"Yaelah...uang segitu saat Yasmin gede atau 10 tahun kemudian bisa jadi tidak ada nilainya. Mending dimanfaatkan untuk usaha dulu, atau investasi apa lah. Ketimbang buat asuransi pendidikan anak."
Mungkin ini salah satu alasan bagi mereka yang kurang pas atau malah tidak suka dengan asuransi, khususnya asuransi pendidikan anak. Nilai mata uang yang sudah masuk asuransi menjadi tidak ada nilainya di masa mendatang. Maksudnya, ketika aku memasukan uang 5 juta untuk asuransi, bisa jadi saat ini bisa digunakan untuk mendaftar sekolah, beli seragam, peralatan sekolah, dll. Namun lima atau bahkan sepuluh tahun kemudian saat anak masuk bangku SMA, nilai uang tersebut mungkin hanya bisa dimanfaatkan untuk membeli peralatan sekolah saja. Apalagi kita semua tahu bahwa biaya pendidikan makin mahal, dan ini sebuah kepastian. 🤣
Ini baru jenis asusansi yang satu kali bayar, ya. Belum lagi asuransi dengan sistem angsuran, ugh...mungkin makin tidak ternilai rupiahnya di masa mendatang. Tapi tenang...tenangkan hati, pikiran, jangan goyah, dan terus ibadah. 🙊
Mungkin ini salah satu alasan bagi mereka yang kurang pas atau malah tidak suka dengan asuransi, khususnya asuransi pendidikan anak. Nilai mata uang yang sudah masuk asuransi menjadi tidak ada nilainya di masa mendatang. Maksudnya, ketika aku memasukan uang 5 juta untuk asuransi, bisa jadi saat ini bisa digunakan untuk mendaftar sekolah, beli seragam, peralatan sekolah, dll. Namun lima atau bahkan sepuluh tahun kemudian saat anak masuk bangku SMA, nilai uang tersebut mungkin hanya bisa dimanfaatkan untuk membeli peralatan sekolah saja. Apalagi kita semua tahu bahwa biaya pendidikan makin mahal, dan ini sebuah kepastian. 🤣
Ini baru jenis asusansi yang satu kali bayar, ya. Belum lagi asuransi dengan sistem angsuran, ugh...mungkin makin tidak ternilai rupiahnya di masa mendatang. Tapi tenang...tenangkan hati, pikiran, jangan goyah, dan terus ibadah. 🙊
Berpendapat itu sah-sah saja, tapi bagi aku yang doyan banget asuransi, tentu pendapat yang demikian selalu aku kesampingkan karena bagiku berapapun nilainya nanti, terpenting aku punya simpanan nantinya, entah jumlah berapa. ini prinsip ya, Pak. Prinsip! 😂
Aku bukan pakar matematika yang jago berhitung sampai untung rugi dari sebuah asuransi. Bukan juga pakar ekonomi yang pandai bikin neraca saldo hanya karena ingin tahu jumlah aset keluarga. Aku cuma seorang Ibu muda yang manis, dan kebetulan belum bisa memutar uang untuk wirausaha. Seorang perempuan yang belum mau direbetkan dengan urusan uang, tapi juga tidak mau rugi. Hahaha. Iya, pikirku tuh kalau misal punya uang dan dibuat untuk usaha, kemudian gagal usahanya, kan menjadi rugi. 😂 Ini emoh banget. Bukan penakut, cuma belum pingin rugi saja. 🙊
"Eeeh...uang hasil asuransi tidak berkah, lho. Ada hukum apalah apalah. Apalagi ngasih uang sekian, dapatnya bisa berlipat ganda dalam waktu tertentu. Dosaaaa woy, dosaaaa!"
Uhui...aku takut dosaaa, asli. Tapi kembali ke niat awal bahwa, aku menabung dalam bentuk asuransi ini tujuannya supaya punya simpanan yang lebih aman nantinya. Tidak hanya itu, dengan ikut asuransi, harapanku nantinya akan lebih ringan dalam membiayai pendidikan anak-anak. Selebihnya, misal ada manfaat di dalamnya, cukup mengucap hamdallah saja. 😂 Eeh...sekarang juga ada asuransi syari'ah, lho. Kalau ada aroma-aroma syari'ah kan katanya boleh, dan berkah. 🙊
Kontra tentang asuransi ini sebagian besar ada pada pihak laki-laki. Ya, laki memang kurang suka dengan asuransi entah berkedok apapun. Asuransi Masa depan, mapan, pendidikan, kesehatan, maupun asuransi jiwa, tidak berpengaruh. Seperti suamiku, dalam hal asuransi kami sangat berbeda pandangan. Ayah termasuk tipe suami yang tidak suka menyimpan uang dalam bentuk asuransi. Sedangkan aku, doyan banget MAIN asuransi. Punya tabungan dikit, dialihkan ke asuransi. Nambah dikit lagi, beli logam mulia. Nambah banyak, getol buat anak lagi, dong. *sombong beneerrrrrrrrr yaaak 😂
Aku bersyukur punya suami yang tidak terlalu rusuh perihal pendapatan isteri. Ya, kami sama-sama pekerja. Dia hanya berpesan untuk tidak banyak ceng-cong, dan lebih hati-hati dalam mengelola uang. Kalau aku beli ini itu, dia juga tidak terlalu banyak berkomentar. Mungkin ngomong sama kaca saja dirasa cukup. Mungkin (lagi), yang terpenting isterinya bahagiaaaa. 🤣
Perbedaan sudut pandang pun sepertinya tidak pernah berujung pada keributan. Kami cukup sekadar tahu, dan saling mengerti saja. Setelahnya kami sama-sama evaluasi sebagai bentuk pemahaman supaya nantinya bisa saling menghargai. Termasuk perihal asuransi, suami mana tau. 🤣 Hlaaah? Terus uang pembayaran asuransi dapat dari mana, dong? Ya dari rezeki yang datang dari pintu mana saja, rezeki yang datang langsung ke aku. 🙊
Lalu, kenapa aku tetap kekeuh utuk ikut asuransi baik asuransi pendidikan anak atau asuransi lain yang menurutku perlu?
Perbedaan sudut pandang pun sepertinya tidak pernah berujung pada keributan. Kami cukup sekadar tahu, dan saling mengerti saja. Setelahnya kami sama-sama evaluasi sebagai bentuk pemahaman supaya nantinya bisa saling menghargai. Termasuk perihal asuransi, suami mana tau. 🤣 Hlaaah? Terus uang pembayaran asuransi dapat dari mana, dong? Ya dari rezeki yang datang dari pintu mana saja, rezeki yang datang langsung ke aku. 🙊
Lalu, kenapa aku tetap kekeuh utuk ikut asuransi baik asuransi pendidikan anak atau asuransi lain yang menurutku perlu?
- Aku mudah tergoda dengan uang yang ada di ATM dan juga buku tabungan. Makanya aku harus mengamankannya ke dalam asuransi atau bentuk lain yang tidak bisa digunakan semau gue.
- Aku doyan banget jajan di luar. Ini bahaya banget kalau tabungan sampai keliatan terus. Bisa menuruti napsu makan yang berimbas pada berat badan. Oh..No!
- Aku belum bisa merangkap pekerjaan sebagai wirausaha. Makanya jika ada lebih sedikit saja langsung masuk tabungan yang nantinya akan aku manfaatkan seperti point satu.
- Asas manfaat. Seluruh dunia tahu lah, ada banyak manfaat dengan ikut asuransi. Tidak perlu aku sebutin satu-satu karena aku bukan ahlinya. Tapi misal ada yang bilang "situ mau saja dikibulin sama orang asuransi", itu sah-sah saja. Aku tetap teguh pendirian, kok.
- Mungkin yang kelima nusul.
Oiya, kamu termasuk tim PRO atau KONTRA dengan asuransi? Boleh tahu alasannya, dong. 🤣