Mudik dan Hujan Sore itu, Nak

by - November 27, 2016

Saat hujan turun, memang nikmat buat bobok ya, Nak. Hangat. Apalagi bobonya dalam dekapan Ibu. Seperti yang terjadi siang ini, ketika sedang dalam perjalanan pulang ke Banjarnegara.

*Ceritanya, kami baru mudik ke rumah Uti Wonosobo.*

Yasmine, di atas sepeda motor dengan laju maksimal 30 km/jam, kamu tidak menampakkan keriangan seperti biasanya. Di atas sepeda motor, di gendongan Ibu, kamu memilih tidur dengan pulas.




Sesampainya di daerah Sokoharjo, tiba-tiba hujan turun. Ayah menepi ke sebuah warung, kemudian memakai mantel yang telah dipersiapkannya. Sebelum kita masuk jas hujan, Ibu telah memastikan bahwa Yasmine akan aman dan nyaman dalam gendongan. Air hujan tidak akan  menyapamu, meski hanya setetes.

"Ayah, kita mau naik angkutan umum saja. Kasihan Yasmine."

"Iya, nanti naik dari Sigaluh, ya. Sekarang naik motor dulu, karena tidak mungkin kita putar balik."

Sebait do'a Ibu panjatkan untuk keselamatan kita di perjalanan. Tak henti-hentinya, tiap detik Ibu berdzikir. Ibu takut, jika sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan saat di jalan.

Kamu sempat terbangun dan rewel sebentar. Sebenarnya, Ibu sedikit was was saat itu. Mungkin, karena kamu sumpek berada di dalam jas hujan. Ibu hanya bisa menenangkan kamu dengan mengusap punggungmu, dan bershalawat.

Perjalanan ketika hujan memang terasa lebih lama ya, Nak. Tidak tahu sudah sampai mana, kiri kanan jalan tidak terlihat sama sekali karena di dalam jas hujan.

Sebagai pengendali, Ayah tidak berani menambah laju sepeda motor. Jalan yang dilewati lumayan rusak. Jalan alternatif Banjarnegara menuju Wonosobo, lewat Sukoharjo.

Ibu cukup lega saat tahu, bahwa laju motor tambah pelan. Betul, kita telah sampai jalan utama, Nak. Setelah menyeberang, Ayah parkir di depan Apotek Sigaluh. Alhamdulillaah...kamu tidak kehujanan sedikitpun, Nak.

"Ibu naik angkutan dari sini, ya."

"Uang, Yaaah!"

Ayah langsung memberi uang lebih dari cukup, karena sudah ada angkutan umum di depan Apotek. Seketika, jas hujan menjadi payung menuju angkutan.

Sepanjang perjalanan, Ibu kontak Tante untuk mengirim pulsa. Ya, pulsa Ibu habis, padahal harus kontak Mbah Kung untuk menjemput di Singamerta. Ibu tahu, kalau hal ini merepotkan. Tapi, Ibu tidak bisa melakukan hal lain, selain merepotkan Tante.

Sesampainya di Singamerta, Ibu membatalkan niat untuk minta jemput. Ibu punya rencana untuk carter angkutan umum sampai depan rumah. Akhirnya, kita menunggu angkutan umum tepat di depan Bank Surya Yudha.

Ibu melihat jam digital yang ada di ponsel. Termyata sudah jam 13.30 WIB, hujan masih deres banget, dan kamu masih tidur nyenyak. Naik turun angkutan, tidak membuka mata barang sebentar. 

Saat melihat angkutan umum, Ibu bergegas menyeberang. Padahal hujan masih berlanjut, dan Ibu lalai tidak membawa payung. Dwngan sangat menyesal, tas kecil berukuran 25x25 cm, Ibu jadikan payung spesial untukmu, Nak.

Alhamdulillaah...cukup membayar Rp 20 ribu, kita sampai rumah tanpa basah, dan tentunya tanpa merepotkan orang lain (lagi). 

Malam ini, ditemani napas kamu yang kurang beraturan, Ibu menulis postingan ini. Kamu bobok di atas dada Ibu. Kamu nampak susah napas, Nak. Kamu pilek.

Ibu tidak berani minta maaf saat kamu bobok gini. Hanya mencium pipimu yang bisa Ibu lakukan.

Setelah postingan ini publish, kita akan bobok bareng. Menyiapkan tenaga untuk esok hari. Dinas luar ke Semarang.

Yasmine, sehat terus ya, Nak. Maaf ataskelalaian Ibu.


Sun sayang buat Kecemut,

You May Also Like

0 komentar

Haai...mohon dimaafkan kalau aku terlambat atau malah ngga balas komentar kalian, ya.