• Home
  • About
  • Jasmine
  • Wildan
  • Hiroku
  • Kesehatan
  • Tumbuh Kembang
  • Parenting
  • Jalan Jajan

Dari BRT Trans Jateng, Kami Pulang Membawa Banyak Cerita - Hari itu, matahari belum tampak ketika saya membangunkan anak-anak. Melihat mereka masih bermain-main dengan selimut, rasanya bahagia sekali. Mata masih terpejam meskipun tidak sempurna, tapi tangan terus bergerak berebut selimut biru favoritnya. 

Perlu kalian tahu, Nak. Ada semangat yang sudah Ibun persiapkan sejak semalam. Kali ini, Ibun kita akan mengajak kalian untuk naik BRT Trans Jateng dari Terminal Bukateja menuju Rita Super Mall.

Nak, bangun yuk. Hari ini kita akan naik Bus,” saya berbisik sambil mengelus rambut mereka.

Wildan membuka matanya lebih dulu. “Naik bus? Mau ke mana, Ibun?”

Saya mengangguk sambil tersenyum. “Kita mau coba transportasi umum yang belum pernah kalian coba.”
Wildan menyembul dari balik bantal. “Bus yang besar itu? Yang kayak Tayo?”

Saya tertawa pelan. “Iya, sayang. Tapi bukan bus yang besar banget, ya. Bus-nya ber-AC, dan kita bisa duduk sambil lihat banyak sekali pemandangan.”

Mereka pun langsung bangun. Tak butuh waktu lama untuk mereka bersiap. Entah kenapa, anak-anak selalu lebih cepat bergerak kalau tahu akan ada petualangan , ya. 😂

Menuju Terminal Bukateja: Ini Awal dari Cerita.

Kami berangkat pagi, saat udara masih sejuk. Saya mengendarai sepeda motor dari rumah yang kemudian saya titipkan di tempat penitipan sepeda motor dekat area kota. Kami menuju terminal Bukateja dengan mengendarai Bus yang kami setop dari depan mini market Wangon. 

Beruntung saat itu bus tidak terlalu penuh penumpang, anak-anak pun merasa sangat nyaman meskipun sempat merasa panas dan juga sedikit pusing karena Bus-nya melaju dengan sangat ugal-ugalan. 🤭

Tiga puluh menit perjalanan, kami sampai di Terminal Bukateja. Wita dan Wildan mulai excited melihat deretan bus warna merah di terminal. Ini pengalaman pertama mereka masuk ke terminal Bukateja, sekaligus pengalaman pertamanya naik BRT Trans Jateng.

Wita menggandeng saya sambil berkata, “Ibun, ini seperti terminal Bus di Banjarnegara tapi buat bus yang kecil, ya?”
“Bisa dibilang begitu,” jawab saya. “Tempat semua orang menunggu untuk memulai perjalanan.”

Kami menunggu tidak sampai lima menit, ada satu bus mendekati halte pemberangkatan. Saya menggandeng mereka untuk masuk ke dalam bus dengan dibantu seorang petugas, mbak-mbak masih muda.

Masuk Bus: Dunia Baru yang Bikin Seru.

Kami memilih tempat duduk menghadap depan. Baru masuk bus dan baru saja duduk, mereka sudah mulai ramai bersorak norak bahagia. 

"Ibun, kenapa ini busnya tidak seperti tadi? Ini sangat nyaman, Bun. Tidak panas." 

"Ibun, kenapa itu ada alarm di pintu?

"Ibun, lihat. Aku enggak pakai sandal, tapi enggak panas. Dingiin, Bun."

"Ibun, itu pintunya nutup sendiri? Otomatis nutup?

"Ibun, aku pingin bediri dan pegangan yang itu, tuh."

Mengajak anak-anak mencoba hal baru sudah pasti akan banyak sekali pertanyaan-pertanyaan bermunculan. Mulai pertanyaan yang masih masuk akal, sampai pertanyaan yang kadang susah sekali untuk dijelaskan kepada anak-anak. Rumit. 🤣 

Saya diam sejenak, lalu lanjut menjelaskan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin membuat mereka penasaran. BRT (Bus Rapid Transit) ini memang difungsikan sebagai angkutan aglomerasi perkotaan di Provinsi Jawa Tengah. Didesain sebagai transportasi yang memberikan kenyamanan untuk para penumpang dan juga tarif sangat hemat.

“Wahhh, dingin ya, Bu. Ada AC-nya,” komentar Wildan.
“Iya dong, kita duduk santai aja ya, sambil lihat-lihat luar.”

Bus melaju perlahan, dan jendela seolah jadi layar besar yang memperlihatkan "dunia". Sawah menghijau, warung-warung kecil, sekolah, gedung perkantoran, kendaraan di sekitar, dan masih banyak lagi yang bisa kami lihat dari dalam bus.

Saya menatap mereka dalam-dalam. Anak-anak seusia mereka lebih banyak mengenal dunia lewat layar smatphone atau televisi. Dan hari itu, mereka menyaksikan semuanya langsung tanpa filter, tanpa sensor.

Menarik Perhatian: Tempat Pemberhentian Bus.

Berbeda dari bus umum lainnya, penumpang BRT hanya bisa naik dan turun di halte yang sudah ditentukan. Setiap kali ada penumpang masuk atau keluar, ternyata anak-anak sangat memperhatikan. Sampai nama-nama halte pun, mereka sampai takjub karena bisa tiba-tiba sampai Surabaya, Kalimantan, bahkan Banjarmasin. Padahal, ini masih di Purbalingga. 🤣

Halte Selabaya, mereka mendengarnya Surabaya. Halte Kalimanah, mereka kira adalah salah ucap dari Kalimantan. Lalu, ketika sampai Halte Banjarsari, mereka kompak bilang Banjarmasin!

Naik transportasi umum bukan hanya soal perjalanan. Di dalamnya, anak-anak akan mendapatkan pengetahuan baru, belajar etika, bahkan empati. Nilai-nilai yang kadang tidak mudah diajarkan di rumah, tapi mudah diserap saat dilihat langsung.

Obrolan di Sepanjang Jalan.

Saat sedang perjalanan dengan anak-anak, saya hanya sesekali saja mengeluarkan ponsel untuk mengabadikan momen atau ketika mereka minta untuk difotokan karena saya paham pasti akan banyak hal-hal yang baru mereka lihat, mereka rasakan, yang kemudian ditanyakan langsung.

Wildan menunjuk seorang penumpang laki-laki dengan rompi hitam dan membawa helm proyek warna biru. “Itu mau kerja ya, Bu?”

“Iya, mungkin dia teknisi atau orang proyek. Dia naik bus supaya lebih cepat dan hemat.”

Kalimat itu mengalir begitu saja, tapi saya tahu dia merekamnya baik-baik. Percakapan sederhana itu membawa kami lebih dekat. Saya seperti mendapat kesempatan mengenalkan dunia tanpa ceramah, tanpa buku dan cukup dari dalam bus.

Kenapa Mengenalkan Transportasi Umum Kepada Anak-anak?

Dari pengalaman ini, saya semakin yakin bahwa mengajak anak naik transportasi umum itu penting. Ada banyak hal yang bisa mereka tahu dengan sendirinya karena mereka menjadi pengguna langsung. Berikut ini adalah beberapa manfaat mengenalkan transportasi umum kepada anak-anak.

1. Anak-anak belajar menghargai waktu dan antrean.
Di terminal, mereka belajar menunggu. Di halte, mereka belajar tertib. Dan saat melihat orang lain antre, mereka ikut memahami arti sabar.

2. Mereka mengenal keberagaman.
Di dalam bus, ada banyak penumpang. Ada ibu-ibu membawa belanjaan, pelajar dengan seragam, bapak-bapak dengan sepeda lipat, hingga anak-anak seperti mereka. Ini membuka mata mereka tentang dunia nyata bahwa manusia itu beragam, dan kita harus saling menghormati.

3. Mereka belajar hemat dan sadar lingkungan.
Dengan naik transportasi umum, mereka tahu bahwa perjalanan bisa tetap nyaman tanpa kendaraan pribadi. Ini awal dari edukasi sadar lingkungan dan hidup sederhana. Apalagi kita tahu, tarif natik BRT itu cuma Rp4.000 per orang (penumpang umum). Untuk anak-anak sekolah, lebih murah lagi.

4. Meningkatkan kedekatan emosional.
Perjalanan bersama, tanpa distraksi gadget, membuat kami bisa saling cerita, tertawa, dan belajar dari satu sama lain.

Rita SuperMall: Tujuan, Tapi Bukan Akhir.

Empat puluh lima menit berlalu dengan cepat. Kami tiba di Rita SuperMall. Sebuah tempat perbelanjaan di Purwokerto yang mungkin bisa dibilang paling ramai pengunjung. Kami di sini punya tujuan khusus yaitu makan siang. Hahaha.

“Ibun, Halte Rita Supermall. Kita sampai!”
Saya mengangguk, sambil tersenyum. “Iya, tapi perjalanan belum selesai. Kita masih punya waktu untuk jajan.”

Kami mengajak anak-anak untuk keluar bus dan menggandengnya. Masih di luar mall, mau digandeng. Sesampainya di mall, langsung lari tanpa arah, dong. Emang saking bahagianya sampai kadang terlihat norak. Naluri anak-anak, ya. 🤣

Nak, Hari Ini Kita Pulang Membawa Banyak Cerita.

Alhamdulillah...akhirnya saya bisa mengajak mereka naik BRT. Suatu kebanggaan tersendiri ketika bisa mengenalkan transportasi umum kepada mereka. Apalagi ketika mereka merasa nyaman sekali, bahagia, sudah pasti mereka ingin mencobanya lagi dan lagi.

Inilah transportasi yang sangat saya idam-idamkan, transportasi umum yang bisa membuat penumpang merasa nyaman dan aman. Aman secara fisik, aman juga secara finansial karena pemerintah memberikan subsidi untuk ini. 🤭

Malam harinya, sebelum tidur, saya memeluk mereka.

“Bu,” kata Wita pelan. “Hari ini seru banget. Aku sangat suka naik BRT.”
Wildan menimpali, “Besok kita naik bus ke kota lain, ya?”

Saya tersenyum dan membalas,

“Nak, kita boleh saja naik lebih jauh nanti. Tapi ingat, yang penting bukan seberapa cepat sampai, tapi seberapa banyak yang kamu lihat, dengar, dan rasakan dalam perjalanan.”

Naik BRT Trans Jateng bersama anak-anak mungkin tampak sederhana. Tapi bagi saya adalah momen berharga. Sebuah ruang belajar, ruang dialog, ruang tumbuh.


Nak, semoga kalian ingat, bahwa dunia ini luas. Dan di balik setiap perjalanan, selalu ada cerita yang menunggu untuk diceritakan.

Semoga BRT ini ada di setiap kota supaya masyarakat juga tertarik untuk naik Bus yang kata anak-anak super nyaman dan kalau kata saya, nyaman sekali. 🫶🏻

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Hi! #CatatanBumBum akhirnya bisa hadir kembali di momen spesial buat anak kedua kami, Wildan. Yaps, momen spesial kali ini yaitu momen pertambahan usia atau ulang tahun. Saya bahagia banget bisa "bertemu" lagi dengan 23 Mei yang merupakan tanggal lahirnya. Alhamdulillah...

kaus anak superhero marvel


Betapa waktu terasa begitu cepat. Wildan yang lahir saat dunia sedang berduka akibat Covid-19, alhamdulillah sekarang sudah bisa menghirup udara luar dengan bebas tanpa ada rasa takut atau khawatir. Eits...tapi kabarnya kasus Covid sekarang kembali naik, ya. Kalau benar, tetap berhati-hati saat hendak ke luar rumah. Jangan lupa untuk tetap patuhi protokol kesehatan karena menjaga untuk tetap sehat lebih baik dari pada mengobati, bukan?

Jujur, keraguan untuk mengajak anak-anak bepergian kini tidak lagi berlebihan. Baru-baru ini, saya mengajak Wildan ke Serulingmas Zoo dalam rangka kencan. Iya, saya jarang mengajaknya kencan karena dia lebih betah bermain di rumah meskipun tidak ada teman alias main sendiri. Dia tetap menikmati aktivitasnya menyusun lego, bermain mobil-mobilan, atau menonton film kartun kesayangannya via kanal YouTube.

Wildan, Ibun akan merekap beberapa aktivitas dan juga apa-apa yang kamu suka menuju usia 3 tahun. Tidak hanya itu, kita juga ada obrolan yang kemudian menjadi sebuah harapan bagi Ibun di usiamu ketiga tahun ini.

Ibun sangat beruntung dengan adanya kamera, Nak. Soalnya disaat memori Ibun mulai melemah, Ibun langsung buka galeri untuk melihat momen-momen melalui foto dan video. Duh...terbayang susahnya mengingat tanpa melihat dokumentasi. 🫠 Berikut tumbuh kembang dan juga beberapa kegiatanmu selama satu tahun. Random saja, ya!

Menjadi Pribadi yang Peka.

Juni 2022, Ibu dan Ayah lagi sok rajin dengan tanaman di sekitar rumah. Pagi itu, ada banyak aktivitas yang kami lakukan bersama. Saya merapikan bunga dan mencabut rumput liar di samping rumah, sementara suami membuat adukan tanah persiapan pergantian dan juga penambahan beberapa pot bunga.

Tak lama kemudian, Wildan minta bergabung untuk ikut merapikan bunga dan juga membuat adukan tanah. Saya jadi ingat kalau punya cangkul kecil di gudang. Nah, karena dia tampak semangat sekali untuk membantu kami, saya pun mengambilkan cangkul dan juga sepatu untuknya. Beruntung peralatan masih ada, akhirnya dia membantu kami dengan alat tempurnya. Hayo, orang tua mana yang tidak meleleh melihat anakny respek atau peka?

Mau Menjadi Pendongeng?

Saya tidak menyangka kalau Wildan begitu antusias dengan buku hard cover yang berisi cerita tentang hewan. Nyaris setiap malam sebelum tidur, dia meminta saya untuk membacakannya. Jumlah bukunya memang masih terbatas, namun isinya banyak "daging"nya. 

Ah...jangan-jangan di mau jadi Pendongeng, nih. Soalnya dia bisa banget berekspresi dan menceritakan ulang meskipun masih terbata-bata tapi semangat mendongeng dan imajinya berkembang.

Melafalkan Huruf W.

Wildan, namanya. Tapi jika menyebutkan namanya sendiri membutuhkan energi khusus dan fokus. Sampai di usianya yang ketiga tahun pun dia belum juga bisa melafalkan huruf W. Jadi, dia kalau menyebut namanya sendiri bukan Wildan, melainkan Indan. Menyebut nama Mbaknya juga bukan Wita, melainkan Ita. 😄

Tidak apa, tapi Ibun tidak akan membenarkan lafal yang salah. Ibun tetap melafalkan sesuai dengan ejaan yang benar supaya Mamas paham bahwa yang diucapkan belum benar. Terus belajar ya, Mas. 😉

Malu-malu Banyak Mau.

Sekilas jika memandang wajah Mamas yang agak teduh, banyak yang mengira kalau dia adalah anak pemalu. Memang benar, dia sedikit pemalu tapi banyak mau. Dia termasuk anak yang membutuhkan waktu untuk beradaptasi di tempat baru. Kabar baiknya, dia tidak membutuhkan waktu lama untuk membaur sekalipun baru dikenal.

Saya mengira, Mamas akan mewarisi sifat pemalu dari Ayahnya, lho. Ternyata tidak 100% menjadi pribadi yang pemalu. 😊

Mamas, sebenarnya masih banyak banget momen dan juga daftar kunjungan ke beberapa tempat yang seru bersama keluarga. Kapan-kapan dilanjut, ya. Selamat tiga tahun, semoga tetap menjadi pribadi yang baik, peka, respek, dan penyayang. 💗
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Puluhan tahun silam, zaman masih gadis dan alay maksimal, bagi saya memanjangkan kuku menjadi hal yang sangat menyenangkan. Terlebih jemari saya ini termaduk tipe yang lentik dan kuku pun demikian. Dibiarkan panjang sedikit saja rasanya udah kece maksimal. Eh, mohon maaph kalau ternyata menjadi narsis. 🤣

Lanjut narsis, ya. 🤭Punya kuku panjang, pakai kutek, kemudian ujung kuku dibentuk setengah lingkaran. Subhanallaah...ini kuku tambah manis banget dan rasanya tidak rela jika tangan ini harus mencuci piring apalagi baju. Kenapa cobaaaa? Karena setelah cuci-cuci si kuku pasti lembek dan itu menjadi rawan patah. Pokoknya begitu sayangnya saya sama si kuku panjang yang kalau buat nyakar pasti sakit. 😝

memanjangkan kuku saat masih punya balita


Masa-masa Tidak Rela Kuku Sampai Patah.

Kuku yang sudah panjang, lentik, dan tiba-tiba  patah, tuh, bikin nyesek dan kesal. Saking tidak relanya, saya pernah menangis cuma gara-gara kuku patah setelah cuci baju. Dan anehnya, saya sempat marah-marah sama Ibu padahal yang saya cuci adalah baju saya sendiri. 😂 Eh, ini nyuci bajunya masih manual, ya. Belum pakai mesin cuci. 🤭

Sebenarnya kuku ini tidak begitu penting untuk sebuah penampilan. Tentu bukan buat penampilan seorang artis, dong. Karena mereka sudah pasti sangat memperhatikan penampilan dari ujung kepala sampai ujung kaki, detil banget. Namun, bagi sebagian orang yang punya kuku panjang, nail body yang juga panjang, bisa menambah tingkat percaya diri. Saya pernah mengalaminya selama beberapa bulan. Banyak yang memuji jemari ini lentik! Dan saya ke-GR-an, dong.💅

Namun Kondisi Berbalik 180° Saat Saya Punya Anak.
 
Ternyata perihal memanjangkan kuku itu punya masanya. Khususnya bagi saya. Tepatnya semenjak lulus kuliah, saya terbiasa dengan kuku pendek. Karena kebetulan kerjanya sering bersinggungan dengan ketik-ketik, rasanya lebuh nyaman punya kuku pendek. Terasa ada ikatan tersendiri dengan keyboard. Hahaha. Lanjut berkeluarga dan punya Syaquita, saya risih banget kalau kuku sampai panjang meskipun hanya sedikit. Makanya, sata sering potong kuku minimal seminggu sekali.

Menjadi seorang Ibu ada banyak hal yang musti diperhatikan, salah satunya yaitu menjaga kebersihan kuku. Yups, Ibu menjadi salah satu orang yang sering merawat si kecil. Mulai dari memandikan, mengoleskan minyak kayu putih, sampai dengan membersihkan kotoran di telinga. 

Tidak terbayang jika saya masih suka memanjangkan kuku, pasti akan susah merawat si kecil untuk aktivitas tertentu. Rasa-rasanya akan kurang maksimal. Dan yang perlu diperhatikan banget, tuh, ketika Ibu tetap membiarkan atau menginginkan kukunya panjang saat masih punya bayi atau balita. Ini dapat membahayakan, ada kemungkinan membuat kulit si kecil lecet.

Btw, kamu punya cerita tentang memanjangkan kuku? Yuukkk...bagikan di sini!


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Perhatian! Artikel ini ditulis sebagai momen dan pengingat semata. Tidak ada maksud lain. 😘

Haiii, pembaca setia! Semoga kalian dalam keadaan sehat wal afiat dan bahagia, yaa. 😘

Kejutan di Tri Semester Pertama

Eh, apakah kalian pernah mendengar pernyataan bahwa setiap anak itu unik? Pasti sering banget, yaa. Apalagi dikalangan Bunda-bunda yang sudah punya anak. Meski diliahirkan dari rahim yang sama, namun pada kenyataannya tiap anak mempunyai karakter tersendiri dan tak pandang jenis kelamin. Mau perempuan semua, misalnya. Karakter mereka tidak ada yang sama sekalipun kembar. Punya bawaan sendiri-sendiri. 🙊

Naaaaaah!

Setelah sekian lama hanya bisa nyawang atas pernyataan tersebut, akhirnya sekarang saya bisa merasakannya mulai dari dalam kandungan. 🙈

Yups ya ya ya!

FYI, ini adalah kehamilan kedua saya. Anak pertama saya, Kecemut, saat ini berusia empat tahun. Saya masih ingat betul awal-awal kehamilannya. Sebagai Ibu rumah tangga sekaligus working mom, saya saat itu terus memotivasi diri sendiri, menyemangati diri ini untuk selalu sehat, kuat dan dapat menjalani rutinitas harian dengan lancar. Uniknya nih, hamilnya ngebo bangettt alias tidak merasakan mual, pusing, ngidam, manja, dan hal-hal lain yang kerap dirasa ibu hamil. Sampai usia kehamilan 8 bulan pun semangat kerja terus terjaga, bahkan masih aktif dinas luar. 🙊

Pada kehamilan kedua...

Khususnya di bulan kedua kehamilan atau usia kandungan 8 minggu, saya mendapat kejutan dari dedek bayiiii, nih. Rasanya surprise banget ketika pagi hari, waktunya nyiapin keperluan anak sekolah, suami kerja, namun saya tidak memiliki kekuatan untuk itu. Mata rasanya berat bangettt buat melek, pinginnya bobok lagi. Saya sudah berusaha banget untuk menjalani rutinitas pagi, tapi tetap tidak bisa. Belum lagi, kadang ada mual-mual, gitu. 🙊

Sampai pada titik terparah, waktunya jam kerja kantor, saya kerap tidur di atas kursi, di depan laptop, atau di mushola. Ngga malu sama teman kantor? Malu banget laaah! Tapi gimana lagi, rasa kantuk itu tidak bisa terbendung. Tidurnya pun langsung pulas, gitu. Begitu terbangun sudah duhur atau ashar. 🙈

Suatu hari di bulan Oktober, saya tidur nyaris seharian. 😂Izin berangkat kerja agak siang, taunya pas bangun udah jam 16.00 WIB. Hahaha. Rasanyaaa...

Seperti apapun keadaan saat hamil, akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan karena punya cerita tersendiri. Saya sangat menikmati karena proses kehamilan itu istimewa. Terima kasih atas kejutannya, sayang. Semoga kita sehat-sehat terus, yaa. 😘
Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
Rasa bahagia mulai menghampiri ketika waktu menunjukan pukul 17.30 WIB dan pekerjaan kantor telah selesai. Sudah melebihi jam kerja memang, tapi inilah yang sedang saya alami. Beberapa minggu ini, saya selalu pulang terlambat karena memang sedang ada pekerjaan tambahan dan itu deadline. Sungguh awal tahun yang produktif. 💓 Tak mengapa, asal badan sehat pekerjaan insya allah dapat diatasi sesuai tarjet. Hanya saja yang menjadi masalah yaitu kerap ada janji yang tak sampai.


Seperti biasa, sesampainya di teras rumah, klakson motor saya mainkan sebagai salah satu isyarat kalau saya sudah pulang. Sudah cukup lama rasanya saya berdiam di atas motor, ada dua menit mungkin. Tapi langkah kaki mungil Kecemut belum juga terdengar, celotehannya pun. Yasudah, akhirnya standar sepeda motor samping saya standarkan, kemudian turun dari motor. Kaki ini baru akan turun, tiba-tiba Mbah Uti membukakan pintu, pelan sekali.

"Lho, mana Syaquita?" Tanya saya kepada beliau yang terlihat kewalahan membuka pintu depan karena memang agak susah dibuka.

"Baru saja bobok." Jawabnya pelan.

Degh!

Mengetahui Kecemut sudah tidur, tuh, rasanya sediiiiih bangeeeet. Padahal hari masih sore. Dtambah lagi saat Mbah Uti menyampaikan bahwa Kecemut sempat bilang, "Hayooo...Ibu dulu atau Ayah dulu yang pulang, ya?"

Kami tidak ada yang pulang lebih awal. Tidak ada yang pulang tepat waktu. Dada ini tiba-tiba sesak. Kaki terus melangkah sampai akhirnya saya menjumpai Kecemut sedang tidur pulas di kamar. Tumpah air mata ini. Sore ini, saya  betul-betul menangisi Kecemut yang tengah tidur pulas. Sambil memeluknya erat, bibir ini tak henti-hentinya menciumi pipi dan keningnya. Tak peduli air mata ini terus menetes sampai sesegukan.

"Ibu udah pulang ya, Mbak." Saya yang berbaring di sebelah kanannya berbisik pelan di telinganya sambil elus-elus pipi. Entah berapa kali saya berbisik dengan kalimat yang sama. Dan entah berapa kali saya menciuminya. Sampai akhirnya dia membuka matanya, senyum, dan menepuk-nepuk pipi saya.

Alhamdulillaah. . .

"Ibu baru pulang, nih. Katanya kau main boneka. Yuh banguun." Saking kangennya, saking pingin main berdua, saya mengajaknya berkomunikasi. Namun tidak lama kemudian, dia kembali memejamkan mata sambil berkata "Besok."

Saya kembali sedih. . .

Entah kenapa hari ini saya merasa seperti kehilangan. Kehilangan yang teramaaat. Mungkin karena rasa kangen dan terlanjur membuat janji. Ya, pagi sebelum berangkat kantor, saya diajak main boneka oleh Kecemut. Tapi karena sudah siang, saya menolaknya pelan. Wajahnya merah seketika karena saya tidak bisa memenuhi keinginanannya, hanya peluk erat yang bisa saya berikan seketika itu.

"Nanti sore kita main boneka, ya. Jangan sedih. Ini Ibu sudah kesiangan. I love you." Saya kembali memeluknya, mencium keningnya, lalu pamit.

Janji tak sampai. Ternyata ada yang lebih menyedihkan dan menyakitkan dari kasih tak sampai, ya. Nyeriiii gini, euy.

Eeehh, Buk, kayak pernah ngalamin kasih tak sampai sajaaa. 😅
Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
Satu hal yang paling aku tunggu menjelang istirahat malam yaitu mendongeng atau sekadar bercerita renyah bersama Syaquita. Kegiatan ini rutin kami lakukan itung-itung sambil menunggu Ayah pulang kerja meski pada akhirnya pasti kami sudah dulu tertidur ketika Ayah sampai rumah. Ah...terpenting ada niat baik, ya. 🤣



Kenapa mendongeng? Kenapa bercerita? Kenapa tidak menyanyi bersama atau belajar menghafalkan apapun yang telah dia pelajari baik di sekolah maupun TPQ?

Alasan terkuat tentu karena aku ingin tahu banget aktivitas dia selama seharian. Maklum, sebagai Ibu pekerja yang berangkat pagi pulang sore, tuh, selalu merasa ingin tahu kegiatan anak tiap harinya. Apalagi sekarang dia sudah sekolah dan alhamdulillaah juga mengaji. Pasti banyak pengalaman baru dan seru yang dia dapatkan bersama teman-temannya.

Oiya, kami pernah melakukan kegiatan menyanyi bersama sebelum bobok. Kalau tidak salah ingat, saat itu Syaquita baru berusia 2 tahun dan memang sedang senang-senangnya menyanyi. Sementara belajar kami lakukan mulai pukul 19.00 WIB sampai jam 19.15 WIB. Sebentar memang, kecuali ada Pekerjaan Rumah lha bisa sampai 60 menit.

Memasuki usianya tiga tahun, aku merasa dia makin cerewet, gitu. Hihihi. Kadang aku melihat seperti ada yang ingin disampaikan, tapi karena keburu melihat gadget dalam genggamanku, dia pun lebih memilih nonton tutorial mainan di youtube, dong. Makanya, saat sudah berdua, aku selalu berusaha menyinggahkan ponsel pintar.

Lalu, apa hubungannya dengan judul blog post little pony and grandma? 🙊

Jadi begini, Kecemutku sudah bisa membedakan antara bercerita dan mendongeng. Ketika aku memintanya untuk bercerita, maka dia akan memulai cerita kegiatan kesehariannya. Sementara kalau diminta untuk mendongeng, maka dia langsung memilih satu karakter kartun yang sering dia tonton.

Tiap kali hendak mendongeng atau bercerita, aku selalu membuka percakapan, dong. Menawarkan siapa dulu yang akan mendongeng atau bercerita. Gayung bersambut, pasti lah Kecemutku yang ambil jatah duluan. Dia lebih sering bercerita tentang kegiatannya di sekolah dan aktivitasnya bersama teman-teman se-permainannya di rumah. Uniknya nih, saat mulai mendongeng, alurnya udah cukup rapih. Masih awal-awal fokusnya masih terjaga. Namun ketika mulai masuk pertengahan cerita, tuh, selalu bikin melongo. Makin didengar, diperhatikan, alurnya maju mundur syantiik yang mana dia pasti menjadi pemeran utama dalam dongeng. Dia memposisikan diri sebagai si tokoh kartun dalam dongengnya dan kadang dari nama Little Pony tiba-tiba menjadi Aku. Uniknya lagi nih, dia juga selalu memasukan Mbah Uti ke dalam dongengnya. 🤣 Dari nama Grandma atau Nenek, di tengah-tengah dongeng dia mengganti nama menjadi Mbah Uti. 🙊

"Litte Pony itu sayang banget sama neneknya, sama kakeknya juga. Tapi kakeknya sering di kebun, ngga kayak grandma little pony yang nemenin ke sekolah. Little Pony juga sayang banget lho sama neneknya, grandma. Suka tidur bareng, dibeliin jajan. Baik."

Ternyata dongeng baginya adalah cerita nyata dalam kesehariannya yang kemudian ganti nama karakter kartun. Jadi, apa yang dialaminya pada hari itu, dia kemas menjadi sebuah dongeng yang selalu bikin aku nahan ketawa sampai perut kaku. Apalagi kalau sudah masuk di pertengahan dongeng, pasti gemaaas karena dia sok narsis bercitra sebagai anak baik-baik yang tidak pernah rewel! 🙊

Bundaaa, gimana dengan si kecil, nih? Lebih suka mendongeng apa? Sharing, dong. 😉
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Older Posts

Cari Di sini

Perkenalkan...

Hai...perkenalkan, saya Idah. Ibuk dari dua anak dan satu-satunya admin di blog ini.

Rutinitas saya saat ini sebagai Ibu Rumah Tangga sekaligus Ibu Pekerja Kantoran. Kami sekarang tinggal di Kota Dawet Ayu, Banjarnegara, Jawa Tengah.

Oiya, jika ingin komunikasi, bisa melalui akun instagram kami @cerisfamily atau kontak langsung melalui email cerisfamily@gmail.com. Terima kasih.

On Youtube

Fans Page

CERIS Family

Blog Archive

  • ▼  2025 (17)
    • ▼  Juli (2)
      • Family Trip Naik Vespa, Bali Jadi Lebih Mesra
      • Dari BRT Trans Jateng, Kami Pulang Membawa Banyak ...
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (5)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2024 (39)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (10)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2023 (28)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (4)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2022 (14)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2021 (12)
    • ►  September (2)
    • ►  Juni (3)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2020 (17)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2019 (42)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Mei (26)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2018 (37)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2017 (61)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (8)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2016 (62)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (7)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2015 (63)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (9)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (10)
    • ►  Juni (12)
    • ►  Mei (2)

Popular Posts

  • Biaya USG 4 Dimensi di RS Panti Nugroho
  • Tujuan Pemeriksaan HB dan HBsAG untuk Ibu Hamil
  • Tip Agar Jahitan Pasca Melahirkan Cepat Kering

recent posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Part Of Community


Blogger Perempuan
mamadaring
Seedbacklink

Follow Us!

Social Media

Facebook Twitter Instagram Youtube Blog Ibu

MageNet

0ccdff8bd3766e1e4fdd711a2ad08ee5151bd247

Created with by ThemeXpose