• Home
  • About
  • Jasmine
  • Wildan
  • Hiroku
  • Kesehatan
  • Tumbuh Kembang
  • Parenting
  • Jalan Jajan
"Yaelah...uang segitu saat Yasmin gede atau 10 tahun kemudian bisa jadi tidak ada nilainya. Mending dimanfaatkan untuk usaha dulu, atau investasi apa lah. Ketimbang buat asuransi pendidikan anak."

Mungkin ini salah satu alasan bagi mereka yang kurang pas atau malah tidak suka dengan asuransi, khususnya asuransi pendidikan anak. Nilai mata uang yang sudah masuk asuransi menjadi tidak ada nilainya di masa mendatang. Maksudnya, ketika aku memasukan uang 5 juta untuk asuransi, bisa jadi saat ini bisa digunakan untuk mendaftar sekolah, beli seragam, peralatan sekolah, dll. Namun lima atau bahkan sepuluh tahun kemudian saat anak masuk bangku SMA, nilai uang tersebut mungkin hanya bisa dimanfaatkan untuk membeli peralatan sekolah saja. Apalagi kita semua tahu bahwa biaya pendidikan makin mahal, dan ini sebuah kepastian. 🤣 

Ini baru jenis asusansi yang satu kali bayar, ya. Belum lagi asuransi dengan sistem angsuran, ugh...mungkin makin tidak ternilai rupiahnya di masa mendatang. Tapi tenang...tenangkan hati, pikiran, jangan goyah, dan terus ibadah. ðŸ™Š



Berpendapat itu sah-sah saja, tapi bagi aku yang doyan banget asuransi, tentu pendapat yang demikian selalu aku kesampingkan karena bagiku berapapun nilainya nanti, terpenting aku punya simpanan nantinya, entah jumlah berapa. ini prinsip ya, Pak. Prinsip! ðŸ˜‚ 

Aku bukan pakar matematika yang jago berhitung sampai untung rugi dari sebuah asuransi. Bukan juga pakar ekonomi yang pandai bikin neraca saldo hanya karena ingin tahu jumlah aset keluarga. Aku cuma seorang Ibu muda yang manis, dan kebetulan belum bisa memutar uang untuk wirausaha. Seorang perempuan yang belum mau direbetkan dengan urusan uang, tapi juga tidak mau rugi. Hahaha. Iya, pikirku tuh kalau misal punya uang dan dibuat untuk usaha, kemudian gagal usahanya, kan menjadi rugi. 😂 Ini emoh banget. Bukan penakut, cuma belum pingin rugi saja. 🙊

"Eeeh...uang hasil asuransi tidak berkah, lho. Ada hukum apalah apalah. Apalagi ngasih uang sekian, dapatnya bisa berlipat ganda dalam waktu tertentu. Dosaaaa woy, dosaaaa!"

Uhui...aku takut dosaaa, asli. Tapi kembali ke niat awal bahwa, aku menabung dalam bentuk asuransi ini tujuannya supaya punya simpanan yang lebih aman nantinya. Tidak hanya itu, dengan ikut asuransi, harapanku nantinya akan lebih ringan dalam membiayai pendidikan anak-anak. Selebihnya, misal ada manfaat di dalamnya, cukup mengucap hamdallah saja. 😂 Eeh...sekarang juga ada asuransi syari'ah, lho. Kalau ada aroma-aroma syari'ah kan katanya boleh, dan berkah. 🙊

Kontra tentang asuransi ini sebagian besar ada pada pihak laki-laki. Ya, laki memang kurang suka dengan asuransi entah berkedok apapun. Asuransi Masa depan, mapan, pendidikan, kesehatan, maupun asuransi jiwa, tidak berpengaruh. Seperti suamiku, dalam hal asuransi kami sangat berbeda pandangan. Ayah termasuk tipe suami yang tidak suka menyimpan uang dalam bentuk asuransi. Sedangkan aku, doyan banget MAIN asuransi. Punya tabungan dikit, dialihkan ke asuransi. Nambah dikit lagi, beli logam mulia. Nambah banyak, getol buat anak lagi, dong. *sombong beneerrrrrrrrr yaaak 😂

Aku bersyukur punya suami yang tidak terlalu rusuh perihal pendapatan isteri. Ya, kami sama-sama pekerja. Dia hanya berpesan untuk tidak banyak ceng-cong, dan lebih hati-hati dalam mengelola uang. Kalau aku beli ini itu, dia juga tidak terlalu banyak berkomentar. Mungkin ngomong sama kaca saja dirasa cukup. Mungkin (lagi), yang terpenting isterinya bahagiaaaa. ðŸ¤£

Perbedaan sudut pandang pun sepertinya tidak pernah berujung pada keributan. Kami cukup sekadar tahu, dan saling mengerti saja. Setelahnya kami sama-sama evaluasi sebagai bentuk pemahaman supaya nantinya bisa saling menghargai. Termasuk perihal asuransi, suami mana tau. 🤣 Hlaaah? Terus uang pembayaran asuransi dapat dari mana, dong? Ya dari rezeki yang datang dari pintu mana saja, rezeki yang datang langsung ke aku. 🙊

Lalu, kenapa aku tetap kekeuh utuk ikut asuransi baik asuransi pendidikan anak atau asuransi lain yang menurutku perlu?

  1. Aku mudah tergoda dengan uang yang ada di ATM dan juga buku tabungan. Makanya aku harus mengamankannya ke dalam asuransi atau bentuk lain yang tidak bisa digunakan semau gue.
  2. Aku doyan banget jajan di luar. Ini bahaya banget kalau tabungan sampai keliatan terus. Bisa menuruti napsu makan yang berimbas pada berat badan. Oh..No!
  3. Aku belum bisa merangkap pekerjaan sebagai wirausaha. Makanya jika ada lebih sedikit saja langsung masuk tabungan yang nantinya akan aku manfaatkan seperti point satu.
  4. Asas manfaat. Seluruh dunia tahu lah, ada banyak manfaat dengan ikut asuransi. Tidak perlu aku sebutin satu-satu karena aku bukan ahlinya. Tapi misal ada yang bilang "situ mau saja dikibulin sama orang asuransi", itu sah-sah saja. Aku tetap teguh pendirian, kok.
  5. Mungkin yang kelima nusul.
Oiya, kamu termasuk tim PRO atau KONTRA dengan asuransi? Boleh tahu alasannya, dong. 🤣 
Share
Tweet
Pin
Share
5 komentar
"Mbak, jangan lupa sering baca buku ini, ya. Ada banyak pengetahuan di dalamnya." Ucap Bidan Desa, Bu Indri, saat aku periksa kehamilan di Poli Desa.

Buku dengan cover warna pink memang jarang aku buka, apalagi aku baca. Namun, saat mendekati HPL, selain browsing untuk mencari referensi perihal pengasuhan anak, aku juga membaca buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang diberikan kepada tiap Ibu Hamil. Buku tersebut begitu berbobot, penyampaian simpel, tapi berisi. Tidak bertele-tele. Termasuk tentang Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).

Dulu suka banget camilan ini....
Pada buku KIA, pemberian MP-ASI kepada si kecil disarankan pada usia 6 bulan yang anak sudah siap mendapat asupan makanan. Namun aku sering menjumpai di sekitarku, anak baru berusia 4 bulan sudah mulai dikenalkan dengan makanan yang mudah lumat di mulut seperti bubur susu atau pisang. Dari sini, aku sempat goyah saat usia Yasmin masuk 4 bulan. Antara pingin segera memberikan MP-ASI karena saat itu dia sering memperlihatkan tanda-tanda kesiapan untuk makan. Tapi ngga tahu kenapa, hati kecilku tetap diusia 6 bulan untuk memberikan MPASI pertama. Padahal dulu saat usia 4-5 bulan, kalau aku ajak dia main dan papasan dengan teman seusianya yang sudah diberi MP-ASI, mulut dia klamet-klamet menandakan ingin makan juga. Tangannya pun tidak bisa diam. Duuh...tambah galau, dong.

Ketimbang tambah galau, aku mengajak Yasmin untuk main. Tetep teguh pendirian, Buuk. Hihihi. Ada yang usia 4 bulan sudah siap MP-ASI, ada juga di usia 6 bulan belum siap MP-ASI. Biasanya, bayi usia 6 bulan (khususnya yang belum begitu siap mendapatkan menu MP-ASI) dibuatkan makanan yang lembek. Dalam hal ini, dokter anak menyarankan agar anak diberi makanan yang terbuat dari buah-buahan atau sayur. Contohnya saja buah pisang dan buah alpukat yang dihaluskan. Pengalaman pertama MP-ASI, aku memberi pisang emas kepada Yasmin. Pernah aku tulis tentang pisang emas yang diyakini sebagai buah paling ampuh untuk MP-ASI pertama.


Baca juga peralatan membuat MPASI.

Ada banyak alasan kenapa orang tua mengenalkan makanan secara bertahap dari tekstur lembut sampai si kecil benar-benar siap untuk mencerna makanan yang sedikit lebih kasar. Salah satunya yaitu alasan kesiapan sistem pencernaan. Lalu, tanda-tanda sebagai berikut:

Reflex Ekstrusi
Reflex ekstrusi merupakan kemampuan ketika bayi bisa mulai menjulurkan lidah. Ini biasanya dilakukan oleh bayi yang usianya di bawah 6 bulan. Ketika sudah berusia 6 bulan atau bahkan lebih, hal tersebut tidak lagi dilakukan. Dan itulah tanda bayi siap MP-ASI. Lagi-lagi di usia 4 bulan, Yasmin sudah menunjukan reflex ekstrusi. euumh...

Kuat Duduk Sendiri
Saat mengenalkan camilan roti kepada Yasmin, aku sering memberikan kepadanya saat dia sedang tiduran. Niatnya sih sambil rileks, gitu. Tapi ternyata cara ini salah karena bisa membuatnya tersedak. Dan kadang, tuh, ada beberapa bayi yang belum bisa duduk tegap walaupun usianya sudah 6 bulan. Namun demikian, ada baiknya memberikan makan kepada anak saat dia duduk. Semisal belum kuat duduk sendiri, saat posisi sedang digendong. 


Pernah melakukan kesalahan ini...
Mampu Menahan Kepala Sendiri
Tahap awal sebelum anak bisa duduk sendiri adalah kemampuannya untuk menahan kepala agar tegap tanpa bantuan. Dan jika ini terlihat, maka si kecil sudah siap untuk diberi makanan pendamping ASI.

Menunjukkan Rasa Lapar
Apa perbedaan antara bayi yang hanya minum ASI dengan bayi yang sudah mendapatkan MP-ASI ketika mereka lapar? Bayi yang hanya minum susu akan menangis ketika meminta ASI. Namun, jika bayi sudah siap makan, ia tidak hanya menangis, tapi ada reaksi membuka mulut. Ini tanda bahwa ia lapar sekaligus bayi sudah benar-benar siap untuk mendapatkan menu MPASI.

Jika bayi sudah siap untuk mendapatkan MP-ASI, ada baiknya Buk Ibuk membuat jadwal pemberian ASI. Ini penting agar bayi terbiasa dengan jadwal kapan ia harus makan, kapan ia harus minum ASI, kapan harus tidur, dan kapan bermain. Aku pernah melakukan hal ini, terutama jadwal untuk memberi ASI dan MP-ASI. Alhamdulillaah Yasmin dapat mengikutinya. 
Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar
Suatu malam sambil menunggu Ayah pulang kerja, aku bersama peri syantik asyik menggambar di white board. Kali ini bukan lingkungan, hewan atau bunga yang menjadi tema menggambar, melainkan sayuran. Kebayang, dong, pusingnya Ibu muda satu ini yang sama sekali ngga punya bakat menggambar. Niat menggambar terong saja, jadinya seperti pisang. 🙈



Berhadapan dengan si kecil, memegang spidol warna merah, dari sini kelihaian mulai diuji. Gerogi pun datang saat mulai membuat pola. Karena ngga ingin membingungkan Yasmin, aku hanya mengenalkan sayur yang biasa dia jumpai tiap harinya. 🙊Wortel, kentang, buncis, kacang panjang, kobis, brokoli, dan tomat. 

Sambil menggambar, kami main tebak-tebakan karena penampakan antara di gambar dengan sayur asli, tuh, ngga mirip. 😂Sampai pada gambar terakhir yaitu tomat, ini cukup mudah ditebak. Apalagi setelah aku beri warna, perpaduan antara merah dan orens. Langsung ketebak tomat, deh. Ngeselinnya, setelah itu sayur ketebak, tiba-tiba Yasmin minta diputerin Tomat Lebay di youtube. 🤣 Yaudah, aku ambil gadgetnya, terus aku putarkan.

Dia menonton tomat lebay sambil senderan boneka teddy. Nampak nyaman banget. Ketimbang aku ngga ngapa-ngapain, ikut ambil Handphone (HP) dan mainan sosmed. Kami sama-sama sibuk sendiri. Yasmin aku biarkan menonton tomat lebay dengan durasi 15 menit, dan aku juga nyaman banget scroll sosmed sampai ngga terasa posisiku tiduran. Antara ngga terasa dan sengaja tiduran karena udah ngga betah dudum. Kebiasaan buruk, nih. Padahal udah tau minesnya lebih dari 4. Fufufu...

Udah lumayan lama dan lagi asyik-asyiknya komen di beberapa akun instagram punya teman, tiba-tiba Yasmin menepuk punggungku.

"Duduk, Ibu!" Ucapnya sambil menggerakan bibir mungilnya ke kanan dan ke kiri.

"Mainan HP jangan sambil tidur, nanti matanya sakit." Dia menambahkan kalimat yang biasa aku sampaikan kepadanya saat sedang mainan HP.

Duhhh...tercyduk banget rasanya. Ini baru satu perintah, DUDUK! Dari sini, aku terus mengingat apa yang sudah aku sampaikan ke dia, apa yang ngga boleh dia lakukan, dll dll. Dalam hal ini aku sedih pisan karena apa yang aku sampaikan ke anak, kadang ngga seirama dengan kebiasaanku atau bahkan suami. Kami mainan HP masih sering dengan tiduran, sementara kami meminta Yasmin untuk duduk ketika sedang mainan HP. Bertolak belakang, bukan? Padahal, apa yang dia lihat, itu yang akan dia tiru dan lakukan.

Sungguh orang tua betul-betul belajar dari anak bagaimana menjadi pribadi yang lebih baik. Dan ternyata, kena tegur anak tuh lebih memalukan ketimbang kena tegur atasan di tempat kerja. Eh tapi kalau bisa milih, sih, ngga kena tegur sana-sini. 🙊 

BukBapak, apakah kalian pernah mengalami hal serupa dengan kami?
Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
Newer Posts
Older Posts

Cari Di sini

Perkenalkan...

Hai...perkenalkan, saya Idah. Ibuk dari dua anak dan satu-satunya admin di blog ini.

Rutinitas saya saat ini sebagai Ibu Rumah Tangga sekaligus Ibu Pekerja Kantoran. Kami sekarang tinggal di Kota Dawet Ayu, Banjarnegara, Jawa Tengah.

Oiya, jika ingin komunikasi, bisa melalui akun instagram kami @cerisfamily atau kontak langsung melalui email cerisfamily@gmail.com. Terima kasih.

On Youtube

Fans Page

CERIS Family

Blog Archive

  • ►  2025 (9)
    • ►  Mei (2)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2024 (39)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (10)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2023 (28)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (4)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2022 (14)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2021 (12)
    • ►  September (2)
    • ►  Juni (3)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2020 (17)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2019 (42)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Mei (26)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ▼  2018 (37)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ▼  Juli (3)
      • Pro dan Kontra Asuransi Pendidikan Anak
      • Jangan Goyah! Tetap Pendirian untuk MP-ASI di Usia...
      • Duduk, Buk!
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2017 (61)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (8)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2016 (62)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (7)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2015 (63)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (9)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (10)
    • ►  Juni (12)
    • ►  Mei (2)

Popular Posts

  • Biaya USG 4 Dimensi di RS Panti Nugroho
  • Tujuan Pemeriksaan HB dan HBsAG untuk Ibu Hamil
  • Tip Agar Jahitan Pasca Melahirkan Cepat Kering

recent posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Part Of Community


Blogger Perempuan
mamadaring
Seedbacklink

Follow Us!

Social Media

Facebook Twitter Instagram Youtube Blog Ibu

MageNet

0ccdff8bd3766e1e4fdd711a2ad08ee5151bd247

Created with by ThemeXpose