• Home
  • About
  • Jasmine
  • Wildan
  • Hiroku
  • Kesehatan
  • Tumbuh Kembang
  • Parenting
  • Jalan Jajan

 Menjaga mood untuk tetap semangat (Belajar Dari Rumah) adalah tantangan bagi para orang tua. Bagaimana supaya suasana BDR tetap menyenangkan? Bagaimana agar anak betah belajar dari rumah?

"Ibuuk, aku capeeek!" 

"Ibuuk, aku ngantuk!"

"Ibuuk, udah dulu lah belajarnya,"

"Ibuuukkkk, aku bosen. Masa mewarnai terus!"

 

advan tab belajar

Uluuh...uluuhh...! Dikira anak-anak dowang yang capek dengan kegiatan BDR. Bu guru jadi-jadian ini juga capek kalik. Apalagi kalau kalian sudah mulai mengeluh. Dududuh...jelmaan dari Ibu guru beneran harus makan es krim dulu supaya kalian tetap aman dalam genggaman. Hahaha.

Saya kerap mendengar cerita dari para orang tua, khususnya Ibu, yang tiap hari mendampingi anak-anaknya belajar dari rumah. Saya paling tertarik jika ada orang tua yang berbagi cerita perihal kegiatan BDR. Terlebih bagi mereka yang latar belakangnya adalah Ibu Rumah Tangga di mana kesehariannya jarang mendampingi anak-anak belajar. Seru banget dan pasti bikin geregetan ketika sudah mulai masuk pada babak "ketika kesabaran mulai diuji". Hihihi.

Kira-kira, apakah saya berkomentar?

Ugh! Mohon maaf, latar belakang saya juga Ibu Rumah Tangga yang kesehariannya lebih banyak bekerja di kantor ketimbang di rumah. Jadi, saya lebih memilih untuk menyemangati mereka yang terus berjuang untuk mendampingi anak-anaknya BDR ketimbang melayangkan komentar karena sejatinya nasib saya sama dengan mereka. Sama-sama harus lebih sabar ketika mendampingi anak BDR dan sama-sama berusaha untuk menciptakan suasana menyenangkan saat BDR.

Baca dulu COVID-19 dan Belajar Dari Rumah.

Kegiatan Belajar Dari Rumah menjadi sejarah baru dalam dunia pendidikan, khususnya di Indonesia. Ya, sejak masa pandemi COVID-19, sebagian besar sekolah di Indonesia meniadakan kegiatan belajar mengajar (KBM) tatap muka di sekolah. Kebijakan tersebut diterapkan sebagai upaya pencegahan penyebaran virus Corona.

Sebenarnya Kegiatan BDR Itu Menyenangkan Atau Tidak, sih?

Dari kacamata orang tua, tidak sedikit dari mereka yang menganggap bahwa BDR, tuh, kegiatan belajar yang tidak menyenangkan karena kadang merasa repot dengan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Terlebih bagi mereka yang merasa tidak punya bekal untuk belajar bersama, seperti beban ketika harus mendampingi anak belajar. Belum lagi Ibuk-ibuk yang punya aktivitas lain selain menjadi Ibu Rumah Tangga, mereka harus pandai membagi waktunya. Tapi, masih ada juga Ibuk-ibuk yang senang dan sangat menikmati kegiatan BDR karena merasa lebih tenang, terus berdampingan dengan anak-anaknya.

Advan Tab Belajar

Saya sendiri sangat santai dan menikmati ketika mendampingi anak BDR. Mungkin karena Kecemut masih TK, jadi tugas-tugasnya tidak begitu berat. Tidak seperti tugas anak-anak sekolah tingkat dasar (SD) atau sekolah tingkat lanjut (SMP dan SMA) yang mana kadang orang tua betul-betul mengeluarkan energi, pikiran, untuk dapat mendampingi anak-anak mengerjakan tugas dari guru.

Belajar Dari Rumah Makin Semangat

Kegiatan BDR bagi kami adalah kegiatan menyenangkan. Apalagi jika waktunya kami harus eksplor keluar rumah seperti beberapa waktu lalu ketika Kecemut mendapat tugas untuk membuat rumah dari kerikil. Sungguh menyenangkan ketika saya bisa mendampinginya mencari kerikil ditambah melihatnya sangat antusias mencari kerikil yang kemudian diterapkan untuk membuat rumah.

Yuk baca Cara Membuat Balon Udara dari Cup.

Menciptakan Suasana Happy Saat BDR.

Sebagai orang tua, ada baiknya paham dan peka dengan apa yang sekiranya dapat membuat anak-anak senang. Mulai dari hal yang sederhana, membuatkan minuman kesukaannya sebelum mulai belajar, misalnya. Yups, meski mereka sudah bisa mengambil atau membuat minuman sendiri, tapi akan berbeda jika orang tua yang membuatkannya sebelum mereka memulai belajar. Ada rasa yang tidak biasa.

belajar dari rumah

Suasana happy atau menyenangkan juga bisa didapat dari kebersihan tempat belajar. Sebagai orang tua, tidak ada salahnya memastikan tempat belajar anak-anak sudah bersih atau belum. Sudah rapih atau belum. Anak-anak bisa diminta untuk melihat ruangan yang akan digunakan untuk belajar. Apakah sudah cukup membuatnya nyaman? Apakah ada yang harus dirapihkan? Komunikasikan dengan anak.

Jangan lupa untuk terus memberi semangat kepada anak supaya mereka tidak merasa sendiri. Support dari orang tua adalah salah satu bentuk perhatian paling hakiki. 

Baca lagi tentang Belajar Menari.

Supaya Anak Tetap Betah dan Semangat BDR.

Proses BDR dapat dilakukan dengan dua metode; pertama yaitu pembelajaran jarak jauh secara offline melalui televisi, radio, modul belajar mandiri dan lembar kerja, bahan ajar cetak, alat peraga dan media belajar dari benda di lingkungan sekitar. Kedua adalah pembelajaran secara online menggunakan gadget atau komputer melalui portal atau aplikasi pembelajaran online. 

Selain suasana menyenangkan, ada baiknya orang tua mencari cara supaya anak tetap betah BDR. Ketika anak sedang pembelajaran jarak jauh melalui modul belajar mandiri, orang tua bisa mendampingi dan bila bila perlu ajak mereka berdiskusi jika memungkinkan. Baik itu diskusi sebagai proses mencari jawaban atau memecahkan masalah.

belajar dari rumah

Berbeda dengan pembelajaran jarak jauh, pembelajaran secara online lebih cenderung membutuhkan prasarana untuk belajar secara online. Yups, dalam pelaksanaan BDR secara online, dibutuhkan beberapa prasarana utama, di antaranya jaringan internet dan gadget atau komputer. Prasarana tersebut harus terpenuhi agar anak-anak dapat mengikuti pembelajaran online secara efektif.

Keberadaan gadget yang dapat mengakses berbagai aplikasi pembelajaran online akan sangat membantu anak proses belajar dari rumah. Makanya, jika orang tua telah mempersiapkan prasarana yang mumpuni, maka anak akan betah untuk BDR. Tidak banyak alasan, gitu.

Prasana berupa gadget yang mendukung anak-anak menempuh pembelajaran online ada baiknya disesuaikan dengan kebutuhan. Advan Tab Belajar, misalnya. Tablet pintar keluaran terbaru dari Advan telah dilengkapi dengan aplikasi pembelajaran online Kelas Pintar.

Saat peluncuran tablet tersebut, CEO ADVAN, Chandra Tansri menjelaskan bahwa Advan Tab Belajar merupakan tab edukatif yang memungkinkan pelajar untuk belajar secara online secara intens dan efektif berkat spesifikasinya yang lengkap sesuai dengan kebutuhan pada masa pandemi COVID-19 seperti saat ini. Advan Tab Belajar menjadi upaya dari Advan memberikan solusi belajar jarak jauh dengan nyaman.

Advan Tab Belajar

Advan Tab Belajar hadir dengan layar 8 inci resolusi HD. Urusan performa dipercayakan pada CPU Octa-Core didukung RAM 3 GB dan ROM 16 GB. Terdapat kamera tunggal di depan dan belakang, dengan resolusi 5 MP dilengkapi dengan mode pemotretan malam. Dalam hal konektivitas, perangkat mendukung koneksi jaringan 5G, dan tersedia teknologi Wi-Fi generasi terbaru, serta Bluetooth 4.2. Dilengkapi baterai berkapasitas 4.300mAH, Advan Tab Belajar dapat dioperasikan dalam waktu lama untuk mendukung aktivitas pembelajaran anak. 

Fernando Uffie, Founder dan CEO Kelas Pintar juga mengatakan bahwa untuk tetap dapat melanjutkan pendidikan generasi penerus bangsa Indonesia, terutama di masa Pandemi seperti sekarang ini, Kelas Pintar berusaha untuk menjalin kerjasama dengan berbagai institusi yang memiliki kesamaan visi dan misi dalam dunia pendidikan, salah satunya dengan Advan. Konsumen mendapatkan benefit eksklusif berupa layanan pembelajaran senilai Rp 825 ribuan. 

Benefit yang diberikan, di antaranya layanan Kelas Pintar Regular, yakni solusi belajar online dengan metode pintar, personal, dan terintegrasi. Di dalamnya tersedia ribuan materi belajar, latihan soal dan ujian untuk jenjang SD, SMP, SMA. Tersedia juga modul latihan soal online diberikan lengkap dan sesuai dengan kurikulum terbaru yang dapat diakses gratis selama satu bulan. Materi yang diberikan terdiri dari latihan soal ulangan harian, latihan soal ujian semester, latihan soal ujian nasional, kuis, dan tryout. 

Advan Tab Belajar dirilis dengan harga spesial Rp 1.499.000, ditambah voucher cashback Rp 100.000. Dengan begitu pembeli cukup membayar Rp. 1.399.000, khusus 100 orang pembeli pertama, dan akan mendapatkan bonus kuota paket data 360 GB dari Smartfren. Produk bisa didapatkan secara ekslusif hanya di Tokopedia untuk order Advan Tab Belajar sekarang juga.

Advan Tab Belajar

Saya ikut senang jika ada yang peduli dan menciptakan inovasi untuk pendidikan Indonesia. Terlebih pada masa pandemi seperti sekarang ini. Pendidikan harus terus berjalan. Banyak yang menerapkan pembelajaran online. Orang tua pun mau tidak mau membelikan gadget dan kuota internet untuk kebutuhan anak belajar. Advan Tab Belajar dengan harga terjangkau, rasa-rasanya menjadi solusi bagi mereka yang membutuhkan gadget sebagai alat bantu belajar dari rumah.

Belajar Dari Rumah Makin Semangat dengan Advan Tab Belajar, bukan?

Sebelum close tab, ada Little Pony and Grandma.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Sore itu, tepatnya saat usia Wildan menuju satu bulan. Saya bersama Ibuk sedang santai, duduk di ruang tengah sambil menunggu adzan magrib berkumandang. Menjelang magrib, biasanya bayi memang harus digendong dan tidak boleh dibiarkan sendirian.

Saya yang sedang asyik main gadget, dicolek Ibuk. Beliau memberitahu kalau telapak tangan Wildan gerak-gerak sendiri. Mungkin sedang mimpi. Tapi ketika ini terjadi tidak hanya satu kali, kami yang melihatnya kaget, dong. Aku pun terus memperhatikannya, sementara Ibuk terlihat sangat takut dan berujung tangis.

Tangan Bayi Bergerak Terus

Awal mula tangan Wildan bergerak terus.

Sejak gerakan tangan yang terus menerus itu tertangkap mata, saya lebih sering menggenggam tangan Wildan. Sedang dalam gedongan, saya genggam. Ketika kami sedang sama-sama tidur pun, tangannya saya taruh di atas tangan saya. Semacam usaha untuk terus mengawasi. Uniknya, nih, kejadian tersebut seringnya pada sore hari menjelang magrib dan dalam keadaan tidur dalam gendongan.

Kami langsung mendekapnya ketika telapak tangannya mulai bergerak. Dengan memberikan dekapan, kami berharap gerakannya akan berhenti. Khawatir karena kedinginan. Tapi ternyata tidak. Gerakan tangan itu tetap ada dan mata pun terus terpejam. Tidurnya terlihat sangat pulas, tidak ada tanda-tanda akan membuka mata, apalagi bangun.

Dalam satu hari, biasanya tangan Wildan bergerak satu kali dengan ritme gerakan yang cukup cepat seperti tremor, gitu. Awalnya, gerakan hanya 10 detik. Setelah sepuluh detik, tangan kembali normal dan dia tetap lelap dalam tidurnya. Setiap tangan bayi mungil ini bergerak, saya mengambil ponsel untuk merekamnya. Jujur, ada rasa khawatir melihatnya. Saya, Mbah Uti, dan keluarga yang tahu hal ini, semua khawatir. Ingin rasanya langsung membawanya ke Dokter, tapi karena kondisi masih COVID, saya mengurungkan niat untuk memeriksanya dan mencoba second opinion yaitu konsultasi secara daring.

Konsultasi dengan Dokter Spesialis Anak.

Pandemi COVID-19 masih berlanjut. Ada rasa takut untuk konsultasi ke Rumah Sakit. Iya, datang langsung ke rumahnya saja masih takut, apalagi ke Rumah Sakit. Maklum, bayi merah masih rentan, kan. Beruntung ada dokter yang mau dihubungi tanpa datang ke Rumah Sakit maupun rumah praktik.

Dokter Aris Sunardi, namanya. Beliau adalah dokter spesialis anak yang saat ini bekerja di RSUD Hj. Anna Lasmanah, Banjarnegara. Saya belum pernah ketemu dengan beliau. Saya pun tahu beliau adalah seorang dokter spesialis anak dari seorang teman yang bekerja di rumah sakit yang sama. Tapi saat saya menghubunginya untuk suatu kepentingan, lebih tepatnya konsultasi, dr. Aris sangat welcome dan mau membalas chat saya dengan komunikatif. Sungguh saya sangat mengapresiasi untuk hal ini.

Komunikasi kami hanya melalui chating saja karena saya tidak berani telpon meski sebenarnya ingin sekali mendapat jawaban cepat. Ada rasa tidak enak dan takut mengganggu. Tapi komunikasinya saya lengkapi dengan video supaya beliau ada gambaran. Mulai dari hari pertama yang gerakannya hanya 10 detik, sampai hari ke lima di mana gerakannya lebih cepat dan lebih lama, sampai 1 menit delapan detik.

FYI, sebelum saya memberanikan diri untuk berkonsultasi dengan dokter, saya melakukan browsing terlebih dahulu. Banyak artikel yang sudah saya baca. Rata-rata isi artikelnya, tuh, mengarah pada suatu gangguan. Saya mulai panik, dong. Mama muda, Blogger, baca artikel, dan berujung pada kepanikan Wajar kagaaaaak? Hahaha. Yaa...meski ada satu artikel yang menuliskan tentang hubungan gerakan tangan bayi dengan karakter bayi, gitu. Maksudnya, ketika tangan bayi bergerak terus, berarti tipe bayi yang semangat. Kan artikel yang seperti itu bikin tenang. Hihihi.

Hasil konsultasi dengan Dokter Anak.

Hari pertama saya konsultasi dengan Dokter Aris lewat jalur pribadi Whats App, beliau menyampaikan bahwa gerakan tangan pada bayi sangat wajar. Apalagi pada satu bulan pertama, banyak gerakan-gerakan yang tidak teratur. Dan itu tidak masalah karena gerakan primitif ini bisa terjadi sampai bayi berusia enam bulan. Gerakan pada tangan bayi bisa menjadi perhatian khusus ketika gerakannya diikuti dengan gerakan kaki seperti mengayuh sepeda, ditambah tangisannya melengking. Ini bisa jadi kejang dan orang tua harus segera ambil tindakan.

Saya merasa sedikit tenang karena diagnosis dokter masih mengatakan aman meski pada esok harinya tangan si kecil masih sering gerak-gerak. Kami pun ada rencana lanjut untuk memeriksakan Wildan jika usianya sudah satu bulan lebih dikit. Memeriksakannya ke Dokter Aris tentunya. Mumpung masih dini. Bertambah hari, tambah usia, tambah gede, gerakan tangan itu hilang. Saya sesekali memperhatikan, memastikan kalau sudah beneran hilang.

Alhamdulilaah...tangan mungil yang tadinya hampir tiap sore bergerak terus, memang sudah normal kembali. Kami pun kembali tenang, terlebih Mbah Utinya, bahagia banget dan tak berhenti untuk mengucap syukur. 🥰🥰
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Kamis, 18 Juni 2020, merupakan hari terakhir Syaquita mendatangi sekolahnya yaitu PAUD Shamila. Sekolah yang kurang lebih setahun ini menjadi tempatnya bermain, belajar, dan bertumbuh bersama teman-temannya. Rasanya belum lama saya membelikan perlengkapan sekolah, ehh...tahu-tahu sudah pembagian rapor. Sungguh waktu berjalan begitu cepat ya, Ibuuk Bapaak. 🙈


PAUD SHAMILA DESA PEKAUMAN

Sebelum acara pembagian rapor, sebenarnya ada kegiatan perpisahan kelas. Tapi karena keadaan tidak memungkinkan, segala hal yang telah didiskusikan sebelumnya akhirnya kandas sudah. Perpisahan dibatalkan dan gagal nonton Kecemut menari di atas panggung, nih. 🙈

Pembagian rapor pada masa pandemi ini tetap dilaksanakan dengan mematuhi protokol kesehatan covid-19. Melalui WhatsApp group, Bu Guru menghimbau kepada seluruh wali murid dan anak-anak untuk mengenakan masker, cuci tangan sebelum masuk kelas, dan duduk dengan jarak. Sebelum berangkat ke sekolah, saya pun menyiapkan masker. Perasaan masker sudah langsung kami pakai, eh kok sesampainya di depan sekolah, ternyata kami tidak menggunakan masker. Yasudah, putar balik ambil masker. Namanya mamah muda, ya, kadang suka rempong banget sebelum bepergian. 😂

Baca dulu tentang Pentingnya Sekolah PAUD

Saya merasa bahagia dan beruntung karena bisa mengambil rapor Syaquita, tidak mewakilkan kepada Suami atau Mbah Uti. Yups...bahagia karena melihat Syaquita semangat banget buat ambil rapor. Merasa beruntung karena masih dalam masa cuti melahirkan jadi rasanya lebih tenang tanpa gangguan bunyi henpon yang kadang ramai karena tagihan pekerjaan. 🙈

Pembagian rapor di PAUD Shamila terbagi menjadi dua kelompok berdasarkan kelas yaitu Kelas A (kecil) dan kelas B (besar). Sebelum rapor dibagi, kepala sekolah dan wali kelas berbagi cerita susah senang ketika mendampingi anak-anak belajar. Tak lupa permintaan maaf juga disampaikan oleh mereka. Kami pun perwakilan dari wali murid turut menyampaikan kata maaf karena pasti anak-anak kami sering bertingkah dan mungkin sering bikin jengkel Bu Guru, yaaa. Hahaha.

Usai sharing, pembagian rapor pun dimulai. Satu per satu wali murid dipanggil oleh wali kelas masing-masing. Karena saya telat berangkat, dapat panggilannya pun hampir terakhir padahal sudah diwanti-wanti untuk tidak lama karena ada Wildan. 😉 Tapi, kan, budayakan hidup antre, yaaa.


Saatnya dipanggil oleh Bu Alivia, wali kelas Syaquita.


Ketika orang tua dipanggil untuk mengambil hasil belajar anak, anak turut ke depan dan duduk di sebelah Ibunya untuk bersama-sama mendengarkan wali kelas menyampaikan hasil belajar selama satu semester. Semester dua, rasanya sayaang bangettt karena pembelajaran banyak dilakukan di rumah, SFH (School From Home) sesuai himbauan pemerintah untuk meminimalkan penyebaran virus covid-19.


Hasilanya?


Wali kelas pun hanya menyampaikan hasil pembelajaran selama tiga bulan saja yaitu Januari-Maret karena selama tiga bulan masa pandemi yaitu April-Juni anak-anak belajar secara online dan mengerjakan tugas yang didokumentasikan (foto dan video) dikirim secara online.

Ahamdulillaah...hasil belajar Syaquita bisa dikatakan lumayan baik. Ada enam informasi perkembangan yang disampaikan oleh Bu Alivia. Saya akan menuliskan di sini sebagai catatan dan momen untuk Syaquita. Yups, hasil belajarnya saat PAUD bisa dia baca kembali saat dewasa nanti. 🙊


PAUD SHAMILA DESA PEKAUMAN

Baca lagi tentang Covid-19 dan Libur Belajar di Sekolah.

1. Nilai Agama dan Moral.

Catatan Guru. Syaquita mulai bisa mengenal kegiatan beribadah sehari-hari seperti; doa akan dan sesudah belajar, doa akan dan sesudah makan, doa akan dan bangun tidur, dan hafalan hadist. Dia juga mulai terbiasa berperilaku santun dan sopan kepada pendidik dan teman-teman. Berbagi ketika teman sedang membutuhkan.

Catatan orang tua. Pengamalan kegiatan beribadah sehari-hari alhamdulillah sudah diterapkan tiap hari ketika di rumah. Hanya saja kalau diminta untuk sholat, dia punya banyak alasan yang pada akhirnya kami biarkan dia tidak sholat. Seringnya begitu, tapi kadang-kadang ikut kami sholat berjamaah. 


Tentang berperilaku sopan, satu perilaku yang paling sering kami sorot yaitu bersalaman. Memasuki usia empat tahun, tidak tahu kenapa dia membatasi diri untuk bersalaman dengan laki-laki baik dengan tamu ketika di rumah maupun dengan orang yang dia jumpai di mana saja. Dia kerap menolak untuk bersalaman dengan laki-laki baik anak-anak maupun dewasa. Sebagai orang tua, kami berusaha untuk terus mengedukasi untuk bersalaman dengan siapa saja karena sebagai salah satu bentuk implementasi sopan dan menghargai.

2. Motorik.

Catatan Guru. Syaquita sudah memiliki perilaku hidup sehat dan bersih. Sudah bisa menebalkan, menggunting, dan mewarnai. Cukup aktif dalam gerak lagu sesuai irama, hanya saja kadang kurang ada kemauan dalam kegiatan tersebut.

Catatan orang tua. Perilaku hidup sehat dan bersih yang paling sering bikin kami harus lebih sabar yaitu perkara mandi pagi. Kadang harus teriak-teriak dulu. 🤣 Apalagi kalau pagi-pagi sudah main sama teman-temannya atau mainan gadget, ugh...harus punya trik khusus untuk ini. 🙊 Perihal mewarnai, dia belum begitu telaten dan saya melihat dia tidak begitu suka mewarnai. Berbeda jika harus menggunting dan menebalkan, dia semangat banget. Sementara untuk gerak lagu, kami kadang masih tidak percaya kalau Syaquita ternyata suka menari. 🙈 Nanti kalau ada kesempatan, rencananya kami ingin mengikutkan dia les menari.


Baca ulang tentang Membuat Balon Udara dari CUP.


3. Kognitif.

Catatan Guru. Syaquita sudah mengenal nama-nama benda, warna, bentuk, ukuran, huruf dan angka. Dia juga sudah mengenal lingkungan sosial keluarga, tempat ibadah dan transportasi.

Catatan Orang tua. Eheem...kognitif ini lumayan beraat. Karena sampai sekarang pada kenyataannya Syaquita masih suka tertukar penyebutan warna dan masih belajar banget menulis huruf dan angka. 🙊 Kemudian hal lain yang kami soroti yaitu pengenalan transportasi. Bu Alivia saat itu menyampaikan, bahwa Syaquita suka bercerita tentang transportasi. Naik bus ke rumah mbah uti yang di Wonosobo, jalan-jalan sama Ibuk menggunakan mobil, kereta api dll dll. Di sini saya sebagai Ibuknya yang sering mengenalkan dia pada transportasi, ada rasa senang-senang gimanaaaa, gituuu. Berarti ada manfaatnya juga mengajak anak jalan-jalan, ya. 😉


4. Bahasa.

Catatan Guru. Syaquita sudah bisa menjawab tepat ketika ditanya. Merespon dengan tepat saat mendengar cerita. Bercerita tentang apa yang dilakukannya.

Catatan orang tua. Untuk menjadi komunikatif, Syaquita butuh adaptasi bangett. Dia bukan tipe anak yang sekali melihat orang, langsung akrab. Ada jeda barang berapa jam, gitu. Barulah dia percaya diri untuk ngobrol.


5. Sosial Emosi.

Catatan Guru. Syaquita mulai memiliki perilaku yang mencerminkan kemandirian, sikap peduli, mau membantu, sikap kerjasama, dan sikap sabar.

Catatan Orang tua. Gimana, sih, rasanya jika anak menawarkan bantuan ketika kita sedang di dapur, atau di mana saja saat emang kita butuh bantuan? Bahagia pasti. Kami juga! Kami akui, sosial emosi Syaquita ini bisa dibilang luar biasa. Sungguh, kami memuji anak sendiri. Tapi bukan berarti membanggakan atau sejenisnya karena kami merasakan emosionalnya dapat terkontrol dengan baik.


6. Seni.

Catatan Guru. Syaquita mulai bisa menghargai keindahan diri sendiri. Menjaga kerapian diri. Mengenal berbagai hasil karya dan aktivitas seni gambar.

Catatan Orang tua. Testimoni kami setelah Syaquita mulai sekolah, dia lebih sering bercermin. 🤣🤣🤣 Rambutnya berantakan dikit, dirapihkan dengan cara membasahi dengan sedikit air. Begitu juga dengan cara berpakaian. Dia sudah bisa menilai kaluarganya ketika mengenakan baju atau assesoris. Sementara untuk seni gambar, kami melihat dia belum begitu tertarik untuk menggambar. Masih suka bosan dan lebih memilih untuk menebalkan huruf.


Baca catatan tentang Belajar Menari Sejak Dini.


Uluh uluuhh...menjadi panjaaaaang syekali tulisan ini, yaa. Hahaha  Tidak apa karena memang untuk catatan kami sebagai orang tua. Catatan ini sengaja kami tulis siapa tahu butuh untuk evaluasi, gitu.



PAUD SHAMILA DESA PEKAUMAN

Terima kasih kepada seluruh tenaga pendidik atas kasih sayang dan perhatian yang  telah diberikan. Terima kasih sudah diberi piala, vitamin dan juga masker. Terima kasih juga kepada teman-teman yang sudah tumbuh bersama di PAUD Shamila. 

Nah, karena ini hari terakhir Syaquita ke sekolah, selanjutnya akan melanjutkan ke TK, kami pun minta maaf kepada seluruh tenaga pendidik, wali murid, dan teman-teman atas segala khilaf. Semoga PAUD Shamila terus maju dan semakin banyak muridnya. Kami akan selalu mengingat kalian.

Baca lagi Awal-awal Kecemut Masuk PAUD!


Salam sayang dari kami. 


❤ CERIS Family. ❤
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Entah ada apa gerangan, sebelum tarawih rasanya pingin banget ngirim pesan ke suami yang masih kerja. Padahal pas buka puasa, tuh, udah video call bareng Kecemut juga. Rasa-rasanya ada yang harus saya sampaikan, tapi nyampein apaaaa? Pingin banget ngomong, tapi ngomongin apa? Diiih...udah seperti gadis yang lagi PDKT sama bujang, mau komunikasi saja mikirnya lamaa. 😂


CERIS Family

Udah kepalang buka jendela chat, saya pun iseng mengirimkan pesan ke suami.

Iseng-iseng tak berhadiaah...

"Ayaah, kayaknya ade bakal launching malam ini, deh." 

Pesan iseng yang mungkin bisa bikin suami mulai buyar dengan kerjaannya. 🙊 Saya katakan pesan iseng karena pada hari itu juga saya sama sekali tidak merasakan tanda-tanda si jabang bayi akan segera lahir. HPLnya juga masih masih seminggu lagi yaitu tanggal 30 Mei 2020.

Baca dulu Perempuan ini Nekat Melahirkan di Puskesmas

"Tunggu aku, ya. Bentar lagi pulang."

Membaca balasan singkat dari suami, kepala saya reflek tengok kiri dan melihat jam dinding, padahal di chat juga tertera waktu. Dasaar oneeng! 😂

Malam itu, waktu baru menunjukkan pukul 20.30 WIB. Hmm...masih 30 menit lagi suami keluar dari kantornya. Lanjut perjalanan pulang kurang lebih 20 menit. Yasudah...akhirnya saya pun tidur duluan karena emang ngantuk banget, sementara Kecemut ikut Mbah Uti ke mushola depan rumah karena malam itu ada khotmil qur'an.

Tidur sendiri, kok, rasanya aneh. Hampa, gitu. Saya pun keluar kamar dan duduk di ruang tengah sambil ngemil dan dengerin lantunan ayat suci al-qur'an yang terdengar jelas dari toa mushola depan rumah.

Mulai, deeeh!

Waktu menunjukan pukul 22.00 WIB lebih dikiiit bangettt. Terdengar suara motor masuk rumah. Saya coba lihat, ternyata suami. Yeess! Masih di atas sepeda motor udah senyum-senyum kemudian jalan menghampiri saya dan memastikan kondisi saya yang jelas-jelas saat itu saya lagi ngemil.

Entah ada apa gerangan (lagi), tiba-tiba saya merasa perut ini tidak nyaman, gitu. Saya pun jalan mondar-mandir dari ruang tengah ke kamar, lanjut ke depan, kembali ke ruang tengah, terus diulang-ulang. Suami pun kembali memastikan bahwa saya baik-baik saja. Duhh...mulai, nih. Perut rasa-rasanya ugh! 🙅🏻‍♀️

Baca Tour Rumah Bersalin

Kecemut dan Ibu pulang dari khotmil qur'an. Melihat saya sedang jalan-jalan di dalam rumah, dengan mimik wajah khawatir, Ibu memegang perut saya.

"Kenapa? Udah kerasa?" Tanya Ibu sambil usap-usap perut saya.

"Minta tolong Mbah Silo buat ke sini, ya. Khawatirnya malam ini ngelahirin." Imbuhnya.

Yups...Ibu saya tidak berani menemani apalagi mendampingi ketika saya lahiran. Makanya selalu minta tolong ke Mbah Silo, mbak ipar Bapak saya. Budhe, gitu. Tapi saya memanggilnya udah terbiasa Mbah semenjak ada Kecemut. Beliau yang selalu mendampingi dan mengurus segala kebutuhan saya ketika lahiran. Tentunya selain suami, dong. Beliau juga yang selalu siap siaga untuk keluarga saya. Kami saling membantu. Karena merasa masih biasa saja dan belum ada tanda-tanda mau ngelahirin, saya pun menolaknya. Lebih tepatnya tidak ingin membuat Mbah Silo kepikiran. Yaa...kan belum kerasa apa-apa, gitu. Nanti kalau sudah mulai kerasa barulah berkabar.

Pergilah ke Puskesmas!

"Yaah...ke Puskesmas, yuh! Udah rada mules ini."

Yuhuiii...perut saya mulai kerasa kruwes-kruwes di bagian depan. Tanpa pikir lama, suami mengambil kunci motor dan kami pun bergegas menuju Puskesmas. Saya pamit kepada Kecemut yang saat itu sedang merajuk karena ingin ikut kami ke Puskesmas tapi tidak memungkinkan. Tengah malam, cuy! Tapi yaaa...karena nangisnya super lebay, akhirnya kami mengizinkannya untuk ikut bersama Om dan Tantenya.

Puskesmas Madukara 1 menjadi tujuan kami. Lokasinya cukup dekat, kira-kira lima menit dari rumah. Sesampainya di Puskesmas, kami bertemu penjaga malam dan langsung diarahkan ke ruang bersalin karena saya menyampaikan kalau sudah mulai kontraksi, padahal belum. 😂 Dia pun langsung membangunkan bidan yang piket malam itu.

Bu Efi dan Bu Eli (ini nama entah benar atau tidak) pun langsung melakukan tindakan, gitu. Saat diperiksa, ternyata saya sudah pembukaan satu. Secara teori, jarak waktu dari pembukaan satu menuju pembukaan maksimal yaitu kurang lebih empat jam. Malam itu, waktu baru menunjukan pukul 23.30 WIB, artinya bidan akan kembali memeriksa saya pada pukul 04.00 WIB. Tapi saya menolaknya. Pengalaman pas lahiran anak pertama, jarak antara pembukaan satu sampai maksimal, tuh, hanya membutuhkan waktu 2 jam. 

On proses, gengs...

"Bu, saya tidak bisa kalau harus menunggu sampai jam 04.00 WIB."  Ucap saya kepada Bu Bidan.

"Ya nanti sambil lihat sikon ya, Mbak. Sekarang tiduran saja di sini. Suami bisa menunggu di luar." Jawab Bu Eli. Namanya Bidan, harus sesuai prosedur SOP,  ya. 

Hmmm...tidur sendirian di dalam kamar bersalin. Enak ajaaa! Kamar lumayan nyaman, sih, karena fasilitas di puskesmas ini rata-rata baru. Bangunan pun, baru pemugaran dan kembali dibangun, gitu. Tapi kalau sendirian ya mana bisa laaah. 🙊 Lagipula bukan gue banged mau ngelahirin tapi tiduran di kasur. Akhirnya saya pun keluar, ketemu suami. Sementara Kecemut dan om-nya sudah pulang karena anak-anak tidak diizinkan masuk puskesmas. Maklum, masih masa-masa pandemi.

"Mas, baju-baju bayi disiapkan, ya. Segera saja." Pinta Bu Eli kepada suami yang saat itu nemenin saya jalan santai di depan puskesmas. 

Baca cepat Perlengkapan Bayi yang Aku Beli

Rasanya baru berapa kali bolak-balik, kok, ada cairan yang keluar dari jalan lahir. Saya panik, dong. Soalnya pas ngelahirin Kecemut, saya jalan santai juga dan tidak sampai keluar cairan. Saya pun kembali ke ruang bersalin dan suami memanggil bu bidan.

"Mas, baju-baju bayinya manaa?." Bu Eli kembali meminta kami untuk menyiapkan kebutuhan bayi baru lahir. Kami sudah minta tolong ke Om untuk mengantarkannya, tapi emang belum datang. Padahal di rumah sudah saya siapkan  segala seuatunya di tas, tinggal nenteng saja. Tapi ternyata masih kurang lengkap yaitu belum ada jarik. 🤣

Proses secepat kilat...

Waktu menunjukan pukul 23.45 WIB (kata suami), saya mulai merasakan kontraksi yang luar biasa karena bayi seperti udah mau mbrojol. 🤣 Bu Efi memberi aba-aba kelahiran, sementara Bu ..... masih terus menanyakan perlengkapan bayi yang tak kunjung datang. 🙈 Suami panik, aku pun. Ndilalah, kok, ya tidak dibawa tasnya, gitu. Padahal tinggal nenteng. Aahh...santaai, di puskesmas, kan, menyediakan perlengkapan bayi. Tidak perlu panik laaah. 🙊

Tidak disangka proses persalinan begitu cepat. Dari pembukaan satu, lima menit kemudian pas kembali ke ruang bersalin sudah pembukaan tiga. Karena pembukaannya ternyata dirasa lebih cepat dari perkiraan, saya pun diminta tiduran untuk diperiksa tekanan darahnya. Hasrat mau mbrojol sudah tidak terkendali, ternyata pembukaan sudah penuh. Pantas saja bawaannya pingin ngedeen mulu.

Tapi tahaaan, jangan ngeden dulu! 

Kira-kira pukul 24.00 WIB, saya mulai ngeden tipis-tipis dan langsung kena marah bidan, dong. Otak ini tiba-tiba flashback ke empat tahun silam ketika saya melahirkan Kecemut. Rasa pingin ngeden, tuh, tidak bisa ditahan karena emang natural. Meski begitu, saya harus mengikuti aba-aba dari bidan biar jalan lahir aman tanpa obras. 🤣


proses melahirkan

Proses melahirkan kali ini saya merasa lebih santai dan dapat mengontrol segala-gala termasuk pengaturan nafas. Alhamdulillaah...tepat pukul 24.08 WIB, Cemunyil lahir. Kabar baiknya, bidan tidak melakukan tindakan obras! Uwuuww...rasanya happy bangetttt, dong. Seperti tidak terjadi apa-apa, seperti tidak habis melahirkan karena saya bisa langsung jalan kenceng tanpa hambatan. 🙊

Selamat datang di dunia, Muhammad Wildan Al Ghifari. Lahir pada hari Sabtu, 23 Mei 2020, Pukul 24.08 WIB, dengan berat badan 3 kg, panjang badan 49 cm. Banyak doa yang kami panjatkan untukmu, Nak. Semoga kelak menjadi anak yang sholih, ya. We love you, Cemunyilll. ^-*


Baca juga Selamat Datang, Jasmine!

Share
Tweet
Pin
Share
24 komentar
Selasa, 21 April 2020, menjadi puncak kesedihan saya karena beberapa dokter kandungan di Banjarnegara mulai membatasi jumlah pemeriksaan USG bagi Ibu Hamil. Sementara di Puskesmas yang paling dekat dengan rumah saya malah sudah tidak melayani pemeriksaan USG bagi Bumil. Prihatin rasanya. 😭

USG di Tengah Pandemi Covid-19

RSUD, RSI, dan mungkin beberapa RS Swasta, menjadi tempat yang masih melayani USG tanpa batas. Namun butuh keberanian untuk sampai ke sana meski menurut informasi, sekarang rumah sakit tidak begitu ramai. Tidak seperti dulu, sebelum ada larangan untuk menjenguk pasien karena adanya wabah virus corona.

Sebenarnya saya belum sreg melakukan pemeriksaan USG di Banjarnegara. Belum menemukan dokter yang cucok meong, gitu. Mungkin karena sudah terlalu nyaman USG di Panti Nugroho, Purbalingga. 🙈 Sayangnya di Panti Nugroho, tuh, sempat digunakan untuk tempat isolasi orang yang sudah positif corona. Yaudah, saya tidak mungkin melakukan USG di sana. Lebih menjaga saja dan pada dasarnya saya terlalu takut dengan virus corona ini. 🙈

Satu orang yang paling saya repotkan dalam pencarian tempat USG adalah Citra, teman mesra sewaktu MTs. Saat ini dia kerja di RSUD. Sudah pasti banyak tahu dan kenal dokter-dokter, dong. Yaudah, saya minta tolong entah berapa kali tidak terhitung, untuk mencari informasi tempat USG yang bisa dibilang lumayan dalam pelayanan dan tentu lumayan dokternya. Lumayan ganteng maksudnya, ya. *eeehaaaaak.

Satu hal yang paling saya inginkan yaitu USG 4 dimensi mumpung usia kandungan baru 8 bulan. Iya, katanya kalau usia kandungan sudah masuk 9 bulan, tuh, mulai susah untuk dicapture. Yaaa...sesekali USG 4 dimensi laah, seperti Kecemut. Dulu juga hanya sekali untuk USG 4 Dimensinya, cukup buat moment saja. 😉

Sore hari, alhamdulillaah saya mendapat kabar dari Citra yang bikin senang. Katanya, di Banjarnegara sudah ada RS yang melayani USG 4 Dimensi, yaitu di Klinik Utama Muara Kasih yang berlokasi di Desa Bawang. Tepatnya dari RSI Bawang ke utara kurang lebih 500 meter. Informasinya, dokter yang memeriksa yaitu dr. Nungky. Saya sering mendengar namanya, lumayan popular di Banjarnegara. Tapi, setelah dikonfirmasi ke tempat praktiknya, ternyata sudah tidak melayani USG 4 dimensi dan sudah membatasi jumlah Bumil yang hendak periksa kehamilan. Nasibbb. 😔 Tapi tidak apa, yang penting masih bisa USG meski 2D ketimbang tidak bisa USG sama sekali. Yakaaaan? 

Eeehyaaa...tapi Ibuk masih berusaha! 😂

Ternyata masih ada satu klinik yang aktif dan belum membatasi jumlah pasien untuk USG, yaitu Klinik Utama Anugerah atau yang lebih dikenal dengan Klinik Haryata karena Dokter yang melayani namanya dr. Haryata. 😊Kabar baiknya, di Klinik tersebut sudah tersedia layanan USG 4D. Alhamdulillaah...

Plong rasanya. Apalagi saat saya bisa terhubung dengan adminnya dan katanya masih membuka layanan untuk USG 4D. Beruntung bangett Citra bisa dapatin nomor layanan KU Anugerah dengan cepat. Soalnya saya sudah mencari nomor teleponnya melalui Google, namun nomor ternyata tidak bisa dihubungi. 😶 Nciit, thank you, yaaaa!

Baca juga: Pengalaman USG IUD di RSIA Ummu Hani, Purbalingga.

USG di Tengah Pandemi Covid-19 betul-betul penuh perjuangan. Bukan hanya tentang mencari tempat USG, namun kesiapan mental untuk bertemu dengan banyak orang yang entah dari mana saja datangnya. Yaaa...tahu sendiri, selagi masih salam masa pandemi, masyarakat harus bisa jaga jarak atau physical distancing.
Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar
Newer Posts
Older Posts

Cari Di sini

Perkenalkan...

Hai...perkenalkan, saya Idah. Ibuk dari dua anak dan satu-satunya admin di blog ini.

Rutinitas saya saat ini sebagai Ibu Rumah Tangga sekaligus Ibu Pekerja Kantoran. Kami sekarang tinggal di Kota Dawet Ayu, Banjarnegara, Jawa Tengah.

Oiya, jika ingin komunikasi, bisa melalui akun instagram kami @cerisfamily atau kontak langsung melalui email cerisfamily@gmail.com. Terima kasih.

On Youtube

Fans Page

CERIS Family

Blog Archive

  • ▼  2025 (14)
    • ▼  Juni (2)
      • 6 Perbedaan Cat Waterproofing Asli dan Palsu, Patu...
      • Menjadi Mata di Setiap Sudut Rumah: Insto Dry Eyes...
    • ►  Mei (5)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2024 (39)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (10)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2023 (28)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (4)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2022 (14)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2021 (12)
    • ►  September (2)
    • ►  Juni (3)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2020 (17)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2019 (42)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Mei (26)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2018 (37)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2017 (61)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (8)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2016 (62)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (7)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2015 (63)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (9)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (10)
    • ►  Juni (12)
    • ►  Mei (2)

Popular Posts

  • Biaya USG 4 Dimensi di RS Panti Nugroho
  • Tujuan Pemeriksaan HB dan HBsAG untuk Ibu Hamil
  • Tip Agar Jahitan Pasca Melahirkan Cepat Kering

recent posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Part Of Community


Blogger Perempuan
mamadaring
Seedbacklink

Follow Us!

Social Media

Facebook Twitter Instagram Youtube Blog Ibu

MageNet

0ccdff8bd3766e1e4fdd711a2ad08ee5151bd247

Created with by ThemeXpose