juga BuSui yang memanfaatkan nursing cover untuk aktivitas menyusui di tempat umum. Aku termasuk salah satu BuSui yang memanfaatkan nursing cover. 

Pertama menggunakan nursing cover, tuh, saat pertama kali mengajak Yasmin imunisasi ke Puskesmas. Saat itu, usianya masih 3 bulan. Ya, bayi di bawah 10 bulan masih bisa dikondisikan karena posisi nenennya masih dengan cara digendong. Selain itu, pemberian ASI pada usia tersebut bisa dibilang masih cukup sering. Makanya aku membawa nursing cover, siapa tahu dia mendadak minta nenen. Dipakai atau ngga, yang penting dibawa karena sudah masuk daftar perlengkapan yang harus dibawa saat bepergian.

Memberi ASI dengan memanfaatkan nursing cover cukup membuat nyaman bagi ibu dan si kecil. Memang awal pemakaian, mungkin si kecil akan rewel karena dia merasa ngga bebas. Secara, hampir menutupi seluruh tubuhnya, ya. Dan Yasmin menjadi salah satu anak yang rewel ketika aku memakai nursing cover. Namun pelan-pelan tapi pasti merasa nyaman dan cepat kenyang karena dia fokus nenen.

Tempat duduk menjadi incaranku saat Yasmin udah mulai minta nenen. Yaiyalah, masak nenen sambil berdiri, ya. Ngga cantik, dong. 😜 Selanjutnya memakai nursing cover. Celemek menyusui yang aku pilih yaitu tipe full atau penuh, dimana dapat menutupi dari bagian depan sampai belakang. Bagiku, ini menjadi pilihan tepat karana ternyata aku lebih sering mengenakan kaus oblong jika bepergian. Kebayang saat memberi ASI di tempat umum tanpa celemek, kan? Kaus bagian belakang pasti ikut naik meski hanya dikit. Bagian perut pun ngga semua tertutup oleh Yasmin. Belum lagi, bagian samping kanan-kiri. Uuuh...makanya, aku lebih memilih celemek yang full.




Nah, karena celemeknya penuh, perhatikan bahannya sebelum membeli. Eh, baik full atau ngga, ding. Pilih bahan yang adem, dan ngga terlalu tebal supaya ngga panas. Ya kebayanglah kalau memilih bahan yang ngga berkualitas, ada si kecil di dalam celemek, lho. 👶 Kasihan kalau sampai dia ikut panas, kan. Dan yang ping penting, si kecil masih bisa bernapas dengan nyaman. Aturlah posisi menyusui senyaman mungkin supaya si kecil bisa fokus, dan ngga rewel. Jika sudah berusia 12 bukan lebih, ada baiknya memakai nursing cover yang ngga penuh.

Eh btw, nursing cover yang aku pakai di atas itu bisa dibeli di www.mooimom.id, lho. Lihat juga koleksi nursing cover lainnya lewat Instargam @moomimom.id, ya. Ada banyak macam, model, dan motif. Pilih saja sesua hati ya, Buuuuuk. 😍
Share
Tweet
Pin
Share
8 komentar
Newer Posts
Older Posts

Cari Di sini

Perkenalkan...

Hai...perkenalkan, saya Idah. Ibuk dari dua anak dan satu-satunya admin di blog ini.

Rutinitas saya saat ini sebagai Ibu Rumah Tangga sekaligus Ibu Pekerja Kantoran. Kami sekarang tinggal di Kota Dawet Ayu, Banjarnegara, Jawa Tengah.

Oiya, jika ingin komunikasi, bisa melalui akun instagram kami @cerisfamily atau kontak langsung melalui email cerisfamily@gmail.com. Terima kasih.

On Youtube

Fans Page

CERIS Family

Blog Archive

  • ►  2023 (11)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2022 (17)
    • ►  Desember (4)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2021 (12)
    • ►  September (2)
    • ►  Juni (3)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2020 (17)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2019 (42)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Mei (26)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2018 (37)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (3)
  • ▼  2017 (61)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (5)
    • ▼  Agustus (6)
      • Pelan-pelan Mengenalkan Kemerdekaan RI kepada Si K...
      • Akhirnya, Nonton Parade Budaya Banjarnegara!
      • Tantangan untuk Bersikap Lebih Adil
      • Bukan Menjadikannya Pintar, Melainkan Sadar
      • Odong-odong
      • Pengalaman Menggunakan Nursing Cover
    • ►  Juli (8)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (8)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2016 (62)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (7)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2015 (63)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (9)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (10)
    • ►  Juni (12)
    • ►  Mei (2)

Popular Posts

  • Biaya USG 4 Dimensi di RS Panti Nugroho
  • Tujuan Pemeriksaan HB dan HBsAG untuk Ibu Hamil
  • Tip Agar Jahitan Pasca Melahirkan Cepat Kering

recent posts

Kelas Grwothing

Kelas Growth dari Growthing.id
Diberdayakan oleh Blogger.

Part Of Community


Blogger Perempuan
mamadaring

Follow Us!

Social Media

Facebook Twitter Instagram Youtube Blog Ibu

Created with by ThemeXpose