• Home
  • About
  • Jasmine
  • Wildan
  • Hiroku
  • Kesehatan
  • Tumbuh Kembang
  • Parenting
  • Jalan Jajan
Rasanya, tuh, baru kemarin kami kerap bangun tengah malam untuk menggantikan popok Kecemut. Ngga tahunya, sebentar lagi usianya masuk hitungan tahun. Aaaak...bentar lagi Kecemut ulang tahun! *unyelunyelkecemut*

Saat si kecil akan merayakan hari lahir, ada sebagian orang tua yang rajin banget mengingat, menulis, menceritakan tentang tumbuh kembang anaknya selama kurun waktu satu tahun.


Foto kiriman CERIS Family (@cerisfamily) pada Des 27, 2016 pada 11:29 PST



Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
Sabtu, 24 Desember 2016. Ibu kembali memutuskan untuk mengajakmu mengikuti kegiatan orang dewasa, Nak. Kegiatan kali ini tidak seperti biasanya. Adalah kegiatan resmi. Mengantar Pak Mustofa yang telah purna tugas ke kediaman beliau di Boyolali.
Bus warna putih bertuliskan PO. Kalimanah membawa kami, rombongan kantor tempatku bekerja, menuju Boyolali. Perjalanan dari Banjarnegara menuju Boyolali ditempuh kurang lebih lima jam.

Ya, cukup lima jam. Meski sabtu itu libur panjang, namun jalan tidak macet parah. Alhamdulillaah.



Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
"Om Telolet Om."

"Teloleeet Teloleeet."

"Huuuwh...Uwwwh...Huuuh..."

Om Telolet Om yang beberapa pekan menjadi viral di sosial media. Aku sama sekali tidak update tentang Si Om Telolet. Asli. Sebenarnya penasaran, sih. Karena di beberapa group whats app yang kuikuti ramai ngeMeme Telolet juga.




Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Pagi tadi aku menjumpai seorang perempuan tangguh sedang asyik menggoreng mendoan di dapur. Telah menjadi rutinitasnya tiap pagi berdiri di depan kompor. Bolak-balik ke wastafel. Meracik bumbu, dan aktivitas lain yang sukses mengeluarkan keringat di pagi hari. 


A photo posted by CERIS Family (@cerisfamily) on Dec 21, 2016 at 6:37pm PST


Adalah Ibuku. Tanpa menghilangkan jejak Bapak, Beliau adalah perempuan yang telah sukses mendidikku menjadi seorang Ibu penuh kesabaran. 

Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
Eeeeeeh...BuIbu arisan kompleks sudah pernah hiking belom? Hahaha. *ketawasombong* Aku yakin, meski rajin ikut arisan, beberapa BuIbu kompleks pasti tahu dan pernah hiking. Tapi, kalau hiking sambil gendong bayi sudah pernah belum? Huaaahaha. *gayabanget* *sokyes*

Ini Jasmine bukan lagi pamer lho, ya. Bisa diartikan, kami sama-sama kagum saat melihat hasil foto kami di atas bukit scotter.

Bagiku, bisa mengajak Si Kecil ikut FamTrip ke Dieng bareng Blogger, dengan didampingi pihak Dinas Kebudayaan Pariwisata Kabupaten Banjarnegara, tanpa kendala suatu apa adalah PUJI SYUKUR! Lha ini, sudah sampai Dieng, masih diberi bonus sekaligus kejutan oleh Si Kecil. Yaitu mencapai puncak Bukit Scotter, Dieng.
Emaknya girang, anaknya udah lelah. . .

Ya, aku mengatakan kejutan karena aku kira Jasmine bakal bosan dan rewel sesampainya di kaki Bukit Scotter. 

"Yasmine, kita berhenti di sini saja, ya. Di atas dingin. Di sini kan anget, ada Kak Berbie."

Berjalan kurang lebih 500 meter dari jalan raya, aku berhenti di tempat parkir. Di sana sudah ada Mbak Rian yang memutuskan untuk tidak ikut hiking. Pun denganku. Karena pagi itu, aku menggendong Kecemut. Kasihan Ibu dan Anak andai perjalanan tetap dilanjutkan. Pikirku saat itu.


IniBukitScotterKami...hahaha
Aku duduk di sebelah Mbak Rian yang mulai asyik dengan kameranya. Tidak lama duduk, Kecemut rewel. Duuh...gawat ini kalau sampai rewel. AYAAAH...TOLONG! (Pertamakali piknik tanpa Ayah, menginap pula).

"Duuh...piye anakmu. Diajak jalan coba. Siapa tahu diam." 

Hahaha...Pala Berbie pusing dengar tangisan bayi. Daripada makin menjadi, aku langsun mengajaknya jalan ke bawah, kembali ke minibus yang membawa kami.

Usaha pertama gagal. Kecemut tetap rewel. Aku paham, jam biologisnya pagi itu adalah waktunya untuk jalan-jalan pagi. Makanya, Kecemut minta jalan terus, terus jalan. Takjubnya sama ini bocah, diajak jalan ke bawah tetap rewel. Tapi, diajak jalan ke atas, dia girang banget.

Rasanya tidak mungkin seusia Kecemut tahu di mana letak bukit. Analisa pendek, mungkin dia melihat banyak orang yang jalan ke atas, menuju bukit dan beberapa petani menuju ladangnya. Kecemut ingin merasakan keramaian juga, mungkin.

Pingin ke atas juga ya, Beib?
"Waduh-waduh, masih bayi jangan diajak ke atas, Mbak. Kasihan, dingin. Sini ikut Nini Wito saja."

Seorang perempuan lanjut usia yang sedang memegang sapu di terasnya berjalan cepat dan memegang tangan Jasmine. 

"Anget. Aku kira kedinginan." Ucap Nini Wito sambil menggenggam tangan Jasmine, memegang pipinya, lalu menciumnya.

Jasmine kembali rewel, dan kali ini tambah hebat rewelnya. Aku langsung berpamitan kepada Nini Wito, sembari minta doa untuk keselamatan kami. *inilebay* *tapidoaorangtuapenting*

Akhirnya, kami kembali melanjutkan perjalanan menuju Bukit. Kecemut diam dan dia nampak mulai ngantuk. Ini sudah lebih dari setengah perjalanan, jika aku turun, kok rasanya ada yang sia-sia, ya. Karena Kecemut dalam keadaan nyaman dan aman, aku terus berjalan sampai akhirnya bisa berdampingan dengan Tante, Blogger yang paling santai hikingnya.


Dilepas sebentar, langsung rusuh. Memetik Daisy. . . :D Kagak boleh merusak alam, Nak. Dosaaaa. . . :)
Di sepanjang perjalanan, aku terus berdoa untuk keselamatan kami. Karena ini adalah pengalaman pertamaku mengajak Jasmine ke bukit. Memang, lokasi bukit tidak terlalu jauh dari jalan raya. Hanya membutuhkan waktu 30 menit jalan kaki super santai sambil gendong Jasmine. Tapi, tetap saja ada rasa was was. Asli, dag dig duug!

Sesampainya di puncak bukit, aku melihat kebahagiaan pada senyum Si Kecil. Melihat hamparan rumput di sekitar bukit, dan para Bloggers yang sedang ramai, berfoto kaki Jasmine memberi kode bahwa dia ingin segera turun. 

Andai malam hari tidak hujan, rumput tidak basah banget, aku akan membiarkannya turun. Bermain, merangkak dengan bahagia di atas rumput Bukit Scotter. Sayang sejuta kasih, kawasan bukit becek.
Makasiih Pakde Topaaan! :D
Tidak mengizinkan anak turun, tapi Ibu ngidam banget pingin naik gardu bambu buat mendapat foto kece. Bhahahaha. Kelakuan.

Beruntung ada Bapake dan Ibune Jiwo yang mau dititipin dikau, Jasmine sayong. Dengan menggunakan baby carier, Bapake Jiwo menggendongmu.

Ibu baru meninggalkanmu beberapa detik, tapi kamu rewel lagi. Kan jadi kagak konsen narsis di atas gardu bambu, Cyiiint! Bhahaha. Eh, jangan bilang kalau rewelmu itu pertanda kamu ingin naik ke gardu bambu juga, ya! Ngeeeri tauuk! Cukup Ibu saja yang dapat foto kece dari gardu pandang, ya. :P

Baca juga Keelokan Lansekap Dieng dari Bukit Scotter.
Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
Bagiku, tidaklah mudah mengurus seorang bayi, apalagi ini pengalaman pertamaku menjadi orang tua. Bayi mulai rewel saja, kadang mengatasinya sampai keringat bercucuran. :D

Ada banyak cara untuk membuat bayi lebih tenang dan nyaman saat rewel. Dekapan Ibu, mengajaknya keluar, memberikan mainan, atau dengan meletakkannya di ayunan bayi, lalu memutarkan musik.

IniBouncerku, Mana Bouncermu? :D

Pelan-pelan, ingatanku kembali pada masa kecil saat mendengar kata ayunan bayi. Kira-kira usia dua tahun, di mana Bapakku kerap membentangkan jarik di antara dua bambu yang sudah tertanam kuat. Ayunan ini dibuat di belakang rumah.

Ada juga ayunan yang dibuat di dalam rumah. Masih menggunakan jarik, tapi hanya dicantolkan di timbangan buah salak yang menggantung. Hahaha. Ini timbangan multifungsi banget, ya. Tapi, aku lebih nyaman menggunakan ayunan yang ini karena ada di dalam rumah. Kapan saja bisa dibuat.

Itu dulu, saat perlengkapan bayi yang bernama Ayunan atau Bouncer belum banyak dijual di toko. Banyak orang tua yang kreatif, menciptakan mainan-mainan dari apa yang dimiliki, dari bahan atau peralatan yang sudah ada. 

Berbeda dengan sekarang. Begitu banyaknya toko yang menjual ayunan bayi. Apalagi toko online. Tidak hanya online shop yang fokus jual beli perlengkapan bayi, hampir semua online shop menawarkan bouncer chair. Mulai dari ayunan yang sederhana dengan harga terjangkau, sampai ayunan yang bermerek dengan beragam fasilitas dan tentu harganya fantastis. :D

Memasuki usia Jasmine yang kelima bulan, aku mulai menyicil satu per satu perlengkapan bayi yang sekiranya memang dibutuhkan si kecil. Belum merealisasikan beli ayunan, ada seorang teman blogger (satu komunitas), menawarkan perlengkapan bayi berupa Bouncer. Alhamdulillaah. :D

FYI, bayi yang diayun secara pelan-pelan oleh Ibunya, baik di dalam gendongan, maupun dengan bouncer, masing-masing memiliki fungsi tersendiri sebagai salah satu cara untuk memberikan stimulus pada bayi.

Berikut 2 manfaat ayunan untuk bayi:

1. Relaksasi
Ayunan biasanya mempunyai ritme yang konstan, yang membuat bayi menjadi lebih tenang dan lebih rileks. Saking rileksnya, kadang si kecil sampai tertidur di ayunan. Ini biasanya sangat efektif untuk menenangkan si kecil dari tangisannya.

2. Mengusir gerah
Penyebab Si Kecil rewel biasanya karena merasa geah atau lapar. Jika banyak keluar keringat dari tubuhnya, maka ayunan bisa mengusir kegerahan tersebut kareba ada udara bergerak yang akan membuatnya merasa lebih sejuk.

Saat belum begitu tegap untuk duduk, aku kerap merangsang Si Kecil untuk tiduran di bouncer. Tepat di atas ayunan bayi, terdapat cermin. Di depannya juga mainan. Jadi, Si Kecil kadang heboh sendiri saat mencoba menggapai mainan.

Memang, saat pertama kali tiduran di ayunan, Jasmine rewel. Seperti ketakutan. Takut akan ditinggal pergi dan dia sendirian. Mungkin pikirannya gitu kalik, ya. Hahaha. Tapi, saat aku mulai memutar musik, dia girang banget. Mainan yang ada di depannya langsung diraihnya.

Hampir tiap hari Jasmine ongkang-ongkang santai di bouncer. Kadang, sambil nonton video pun duduk manis di bouncernya. Meski sudah merasa nyaman, aku tetap mendampinginya, tidak meninggalkannya sendirian saat Jasmine di bouncer. Tetap dalam pengawasan. 


Mudah dibawa kemana saja....
Omong-omong, sekadar berbagi nih, ya. Sebelum membeli bouncer chair, BuIbu perlu memperhatikan faktor-faktor berikut:

1. Keamanan
Pernah mendengar ada bayi jatuh dari ayunan? Ini adalah salah satu risiko ketika Si Kecil sendirian di ayunan, tanpa pendampingan. Makanya, petimbangan berupa strap kuat, tempat nyaman, tidak gampang terguling, empuk, dan cepat lambat ayunan sebaiknya diperhatikan.

2. Kualitas
Pilih ayunan dengan bahan kaki yang kuat, tidak mudah bengkok atau patah. Pilih juga untuk bahan tempat duduk atau tidur bayi yang lembut dan empuk supaya Si Kecil merasa nyaman, tidak gerah.

3. Kemudahan memindah
Ini berhubungan banget dengan keceriaan si Kecil saat di ayunan. Kebayang, dong, saat Si Kecil ditempatkan pada satu tempat yang itu-itu saja. Bayi punya rasa bosan juga, Buuk. Selain itu, bayi juga butuh suasana baru, untuk mengeksplor, misalnya. Menambah referensi tempat, baginya. :D Makanya, pilih ayunan yang mudah dipindah, ya. Jangan terlalu berat, kasihan yang memindahkannya. :P

Prioritaskan ayunan bayi yang kuat, aman dan mudah dipindah kemana tempat, ya. Supaya Si Kecil dan yang momong sama-sama bahagia. :D

BuIbu punya pertimbangan lain sebelum membeli ayunan bayi? Share ke Jasmine, yuk!
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Aku dan Si Kecil. Kami punya moment yang tidak menyenangkan saat menuju delapan bulan Si Kecil. Menuju delapan bulan saat masih dalam kandungan, dan menuju delapan bulan ketika Si Kecil sudah mulai merangkak.

Menuju delapan bulan saat Si Kecil masih dalam kandungan.

Siang hari ada telepon masuk dari nomor yang tak kukenal. Aku mengabaikannya. Paling hanya orang iseng belaka. Kalaupun bukan, pasti telepon lagi, atau mengirim pesan. Aku betul-betul mengabaikannya.

Tak kusangka, telepon masuk dengan nomor baru itu adalah nomor Bapak. Sepertinya baru ganti nomor. Aku tahu itu nomor Bapak setelah kami bertemu di rumah. Sepulang kerja, Bapak memberi informasi bahwa tadi menelponlu, tapi tidak diangkat.

Bapak nampak sibuk berkemas. Banyak barang yang dimasukkan ke dalam tas. Aku kira, Bapak hendak ada acara, tapi ternyata tebakanku salah. Barang-barang yang sudah dikemas itu akan dibawa ke Puskesmas. Ibuku kecapean, tekanan darah tinggi, dan harus istirahat penuh.

Sore itu, sesampainya di Puskesmas, aku memeluk erat Ibu, memegang tangannya, kemudian bersimpuh di kakinya. Di ruang, hanya ada aku dan Ibuku saat itu. Betapa sedihnya melihat Ibu berbaring di atas tempat tidur single bed. 

"Pulang, istirahat. Kamu lagi hamil, jangan di sini." Pinta Ibu kala itu sambil mengelus-elus peurtku yang makin membesar. Aku hanya bisa mengangguk. Keluar ruang, dan air mata yang telah kubendung dengan susah payah, akhirnya mengalir juga.

Ini pertamakali Ibuku sakit dan rawat inap. Pertama dan untuk yang terakhir. Doaku sore itu. Tapi, Allah berkehendak lain. 

Menuju delapan bulan saat Si Kecil mulai belajar merangkak, Ibu kembali sakit.

"Ibu kecapean?" Tanyaku pagi itu saat menjumpai Ibu kembali tidur setelah shalat subuh.

"Ibu Sakit?" Aku bertanya lagi, dan dibalik selimutnya, Ibu sedang menangis.

Menuju delapan bulan, gerak Jasmine memang makin aktif. Mungkin, Ibu juga makin kewalahan. Selain itu, Ibu kerap lupa makan. Sekali lagi, lupa makan. Tidak napsu makan, katanya. Mungkin, ini menjadi salah satu faktor (juga) Ibu sakit.

Karena merasa masih (sok) sehat, Ibu hanya periksa di Bidan Desa. Namun, karena tekanan darah di atas normal, Bidan merujuknya ke Puskemas Madukara 1.

Menjadi hal tersulit bagiku saat Ibu terus meminta untuk rawat jalan. Tekanan darah Ibu akan mudah turun jika rawat jalan, istirahat di rumah, menurutnya. Apalagi ada Jasmine yang bisa menjadi obat. Menurutnya akan cepat sembuh.

Tapi aku tidak mengindahkan permintaan Ibu. Justru aku memilih ubtuk membawanya ke RSUD supaya perawatan lebih intensif. Selama enam hari lima malam, Ibu betul-betul istirahat di rumah sakit. Tiap aku menjenguknya, Ibu selalu menanyakan Jasmine. Ibu nampak kangen berat.

Anak bayi memang tidai boleh masuk Rumah Sakit karena dikhawatirkan tertular bakteri, virus. Tapi, aku tidak tega melihat Ibu yang betul-betul kangen dengan cucunya.

Suatu siang, saat libur kerja, aku mengajak Jasmine ke rumah sakit. Alhamdulillaah...Mbah dan Cucu bisa saling berpandangan, melempar senyum, meski hanya tiga menit. Cukup mengobati rasa kangen mereka.

Menuju delapan bulan, ada peristiwa yang tidak membahagiakan. Menuju delapan bulan, dengan berat hati, Ibu harus mencari pengasuh untukmu, Nak. Supaya Mbah Uti bisa istirshat dulu, ya. Ibu harus bisa ikhlas atas ini semua. Semoga kamu juga ikhlas ya, Nak.
Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
Saat hujan turun, memang nikmat buat bobok ya, Nak. Hangat. Apalagi bobonya dalam dekapan Ibu. Seperti yang terjadi siang ini, ketika sedang dalam perjalanan pulang ke Banjarnegara.

*Ceritanya, kami baru mudik ke rumah Uti Wonosobo.*

Yasmine, di atas sepeda motor dengan laju maksimal 30 km/jam, kamu tidak menampakkan keriangan seperti biasanya. Di atas sepeda motor, di gendongan Ibu, kamu memilih tidur dengan pulas.



Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Mentari siang terus menemani perjalanan kami. Akhir pekan didukung dengan cuaca cerah, menambah semangat untuk beraktifitas di luar rumah.

Bersama Ayah dan Si Kecil, Kami memilih Taman Kopri Banjarnegara sebagai tempat untuk quality time pekan ini. Kenapa Taman Korpri?

Karena Taman ini cukup mungil. Artinya, sesuai dengan rencana kami untuk Tur Taman mulai yang paling sederhana dari sisi manapun.


Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar
Kami pernah merencanakan liburan bersama Si Kecil. Liburan sederhana, dan itu kami rencanakan sebulan sekali. Sebenarnya bukan liburan, sih, tepatnya dolan. Hahaha. Jasmine harap maklum, ya. Ibu dan Ayah, kan, hampir tiap hari bekerja, tuh. Apalagi Ayah, yang liburnya seminggu hanya sekali. Harus bisa ngepasin jadwal.


Waktu liburan yang  telah direncanakan pun tidak menentu. Maksudnya, tidak harus awal bulan, pertengahan bulan, atau akhir bulan. Terpenting, kami semua sehat, dan waktunya pas. Termasuk cuaca.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Sebelum usia si jabang bayi (jabay) *ini singkatannya ngga banget deh* genap delapan bulan, orang tua belum boleh membeli barang ini itu buat si calon dede bayi. Ini menurut sebagian orang tua yang hidup di tanah Jawa, sih. Entah kepercayaan, atau ada mitos di baliknya.

Awalnya, aku mau sabodo. Tapi, saat Ibuku yang bicara, rasanyaaa...kagak bisa sabodo. Hahahaha...salam hormat, Buuk.



Tapi beda cerita kalau perlengkapan bayi baru lahir adalah pemberian. Meski usia si jabay di dalam perut baru lima bulan, atau bahkan empat bulan. Namanya pemberian harus diterima. Nolak pemberian halal kan sama juga nolak rejeki. Ya kaaan.

Dan menurutku, sesuai pengalaman, semisal ada niat mau memberi perlengkapan bayi baru lahir, berilah sebelum usia jabang bayi tujuh bulan. Karena sebagian besar orang tua mulai menyiapkan, dan membeli perlengkapan bayi baru lahir pada usia tujuh bulan-an. Artinya, lebih bermanfaat, pasti dipakai, dan jika memang mau beli lagi, jumlahnya tidak banyak. Seperti yang dilakukan Mami Ubiii.

Pada kenal Mami Ubi dan Aiden, kan? Itu lho, seleb blog parenting! Kalau belum, silakan cus ke www.gracemelia.com.

Sebelum Aiden lahir, Mami Ubi udah dapat banyak kado dari teman-temannya. Padahal, Mami Ubi sudah membeli cukup banyak perlengkapan bayi, lho. Jadi, sebagian perlengkapan baby yang dia beli dihibahkan ke Jasmine. HAHAHAHAHA

Mami Ubi memberikannya pas Jasmine masih dalam kandungan, usia tujuh bulan, gitu. Asli, ini membantu perekonomian dunia banget banget banget. HAHAHAHA Akupun membeli perlengkapan bayi baru lahir hanya beberapa saja. Ya tau, kan, masa manfaat perlengkapan bayi baru lahir kan tidak lama.

Perlengkapan bayi baru lahir yang kuterima dari Mami Ubi begitu lengkap, seperti: Popok Kain, Alas Ompol, Gurita Bayi, Bendong, Clodi, Baju, Sarung Tangan dan Kaki, Gendongan, dan masih banyak banget! Sampai lupa karena tidak langsung kutulis. :D

By the way, makasih buat kado yang begitu bermanfaat ya, Mami Ubi dan Aiden. ^-*
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Jasmine, belahan jiwa Ibu.

Ternyata penjemputan istimewa itu tidak hanya terjadi di kalangan pejabat saja, ya. Pejabat yang dijemput dengan mobil paling bagus, mahal, aman, dan nyaman. Penjemputan istimewa definisi mereka.

Bebeda dengan Ibu.

Sepulang kerja, biasanya Jasmine bersama Mbah Uti sedang makan sore di depan rumah. Atau, bermain bersama dua teman seusia kamu.

Namun sore ini istimewa.

Kamu menjemput Ibu di Tandonsari yang merupakan jalan utama menuju rumah kita. Ini membuat Ibu bahagia banget. Bagaimana tidak, ya. 

Ibu menyalakan riting kiri sepeda motor  tanda akan belok. Berjarak hanya satu meter, senyum kamu ada di situ bersama Mbah Kung. Kamu nampak nyaman duduk di atas stroller.

Ternyata, lelah karena pekerjaan mudah banget hilang, Nak. Hanya dengan melihat bibir mungilmu merekah. Sesimpel itu. Semudah itu. 

Semoga kamu sehat selalu, ya. Biar bisa jemput Ibu tiap hari. Hihihi
Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
Sebentar lagi, masa libur sekolah anak tiba. Libur semester ditambah dengan libur hari raya Natal, dan Tahun Baru. Beuuh...udah kebayang riuhnya tempat wisata seperti apa, ya. Apalagi, tempat wisata tertentu yang menjadi "pemburuan". Wisata Pantai, misalnya.

Seusia Jasmine, 9 bulan, memang belum cocok diajak wisata ke pantai. Selain tempat wisata pantai cukup jauh dari tempat tinggal kami, rencana untuk mengenalkan pantai kepada si kecil insya allah akan kami mulai jika si kecil masuk usia tiga atau empat tahun.



Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Pertama kali melihat anak demam tinggi dan merintih. Aku kira ini merupakan titik tersedih dalam hidupku. Tapi ternyata bukan. Ada yang lebih menyedihkan dari itu. Adalah ketika aku sakit. Banyak momen berharga yang mau tidak mau terlewatkan begitu saja karena kondisi fisik yang tidak fit.


Share
Tweet
Pin
Share
44 komentar
Lampu dapur masih menyala malam ini. Aku berniat untuk mematikannya. Melihat kearah kompor, kok masih ada teflon masih nangkring manis di sana. Benar-benar tidak sedap dipandang. 



Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
Sebelum membuat MPASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu), aku kurang yakin pada diri sendiri. Semacam kalah sebelum bertanding. Ini tentang kesanggupan, sih. Harap maklum, Ibuuk yang satu ini sering mondar mandir Banjarngara-Amsterdam. Maklum, ya!

Sebelum berangkat untuk membeli peralatan MPASI ke toko, ada baiknya BuIbu mempertimbangkan kesanggupan membuat MPASI, deh. Peralatan MPASI memang tidak banyak, sih. Tapi, ada beberapa peralatan yang harganya cukup lumayan.


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Titik bahagia itu unik. Setiap orang punya titik bahagia masing-masing. Coba kita flashback ke masa-masa sekolah. Saat mulai belajar di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, apakah pernah merasakan titik bahagia di sana?

Baiklah. Mungkin saat duduk di bangku SMP, kita belum bisa menikmati titik bahagia secara utuh. Mendapatkan kebahagiaan dalam wujud apa pun rasanya masih biasa saja. Padahal kita tahu, titik bahagia ini tidak ada standardnya. 😊

Bagaimana jika kita mencoba mengingat kembali titik bahagia dalam hidup? Yuk, refresh sejenak!


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Perlengkapan Traveling bayi yang hendak dibawa, erat kaitanya dengan jenis wisata beserta destinasinya. Dengan tahu tujuan wisatanya, minimal Si INEM, kepala suku rempong-rempong bahagia, bisa nyiapin perlengkapan buat si Princess! Hihihi 

Bayi yang aku maksud di sini bukan bayi yang baru lahir jebrol. Melainkan bayi yang usianya enam bulan sampai dua belas bulan. Yang mana pada usia tersebut si kecil belum bisa gabung untuk kebutuhannya, baik dengan orang lain, maupun sesama bayi. Kecuali kalau memang sudah mefeeet biyaangeets.

"Boleh minta tisu basahnya, Buk? Saya lupa membawanya". Seperti itu, misalnya. Perlengkapan yang tidak individu banget macam pakaian.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Seorang Ibu yang punya anak kecil dan tidak menciptakan ke-rempongan itu tidak seru. Asli. TIDAK SERU. Terserah yang MENONTON berkomentar apa, yang penting happy ending! Dan mungkin, tim rempong-remong bahagia ini tidak hanya ada di CERIS Family. Yoyooi...

Rempong yang baru-baru ini tercipta, tuh, di luar ekspektasiku sebagai seorang Emak Muda.

Dulu, aku dan suami sama-sama tipe simpel dalam segala hal. Apalagi persiapan saat hendak berpergian. Sesimpel-simpelnya, seringkes-ringkesnya. Bawa satu ransel untuk berdua tuh udah cukup.
Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar
Mending kagak bawa handphone, ketimbang kagak bawa Pompa ASI. Karena ini tentang salah satu perjuangan dan kasih sayang Ibu kepada kamu, Nak. Serius!

Sebagai Ibu Pekerja yang punya bayi, di mana volume kerjaku bisa dibilang cukup tinggi, memompa ASI sudah menjadi KEHARUSAN. Mungkin ini berlaku bagi seluruh perempuan yang punya stok ASI melimpah, jumlah ASI yang terlalu banyak sehingga harus ditampung terlebih dahulu sebagai stok.


Rasanya ya pasti eman-eman punya asupan yang bergizi buat anak, tapi tidak diberikan. GRATIS pulaaa! KekuasaanNya luar biasa, kan?
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Anniesa Hasibuan, desainer busana muslim yang tergolong masih muda, berbakat, dan selalu menciptakan ide-ide desain yang unik dan luar biasa. 

Hampir seluruh koleksi milik Anniesa terdapat payet, aksen mutiara dan bling-bling yang membuat desain koleksinya nampak mewah. Itulah ciri khas desain dari Anniesa Hasibuan.

Tidak heran lah, ya, jika Anniesa pernah menerima penghargaan di ajang Canner Red Carpet Fashion & Film Award, Prancis. Saat itu, Anniesa mengeluarkan karya yang bertajuk Pearl Asia yang tampil pertamakalinya di Couture Fashion Week New York pada Februari 2016.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Wisata keluarga dengan tema alam adalah salah satu favorit keluarga kami. Dan Lembang menjadi pilihan karena di sana banyak terdapat wisata alam.
Kapan terakhir jalan-jalan sampai luar kota? Euuumhhh...Ibu sampai lupa, kapan ya, Yah! Saking menikmati status baru, kini piknik belum lagi menjadi prioritas. Hahaha

Tapi bukan berarti kami melupakan piknik, lho. Bagaimanapun juga, bagi kami piknik tetaplah penting. Selain sebagai sarana family time, juga sebagai penghargaan untuk otak dan tenaga yang tiap hari memberi sumbangsih yang amat besar dalam kehidupan. *serius bingits* *efek kurang piknik*


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Karena SIAGA bukan hanya sekadar Siap, Antar dan Jaga. ~Gylang TR~
Obrolan kala itu dengan Om, saat sedang hamil, membuatku sadar bahwa aku terlalu dangkal memaknai kata SIAGA (Siap Antar Jaga). Pemikiranku tentang SIAGA ternyata kalah telak dengan Om Gylang yang menurutku dia termasuk lelaki SIAGA. *ini kenapa memuji Om* *sungkem sama suami* *ngiiik*

SIAGA memang tidak hanya tentang kesiapan Suami untuk mengantar dan menjaga Isteri ketika sedang hamil, sampai melahirkan. Masih ada banyak tanggung jawab yang harus diselesaikan untuk mendapat predikat Suami Siaga. 


Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
"Mumpung masih kecil. Segera saja diberi Adik. Mumpung masih muda juga, repot sekalian!"
Tidak hanya satu dua orang saja. Rasanya nikmat banget saat ada seorang teman yang nyeletuk seperti di atas. Yeeeah...apa jadinya Jasmine andai dia punya Adik dalam rentang waktu dekat ini? Hahahaha...Keajaiban!




Rencana untuk punya anak cowok KELAK memang kerap diucapkan Ayah. Tapi, KELAK. Bukan satu tahun lagi, dua tahun lagi, apalagi saat ini. Duuh...mana tega, perut saja sampai sekarang masih SEXY gini! Hahahahap

Banyak yang bilang, melahirkan antara anak perempuan dan laki-laki "nikmatnya" berbeda. Uhuuy...memang, sih, tidak hanya nikmat saja, barang, perlengkapan untuk baby pun berbeda. Berungtungnya, perlengkapan milik Jasmine punya warnya yang netral, tidak NGEPINK semua!

Ayah juga paham kalau merogoh kocek lebih dalam lagi karena persiapannya seperti dari awal. Hihihi *nabung dulu, Yah*

Sebagian perlengkapan memang tidak dapat "diturunkan". Apalagi untuk masalah pakaian. Kami lebih sering membelikan dress untuk Jasmine. Mengingat Ibunya udah kepalang basah tomboooys, pingin anaknya girly, gituu. Hihihi...nakal, ya. Ya...selama belum bisa protes. Hahaha



Beda banget dengan baju anak laki-laki yang kadang bisa dipakai gantian. Alasan Ayah pingin punya anak cowok salah satunya yaitu ingin memakaikan kemeja beserta aksesoris dasi. Kedua tangan Ayah mendarat dibahu si cowok ganteng, lalu berkomentar "Gagah banget anak Ayah!"

Ini anak sendiri dipuji SENDIRI. PARAH. Maklum, ya. HAHAHAHA

Baju anak laki-laki murah kini banyak banget modelnya. Tapi, Ayah ingin anak laki-lakinya kelak lebih sering mengenakan kemeja atau baju berkerah. Lebih gagah, katanya. Ya...meski amat sangat sangat dan sangat bertolak belakang dengan Ayahnya yang HOBI banget mengenakan KAUS OBLONG! *Yaaaa kaaan, Yaaaah?* :P

Selain berkerah, Ayah juga pingin baju anak laki-laki murah kelak didominasi dengan warna cerah. Supaya nampak lebih segar dan enak dipandang, menurutnya.

Begitu lah alasan Ayah pingin anak cowok. Dan seketika aku membayangkan punya anak cowok yang begitu KASEP dengan balutan baju berkerah! Awww...MENGGODA!
Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar
Sependapat dengan Teman-teman yang kerap mengutarakan "bahagia itu sederhana."
Berlaku juga bagi kami, bahwa bahagia memang sederhana.

Menambah kedekatan, menghilangkan penat setelah lima hari bekerja, family time ke Taman Rekreasi Margasatwa (TRMS) Serulingmas Banjarnegara mejadi pilihan kami untuk memanjakan diri.
Libur lebaran tahun ini, kami tidak merencanakan liburan ke luar kota. Salah satu pertimbangannya, yaitu belum tega mengajak si kecil perjalanan jauh.
Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
Kalau boleh jujur, nih, ya. Jika musim pertandingan sepak bola datang, aku bakal sering BETE. Khususnya Premier League.

Kenapa bete? Bukannya happy karena ada tontonan?

Yap siii..


Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
Sebagai Ibu Pekerja yang saat ini punya baby usia di bawah satu tahun, kemudian mendapat tugas ke luar kota, sukses membuatku sering galau!
Seperti nonton drama yang sad ending, tak terasa air mata mengalir. Meski tidak deras, hanya sampai ujung mata. Itu yang terjadi kemarin (04/08), sebelum aku meninggalkan Jasmine untuk tugas luar ke Semarang.

Jam 4.30 WIB pagi, usai mandi drama dimulai. Sininya nyeri-nyeri sedap. *nunjuk dada* 

Melihat Jasmine masih bobo nyenyak, aku menatapnya dalam-dalam, kemudian mendekat sembari berbisik: "Jasmine, hari ini Ibu pulang agak telat. Kerjanya cukup lama. Kamu baik-baik sama Mbah di rumah, ya. Yang kalem." Aku berbisik pelan agar dia tetap lelap. Eladalaah...malah dia terbangun.
Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
Babak baru sebagai Ibu telah kumulai tahun ini, tepatnya tanggal 15 bulan Januari. Namun, bulan Juni ada si Ganteng Alvis yang sukses menyempurnakan babak baru kami sebagai Bu-Ibu Mudaaaaaa! :D Kami, sekawan dari SMA yang dulu tiap akhir pekan kerap jeng-jeng bersama, dan "ngaji" di Surya Park. Hahaha
****
*playdate bareng Sekawan*

"Cieeee....mandinya pagi banget. Pasti mau jalan-jalan, ya!" Mbah Kung mulai meledek saat aku sedang memakaikan baju Syaquita. Baju pink pulkadot pemberian Budhe Wiwik. *tengkyiies Budhe*

Mandi pagi jam 07.00 WIB bukan kebiasaan Syaquita. Biasanya, dia mandi jam 08.00 WIB bersama Mbah Uti. Tapi, karena ada suatu acara, jadi lah mandi lebih awal. *mandi gasik=ada agenda* *like mother, like daughter*
Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
MPASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu) umumnya diberikan kepada anak usia enam bulan. Tapi, tidak banyak orang tua yang memberi MPASI saat anak masih usia empat atau lima bulan.

Bagiku tidak masalah, sih. Mau pilih empat, lima atau tapay di enam bulan. Karena itu hak para BuIbu. Terpenting, anak terlihat sudah siap menerima MPASI.

Kesiapan anak menerima MPASI, tuh, kelihatan banget. Salah satunya dapat dilihat ketika dia mulai memasukkan benda-benda ke dalam mulutnya karena si kecil penasaran dengan benda-benda yang ada dalam genggamannya. Atau, jemarinya masuk mulut.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
2016 menjadi tahun pertamaku menjalankan kewajiban ibadah puasa ramadhan dengan status sebagai Ibu Menyusui.

Aku sempat was was ketika memutuskan untuk ikut menjalankan ibadah puasa wajib. Bismillaah.

Tidak hanya itu, aku kerap dihantui rasa takut. Takut ASI tidak lancar seperti hari biasanya saat tidak puasa. Secara, saat puasa, seseorang menahan napsu dan dahaga, tidak makan suatu apa sampai adzan maghrib berkumandang.
Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar
Tips Naik Transportasi Umum Bersama Bayi - Awal berniat mengajak Jasmine naik transportasi umum, yang dalam hal ini adalah angkutan kota, aku bimbang. Perasaan itu muncul melebihi saat sedang memilih pakaian untuk kondangan bersama suami. *pakai baju warna apa* *yang ini udah ngga muat* *yang ini bikin badan kelihatan makin lebar*

Ada banyak pengandaian tidak sedap di dalam benakku. Ngeselinnya, pengandaian tersebut jarang ada yang positif.

Andai ini itu ita tui ito, gimana, ya? Duuhh...

Bimbang dan juga takut. Apalagi moment pertama kali, yaitu saat aku mengajaknya untuk silaturrahim ke rumah Gita. Temu kangen bareng Tante-tante ceria, gitu.

Aku memberanikan diri mengajak Jasmine naik angkutan umum supaya kedepannya dia tidak kaget, mabok perjalanan dan bisa mandiri. Syukur-syukur menjadi terbiasa nantinya. 

Sampai blog post ini kutulis, sudah empat kali Jasmine naik angkutan umum dan alhamdulillaah tidak rewel di dalam angkutan. Dia nampak tenang, nyaman dan yang paling nyenengin dia tidak minta nenen di angkutan umum. Hihihi

Bayi yang aku maksud di sini bukan bayi yang jebrol baru lahir lho, ya. Jasmine baru kuajak naik angkutan umum saat usianya menjelang empat bulan. Sampai usia tiga bulan, Mbah Uti memproteksi banget banget banget cucu awewek yan pertama ini.

Nah, pada postingan ini aku akan berbagi tip a la GUE. 


Berikut aku bagikan Tips Naik Transportasi Umum Bersama Bayi Agar Tidak Rewel.

1. Beri Minum
Sebelum berangkat, atau kemana pun aku akan mengajak Jasmine jalan, aku mengutamakan pemberian air susu dahulu.

Jika bayi merasa kenyang, kecil kemungkinan untuknya rewel. Dia akan tenang, atau bahkan tidur sepanjang perjalanan. 

Cara ini meminimalkan seorang Ibu memberi ASI di tempat terbuka. 

Jadi, beri minum yang cukup sebelum pergi naik angkutan umum supaya bayi merasa tenang, senang.


2. Pakaian
Aku selalu memakaikan baju lengan pendek atau bahkan tang top untuk Jasmine ketika akan kuajak naik angkutan umum. Soalnya, pakaian menjadi salah satu yang bisa membuatnya merasa kurang nyaman. Terlebih jika cuaca sedang panas. Memakaikan jilbab atau jaket sama saja membuatnya tidak nyaman.

Namun, meski cuaca panas, aku tetap membawa jaket untuknya, kok. Buat jaga-jaga, siapa tahu membutuhkannya.

Perhatikan pakaian dan sesuaikan dengan kondisi cuaca supaya bayi merasa nyaman saat di dalam angkutan umum yang kadang penuh dengan penumpang.

3. Memilih Angkutan Umum
Kebiasaanku semenjak masih ting tong, aku lebih memilih angkutan umum yang lajunya cepat dan kalau bisa masih mulus. Padahal, sih, mulus itu tidak menjamin jika mesinnya baru juga. Tertarik dengan covernya dulu, ya. Hihihi

Pilihlah angkutan umum yang sekiranya body nampak kuat. Tidak dilihat dari penampilannya, memang. Tapi, biasanya yang masih gres, gitu, mesinnya masih oke. Tidak bikin bising dan pusing. Soalnya, si kecil mendengar suara mesin yang keras bisa kaget, takut atau bahkan rewel.

Namun, jika kamu sedang buru-buru, jangan mencoba untuk memilih angkutan umum, ya. Terpenting, pilih yang sekiranya tidak penuh sehingga dapat duduk dengan nyaman.

Perhatikan angkutan kota yang akan dipilih supaya bayi merasa nyaman saat di dalam angkutan umum yang kadang penuh dengan penumpang.

4. Tempat Duduk
Terlepas dari banyaknya penumpang yang kadang membuat bayi gerah, tidak nyaman, ini juga untuk kesehatan bayi. Yaitu tentang jendela pada angkutan umum.

Jika duduk di belakang, misalnya. Ada banyak jendela yang kadang terbuka. Rasanya tidak mungkin jika kita meminta kepada para penumpang lain untuk menutup semua jendela. Memangnya angkutan tersebut milik loe seorang? Hahaha

Jika jendela terbuka, udara akan datang dari berbagai penjuru. Ada baiknya memilih tempat duduk di dekat sopir atau di tengah. 

Udara yang menghampiri si kecil tidak separah jika duduk di belakang atau dekat dengan jendela. Selain itu, dengan memilih tempat duduk di depan, angkutan umum serasa milik berdua. Weeks

Pilih tempat duduk yang sekiranya nyaman, baik untuk bayi maupun Ibu. Jika tidak buru-buru, bisa memilih angkutan umum yang tidak terlalu banyak penumpang. Usahakan Ibu bisa duduk dengan baby. Tidak berdiri.

Omong-omong, Teman-teman punya tip lain? Yuuk...bagi Tips Naik Transportasi Umum Bersama Bayi.  ^-*


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
"Yang, mau mudik H+ berapa, nih?" Tanyaku kepada Ayang Suami sembari membeli tahu bulat dalam games. Wkwkwk

Mudik? Memangnya kami perantau, gitu? 

Tidaaak! Istilah mudik ini telah menjadi tradisi bagi orang Indonesia, khususnya menjelang hari raya. 


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Alhamdulillaah, sudah sampai angka lima, Nak. Lima bulan usiamu, lho. Tidak terasa sudah dua bulan kamu jadi anak ASIP, Ibu jadi Bu Perah. Hahahaha...Alhamdulillaah, bulan ini adalah bulan perjuangan bagi kita, Nak.

Ibu mengatakan bulan perjuangan karena lima bulanmu ini bertepatan dengan bulan ramadhan yang mana Ibu memutuskan untuk puasa. 

"Memangnya kenapa kalau puasa, Buk?"

Awalnya, Ibu sempat was was jumlah ASI yang keluar akan berkurang. Secara, pagi sampai sore tidak ada asupan. Bagaimana ASI bisa berlimpah, kan?

Ternyata Allah Maha Tahu, Nak. Alhamdulillaah...DIA mencukupkan! Jumlah ASI yang Ibu dapat tiap harinya sama dengan hari biasa ketika Ibu tidak puasa. Subhanallah ya, Nak. Tiada henti Ibu bersyukur. Bahagia tak terkira.

Ini moment banget, dan akan menjadi catatan penting buat kita berdua, kelak. Nah, sekarang saatnya menuliskan tumbuh kembang ya, Nak.


***
Motorik
Nak, pada usia ini, kamu masih nyantai banget. Masih asyik dengan tengkurep, dan bolak-balik badan. Kepala belum begitu kuat, dan masih suka digeletakkan di atas kasur. Belum memberi sinyal untuk duduk, apalagi merangkak.

Ibu pernah membaca beberapa artikel, bahwa pada usia lima bulan biasanya bayi mulai berusaha untuk duduk. Tapi tidak denganmu, Nak. Masih santai, dan menikmati masa-masa tengkurep, bolak-balik badan. Bangun tidur saja langsung tengkurep. Bobok pun, kadang tengkurep.

Semisal ada yang bilang, kamu terlambat dalam perkembangan pada tahap ini, Ibu cuek. Ibu tidak peduli apa kata mereka. Terpenting bagi Ibu, kamu sehat. Dan perkembangan-perkembangan yang dibilang terlambat itu masih dalam batas toleransi. Santai saja ya, Nak. Akan ada banyak kejutan darimu yang tak kalah membahagiakannya. Ibu yakin!

Ketika kedua tanganmu memegang botol susu dengan semangat, misalnya. Atau, mencengkeram pipi Ibu, Ayah, Mbah, orang-orang yang sering berada di dekatmu. Ini memang telihat simpel, namun sukses membuat Ibu BAHAGIAAAAA!

Sensorik
Jasmine, dan Syaquita. Tidak semua orang memanggilmu "Jasmine." Menurut sebagian orang, sapaan Jasmine itu susah dilafalkan. Lebih mudah Syaquita.

Yang membuat Ibu kagum nih, ya. Baik Jasmine, maupun Syaquita, kamu akan menoleh dengan sapaan itu.

Artinya, kamu sudah paham dengan namamu sendiri, Nak. 

Kesehatan
Satu bulan mines sepuluh hari, Ibu mengajakmu puasa ramadhan. Alhamdulillaah, kita sama-sama sehat, Nak. Beberapa orang yang  mengatakan: "anak bakal diare jika diajak puasa." Alhamdulillaah itu tidak berlaku untkmu, Nak.

Kamu sehat, Ibu juga demikian. Tambah sehat. Bahkan, imunisasi DPT untuk yang terakhir, si demam tidak menghampirimu. Asyik banget, kan. Usai shalat Isya, kita bobok bareng, pulas. Bangun-bangun, sudah waktunya sahur.


Sosial
"Jasmine boleh kugendong, Dah?"

Ini pertanyaan aneh. Sungguh. Bagi Ibu ini pertanyaan aneh, Nak. Siapapun boleh menggendongmu, kok. Asaaaaal...

Orang tersebut adalah orang baik, dan Ibu kenal. Itu syaratnya. Sedangkan ketentuannya, mereka tidak membawa kamu ke luar dari zona Sidengen, tempat tiggal kita. Ibu parno, taku ada culik. Qiqiqiqi

Alhamdulillaah...tidak sedikit orang, tetangga, yang kerap mengajakmu jalan. Mereka adalah orang-orang baik. Nenek Nasiah, misalnya. Beliau berjasa banget, Nak. Mau bergantian momong kamu ketika Mbah Uti mau shalat. Atau, melakukan aktifitas lain. Nenek Nas ikhlas.

Mengangkat kedua tangan adalah sinyal yang kamu berikan saat ada orang lain yang hendak mengajakmu. Sinyal ini kamu berikan hampir kepada setiap orang yang akan mengajakmu. Asli, kamu tidak pilih-pilih, Nak. Kecuali sudah nempel Ibu, sinyal itu tidak ada.


Celotehan
Suara kamu ternyata mirip Ibu, ya. Pun dengan tertawanya. Ini anak Ibu banget, Ayah nebeng saja dowang. Hahahaha

"Eeemmm"
"Aaaa..aa...aa."

Kosa kata yang terucap dari bibir mungilmu sudah bertambah, Nak. Tidak hanya "aaaaaaaa". Tapi, aaa-nya makin banyak, dan patah-patah. 

" aaa... a...aa..aaaaa."

Selain abjad secara utuh, kamu sudah mulai rajin berceloteh. Kalau kata Mbah, Mbraok, namanya.

Nada suara Ibu harus lebih tinggi dari suara kamu. Dengan cara demikian, kamu makin semangat berceloteh. Kadang, seolah-olah nampak sedang bertengkar. Hihihihi

Daaaan...berikut pertumbuhan pada usia lima bulan! 

Berat Badan: 6.6 kg -> 7.1 kg.
Tinggi Badan: 67 cm -> 68 cm 
Panjang telapak kaki: 10 cm -> 10 cm (sama)
Lingkar kepala: 40 cm -> 42 cm 
Lingkar dada: 46 cm -> 47 cm 
Lingkar lengan: 16 cm ->16 cm (sama) 
Lingkar tangan: 12 cm ->12 cm (sama)
Lingkar paha: 29 cm -> 30 cm 
Lingkar kaki: 19 cm ->19 cm (sama)
Lebar Bahu: 15 cm-> 20 cm 

Semoga awewek Ibu sehat wal afiat dan makin solehah, ya.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

Cari Di sini

Perkenalkan...

Hai...perkenalkan, saya Idah. Ibuk dari dua anak dan satu-satunya admin di blog ini.

Rutinitas saya saat ini sebagai Ibu Rumah Tangga sekaligus Ibu Pekerja Kantoran. Kami sekarang tinggal di Kota Dawet Ayu, Banjarnegara, Jawa Tengah.

Oiya, jika ingin komunikasi, bisa melalui akun instagram kami @cerisfamily atau kontak langsung melalui email cerisfamily@gmail.com. Terima kasih.

On Youtube

Fans Page

CERIS Family

Blog Archive

  • ►  2025 (17)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (5)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2024 (39)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (10)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2023 (28)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (4)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2022 (14)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2021 (12)
    • ►  September (2)
    • ►  Juni (3)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2020 (17)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2019 (42)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Mei (26)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2018 (37)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2017 (61)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (8)
    • ►  Januari (2)
  • ▼  2016 (62)
    • ▼  Desember (7)
      • Tentang Mengajarkan Kebersihan Kepada Jasmine
      • Drama Sepulang dari Boyolali
      • Om Telolet Om Ternyata Membuat Jasmine Terkejut
      • Hari Ibu 2016: Kebersamaan
      • #FirstTime: Hiking ke Bukit Scotter, Dieng
      • Ayunan Bayi dan Reaksi Jasmine Saat Menggunakannya
      • Menuju Delapan Bulan
    • ►  November (4)
      • Mudik dan Hujan Sore itu, Nak
      • Lima Menit di Taman Korpri Banjarnegara
      • Tur Taman di Kota Banjarnegara
      • Perlengkapan Bayi Baru Lahir dari Mami Ubi-Aiden
    • ►  Oktober (6)
      • Penjemputan Istimewa di Tandonsari
      • Beberapa Risiko Mengajak Si Kecil Wisata ke Pantai
      • Ketika Badan Tidak Fit, Semangatlah untuk Sehat
      • Hal-hal yang Membuatku Susah Tidur dari Masa ke Masa
      • Peralatan untuk Membuat MPASI
      • Titik Bahagia
    • ►  September (5)
      • Perlengkapan Bayi yang Harus Dibawa Saat Traveling...
      • Rempong-rempong Bahagia
      • Selain Beda Harga Pompa ASI Elektrik, Ini yang Mem...
      • Nak, Nonton Anniesa Hasibuan di New York Fashion W...
      • Planning: Wisata Keluarga Ke Lembang, Bandung
    • ►  Agustus (6)
      • SMS Bunda Menjadikan Kami Lebih SIAGA
      • Alasan Bapake Jasmine Pingin Anak Cowok!
      • FamilyTime: Memanjakan Diri di TRMS Serulingmas
      • Siap-siap Nonton Premier League di Orange TV
      • Tugas ke Luar Kota Kerap Membuatku Galau
      • Alvis Menyempurnakan Babak Baru Kami Sebagai Bu-Ib...
    • ►  Juli (1)
      • MPASI Pertama dan Pisang Emas
    • ►  Juni (7)
      • Menu Buka Puasa untuk Ibu Menyusui
      • Tips Naik Transportasi Umum Bersama Bayi Agar Tida...
      • Ssst...Mudik Tahun Ini Ada yang Spesial
      • Lima Bulan Jasmine: Berjuang!
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2015 (63)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (9)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (10)
    • ►  Juni (12)
    • ►  Mei (2)

Popular Posts

  • Biaya USG 4 Dimensi di RS Panti Nugroho
  • Tujuan Pemeriksaan HB dan HBsAG untuk Ibu Hamil
  • Tip Agar Jahitan Pasca Melahirkan Cepat Kering

recent posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Part Of Community


Blogger Perempuan
mamadaring
Seedbacklink

Follow Us!

Social Media

Facebook Twitter Instagram Youtube Blog Ibu

MageNet

0ccdff8bd3766e1e4fdd711a2ad08ee5151bd247

Created with by ThemeXpose