• Home
  • About
  • Jasmine
  • Wildan
  • Hiroku
  • Kesehatan
  • Tumbuh Kembang
  • Parenting
  • Jalan Jajan
Sampai saat aku menulis postingan ini, rasanya belum percaya ternyata hampir tiga tahun ada benda asing di dalam tubuh ini.  Benda asing yang kumaksud bukan benda yang aneh lho, ya. Bukan pula benda menakutkan. Hanya sebuah alat kontrasepsi yang bernama IUD.



Alhamdulillaah...benda tersebut masih aman dan masih dalam posisi seperti sediakala. 😍 Kamu, khususnya Buk-ibuk, pasti sering dengar tentang kabar yang kurang sedap tentang alat konrasepsi yang satu ini. Ya, kan? Mulai dari alatnya bisa hilang, bikin sakit, dan yang paling mencengangkan yaitu bisa jalan-jalan. Dulu posisinya dimana, dua tahun kemudian udah dimana. Duuhh...yaa, macam punya kaki. 😂

Parno? Jujur, aku bukan tipikal perempuan penakut kalau maslah ginian. Tapi bukan berarti aku tidak hati-hati. Makanya, sebelum ada tindakan "obras baju", aku dan suami langsung ambil keputusan untuk langsung pasang KB IUD. Aku pribadi sangat yakin akan keputusan ini, kalau sudah berbicara pada keyakinan, insya allah aman dan selamat. Aamiin. 🙈

Eeeh..mini bagaimana caranya bisa tahu posisi IUD masih aman?

Tahun kedua pasca melahirkan, aku melakukan USG IUD di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Ummu Hani, Purbalingga. Ya, untuk sekadar melihat posisi IUD yang telah terpasang, bisa cukup dengan melakukan USG. Tidak perlu diobok-obok mesra atau "diteropong" dengan jarak 5 cm. 🤣  Makanya aku pro banget dengan KB yang satu ini karena tidak ribet. Yaa...meski banyak obrolan dengan teman atau tetangga yang punya pengalaman buruk tentang KB ini, aku tetap yakin bahwa ini adalah yang terbaik buat kami.

FYI, aku orang Banjarnegara, tapi lebih nyaman dan yakin ditangani oleh dokter-dokter di Purbalingga. Tapi bukan berarti tidak nyaman dengan dokter di Banjarnegara, ini cuma tentang sugesti saja, kok. Termasuk periksa kehamilan. 😂

Awalnya, aku akan melakukan USG di Panti Nugroho, namun sesampainya di sana, mulai pemeriksaan jam 16.00 WIB. Karena sedang tidak ingin terlalu lama menunggu, aku memutuskan untuk pindah tempat dan memilih RSIA Ummu Hani.


Ruang-ruang di RSIA Ummu Hani...
Sekadar berbagi, berikut pengalaman USG IUD di RSIA Ummu Hani, Purbalingga.

Pendaftaran
Seperti biasa, tiap kali melakukan kontrol di Purbalingga, aku selalu didampingi Tante. Meski dia belum banyak pengetahuan tentang eng ing eng, tapi cukup handal menjadi guide. 

Ini adalah kali pertama aku ke RSIA Ummu Hani. Wajar kalau masih bingung cara ambil antrean atau melakukan pendaftaran. Saat itu, di sini belum tersedia papan informasi atau prosedur pelayanan sampai akhirnya aku menemukan letak meja pendaftaran. Karena baru pertama kali berkunjung, aku harus membuat kartu pasien. 

Pelayanan pembuatan kartu pasien ini sungguh kurang memuaskan. Petugas yang melayani pendaftaran tidak begitu komunikatif. Mereka hanya menanyakan nama, tanggal lahir, dan alamat. Untuk kebutuhan data-data tersebut, aku tidak dimintai tanda pengenal. Cukup menyebut saja. Dan hasilnya,kartu pasien yang menurutku cukup elegan -karena wujudnya seperti ATM- salah nama. Ada baiknya sebelum dibuatkan kartu pasien, bagian pelayanan meminta kartu identitas diri calon pasien. Entah SIM, KTP, apapun itu yang jelas berisi data diri lengkap supaya tidak salah informasi data diri.
Antrean
Eh btw, rumah sakit ini termasuk salah satu rumah sakit yang ramai pasien di Purbalingga. Bisa dibilang favorit. Aku ke RSIA Ummu Hani dua tahun yang lalu dimana belum tersedia fasilitas layar monitor sebagai informasi antrean pasien. Pasien tidak bisa memperkirakan berapa lama lagi dia menunggu. 

Bagiku monitor antrean ini penting banget karena waktu sepuluh menit  itu begitu berarti.  Bisa buat jajan-jajan dulu, kan. Semoga tahun ini sudah ada perubahan untuk sistem antrean dan penambahan layar monitor sebagai medua informasi antrean.


Pemeriksaan
Sama seperti rumah sakit pada umumnya, dokter didampingi seorang perawat dalam praktiknya. Aku masuk ruang tindakan, komunikasi sebentar, kemudian dipersilakan untuk berbaring. Proses USG IUD sama persis dengan USG janin. Dokter memeriksa dengan alat USG kemudian ditempelkan di perut dengan gerakan memutar sampai posisi IUD terlihat.

Dokternya? Emm...komunikatif, berprestasi, dan ramah. Kok tahu kalau berprestasi? Eheemm...itu Dokternya cerita tentang ini itu bla bla, sih. Hahahaha. Oiya, dokter yang memeriksaku saat itu cowok, lho. Kalau tidak salah ingat, namanya Dokter Agus. Selain praktik di RSIA Ummu Hanie, beliau juga kerja di RSUD Purbalingga. Sepertinya, sih, dokter senior.


Hasil USG IUD...
Aku merasa bahagia karena setelah diperiksa, beliau memberi informasi yang begitu detail dan sesuaindengan kebutuhanku. Pak Agus menyampaikan perihal posisi IUD, kemanan IUD, dan juga memberi penjelasan tentang alat kontrasepsi baik IUD maupun jenis KB lainnya. 😄

Sayang banget aku tidak sempat eksplorasi RSIA Ummu Hani, nih. Jadi tidak begitu paham luasnya dan ruangannya. Namun, pertama kali sampai kompleks RS ini, aku agak kurang nyaman degan tempat parkir yang berada tidak jauh dari RS. Terasa sumpek. ☻

USG IUD ini sangat cepat, tidak sampai lima menit, selesai. Lebih lama ngobrol-ngobrol sama dokternya, hampir 10 menit kami ngobrolin tentang alat kontrasepsi. Membeber satu per satu alat kontrasepsi dari kelebihan, kekurangan, dan pemakaian terbanyak di Indonesia. Perihal tarif USG IUD, aku lupa banget. Hahaha. Sepertinya kisaran 70.000-100.000.

Naaah, buat kamu yang ingin tahu tentang RSIA Ummu Hanie, silakan cek di websitenya www.ummuhani.com. Selain pelayanan untuk Ibu dan Anak, masih banyak pelayanan lain seperti penyakit dalam.


RSIA Ummu Hani, Purbalingga.

Jl. D.I. Panjaitan Nom 40 A,  Purbalingga Lor.
(0281) 891373
Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar
Notes: Artikel ini cukup fulgar. Silakan mencari pendamping terlebih dahulu sebelum membacanya, ya. 😂

Segala kebutuhan perihal paska melahirkan, ternyata pernah menjadi obrolan yang menarik bagi aku dan suami. Ya, usai mempersiapkan segala kebutuhan untuk menyambut kelahiran Yasmin, ada beberapa hal yang mendadak serius kami bicarakan. Salah satunya adalah Keluarga Berencana (KB) setelah melahirkan.

Penting banget, yaaaaak! Jelaaaaaas. 😂



Kami bukan termasuk keluarga yang taat pada ajakan pemerintah untuk merasa cukup dengan punya dua anak. Karena rencana kami lebih dari itu. Namun, bukan berarti kami ngga KB, dong. Ndredeeel anake laah.

Kami tetap merencanakan KB, meski saat itu pernah bingung, deg-degan, was was, setelah mendengar testimoni dari beberapa saudara, dan juga teman yang pernah atau masih menggunakan alat kontrasepsi.

Duuuh...sebenarnya KB yang aman setelah melahirkan pakai apa, sih?

Saat usia Yasmin dua bulan, aku sempat mengikuti kelas menyusui. Pemateri pernah menyampaikan bahwa semua alat KB itu aman. Satu hal yang menjadi catatan, Ibu memberikan ASI penuh atau ngga kepada bayinya. Karena ada KB yang dapat menyebabkan pengurangan kuantitas ASI. Yaitu KB suntik bulanan. Sementara alat KB lainnya seperti Pil, IUD, Spiral, Suntik Tiga Bulanan, Kondom, amaaan.

Segala alat KB yang aku sebutin itu, semuanya berisiko. KB Pil, misalnya. Ini rentan banget dengan sifat manusia yang kadang pelupa. Nah, kalau sampai lupa minum pil KB, harus tau trik jitu supaya KB tetap berhasil. Ada, lho, triknya. Tapi aku ngga paham karena aku ngga pakai KB ini. 😂

Lalu, aku KB apa setelah melahirkan?

Adalah IUD (Intra Uterine Device) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR). Ini pilihan kami, dan kami yakin insya allah aman. Meski banyak rumor menakutkan yang bertebaran di masyarakat, aku tetap maju tak gentar. Tentunya denga support suami, dong. 

Beberapa rumor yang sempat menghantuiku sebelum akhirnya memilih IUD diantaranya:
  • IUD kurang aman, karena tau-tau bisa kebobolan. Ini ngeri banget. Ngebayangin baru punya bayi usia tujuh bulan, lalu hamil lagi.
  • IUD kurang aman, karena bisa "lari" atau hilang entah kemana. Ini lebih ngeri. Lari atau hilangnya IUD pasti ada penyebabnya. Bisa jadi karena saat awal pemasangan kurang tepat. IUD dapat hilang sewaktu-sewaktu saat darah haid sedang banyak. Secara alami, ia lepas dari dinding rahim, dan tanpa sadar turut di dalam darah.
  • IUD membuat suami tersiksa. Waaainii...yang mengalami seperti ini, pasti kalian bohong. Jangan nakut-nakutin deh. Kami sampai sekarang aman nyaman asyik sejahtera, kok. Japri aja kalau ngga percaya. 😂
Aaah...rumor yang bedebah banget. Emang ya, paling jago biat nakutin orang. Untung aku pemeberani. 😂


"Mbak, mau langsung pasang IUD?"

Bu Bidan yang membantu proses kelahiran di Puskesmas langsung menawarkan pemasangan IUD setelah Yasmin lahir. Ya, mereka menawarkan karena sebelum proses kelahiran, aku sempat meminta untuk langsung pasang KB IUD. Karena kondisiku saat itu alhamdulillaah sehat, IUD pun langsung dipasang. Mungkin sebelum proses jahit menjahit. 😂

Keuntungan KB IUD ini memang bisa langsung dipasang setelah bayi lahir. Tanpa menunggu jeda. Keuntungan lain yang kurasa:
  • Karena termasuk non hormonal, insya allah aman untuk kesehatan. Kalau saat ini aku semok, itu karena aku banyak makan. Bukan karena IUD. Catet, ya. 😂
  • Karena cuma pasang satu kali untuk jangka waktu tertentu, maksimal 8 tahun. Ngga ada jadual bulanan ke dokter atau bidan seperti KB Pil atau Suntik. Ke Dokter cuma setahun sekali untuk mengetahui posisi IUD dengan cara USG.
  • Biaya lebih terjangkau. Iyaa, bayar cuma sekali pas pasang. Untuk harga, tergantung pemilihan model IUD: model Y atau T. Sementara untuk USG, satu tahun sekali USG dengan membayar Rp 100.000. Eeh, Pil KB dan Suntik lebih murah, ya?
Ada keuntungan, rasanya kurang adil kalau ngga membagikan kelemahannya, ya. 😂 Kelemahan IUD bagiku itu cuma satu, yaitu saat cek pertama kali paska melahirkan atau H+40. Duuuuh...bikin nyeri. Apalagi kalau benangnya terlalu panjang, dan mengganggu. Duuuh...

Etapi sekarang sudah ada inovasi, lho. Yaitu saat pemasangan IUD, benang sudah benar-benar pendek, tanpa mengurangi keamanan. Ngga usah merinding, ya. Biasa saja. Melahirkan saja berani, masa cuma pasang IUD ngga berani.

Ingat, kalian pemberani, lho. 😘

Beberapa temanku ada yang kaget saat tahu aku langsung pakai KB paska melahirkan. Banyak yang berpendapat, baiknya pasang KB setelah usia bayi tiga bulan. Lebih aman untuk kesehatan Ibu dan Bayi. Tapi ternyata itu ngga berlaku untuk KB IUD. 😛


Ada juga yang berpendapat, selama Ibu memberikan ASI kepada anak, itu termasuk KB, dan Ibu ngga perlu pakai alat KB. Semisal BuIbu pada yakin dengan ini, lakukan. Tapi kalau ngga yakin, pakai alat KB saja, ya. Daripada ragu, dan nanti malah timbul kebobolan. 😂

Jadi, buat BuIbu yang lagi bingung memilih KB paska melahirkan, terpenting yakin dengan pilihan KBnya. Karena keyakinan ini lah yang membuat BuIbu lebih percayadiri. Jangan lupa atas pengetahuan suami juga, ya. 😉
Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
Older Posts

Cari Di sini

Perkenalkan...

Hai...perkenalkan, saya Idah. Ibuk dari dua anak dan satu-satunya admin di blog ini.

Rutinitas saya saat ini sebagai Ibu Rumah Tangga sekaligus Ibu Pekerja Kantoran. Kami sekarang tinggal di Kota Dawet Ayu, Banjarnegara, Jawa Tengah.

Oiya, jika ingin komunikasi, bisa melalui akun instagram kami @cerisfamily atau kontak langsung melalui email cerisfamily@gmail.com. Terima kasih.

On Youtube

Fans Page

CERIS Family

Blog Archive

  • ▼  2025 (14)
    • ▼  Juni (2)
      • 6 Perbedaan Cat Waterproofing Asli dan Palsu, Patu...
      • Menjadi Mata di Setiap Sudut Rumah: Insto Dry Eyes...
    • ►  Mei (5)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2024 (39)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (10)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2023 (28)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (4)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2022 (14)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2021 (12)
    • ►  September (2)
    • ►  Juni (3)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2020 (17)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2019 (42)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Mei (26)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2018 (37)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2017 (61)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (8)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2016 (62)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (7)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2015 (63)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (9)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (10)
    • ►  Juni (12)
    • ►  Mei (2)

Popular Posts

  • Biaya USG 4 Dimensi di RS Panti Nugroho
  • Tujuan Pemeriksaan HB dan HBsAG untuk Ibu Hamil
  • Tip Agar Jahitan Pasca Melahirkan Cepat Kering

recent posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Part Of Community


Blogger Perempuan
mamadaring
Seedbacklink

Follow Us!

Social Media

Facebook Twitter Instagram Youtube Blog Ibu

MageNet

0ccdff8bd3766e1e4fdd711a2ad08ee5151bd247

Created with by ThemeXpose