• Home
  • About
  • Jasmine
  • Wildan
  • Hiroku
  • Kesehatan
  • Tumbuh Kembang
  • Parenting
  • Jalan Jajan

Serunya Anak SD Foto Bareng di Photobox Banjarnegara - Pagi itu, saya sudah mulai aktivitas memasak di dapur. Suara panci dan wajan beradu, tapi telinga ini tetap awas mendengarkan celoteh anak perempuan saya, Jasmine yang duduk di ruang makan.

Serunya Anak SD Foto Bareng di Photobox Banjarnegara


"Ibun, besok-besok aku mau ke photobox sama temen-temen, tapi bayar sendiri. Tenang." katanya polos, sambil nahan senyum malu.

Lho, anak SD photobox? Dalam hati saya ketawa kecil. Mendengar celotehannya, rasanya "geli" banget. Kenapa? Karena saya baru merasakan photobox saja di usia 30+ alias belum lama. 🤭 Itu pun karena tidak direncanakan. Kencan sama teman di kota sebelah, terus tiba-tiba dia mengajak untuk photobox.

Sebenarnya saat dulu saya Kuliah, photobox ini sudah ada. Tapi rasanya tidak tertarik. Kalau melihat foto orang lain dengan bibir manyun-manyun saja rasanya ingin berkata-kata. 🤣 Saat itu, nulis di binder lebih hits ketimbang foto-foto, ya. Sekarang, anak-anak masih usia SD sudah ngerti gaya, ekspresi, dan angle kamera! Makanya dengan keberanian tingkat dewa, mereka percaya diri untuk ke photobox. Masya Allah yaa, Bun. xixixixi

Tapi di balik rencana mereka itu, ada banyak cerita yang bikin hati saya meleleh. Sungguh. Yuk, simak perjuangan Jasmine dan dua temannya: Anin dan Aqila yang akhirnya bisa ke photobox dengan happy.

Demi ke Photobox, Mereka Rela Mengurangi Uang Jajan.

Di luar prediksi BMKG, ternyata anak kelas 3 sudah mempunyai teman main yang klop dan kompak. Dari jauh-jauh hari, mereka bikin "rapat kecil" di kelas, diskusi serius soal photobox. Mulai dari budgeting, waktu, mencari tahu lokasi photobox, sampai bertanya bagaimana cara untuk bisa sampai ke sana. 

Pagi itu, seperti biasa saya mengantarkan Jasmine sekolah. Sesampainya di halaman sekolah, dua temannya mendekati saya dan minta izin untuk ke photobox. Jujur, saya kaget. Secepat ini kah mereka bisa mengumpulkan uang untuk photobox. Saya tidak tahu persis, mereka bisa menyisihkan uang berapa ribu per harinya demi untuk ke photobox. Tapi yang jelas butuh perjuangan bagi mereka untuk mengurangi uang jajan.

Kenapa? Tentu ada yang rela tidak beli es lilin favoritnya, ada juga yang tiap hari bawa bekal biar tidak jajan di kantin. Bahkan Jasmine, yang biasanya suka banget beli makaroni rasa jagung setiap istirahat, bilang ke saya, “Ibun, sebulan ini aku full mau bawa bekal terus ya.”

Dia memang tidak membawa bekal setiap hari. Hari-hari tertentu saja supaya lebih bervariasi dan untuk menghindari rasa bosan. Tapi, saya tidak berpikir sampai sejauh itu. Dia membawa bekal karena sedang berhemat demi photobox. 🤣 Ya ampun, hati siapa yang enggak lumer dengar cerita begitu?

Minta Izin ke Orang Tua, Ayo Gass!

Namanya juga anak-anak, kalau sudah punya rencana seru bareng temen, semangatnya ngalahin orang mau belanja flash sale! 😄Saya sangat mengapresiasi kejujuran mereka dengan minta izin sebelum action. Tidak mencuri waktu atau diam-diam sampai ke photobox tanpa didampingi orang tua seperti kejadian beberapa tahun lalu. Diam-diam ke Cangkring.

Nah, setelah mereka minta izin, saya dan orang tua dari Anin dan Aqila pun saling berkomunikasi untuk melancarkan misi mulia dan penuh gaya yaitu foto bareng di photobox. 🤭Saya mengizinkan saja selama kegiatannya baik dan bikin anak merasa senang.

Berlokasi di tengah kota, tentu mereka membutuhkan pendampingan dan dikawal supaya aman dan nyaman. Setelah menemukan waktu yang pas, kami pun langsung menuju lokasi photobox.

Hari-H: Dandan, Kompak, dan Banyak Gaya!

Setelah menabung kurang lebih dua bulan , akhirnya uang terkumpul. 😭Hari yang ditunggu pun tiba. 

Pagi-pagi, mereka telponan untuk janjian warna kostum. Ada yang pilih warna baju putih, ada juga yang hitam. Tapi untuk hijab, kompak banget dengan warna pink. Kami mengantarkan mereka ke studio photobox yang saat itu sedang ada diskon 50% sampai akhir bulan. Sesampainya di lokasi, ternyata antre sekali. Kami menadapatkan nomor antrean ke 11. Istighfar dulu kalau harus menunggu berjam-jam, deh. Tanpa pikir lama, akhirnya kami pindah ke second option, yaitu di Myut-Myut Photobox. 

Saya tidak punya pengalaman photobox di sana, sih. Tapi, saya pernah cetak foto di sana, tahu ada photobox di sana, dan pemiliknya sangat ramah. Makaknya saya mengajak mereka untuk pindah ke Myut-Myut ketimbang harus menunggu lama. Satu hal yang bikin kaget, nih. Harga photobox di photo studio yang sedang mengadakan diskon dengan di Myut-Myut ini sama. Jadi, diskon 50% itu tidak berlaku. 😂 

Di Myut-Myut Banjarnegara, satu per satu masuk ke bilik foto dengan gaya andalan: ada yang jempol ke atas, ada yang manyun lucu, ada juga yang gaya “love” pakai tangan. Pokoknya gaya khas anak zaman sekarang. 

Suasana di dalam "box" rame banget. Teriak-teriakan kecil, ketawa lepas, dan celoteh polos yang bikin studio photobox mendadak jadi tempat paling hidup hari itu. Dan hasilnya? Selama sepuluh menit cekrak-cekreek bergaya, Masya Allah… ekspresi mereka polos, ceria, dan penuh kebanggaan. Alhamdulillah, misi mulia penuh gaya akhirnya sudah terlewati. Setelah selesai pun, kami dikirim hasil fotonya. Lima puluh lima ribu dibayar tunai! 😂

Lebih dari Sekadar Foto.

Dari luar, mungkin orang lihat ini cuma photobox iseng anak-anak. Tapi buat mereka -dan buat kami sebagai orang tua- ini adalah cerita tentang kerja sama, tanggung jawab, pengorbanan, dan cita rasa perjuangan kecil yang bernilai sangat besar. Sebuah kenangan yang insya Allah akan mereka ingat seumur hidup. 💕📸

Di usia mereka yang masih 9 tahun sudah belajar bahwa sesuatu yang didapat dari usaha sendiri rasanya lebih manis dari es krim. Sebagai ibu, saya cuma bisa senyum haru, sambil bilang dalam hati: "Teruslah belajar, Nak... dari hal-hal kecil seperti ini, kamu sedang tumbuh jadi besar."

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Akhir pekan kali ini, Ibun rasanya tidak ada gairah untuk bepergian, padahal anak-anak dan Ayah libur. Sebenarnya kami sudah ada rencana pergi ke Klampok buat beli mainan, tapi ternyata saya merasa lebih butuh istirahat ketimbang berbelanja mainan anak.

Ketika di rumah formasinya lengkap, rasa-rasanya kayak mustahil banget bisa menikmati hari libur ya, Bun. Hahaha. Ekspektasinya, sih, bisa rebahan dengan tenang dan nyaman, tapi realitanya tetap harus berada di samping keluarga. Kruntelan? No! Saya menemani anak-anak bermain seharian di rumah. Terus, pas anak minta jajan ini dan itu yang mengharuskan untuk keluar rumah, rasanya kaki ini seperti kesemutan. Susah buat berdiri dan beranjak dari kasur. 😆

Ketimbang harus menemani anak-anak pergi ke warung buat jajan, saya menawarjan beberapa pilihan camilan yang bisa dibuat di rumah. FYI, jarak rumah ke warung, tuh, hanya beberapa langkah saja, lho. Yha...namanya lahi malas keluar. 🤭Kebetulan di rumah ada stok pisang, jagung, ubi, dan kentang. Saya menawarkan untuk membuat kentang goreng crispy yang paling mudah, tapi ditolak. Hahaha. Mereka minta bikin Jasuke alias Jagung Susu Keju.

"Ibun, bikin Jasuke kayak yang ada di Depo Pelita, yuk!" Kecemut punya rekomendasi Jasuke yang enak banget yaitu di Depo Pelita Banjarnegara.

Saya masih ingat betul, aroma Jasuke di Depo. Wangi banget, jagungnya empuk, dan kejunya kaya. Harganya Rp 10 ribu/cup. Ukuran cup-nya termasuk kecil, sih. Tapi kami selalu puas jajan Jasuke di sana karena rasanya emang enak banget. Anak-anak juga selalu menghabiskan Jasukenya.

Sekarang, saatnya praktik bikin Jasuke bersama anak!

Ini adalah kali pertama kami membuat Jasuke. Tentu Kecemut senang sekali karena jajanan ini termasuk salah satu jajanan favoritnya. Pun dengan Wildan yang juga suka banget jagung rebus. Direbus biasa saja suka, apalagi ditambah topping keju. Aww...! Senang sekali pastinya.

Mengajak anak untuk turut beraktivitas di dapur, tuh, seru-seru sedap. Seperti aktivitas membuat camilan ini. Satu hal yang harus diperhatikan orang tua yaitu tetap berada di sampingnya atau mendampinginya. Meskipun sudah sering mengajaknya memasak, usia anak-anak belum mampu mengerjakan semua tahapan memasak. Sebagai contoh, saat mereka menuangkan minyak ke dalam wajan, menyalakan kompor, memotong sayuran, kadang ada rasa canggung atau kurang percaya diri. Nah, kalau tidak didampingi secara intens, khawatirnya bisa menyisakan ketakutan yang mendalam pada diri anak.

Penting! Mengenalkan Bahan yang Digunakan.

Saat masak-masak atau bikin camilan, tak lupa saya kenalkan bahan apa saja yang digunakan. Secara garis besar adalah bahan utama, kemudian lanjut bumbu-bumbu supaya rasanya semakin yummi. Tak hanya itu, saya juga mengenalkan peralatan masak kepada anak-anak supaya pas saya butuh dan minta tolong, mereka sudah paham wujudnya seperti apa. Tetap ada niat terselubung, ya. Itu lah yang dinamakan manfaat. 🤣 

Bahan yang Digunakan Untuk Membuat Jasuke.

Anak-anak hanya tahu bahan yang berwujud arau bisa dilihat dalam seporsi Jasuke. Tak lain yaitu Kagung, Susu, dan Keju. Padahal masih ada beberapa bahan tambahan supaya Jasuke ini aromanya wangi. Adalah Vanili yang merupakan salah satu bahan pemberi aroma pada makanan. Omong-omong, apkah kalian suka dengan aroma vanili?

Pengalaman Seru Saat Membuat Jasuke Bersama Anak.

Ketika ide membuat makanan datang dari anak-anak, mereka terlihat lebih semangat dalam membuatnya. Rasa capek atau kayak mau menyerah kadang juga terlihat, tapi lebih banyak semangatnya. Berikut pengalaman kami saat membuat Jasuke.

Ternyata Membersihkan Jagung Butuh Kesabaran.

"Ibu, kenapa rambut jagungnya enggak habis-habis, sih!"

Saya salut sama anak-anak yang kalau diminta buat membersihkan rambut jagung, tuh, bisa sampai bersih banget tanpa tersisa satu helai pun. Orang dewasa kadang masih suka nyisain satu atau dua helai rambut di sela-sela jagung karena tidak kelihatan. Hayo...mengaku saja, Bun! 😂 Mata anak-anak jeli banget. Melihat sehelai rambut jagung di Jasuke yang sudah jadi, kadang bikin ill feel dan semangat menghabiskannya turun. 🤣

Proses membersihkan jagung memang butuh kesabaran. Kalau hanya mengupasnya, sih, tidak membutuhkan banyak waktu, ya. Ini proses membersihkan rambut jagung yang butuh kesabaran karena kadang harus diambil satu per satu untuk rambut jagung yang kadang masuk di sela-sela biji.

Menyerut Jagung Tidak Mudah.

Proses menyerut jagung baiknya diajarkan kepada anak-anak ketika usianya sudah tujuh tahun. Ini berkaitan dengan memegang dua benda yaitu jagung dan pisau yang membutuhkan fokus dan kekuatan. Jagung harus pegang dengan kuat. Begitu juga saat menyerutnya, harus kuat supaya hasil serutan maksimal.

Proses menyerut jagung tidak mudah. Kecemut yang baru belajar menyerut, biji jagungnya tercecer ke mana-mana karena belum bisa mengendalikan pisaunya. 😂

"Bagaimana bisa, menyerut tanpa jagung berantakan, Bu?" Dia penasaran banget jika melihat saya membuat bakwan jagung, tapi jagungnya stay calm. 🤣

Temukan jawabannya saat sudah agak gede dikit ya, Mbak. 🤭

Membuat Jasuke ini sangat simpel. Bahannya mudah dicari dan cara membuatnya juga sangat simpel. Karena jami hanya membuat sedikit, cuma dua tongkol, proses mengukus pun kami lewatkan. Jagung janya kami rebus menggunakan air, tanpa kami kukus. Kalau soal rasa, sudah pasti lebih enak lagi kalau dikukus, ya. Jadi, Kecemut kali ini tidak belajar mengukus. Semoga lain waktu bisa belajar bareng Wildan juga. ❤️

Pengalaman Bikin Jasuke Bersama Anak lebih seru ketimbang bikin sendiri ya, Bun. Banyak manfaat yang didapatkan. Ah...besok-besok belajar bikin camilan apa lagi, ya? Boleh dong kasih rekomendasi di kolom komentar, Bun.😘



Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Pengalaman Mendampingi Vaksinasi Anak - Sejak ada kabar berita perihal vaksinasi anak, tidak sedikit orang tua yang dag dig dug! Antara khawatir anak akan menolak diajak vaksinasi dan takut setelah vaksinasi bakal terjadi hal-hal yang tidak diinginkan karena efek dari pemberian vaksin.

Kira-kira ini yang deg-degan hanya orang tuanya saja atau juga anak-anak, ya? 😆

Ketika Bu Tata (Guru Kelasnya Jasmine) memberitahukan bahwa akan dilakukan vaksinasi untuk anak-anak TK Negeri Pembina Madukara, jujurly saya deg-degan khawatir kalau Jasmine tidak mau ikut vaksinasi. Pemberitahuan yang disampaikan melalui WhatsApp Group yang mana anggotanya adalah orang tua siswa sudah cukup jelas, hanya tinggal menunggu jadwal saja. Bu Tata juga menyampaikan bahwa anak-anak sudah diberitahu akan ada vaksinasi dan mereka pun terlihat aman walaupun ada beberapa yang bersuara "takut ih takut", katanya. Ah...jadi kepo banget sama ekspresinya Mbak saat tahu akan dilakukan vaksinasi. 🤣

Pengalaman Mendampingi Vaksinasi Anak TK Pembina Madukara

Yey! Akhirnya Pemerintah Mengeluarkan Aturan Vaksinasi Covid-19 Pada Anak Usia 6-11 Tahun.

Sebagai orang tua, saya merasa bahagia ketika tahu pemerintah mengeluarkan surat keputusan perihal vaksinasi bagi anak-anak. Iya, saya termasuk Ibu yang cukup serius dalam menyikapi adanya Covid-19, beda banget dengan Ayahnya Jasmine yang bisa dibilang slow atau biasa saja. 😂 Saking seriusnya, selama pandemi saya tidak berani mengajak anak-anak keluar kota sekalipun dalam rangka silaturahmi. Apalagi pas dengar berita kalau kasus si Covid kembali hot, tambah serius. Anak-anak minta renang yang masih berada di dalam kota saja saya tidak berani. Mending mereka merengek ketimbang saya tidak bisa menikmati wahana di tempat wisata.

Nah, baru mulai bulan Desember pas dengar kabar akan ada vaksinasi anak, mulai sedikit lega. Saya membaca berita di media online, vaksinasi bagi anak usia 6-11 tahun dimulai dengan pelaksanaan kickoff pada Kabupaten atau kota yang telah mencapai cakupan >70% untuk vaksinasi dosis pertama dan cakupan vaksinasi pada kelompok lanjut usia mencapai >60%. Kebetulan Banjarnegara sudah mencapai batasan cakupan sesuai peraturan. Jadi, vaksinasi anak pun bisa dilaksanakan.

Pemberian vaksinasi untuk anak-anak kali ini menyasar pada anak usia 6-11 tahun sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/6688/2021 tentang Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 bagi Anak Usia 6 Sampai 11 Tahun. Siapa tahu ada yang membutuhkan informasi lengkapnya, bisa unduh SK-nya. 😄

Menyiapkan Mental Anak Sebelum Mengikuti Vaksinasi.

Jauh-jauh hari sebelum jadwal vaksinasi keluar, saya sempat ngobrol dengan Mbak Jasmine perihal vaksinasi. Ngobrolnya lebih pada sharing, sih. Memberitahukan juga kalau vaksin, tuh, sama dengan imunisasi. Disuntik di lengan menggunakan jarum suntik, selesai. Secepat itu prosesnya. Sayangnya dia sudah lupa imunisasi itu seperti apa. 🤣 Yasudah...terpenting bagi saya, dia sudah punya kemauan untuk divaksin.

Dan jadwal vaksin pun keluar....

Bu Tata kembali mengumumkan melalui WhatsApp Group siapa saja yang sudah bisa ikut vaksinasi dan siapa yang belum bisa mengikuti tentu karena belum cukup usia. Kebetulan usia Jasmine genap enam tahun per Januari 2022, tepatnya pada tanggal 15 Januari 2022. Saya pun merasa harus menyiapkan mental dia, meyakinkan dia bahwa vaksinasi Covid-19 sudah menjadi keharusan untuk saat ini demi terciptanya kekebalan tubuh. Dan vaksinasi itu bukan hal yang menakutkan. 

Menyiapkan Mental Anak Sebelum Vaksinasi

Tujuan komunikasi ini tidak lain supaya dia punya pandangan perihal vaksinasi. Karena dia sama sekali sudah tidak ingat kalau pernah disuntik saat bayi, saya pun memperlihatkan beberapa fotonya yang sedang imunisasi di Puskesmas Madukara. Ada yang di paha kanan, paha kiri, dan lengan. Alhamdulillah...dia bisa mencerna dan terlihat lebih siap untuk divaksin. Asyik banget, Ibuknya merasa sedikit lega dan juga lebih tenang, dong. 🙈

Tidak hanya menyiapkan mental anak, mental orang tua pun harus disiapkan. Apalagi seiring dengan kabar-kabar yang tidak enak didengar perihal vaksinasi anak. Orang tua pun harus yakin, punya niat baik dengan memberikan vaksin kepada anak.

Omong-omong, saya tidak menyampaikan efek samping dari vaksinasi. Adalah sebuah kesengajaan supaya Jasmine keberaniannya tetap terjaga. Tapi saya menyampaikan kalau misal setelah vaksin merasa pusing atau demam, bisa langsung telepon Ibuk. Dan hal ini pun disampaikan oleh petugas vaksinasi melalui microphone ketika kami sedang antre menunggu giliran vaksin.

Serba-serbi Pemberian Vaksinasi Anak.

Pemberian vaksinasi dosis pertama anak-anak TK Pembina Madukara ternyata dalam pelaksanaannya digabung dengan anak-anak SD Negeri Kutayasa yang mana lokasinya berdekatan. Karena dilakukan saat jam kerja yaitu jam 08.00-selesai, saya pun izin kepada atasan untuk berangkat kerja agak siang demi menciptakan rasa percaya diri pada anak. 🙈

Anak-anak berkumpul di halaman sekolah tepat jam 8.00 WIB sambil menunggu kabar dari tim vaksinasi yang sudah bersiap di SD N Kutayasa. Sesuai arahan dari Bu Tata, kira-kira pukul 08.30 WIB orang tua bersama anak berangkat menuju SD N Kutayasa. Tidak sampai tiga menit perjalanan dengan mengendarai sepeda motor, kami sampai di lokasi vaksinasi. 

Ternyata di sana sudah sangat ramai dan terlihat banyak orang tua mendampingi anak-anaknya untuk vaksinasi. Satu per satu dari kami dipanggil dan diberi dokumen atau form skrining pelayanan vaksinasi Covid-19. Bagian identitas ternyata sudah diisi oleh pihak sekolah, jadi tidak perlu menuliskan lagi. Kemudian sisa isian form skrining yang mengisi adalah tenaga medis dengan cara bertanya kepada orang tua siswa.

Proses vaksinasi anak sama persis dengan proses vaksinasi orang dewasa. Hanya saja dosis yang diberikan berbeda meskipun sama-sama menggunakan Sinovac. Peneliti menyebut ada dua perbedaan dalam pemberian vaksin Sinovac untuk anak-anak dan orang dewasa. Perbedaan keduanya terletak pada dosis dan jarak waktu pemberian vaksinnya. 

Dosis untuk orang dewasa, vaksin Sinovac diberikan sebanyak 0,5 mililiter dengan kandungan 0,5 mikrogram sebanyak dua kali. Sedangkan untuk anak-anak usia 6-11 tahun, vaksin diberikan sebanyak 0,5 mililiter dengan kandungan 0,3 mikrogram sebanyak dua kali.

Kemudian untuk jarak antara pemberian dosis pertama dan kedua. Pada orang dewasa jarak antar dosis hanya selang 14 hari atau dua pekan. Sementara pada anak-anak, jeda antara dosis pertama dan dosis kedua berjarak 28 hari atau empat minggu karena harus memastikan keamanan atas efek samping dari dosis vaksin Sinovac buat anak-anak.

Pengalaman Mendampingi Vaksinasi Anak.

Setelah proses skrining selesai, petugas medis melakukan pengecekan suhu tubuh dan tekanan darah. Alhamdulillah suhu tubuh dan tekanan darah Jasmine normal dan tidak punya riwayat sakit bawaan, baru sembuh dari sakit, atau sedang sakit. Karena kondisi tubuh dinyatakan fit, akhirnya dia diperbolehkan untuk vaksin.

srkrining vaksin anak

Satu kelas hanya tiga anak yang tidak ikut vaksinasi: dua anak belum cukup usia dan satu anak yaitu Kayla karena sedang alergi (gatal-gatal).

Sepanjang proses vaksinasi mulai dari skrining sampai penyuntikan vaksin, saya melihat anak-anak banyak yang sudah siap. Mereka tidak berani dan merasa enjoy selama di lokasi vaksin. Hanya ada beberapa anak saja yang menangis saat proses penyuntikan, tapi itu hanya sebentar. Saya yakin anak-anak merasa lebih percaya diri dan berani ketika didampingi orang tua. Ini berlaku khusus untuk anak TK dan SD, ya. 🤣 

Iya, mereka terlihat lebih siap karena ada tempat buat lendotan, bersandar, bermanja-manja. Beberapa kali Jasmine juga mengungkapkan kalau dia takut takut takut. Tapi saya kembali meyakinkan dia kalau proses disuntik tidak lama, seperti digigit semut saja. Oiya, dia mendapatkan nomor urut dua untuk divaksin. Jadi, dia ada kesempatan melihat temannya yang disuntik.

Saat namanya dipanggil, dia kaget, dong. Saya pun mendampinginya sampai ke meja tiga untuk pelaksanaan vaksinasi. Di sini saya deg-degan sementara anak cengar-cengir karena di seberang meja dihibur oleh guru dan tenaga medis. Sebelum diencus, saya membantu Jasmine membuka separo bajunya karena dia mengenakan baju lengan panjang. Tanpa drama atau rintihan uluh uluh, akhirnya pelukan kencang pun menghampiri tubuh Ibuk. Alhamdulillah...proses pemberian vaksin selesai dan dia tidak menangis! ❤️

"Tuh, kan, vaksin itu ya cuma dicuples dowang pakai jarum suntik." Ucap saya kepada Jasmine sambil merapikan lengan bajunya.

Alhamdulillah proses vaksinasi berjalan lancar. Beberapa guru mendampingi dan mengurus administrasi anak-anak, seluruh tenaga medis terlihat siap dan sigap, dan anak-anak juga terlihat enjoy dengan kegiatan vaksinasi anak. Sambil menunggu cetak kartu hasil vaksinasi sekaligus observasi, kami menunggu di ruang kelas sebelah sambil selfie dan melihat reaksi teman-teman Jasmine yang akan dan sedang divaksin.

Sampai malam hari dan esok harinya, Jasmine tidak mengeluh apa pun setelah vaksin selain lengan yang pegal. Alhamdulillah aman! ❤️

Omong-omong, apakah ada yang punya pengalaman serupa dengan saya, mendampingi vaksinasi anak? Boleh, dong, sharing. 🤗

Share
Tweet
Pin
Share
16 komentar

Hello, Ibun! Apa kabar di minggu kedua tahun 2022, nih? Alhamdulillaah sudah berada di akhir pekan kedua, ya. Rasanya baru kemarin menikmati malam pergantian tahun dengan bobok cantik di rumah. Eh...sudah weekend lagi. Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat. Apalagi saat menilik postingan terakhir di blog ini, saya "berhasil" melewati tiga bulan tanpa menulis artikel satu pun. Artinya, dalam tiga bulan terakhir tidak  ada job di blog ini. 🤣

Sungguh super parah! Dan ini sebuah pengakuan yang memalukan, tapi tetap saya tulis karena sebagai pengingat kepada diri sendiri tentang tujuan utama membuat blog ini yaitu untuk menuliskan momen bersama keluarga. Semoga tahun ini, saya bisa mengembalikan semangat dan juga mood untuk kembali menuliskan tumbuh kembang anak-anak atau momen bareng keluarga. Jujur, banyak momen yang telah kami lewati dan sepertinya tidak satu pun menjadi sebuah tulisan.

lomba akhirusanah TPQ Nurul Hikmah Pekauman Madukara

Saya masih beruntung karena setiap momen yang kami lewati selalu menyisakan dokumentasi. Salah satunya yaitu momen saat Kecemut berhasil "menaklukkan" panggung pekan akhirusanah. Seperti apa perjuangannya? Baca blog post ini sampai akhir, ya! 😆

Tentang Pekan Akhirusanah.

Pekan akhirusanah adalah acara yang diselenggarakan oleh pengurus Pendidikan Diniyah Al-Hidayah dan Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPQ) Nurul Hikmah di desa tempat saya tinggal. Acara ini diisi dengan perlombaan sesuai dengan jenjangnya atau kelas. 

Pada jenjang TPQ, terdapat beberapa kelas yang biasanya ditandai dengan Jilid. Kecemut sendiri sampai saat ini masih belajar di jilid satu. Dia "nyaman" banget berada di kelas ini, padahal teman-teman seusianya sudah ada yang masuk di jilid dua. Kemudian di jenjang Pendidikan Diniyah juga terdapat beberapa kelas. Anak-anak seusia SMP biasanya sudah masuk jenjang ini. Kelasnya mulai dari kelas Tahsin Al-Qur'an, Hadits, sampai belajar berbagai macam Kitab seperti Ta'lim Muta'alim (adab).

Jadi, apa-apa yang telah dipelajari setiap harinya, itulah yang dilombakan di pekan akhirusanah.

Jasmine Mengikuti Lomba Akhirusanah.

Saat tahu Mbak akan mengikuti lomba akhirusanah, saya berniat untuk mengambil cuti satu hari karena perlombaan khusus TPQ dimulai pukul 15.00 WIB. Setelah konfirmasi kepada ustadzahnya, ternyata jadwal lomba kelasnya Mbak adalah hari Sabtu. Alhamdulillaah...karena Sabtu bertepatan dengan libur kerja, saya pun tidak jadi mengambil cuti, dong. Sementara Ayahnya yang juga ingin melihat putrinya tampil, tidak bisa mengambil cuti di hari Sabtu. Ya sudah, akhirnya saya dokumentasikan saja lewat video supaya Ayahnya bisa melihat penampilan Mbak saat di panggung.

Saya tidak menyangka ternyata putri kami sudah bertambah keberaniannya. Aku masih ingat betul, setahun yang lalu dia minta didampingi saat hendak naik ke panggung untuk menghafal anggota tubuh. Satu tahun kemudian, Ibuknya masih dengan rasa harap-harap cemas kalau nanti anaknya tidak mau naik panggung. Tapi, saat namanya dipanggil, dengan percaya diri maju dan naik ke panggung. Alhamdulillah...😍

Bagi kami, dia mau naik panggung tanpa drama adalah sebuah prestasi. Kemudian, di atas panggung dia membaca Qiroati jilid satu yang dilombakan. Setiap peserta lomba harus membaca dua halaman yang sudah ditentukan oleh tim juri dan menghafalkan dua surah pendek yang juga sudah ditentukan. Dalam membaca Qiroati, Alhamdulillah Mbak sudah lumayan lancar meskipun masih sering lirik-lirik Ibuk dan juga Ustadzahnya. Lalu, untuk hafalan surah pendek yaitu surah Al-Ikhlas dan Al-Lahab, dia masih belum lancar untuk surah Al-Lahab. Namun, setelah saya mendengarkan satu per satu peserta lomba, ternyata banyak yang belum hafal surah Al-Lahab. Sementara untuk surah Al-Ikhlas, hampir semua hafal.

Tidak apa-apa, meskipun sebenarnya anak seusia Jasmine sudah banyak yang hafal surah pendek atau sudah banyak yang naik ke jilid dua, tapi saya tetap bangga karena dia ada usaha dan mau berangkat mengaji tiap harinya. Saya pun tidak mengharuskan dia untuk mendapatkan juara dalam perlombaan ini. Hanya saja saya menyampaikan di awal sebelum dia berangkat untuk lomba untuk semangat dan jadilah pemberani.

Kejutan di Malam Tasyakur Akhirusanah 2021.

Setiap perlombaan diambil pemenang 1-3. Saat pengumuman, seluruh peserta lomba masih full berada di majelis. Sebagian besar peserta didampingi orang tuanya karena kelasnya Jasmine adalah kelas paling kecil. Majelis ramai tepuk tangan saat dimulai pembacaan juara. Beberapa anak juga terlihat mengucapkan selamat kepada temannya yang berhasil menjadi juara.

Lalu, bagaimana dengan Jasmine?

Ehem...dia belum masuk juara, dong. 🙈 Tapi alhamdulillah dia tidak mempermasalahkan dan tidak sedih. Apalagi setelah pengumuman juara seluruh peserta diberi jajanan oleh panitia sebagai bentuk apresiasi. Anak-anak pun keluar majelis dengan hati bahagia tanpa ada drama.

Rezeki memang tak ke mana.

kejutan di malam tasyakur akhirusanah 2021
Ngelirik piala tetangga ya, Mbak...haha (Tika, Al-Karim, Jasmine)

Malam tasyakuran akhirusanah yang diisi dengan pengajian dan penerimaan hadiah, seluruh santri berkumpul di majelis untuk menyaksikan teman-teman mendapat hadiah. Jasmine dari rumah sudah pamit mau menyaksikan Al-Karim, teman mainnya yang menang juara 2. Dia semangat banget izin mau melihatnya. Karena kebetulan saya sedang di rumah, saya pun ikut mengikutinya sambil gendong Wildan.

Namanya rezeki tak ke mana, ternyata ada penambahan pemenang yang semula hanya tiga anak menjadi empat anak. Dan saat pemanggilan peserta yang menang lomba, Jasmine ikut dipanggil oleh panitia karena nilainya masuk peringkat keempat. 😂 Betul-betul kejutan buat Jasmine dan juga saya yang saat itu berada di sampingnya. Kami berdua happy banget, dong. Seperti mimpi melihat anak menerima piala.

Review Belajar Qiroati di TPQ Nurul Hikmah. 

Tahun ini, Jasmine masih berkutat di jilid satu. Saya sebagai orang tua mengakui dan memahami bahwa dia cukup susah untuk mengingat satu per satu huruf hijaiyah. Sudah belajar sampai huruf Shad, misalnya. Dia biasanya lupa dengan beberapa huruf sebelumnya. Ada jeda sebelum membacanya, belum bisa langsung lancar, gitu.

Setiap hari kami mengaji bersama, mengulang apa yang sudah diajarkan di TPQ. Ini kami lakukan sebagai salah satu cara supaya Jasmine tidak mudah lupa saat sore harinya kembali belajar bersama Ustadzahnya. Tapi namanya daya ingat, tuh, tidak bisa dipaksakan sekalipun katanya daya ingat anak-anak paling bagus.

"Ibun, aku U lagi, nih!"

Artinya, dia mengulang lagi untuk bacaan yang sedang dipelajari. Saya tandai, dalam satu lembar dia bisa lulus paling tidak 3-4 kali pertemuan. Jadi, selama 1-3 kali pertemuan, dia biasanya akan mendapatkan tanda U yang artinya mengulang. Kemudian, di pertemuan ke empat atau kelima, akan mendapatkan tanda L yang berarti lulus.

Semoga tahun ini Jasmine bisa lulus jilid satu. Dalam pendidikan formalnya, tahun ini dia insya Allah masuk SD. Semoga dimudahkan segala urusan dan semakin semangat belajarnya. 

Eh, anak-anak sudah masuk TPQ belum, Bun? Atau, mengajinya private, nih?

Share
Tweet
Pin
Share
8 komentar
Istilah ta'aruf identik dengan dunia percintaan, lebih tepatnya perihal jodoh. ❤Ta'aruf menjadi langkah awal untuk saling mengenal, baik perkenalan antar calon pasangan maupun antar keluarga. Saya pun menerka-nerka sewaktu meminta rincian biaya masuk Taman Kanak-kanak (TK) Adzkia kepada Bu Wulan namun beliau menjawab, "lebih baik nanti Mbak Idah ikut ta'aruf dulu, ya. kenalan dulu dengan Adzkia." 

Tumbuh kembang anak

Jadi ceritanya, sebelum resmi sekolah di TK Adzkia, calon wali murid diajak untuk turut merasakan belajar bersama guru-guru yang mengajar di TK tersebut. Kami dibagi menjadi beberapa kelompok untuk mengikuti kegiatan tersebut. Satu kelompok berjumlah 10 orang dan berpasangan. Misalnya wali murid A berpasangan dengan Wali murid B. Kenapa berpasangan? Karena seluruh kegiatan yang dilakukan di sini bentuknya adalah kolaborasi atau kerjasama. Bisa sepasang, bisa satu tim. Pokoknya kerjasama dengan orang yang baru dikenal, tuh, seru banget. Asyiqueen! 🤩
 
Sebelum aku bagikan pengalaman ta'arufnya, flashback dulu ke tahap-tahap sebelum pada akhirnya kami memutus untuk ta'aruf dengan TK Adzkia, ya. 🤗

Mencari Tahu Sekolah-sekolah yang Lokasinya di Kota.

Ceritanya, sebulan sebelum Yasmin lulus dari PAUD Shamila, saya mulai mencari sekolah lanjutan untuknya. Dengan bekal ilmu yang masih minim, sebenarnya dia diminta wali kelasnya untuk melanjutkan ke PAUD kelas B. 

Selain wali kelasnya, beberapa wali murid yang biasa menunggu anak-anaknya di PAUD, juga menyarankan kepada saya untuk melanjutkan ke kelas B saja. Selain usia saat itu masih terlalu dini yaitu empat tahun, mungkin Yasmin  belum layak bila masuk TK. Tapi ya tapi, kami sebagai orang tua punya pandangan lain. Sekolah PAUD cukup satu tahun saja, lanjut sekolah TK baru dua tahun. Kiranya begitu. 🙈

Memilih sekolah untuk anak

Eh...ini bukan prinsip lho, ya. Alasan paling kuat dalam benak saya saat itu "kalau sekolah di kota, berangkat bareng Ibuk dan pulang dijemput Ibuk, sepertinya lebih aman dan menenangkan." Begitcyu. 🤭

Ada banyak pilihan sekolah TK di tengah kota. Saya melakukan survey pada 4 sekolah. Tapi saya baru dapat klik dengan satu sekolah yaitu TK Adzkia. Kebetulan lokasi TK Adzkia, tuh, cukup dekat dengan kota. Tiap saya berangkat kerja melewati gang masuk sekolah tersebut. Yaaa...pokoknya kayak sudah niat banget memasukkan Yasmin ke Adzkia. Bisa dibilang sudah seperti ketemu jodoh. 🙊

Tapi baru seperti, karena ternyata Alloh berkehendak lain. Ahhh...gimana, ya? Belum jodoh, nih? Tunggu dulu, kenalan terlebih dahulu dengan TK Adzkia, yuk!

Tentang TK Adzkia Banjarnegara.

Jika ditanya tahu dari siapa ada TK Adzkia Banjarnegara? Maka saya akan menjawab, tahu melalui Bu Wulan. Saya kenal beliau dalam suatu acara FGD (Focus Group Duscussion) tentang Pariwisata Banjarnegara yang bertempat di Hotel Central Banjarnegara. Saya berkenalan dengan beliau karena saat itu kami sama-sama peserta dan ada dalam satu meja. Cukup banyak hal yang kami obrolkan tentang pariwisata Banjarnegara, mulai dari sumber daya alam yang sangat melimpah sampai dengan inovasi-inovasi yang harusnya ada untuk kemajuan pariwisatanya.

Makin lama mengobrol dan juga diskusi, saya jadi tahu kalau beliau juga aktif di Yayasan Adzkia. Tidak banyak yang diceritakan tentang sekolah yang terkenal dengan pendidikan berbasis fitrah, tapi karena saya punya balita yang saat itu butuh pendidikan di sekolah TK, ya akhirnya saya yang aktif bertanya. 😅

TK Adzkia adalah sekolah swasta dengan status kepemilikan Yayasan. Sekolah ini berdiri pada tahun 2016 dengan SK pendirian Sekolah nomor: 421.1/0228/DIKPORA/2016.

Memilih TK Adzkia sebagai calon tempat belajar Kecemut tentu bukan tanpa sebab.

sekolah adzkia banjarnegara adalah sekolah bagus


Pertama, TK Adzkia mempunyai kurikulum yang tidak biasa. Dengan mengimplementasikan pendidikan berbasis fitrah, adab, dan bakat, kurikulum ini menjadi khas dan menambah orang tua yakin memilih sekolah ini untuk putra dan putrinya.

Kurikulum ini bertujuan untuk menumbuhkan potensi fitrah anak yang dibawa sejak lahir yang diiringi dengan pembiasaan adab. Manajemen pendidikan berbasis fitrah, adab dan bakat dilaksanakan dengan pengembangan karakter keteladanan, pengembangan logika dan daya cipta, pengembangan kepemimpinan serta mental wirausaha. Dalam pertemuan pertama atau yang disebut dengan ta'aruf, kami pun dikenalkan dengan18 nilai-nilai adab yang diinternalisasikan pada proses pendidikan di TK Adzkia.

Gimana? Apakah sudah mulai terpesona dengan TK Adzkia? 🙈

Kedua, ngomongin rekomendasi, nih. Banyak teman-teman yang merekomendasikan sekolah ini karena capaian belajar anak-anak yang sekolah di sini bisa dibilang nyaris maksimal dan sangat memuaskan. Iya, testimoni dari orang tua yang anak-anaknya sekolah di Adzkia rata-rata merasa puas dengan hasil belajarnya. Banyak perkembangan positif pada anak sehingga orang tua pun merasa bahagia dan bangga.

Ketiga, Keempat, Kelima...masih ada banyak hal yang membuat saya memilih TK Adzkia, namun saya rasa dua hal di atas sudah mewakili sebagai alasan lah, ya. 🙈

Terkait jumlah tenaga pendidik di TK Adzkia, saya tidak tahu persis jumlahnya berapa. Namun yang jelas mereka adalah guru-guru yang penuh semangat, ramah, amanah, dan perhatian banget dengan anak-anak. Ini yang saya rasakan saat menjalani ta'aruf dengan TK Adzkia Banjarnegara.

Menyetujui Tawaran Ta'aruf.

Sebelum pada akhirnya memutuskan untuk bergabung dengan TK Adzkia, calon peserta didik diminta untuk mengisi formulir pendaftaran secara online. Seminggu setelah data direkam, pihak Adzkia membuatkan WAG (WhatsApp Group) khusus bagi calon peserta didik baru yang mana anggotanya adalah orang tua/wali murid.

WAG tersebut lumayan ramai karena tenaga pendidik sangat aktif memperkenalkan TK Adzkia dan memberi kami pengetahuan baru terkait dengan dunia pendidikan khususnya yang diterapkan di TK tersebut. Kami saling berinteraksi, berkomunikasi, meski hanya dalam bentuk teks tapi asyik. 😍

ta'aruf dengan sekolah adzkia

Pengumuman yang lolos atau masuk TK Adzkia pun hampir tiba. Sebelum pengumuman itu dibagikan, saya chat Bu Wulan tanya-tanya apa saja yang sekiranya harus saya persiapkan untuk kebutuhan anak sekolah nanti. Tentu selain biaya, dong. Tidak lama kemudian, Bu Wulan menjawab; "semua akan diberitahukan nanti. Terpenting Ayah, Bunda, dan Ananda kalau memang yakin akan bergabung dengan Adzkia, wajib ikut ta'aruf."

Dengan jawaban dari Bu Wulan, saya tambah terpesona dengan TK Adzkia, dong. 😍 Saya pun akhirnya memutuskan untuk ikut ta'aruf. Alhamdulillaah...

Akhirnya...Ta'aruf dan Menjadi Tahu Kegiatan Anak-anak di TK Adzkia Nantinya.

Pada bulan Januari 2020, saya mengikuti ta'aruf dengan TK Adzkia. Pihak sekolah menyarankan kedua orang tua untuk ikut dalam proses ta'aruf. Namun karena suami tidak bisa izin kerja, saya menghadiri ta'aruf bersama si kecil. 

Pada acara tersebut, orang tua diajak untuk masuk dalam kehidupan sehari-hari si kecil di TK Adzkia, mulai dari awal masuk sekolah, sampai pada akhirnya anak-anak kembali kepada orang tuanya.

Kami diajak bermain oleh para guru yang saat itu ada di tempat, diberi ice breaking, bermain peran, kemudian diajak untuk mengasah otak kanan dan kiri dengan cara bermain balok. Sungguh ini menjadi pengalaman yang seru dan asyik buat para emak-emak, khususnya. Kami jadi sedikit tahu dan ada gambaran ketika nanti anak sekolah di TK Adzkia.

teman baru TK Adzkia

Ada kebahagiaan tersendiri ketika melihat guru-guru di TK Adzkia menjemput anak-anak yang sedang menggelendot orang tuanya. Guru dengan siap dan sigap mendekati anak-anak dan mengajak mereka bermain. Cara melakukan pendekatan pun tidak biasa, yaitu salah satunya dengan cara bertanya. Misalnya, "Yasmin di rumah punya bola duduk, enggak? Kita coba mainkan bola duduk itu, yuk! Asyik, lho."

Dengan metode pendekatan seperti ini, tentu ada rasa penasaran dan ketertarikan anak pada mainan. Misal pun di rumah sudah punya mainan tersebut, komunikasi masih terus berlanjut. Ajakan dengan cara menggandeng tangan pun mereka lakukan. Tentu cara ini menambah rasa percaya diri pada anak-anak. Terasa lebih akrab, gitu.

Jodoh Itu, yhaaa....

Pembelajaran direncanakan pada bulan Februari Tahun 2020. Saat itu saya sedang hamil anak kedua dan perkiraan lahirnya tiga bulan lagi. Mulai dari sini saya galau. Memikirkan ketika nanti saya cuti melahirkan, Jasmine akan diantar jemput oleh siapa. Ayahnya? Enggak mesti bisa. Kakungnya? Sudah menyatakan tidak sanggup. Omnya? Ini tambah enggak sanggup. Tukang ojek? Ibuk belum yakin. 😆

Pada akhirnya, saya memutuskan untuk mundur sebelum bertanding alias menyimpan dalam-dalam keinginan untuk menyekolahkan Jasmine di TK Adzkia. Keputusan ini juga didukung dengan adanya aturan dari pemerintah yang meniadakan sementara pembelajaran tatap muka di sekolah dan memberlakukan sistem PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) atau BDR (Belajar Dari Rumah).

Jodoh itu, ya, gampang-gampang susah atau susah-susah gampang, sih? 🤭
 

Makasih Buat Tim Solid TK Adzkia, Banjarnegara.

Batal melanjutkan sekolah ke TK Adzkia, kami memilih TK Negeri Pembina Madukara sebagai tempat belajar formal untuk Jasmine.

Kami memilih TK ini juga bukan tanpa sebab. Karena saya bakal repot dengan bayi, saya memilih sekolah yang lokasinya lebih dekat dengan rumah, tidak sampai 5 menit dengan mengendarai sepeda motor. Nah, kalau seperti ini, Kakungnya sudah pasti mau antar jemput. Pun dengan Omnya. 🤭 Kebetulan ada anak dari saudara saya seusia Jasmine, juga sekolah di TK tersebut. Alhamdulillaah ada temannya. Bisa sekalian jalan, kan. 😆

Meskipun kini Jasmine sudah belajar di TK negeri Pembina Madukara, namun momen ta'aruf dengan TK Adzkia Banjarnegara akan terkenang, menjadi kenangan yang tidak akan pernah terlupakan. Saya dapat teman baru di sana, dapat banyak pengetahuan baru, dan mendapatkan pengalaman baru yang luar biasa sebagai calon wali murid.

TK ADZKIA BANJARNEGARA

Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Bu Wulan yang ternyata beliau di sana sangat berperan penting. Saya kira Bu Wulan ini kepala sekolahnya tapi ternyata bukan, lebih dari kepala sekolah.

Kemudian ada Bu Jessy dan teman-teman guru lainnya di TK Adzkia yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu. Terima kasih atas kehangatannya. Saya masih merapal doa, semoga diberi kesempatan di lain waktu berjodoh dengan TK Adzkia. Siapa tahu saat Yasmin SD nanti saya sudah lebih siap dari segala sisi. Aamiin~~~

Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar
Kamis, 18 Juni 2020, merupakan hari terakhir Syaquita mendatangi sekolahnya yaitu PAUD Shamila. Sekolah yang kurang lebih setahun ini menjadi tempatnya bermain, belajar, dan bertumbuh bersama teman-temannya. Rasanya belum lama saya membelikan perlengkapan sekolah, ehh...tahu-tahu sudah pembagian rapor. Sungguh waktu berjalan begitu cepat ya, Ibuuk Bapaak. 🙈


PAUD SHAMILA DESA PEKAUMAN

Sebelum acara pembagian rapor, sebenarnya ada kegiatan perpisahan kelas. Tapi karena keadaan tidak memungkinkan, segala hal yang telah didiskusikan sebelumnya akhirnya kandas sudah. Perpisahan dibatalkan dan gagal nonton Kecemut menari di atas panggung, nih. 🙈

Pembagian rapor pada masa pandemi ini tetap dilaksanakan dengan mematuhi protokol kesehatan covid-19. Melalui WhatsApp group, Bu Guru menghimbau kepada seluruh wali murid dan anak-anak untuk mengenakan masker, cuci tangan sebelum masuk kelas, dan duduk dengan jarak. Sebelum berangkat ke sekolah, saya pun menyiapkan masker. Perasaan masker sudah langsung kami pakai, eh kok sesampainya di depan sekolah, ternyata kami tidak menggunakan masker. Yasudah, putar balik ambil masker. Namanya mamah muda, ya, kadang suka rempong banget sebelum bepergian. 😂

Baca dulu tentang Pentingnya Sekolah PAUD

Saya merasa bahagia dan beruntung karena bisa mengambil rapor Syaquita, tidak mewakilkan kepada Suami atau Mbah Uti. Yups...bahagia karena melihat Syaquita semangat banget buat ambil rapor. Merasa beruntung karena masih dalam masa cuti melahirkan jadi rasanya lebih tenang tanpa gangguan bunyi henpon yang kadang ramai karena tagihan pekerjaan. 🙈

Pembagian rapor di PAUD Shamila terbagi menjadi dua kelompok berdasarkan kelas yaitu Kelas A (kecil) dan kelas B (besar). Sebelum rapor dibagi, kepala sekolah dan wali kelas berbagi cerita susah senang ketika mendampingi anak-anak belajar. Tak lupa permintaan maaf juga disampaikan oleh mereka. Kami pun perwakilan dari wali murid turut menyampaikan kata maaf karena pasti anak-anak kami sering bertingkah dan mungkin sering bikin jengkel Bu Guru, yaaa. Hahaha.

Usai sharing, pembagian rapor pun dimulai. Satu per satu wali murid dipanggil oleh wali kelas masing-masing. Karena saya telat berangkat, dapat panggilannya pun hampir terakhir padahal sudah diwanti-wanti untuk tidak lama karena ada Wildan. 😉 Tapi, kan, budayakan hidup antre, yaaa.


Saatnya dipanggil oleh Bu Alivia, wali kelas Syaquita.


Ketika orang tua dipanggil untuk mengambil hasil belajar anak, anak turut ke depan dan duduk di sebelah Ibunya untuk bersama-sama mendengarkan wali kelas menyampaikan hasil belajar selama satu semester. Semester dua, rasanya sayaang bangettt karena pembelajaran banyak dilakukan di rumah, SFH (School From Home) sesuai himbauan pemerintah untuk meminimalkan penyebaran virus covid-19.


Hasilanya?


Wali kelas pun hanya menyampaikan hasil pembelajaran selama tiga bulan saja yaitu Januari-Maret karena selama tiga bulan masa pandemi yaitu April-Juni anak-anak belajar secara online dan mengerjakan tugas yang didokumentasikan (foto dan video) dikirim secara online.

Ahamdulillaah...hasil belajar Syaquita bisa dikatakan lumayan baik. Ada enam informasi perkembangan yang disampaikan oleh Bu Alivia. Saya akan menuliskan di sini sebagai catatan dan momen untuk Syaquita. Yups, hasil belajarnya saat PAUD bisa dia baca kembali saat dewasa nanti. 🙊


PAUD SHAMILA DESA PEKAUMAN

Baca lagi tentang Covid-19 dan Libur Belajar di Sekolah.

1. Nilai Agama dan Moral.

Catatan Guru. Syaquita mulai bisa mengenal kegiatan beribadah sehari-hari seperti; doa akan dan sesudah belajar, doa akan dan sesudah makan, doa akan dan bangun tidur, dan hafalan hadist. Dia juga mulai terbiasa berperilaku santun dan sopan kepada pendidik dan teman-teman. Berbagi ketika teman sedang membutuhkan.

Catatan orang tua. Pengamalan kegiatan beribadah sehari-hari alhamdulillah sudah diterapkan tiap hari ketika di rumah. Hanya saja kalau diminta untuk sholat, dia punya banyak alasan yang pada akhirnya kami biarkan dia tidak sholat. Seringnya begitu, tapi kadang-kadang ikut kami sholat berjamaah. 


Tentang berperilaku sopan, satu perilaku yang paling sering kami sorot yaitu bersalaman. Memasuki usia empat tahun, tidak tahu kenapa dia membatasi diri untuk bersalaman dengan laki-laki baik dengan tamu ketika di rumah maupun dengan orang yang dia jumpai di mana saja. Dia kerap menolak untuk bersalaman dengan laki-laki baik anak-anak maupun dewasa. Sebagai orang tua, kami berusaha untuk terus mengedukasi untuk bersalaman dengan siapa saja karena sebagai salah satu bentuk implementasi sopan dan menghargai.

2. Motorik.

Catatan Guru. Syaquita sudah memiliki perilaku hidup sehat dan bersih. Sudah bisa menebalkan, menggunting, dan mewarnai. Cukup aktif dalam gerak lagu sesuai irama, hanya saja kadang kurang ada kemauan dalam kegiatan tersebut.

Catatan orang tua. Perilaku hidup sehat dan bersih yang paling sering bikin kami harus lebih sabar yaitu perkara mandi pagi. Kadang harus teriak-teriak dulu. 🤣 Apalagi kalau pagi-pagi sudah main sama teman-temannya atau mainan gadget, ugh...harus punya trik khusus untuk ini. 🙊 Perihal mewarnai, dia belum begitu telaten dan saya melihat dia tidak begitu suka mewarnai. Berbeda jika harus menggunting dan menebalkan, dia semangat banget. Sementara untuk gerak lagu, kami kadang masih tidak percaya kalau Syaquita ternyata suka menari. 🙈 Nanti kalau ada kesempatan, rencananya kami ingin mengikutkan dia les menari.


Baca ulang tentang Membuat Balon Udara dari CUP.


3. Kognitif.

Catatan Guru. Syaquita sudah mengenal nama-nama benda, warna, bentuk, ukuran, huruf dan angka. Dia juga sudah mengenal lingkungan sosial keluarga, tempat ibadah dan transportasi.

Catatan Orang tua. Eheem...kognitif ini lumayan beraat. Karena sampai sekarang pada kenyataannya Syaquita masih suka tertukar penyebutan warna dan masih belajar banget menulis huruf dan angka. 🙊 Kemudian hal lain yang kami soroti yaitu pengenalan transportasi. Bu Alivia saat itu menyampaikan, bahwa Syaquita suka bercerita tentang transportasi. Naik bus ke rumah mbah uti yang di Wonosobo, jalan-jalan sama Ibuk menggunakan mobil, kereta api dll dll. Di sini saya sebagai Ibuknya yang sering mengenalkan dia pada transportasi, ada rasa senang-senang gimanaaaa, gituuu. Berarti ada manfaatnya juga mengajak anak jalan-jalan, ya. 😉


4. Bahasa.

Catatan Guru. Syaquita sudah bisa menjawab tepat ketika ditanya. Merespon dengan tepat saat mendengar cerita. Bercerita tentang apa yang dilakukannya.

Catatan orang tua. Untuk menjadi komunikatif, Syaquita butuh adaptasi bangett. Dia bukan tipe anak yang sekali melihat orang, langsung akrab. Ada jeda barang berapa jam, gitu. Barulah dia percaya diri untuk ngobrol.


5. Sosial Emosi.

Catatan Guru. Syaquita mulai memiliki perilaku yang mencerminkan kemandirian, sikap peduli, mau membantu, sikap kerjasama, dan sikap sabar.

Catatan Orang tua. Gimana, sih, rasanya jika anak menawarkan bantuan ketika kita sedang di dapur, atau di mana saja saat emang kita butuh bantuan? Bahagia pasti. Kami juga! Kami akui, sosial emosi Syaquita ini bisa dibilang luar biasa. Sungguh, kami memuji anak sendiri. Tapi bukan berarti membanggakan atau sejenisnya karena kami merasakan emosionalnya dapat terkontrol dengan baik.


6. Seni.

Catatan Guru. Syaquita mulai bisa menghargai keindahan diri sendiri. Menjaga kerapian diri. Mengenal berbagai hasil karya dan aktivitas seni gambar.

Catatan Orang tua. Testimoni kami setelah Syaquita mulai sekolah, dia lebih sering bercermin. 🤣🤣🤣 Rambutnya berantakan dikit, dirapihkan dengan cara membasahi dengan sedikit air. Begitu juga dengan cara berpakaian. Dia sudah bisa menilai kaluarganya ketika mengenakan baju atau assesoris. Sementara untuk seni gambar, kami melihat dia belum begitu tertarik untuk menggambar. Masih suka bosan dan lebih memilih untuk menebalkan huruf.


Baca catatan tentang Belajar Menari Sejak Dini.


Uluh uluuhh...menjadi panjaaaaang syekali tulisan ini, yaa. Hahaha  Tidak apa karena memang untuk catatan kami sebagai orang tua. Catatan ini sengaja kami tulis siapa tahu butuh untuk evaluasi, gitu.



PAUD SHAMILA DESA PEKAUMAN

Terima kasih kepada seluruh tenaga pendidik atas kasih sayang dan perhatian yang  telah diberikan. Terima kasih sudah diberi piala, vitamin dan juga masker. Terima kasih juga kepada teman-teman yang sudah tumbuh bersama di PAUD Shamila. 

Nah, karena ini hari terakhir Syaquita ke sekolah, selanjutnya akan melanjutkan ke TK, kami pun minta maaf kepada seluruh tenaga pendidik, wali murid, dan teman-teman atas segala khilaf. Semoga PAUD Shamila terus maju dan semakin banyak muridnya. Kami akan selalu mengingat kalian.

Baca lagi Awal-awal Kecemut Masuk PAUD!


Salam sayang dari kami. 


❤ CERIS Family. ❤
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Older Posts

Cari Di sini

Perkenalkan...

Hai...perkenalkan, saya Idah. Ibuk dari dua anak dan satu-satunya admin di blog ini.

Rutinitas saya saat ini sebagai Ibu Rumah Tangga sekaligus Ibu Pekerja Kantoran. Kami sekarang tinggal di Kota Dawet Ayu, Banjarnegara, Jawa Tengah.

Oiya, jika ingin komunikasi, bisa melalui akun instagram kami @cerisfamily atau kontak langsung melalui email cerisfamily@gmail.com. Terima kasih.

On Youtube

Fans Page

CERIS Family

Blog Archive

  • ▼  2025 (14)
    • ▼  Juni (2)
      • 6 Perbedaan Cat Waterproofing Asli dan Palsu, Patu...
      • Menjadi Mata di Setiap Sudut Rumah: Insto Dry Eyes...
    • ►  Mei (5)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2024 (39)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (10)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2023 (28)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (4)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2022 (14)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2021 (12)
    • ►  September (2)
    • ►  Juni (3)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2020 (17)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2019 (42)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Mei (26)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2018 (37)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2017 (61)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (8)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2016 (62)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (7)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2015 (63)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (9)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (10)
    • ►  Juni (12)
    • ►  Mei (2)

Popular Posts

  • Biaya USG 4 Dimensi di RS Panti Nugroho
  • Tujuan Pemeriksaan HB dan HBsAG untuk Ibu Hamil
  • Tip Agar Jahitan Pasca Melahirkan Cepat Kering

recent posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Part Of Community


Blogger Perempuan
mamadaring
Seedbacklink

Follow Us!

Social Media

Facebook Twitter Instagram Youtube Blog Ibu

MageNet

0ccdff8bd3766e1e4fdd711a2ad08ee5151bd247

Created with by ThemeXpose