• Home
  • About
  • Jasmine
  • Wildan
  • Hiroku
  • Kesehatan
  • Tumbuh Kembang
  • Parenting
  • Jalan Jajan
Selamat menyambut tanggal muda, Kawans!

Selama tiga hari ke depan yaitu Kamis sampai Sabtu, aku akan mengajak Yasmin jalan-jalan ke Yogyakarta. Aku sengaja mengajukan izin pas hari kerja untuk traveling karena beberapa destinasi wisata yang akan kami sambangi cukup mainstream. Yaa...siapa tahu dengan memilih weekdays dapat merasakan atmosfer wisata Yogya tanpa desak-desakan. 😂 #ngimpiduluuu


Sebelum melakukan perjalanan besok, kami melakukan packing bersama. Hal pertama yang aku lakukan yaitu menghitung kebutuhan baju ganti untuk Syaquita. Ibunya lagi sok sibuk memilihkan baju, dia malah sibuk memasukan bajunya ke dalam tas andalannya. Padahal tas kecil itu akan aku pakai buat tempat jajan, lho. Duuuh...anak kecil emang kadang sok tau, ya.  Haahahahaha

"Mbaaak, itu mau buat wadah jajan. Bajubya dimasukan ke tas Ibu yang ini." Sambil menunjuk tas warna merah kesayanganku, dia hanya melirik lalu melanjutkan packing a la dia. Beberapa kaus dalam, kaus kaki, hampir seluruh kebutuhannya dimasukan ke dalam tas imut andalan yang berwarna hijau. Duuuh...udah dibilangin tetap ngga peduli. Hahahaa

Jadi, apa yang perlu dipersiapkan sebelum berangkat?

Selain baju ganti dan segala kebutuhan Kecemut, yang paling aku siapkan adalah mental. 

FYI, ini kali pertama aku mengajak Yasmin traveling tanpa didampingi suami. Cek ombak, pingin melihat Kecemut jauh lebih mandiri. Selain itu, aku juga berencana menggunakan transportasi kereta api. Ini pun menjadi kali pertama dia naik kereta api. Jujur, traveling kali ini ada rasa was was. Ngga percaya diri, gitu. Supaya besok bisa menikmati piknik, aku berusaha untuk terus berbaik sangka. Bismillaah...semoga Kecemut sehat, dan solehah baik dalam perjalanan maupun di tempat wisata. Aamiin. 😍
Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar
Aku punya kebiasaan mengenalkan transportasi umum kepada Kecemut. Mengenalkan dalam arti memberi tahu dan juga turut merasa bahagia saat naik transportasi umum. Eh tapi bukan karena kami belum punya mbem-mben atau wus-wus, ya. Kami, khususnya aku, hanya ingin membiasakan anak-anak naik transportasi umum supaya nantinya ngga ketergantungan dengan jemputan orang tua atau keluarga nantinya. Ngga mabok darat, apalagi sampai punya ketakutan naik kendaraan umum. 😂

Perkenalan itu dimulai saat pertama kali kami mudik ke Wonosobo. Saat itu usia Wita baru enam bulan, kalau ngga salah ingat. Selain taat kepada orang tua karena ngga membolehkan kami ber sepeda motor, aku memang mengutamakan naik transportasi umum. Lebih nyaman, dan aman. Ngga mikir risiko kehujanan saat dalam perjalanan. Kalau kalian mengikuti akun instagram  atau twitter @CERISFamily, pasti sering melihat update-an kami yang tengah asyik duduk berdua di dalam Bus atau angkutan kota. 🙊

Loooh, kok berdua saja? Mana Ayahe, manaaa?

Yayayaya, saat naik kendaraan umum, kami lebih sering jalan berdua saja tanpa Ayah. Ya harap maklum, Ayah kan pekerja berat, untuk mendapat libur itu susah. Hahaha. Kasihan, ya.  Eeeh...kalau mau ngasih jajan, silakan ke Syaquita. Tapi kalau mau ngasih amplop, ke aku saja. Ayah ngga perlu dikasih apapun, cukup  dengan dimasakin mie goreng terus dikasih cabe rawit, bahagianya dunia akhirat.🤗

Mengajak Wita naik kendaraan umum saat dulu dan sekarang, tuh, berbeda. Dulu dia cukup aku gendong, usap-usap punggungnya, tak lama kemudian tidur. Sekarang, dia baru bis tidur kalau sudah sepertiga perjalanan atau lebih. Dan sebelum dia tidur, pasti kami bernyanyi lirih di dalam bus. Iyaa, lirih. Ngga berani keras-keras takut dikira lagi ngamen.

Apa yang kami nyanyikan? Biasanya lagu anak yang beraroma transportasi umum.

Lagu langganan yaitu Naik Kereta Api, Naik Becak, atau Naik Delman. Ngga pas memang, apalagi kami sedang naik Bus. Tapi gimana lagi, lagu naik bis kota ciptaan AT Mahmud nampaknya belum menarik buat Wita. Hihihi

Terbang bareng Alif dan Sofia...
Wita sudah paham wujud transportasi umum mulai dari angkot, sampai kereta api. Namanya Becak, Delman, dia sering naik bareng Mbahnya. Tapi kalau kereta api, belum. Dia baru sebatas tahu karena sering memutar lagu Naik Kereta Api lewat youtube.

Nah, baru-baru ini yang lagi membuatnya penasaran yaitu Pesawat Terbang. Dulu, aku pernah mengajaknya main ke Taman Letnan Karjono. Di sana ada rupa pesawat. Sayangnya, dia sepertinya belum paham betul bahwa itu Pesawat wus-wus. Yaudah, lain waktu mungkin akan kami ajak kembali untuk melihat pesawat di Taman sebelum beneran mengajaknya naik pesawat.

Wush-wush...
"Bu, Mau Naik Pesawat wus-wus!"


Pertanyaan ini keluar spontan dari mulut mungil Wita saat dia sedang nonton video di youtube. Judulnya Rukun Islam. Video ini lebih menarik dari pada video pada umumnya dengan judul yang sama karena berbentuk animasi. Lebih kreatif juga sebagai sarana belajar, dan komunikasi.

Aaah...setelah sekian lama merasa susah mengenalkan pesawat lewat lagu (selain lagu Kapal Terbang milik Joshua), akhirnya bulan lalu aku mendapat video ini. HAHAHAHA. Bahagiaaaaa banget tauuuu! Memang, ini bukan lagu anak secara umum, kata pesawat pun bukan untuk judul lagu, dan hanya diucapkan sekali. Tapi bagiku ngga masalah, yang penting saat dia nonton video ini, ada ketertarikan. Apalagi dia sudah paham dengan pesawat karena ada penekanan di akhir lagu yaitu wus-wus. Hahaha. Lucuk yaaakkkk.


Yang perlu dilakukan saat ini adalah berdoa biar bisa naik pesawat wus-wus. Ngga cuma nonton replikanya dowang di taman, ya. Soalnya saat ini booking tiket pesawat makin mudah. Belum lagi,  sekarang banyak bertebaran diskon pembelian tiket pesawat di Bukalapak. Rasa-rasanya kesempatan dan kemungkinan tiap orang untuk dapat naik pesawat makin besar. Ngga seperti dulu pas aku masih kecil. Boro-boro baik pesawat, bisa naik Bus saja sudah alhamdulillaah. 🙈
Share
Tweet
Pin
Share
4 komentar
Katanya, bayi yang masih dalam kandungan sudah dapat diajak kerja sama. Ibu ngeluh dikit, si jabang bayi bisa ngertiin. Ibu lagi bahagia, si jabang bayi ikut loncat-loncat di dalam. Ini aku udah ngerasain beberapa kali saat hamil Yasmin, dan itu benar adanya. Makanya, lima hari sebelum menyapih Kecemut, aku kerap menyampaikan kepadanya bahwa, tak lama lagi dia ngga nenen karena usianya sudah dua tahun. Setelah nanti ada acara tiup lilin, berarti si enen digembok otomatis. Dengan melakukan komunikasi seperti ini aku berharap, tepat diusianya dua tahun yaitu tanggal 15 Januari 2018, dia sudah siap.

Dan pada praktiknya...


Yang udah disapih...
Aku punya rencana ngajak Kecemut main ke Yogya. Ini seperti kado ulang tahun, gitu. Ya meski sebenarnya Mamaknya yang pingin main (juga), sih. Hahaha. Suatu malam, saat aku sedang mengusap pipinua, ada setan yang menggodaku.

"Kamu yakin mau menyapih? Bisa-bisa nanti travelingnya ngga nyaman lho." Ini bisikan setan yang maut banget sumpah! 

Lalu aku kembali berpikir untuk menyapih. Karena memang ada rasa takut kalau dia akan rewel saat diajak main, aku ngga mau nanggung risiko. Ya kalau di penginapan nantinya dia bisa kalem, semisal sebaliknya? Sumpah, godaan setan terkutuk itu berat banget.

Akhirnya aku putuskan untuk menyapih Kecemut seminggu setelah pertambhan usianya. Dasar Ibu-ibu ngga PD-an, ya. Hahaha.

Lanjut...

Januari hampir berakhir, tapi aku belum juga bertekad untuk kembali menyapih Kecemut. Apalagi saat itu aku bersama teman-teman GenPI Banyumasan punya rencana untuk menghadiri undangan Featival di Cilacap pada penghujung bulan. Haaaah! Godaan kembali datang. Aku pun ngga berani berniat untuk menyapih nya (lagi).  Takut di Cilacap dia rewel, ngga tenang. Hampir dua minggu pasca ulang tahum, enen pun kembali aku berikan, kembali diisap. 🙈

Ini kenapa ngga beraninya dengan alasan yang sama, sih? Pergi ke luar kota menjadi alasan terus-menerus!

Duuuh, secara ya, dia ngusel ketek sambil nenen dalam hitungan menit pasti langsung tertidur. Ini sudah dipastikan. Pokoknya ketek Ibunya udah mirip bius lokal. Jadi pikirku, ketika nanti dia rewel tinggal dikasih bius lokal saja, beres! Makanya, aku gagal menyapih saat usia Yasmin tepat dua tahun. Padahal rencananya, aku dan suami kompak banget menyapih Kecemut di usia dua tahun. 

Ini karena Ibunya pingin menang sendiri, nih. Pingin enak sendiri, terlalu banyak alasan, dan terlalu banyak ketakutan. 🙈

Ternyata alasan seperti ini sungguh tidak indah BukIbu dan Pak Bapak. Semakin menunda si kecil untuk menyapih, semakin dia nyaman untuk terus enen, seperti keranjingan, gitu. Ya...meski ada metode yang namanya WWL (Weaning With Love), tapi sebagai Ibu ingin segera menyapih anaknya ketika dia sudah masuk usia duat tahun. Eh, atau ini cuma aku dowang, ya.

Jadi, dari pengalaman aku menyapih, ternyata kalau belum niat banget buat menyapih, si kecil juga bakal ikut setengah-setengah menerima instruksi untuk ngga nenen. Selain itu, jika Ibunya belum ikhlas menyapih, biasanya ngga diberi kemudahan untuk menyapihnya. Fufufu. Betul-betul niat dan ikhlas, ini kunci utama menyapih bagi aku.
Share
Tweet
Pin
Share
4 komentar
Puteri kecilku sepertinya ngga rela jika aku pergi terlalu jauh, dan dia ngga ikut. Pergi ke luar kota, khususnya. Ya, pergi yang tak cukup hanya dalam hitungan jam, membutuhkan waktu ber hari-hari dan dipastikan menginap. Namun karena keadaan yang ngga memungkinkan, aku memilih untuk ngga mengajaknya.

Seperti biasa, sebelum aku go, jauh hari sudah melakukan sounding dengan memberi sedikit pengertian bahwa, aku akan ada acara bareng teman kantor atau Blogger dan menginap untuk beberapa hari. Aku pun menjelaskan kalau dalam waktu satu atau dua hari ngga ada di dekat Kecemutku. Tiap kali memberi pengeritan, dia selalu paham. Bisa dibilang, dia sudah dewasa. Kalau kata suami, level dewasanya udah melebihi Ayahnya. 😂


"Ibu pergi, Syaquita main sama Mak Yem. Bobo sama Mbah Uti."

Ini bukan aku yang mengucap, melainkan Kecemutku. Cukup dewasa, bukan? Dia ngga merengek sama sekali. Saat aku mau berangkat pun, dia melambaikan tangan, dadah-dadah, dan memberi kiss bye.

Dulu, saat hendak ke Malang untuk acara kantor, usianya baru 18 bulan. Aku memilih untuk ngga mengajaknya karena bagiku, Malang terlalu jauh baginya. Apalagi saat itu transportasinya menggunkan Bus. Duuuh...kalau dia bisa anteng sepanjang jalan ngga masalah, ya. Nah kalau rewel dan tiba-tiba minta turun atau bahkan pulang? Apa kabar, Buk? Luar biasa!

Namanya batita, sifat-sifat yang kadang bikin Ibu tegang tuh susah diprediksi. Lahir bisa menerima untuk ditinggal beberapa, tapi nyatanya dia demam! 😂 Esok harinya aku go, malam harinya dia demam. Sepanjang malam aku kasih nenen, biasanya kalau panas, aku kasih enen full, paginya kembali sehat. Tapi ini spesial, udah dikasih enen, paracetamol, tetap saja panas belum mau turub. Sayang banget sama Ibunya, ya. 🙈Pada akhirnya, aku gagal ke Malang saat itu karena benar-benar tidak memungkinkan untuk meninggalkan Kecemut. #AkuRapopo

Saat aku menulis blog post ini, aku sedang dalam perjalanan keJakarta karena ada acara bareng teman-teman WB. Seperti biasa, aku dan si kecil sudah berdamai, aku belajar ikhlas. Tapi si dia kembali mendadak deman di malam hari. 😂 Kali ini aku ngga memberi ASI karena usianya sudah dua tahun. Aku juga ngga memberikan paracetamol. Pikirku, paling pagi harinya sembuh.

Paginya aku tinggal ke kantor sampai siang, eeeh si Om memberi kabar kalau panasnya makin menjadi. Duuh...ngga ada angin, ngga ada hujan, hari sebelumnya sehat-sehat saja. Dudduuh...bikin deg-degan. Tiket sudah di tangan, cuy!

"Beliin jajan, apa yang dia suka."

Pesan Mbah Uti sebelum aku meluncur ke Apotek untuk membeli obat penurun panas. Mbah Uti juga sudah membuatkan puding cokelat kesukaannya. Tapi aku bingung mau membelikan apa karena untuk saat ini dia cuma suka puding dan Yupi. Karena waktu sudah mepet, aku cuma membeli paracetamol. Tanpa beli jajan. 🙊

Paracetamol kali ini agaknya berbeda dari yang biasa aku beli. Ini dosisnya cukup tinggi,16 mg kalau ngga salah,tapi aman kok buat anak-anak. Paracetamol rasa anggur tapi pahitnya masya allah. 😍 Pelan-pelan aku memberikan paracetamol. Kasihan, pahitnya menjadi banget banget. Alhamdulillaah, saat aku hendak pergi, panasnya sudah turun. Uuuwh...harusnya dari malam, ya. 😂

Bocahku unik banget, ya. Tiap aku mau pergi untuk beberapa hari dan dia ngga ikut, mendadak demam. Semoga ini terakhir mendadak demam ya, Nak. 😗

Share
Tweet
Pin
Share
3 komentar
Tak sengaja, kami menemukan Fun Doh di etalase toko permainan yang ada di Depo Pelita Banjarnegara. Kami tahu nama Fun Doh, tuh, dari belahan jiwa kami, Syaquita. Iya, ketika dia sedang nonton Baby Doll lewat channel YouTube, beberapa kali kami melihat si baby doll mengeluarkan mainan dengan label Fun Doh.

Aku penasaran, dong, apa dan seperti apa itu Fun Doh. Penasaran karena dikemas di dalam gelas plastik. Dalamnya, kan, ngga kelihatan. Setelah dibuka sama si baby doll, ternyata isinya M A L A M. 😄😄😄

Yuuk...raimbow cakenya diorder, Sista...

Yes, Fun Doh adalah Malam atau Plastisin. Cuma bedanya, si Fun Doh ini biasanya dijual satu paket dengan alat-alat yang cetak yang dapat mengasah kreativitas si kecil. Dan ini sekarang nampaknya makin laris. Tiap kali ke Depo Pelita, pasti isi ulangnya tinggal beberapa. Warnanya tak lengkap pula.

Syaquita ngga ada bosennya mainan Fundoh. Saat itu, aku membelikannya satu paket yang berisi tiga cetakan, dan peralatan makan. Harganya Rp 35.800. Lalu nambah beli fun dohnya isi dua gelas, Rp 16.000. Aku membeli fun doh juga karena Syaquita memang belum punya. Setelah sampai rumah dan aku buka paket fun doh, ternyata di dalam paketannya sudah ada tiga warna fun doh. Hahaha.

Tapi aku ngga menyesal, sih, beli isi fun doh. Karena ternyata isi fon doh yang tiga warna itu keras banget. Sudah mengeras. Aku campur dengan sedikit minyak, berhasil meleleh. Tiga warna : Biru, Mrah, dan Orens, akhirnya bisa ikut dimainkan juga.

Beberapa kali Syaquita belajar mencetak malam dengan cetakan yang ada, tapi dia belum bisa mengeluarkan malamnya karena cetakan tersebut tanpa dorongan. Makanya kalau sedang bermain bareng, dia selalu minta tolong ke aku untuk menanggalkan isi fun doh. 😂

Cetakan favoritnya adalah cetakan segitga. Setelah malam tercetak, kami mengarahkannya untuk menyusun hasil cetakannya. Welaaah...lha kok mirip rainbow. Hahaha.

Saat melihat dia main Fun Doh, rasanya tenang banget. Soalnya dia bakal betah, apalagi kalau aku temani. Makin betah. Mungkin seharian bakal dijabanin. Aku sih ngga masalah, malah bahagia karena dengan bermain Fun Doh, artinya dia bakal lupa tempat jajan ke warung dan nonton baby doll di youtube. Semacam bisa jadi pengalihan, gitu. Ibu-ibu pasti paham kenapa aku bahagia. 🙈

Share
Tweet
Pin
Share
5 komentar
Newer Posts
Older Posts

Cari Di sini

Perkenalkan...

Hai...perkenalkan, saya Idah. Ibuk dari dua anak dan satu-satunya admin di blog ini.

Rutinitas saya saat ini sebagai Ibu Rumah Tangga sekaligus Ibu Pekerja Kantoran. Kami sekarang tinggal di Kota Dawet Ayu, Banjarnegara, Jawa Tengah.

Oiya, jika ingin komunikasi, bisa melalui akun instagram kami @cerisfamily atau kontak langsung melalui email cerisfamily@gmail.com. Terima kasih.

On Youtube

Fans Page

CERIS Family

Blog Archive

  • ►  2025 (9)
    • ►  Mei (2)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2024 (39)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (10)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2023 (28)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (4)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2022 (14)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2021 (12)
    • ►  September (2)
    • ►  Juni (3)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2020 (17)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2019 (42)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Mei (26)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ▼  2018 (37)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (5)
    • ▼  Februari (5)
      • Persiapan Traveling ke Yogyakarta
      • Bu, Mau Naik Pesawat Wus-wus
      • Gagal Menyapih, Kok Bisa?
      • Ibu Pergi dan Mendadak Demam
      • Baby Doll, Fun Doh dan Pengalihan
    • ►  Januari (3)
  • ►  2017 (61)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (8)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2016 (62)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (7)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2015 (63)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (9)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (10)
    • ►  Juni (12)
    • ►  Mei (2)

Popular Posts

  • Biaya USG 4 Dimensi di RS Panti Nugroho
  • Tujuan Pemeriksaan HB dan HBsAG untuk Ibu Hamil
  • Tip Agar Jahitan Pasca Melahirkan Cepat Kering

recent posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Part Of Community


Blogger Perempuan
mamadaring
Seedbacklink

Follow Us!

Social Media

Facebook Twitter Instagram Youtube Blog Ibu

MageNet

0ccdff8bd3766e1e4fdd711a2ad08ee5151bd247

Created with by ThemeXpose