• Home
  • About
  • Jasmine
  • Wildan
  • Hiroku
  • Kesehatan
  • Tumbuh Kembang
  • Parenting
  • Jalan Jajan
"Mbak, jangan lupa sering baca buku ini, ya. Ada banyak pengetahuan di dalamnya." Ucap Bidan Desa, Bu Indri, saat aku periksa kehamilan di Poli Desa.

Buku dengan cover warna pink memang jarang aku buka, apalagi aku baca. Namun, saat mendekati HPL, selain browsing untuk mencari referensi perihal pengasuhan anak, aku juga membaca buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang diberikan kepada tiap Ibu Hamil. Buku tersebut begitu berbobot, penyampaian simpel, tapi berisi. Tidak bertele-tele. Termasuk tentang Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).

Dulu suka banget camilan ini....
Pada buku KIA, pemberian MP-ASI kepada si kecil disarankan pada usia 6 bulan yang anak sudah siap mendapat asupan makanan. Namun aku sering menjumpai di sekitarku, anak baru berusia 4 bulan sudah mulai dikenalkan dengan makanan yang mudah lumat di mulut seperti bubur susu atau pisang. Dari sini, aku sempat goyah saat usia Yasmin masuk 4 bulan. Antara pingin segera memberikan MP-ASI karena saat itu dia sering memperlihatkan tanda-tanda kesiapan untuk makan. Tapi ngga tahu kenapa, hati kecilku tetap diusia 6 bulan untuk memberikan MPASI pertama. Padahal dulu saat usia 4-5 bulan, kalau aku ajak dia main dan papasan dengan teman seusianya yang sudah diberi MP-ASI, mulut dia klamet-klamet menandakan ingin makan juga. Tangannya pun tidak bisa diam. Duuh...tambah galau, dong.

Ketimbang tambah galau, aku mengajak Yasmin untuk main. Tetep teguh pendirian, Buuk. Hihihi. Ada yang usia 4 bulan sudah siap MP-ASI, ada juga di usia 6 bulan belum siap MP-ASI. Biasanya, bayi usia 6 bulan (khususnya yang belum begitu siap mendapatkan menu MP-ASI) dibuatkan makanan yang lembek. Dalam hal ini, dokter anak menyarankan agar anak diberi makanan yang terbuat dari buah-buahan atau sayur. Contohnya saja buah pisang dan buah alpukat yang dihaluskan. Pengalaman pertama MP-ASI, aku memberi pisang emas kepada Yasmin. Pernah aku tulis tentang pisang emas yang diyakini sebagai buah paling ampuh untuk MP-ASI pertama.


Baca juga peralatan membuat MPASI.

Ada banyak alasan kenapa orang tua mengenalkan makanan secara bertahap dari tekstur lembut sampai si kecil benar-benar siap untuk mencerna makanan yang sedikit lebih kasar. Salah satunya yaitu alasan kesiapan sistem pencernaan. Lalu, tanda-tanda sebagai berikut:

Reflex Ekstrusi
Reflex ekstrusi merupakan kemampuan ketika bayi bisa mulai menjulurkan lidah. Ini biasanya dilakukan oleh bayi yang usianya di bawah 6 bulan. Ketika sudah berusia 6 bulan atau bahkan lebih, hal tersebut tidak lagi dilakukan. Dan itulah tanda bayi siap MP-ASI. Lagi-lagi di usia 4 bulan, Yasmin sudah menunjukan reflex ekstrusi. euumh...

Kuat Duduk Sendiri
Saat mengenalkan camilan roti kepada Yasmin, aku sering memberikan kepadanya saat dia sedang tiduran. Niatnya sih sambil rileks, gitu. Tapi ternyata cara ini salah karena bisa membuatnya tersedak. Dan kadang, tuh, ada beberapa bayi yang belum bisa duduk tegap walaupun usianya sudah 6 bulan. Namun demikian, ada baiknya memberikan makan kepada anak saat dia duduk. Semisal belum kuat duduk sendiri, saat posisi sedang digendong. 


Pernah melakukan kesalahan ini...
Mampu Menahan Kepala Sendiri
Tahap awal sebelum anak bisa duduk sendiri adalah kemampuannya untuk menahan kepala agar tegap tanpa bantuan. Dan jika ini terlihat, maka si kecil sudah siap untuk diberi makanan pendamping ASI.

Menunjukkan Rasa Lapar
Apa perbedaan antara bayi yang hanya minum ASI dengan bayi yang sudah mendapatkan MP-ASI ketika mereka lapar? Bayi yang hanya minum susu akan menangis ketika meminta ASI. Namun, jika bayi sudah siap makan, ia tidak hanya menangis, tapi ada reaksi membuka mulut. Ini tanda bahwa ia lapar sekaligus bayi sudah benar-benar siap untuk mendapatkan menu MPASI.

Jika bayi sudah siap untuk mendapatkan MP-ASI, ada baiknya Buk Ibuk membuat jadwal pemberian ASI. Ini penting agar bayi terbiasa dengan jadwal kapan ia harus makan, kapan ia harus minum ASI, kapan harus tidur, dan kapan bermain. Aku pernah melakukan hal ini, terutama jadwal untuk memberi ASI dan MP-ASI. Alhamdulillaah Yasmin dapat mengikutinya. 
Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar
Suatu malam sambil menunggu Ayah pulang kerja, aku bersama peri syantik asyik menggambar di white board. Kali ini bukan lingkungan, hewan atau bunga yang menjadi tema menggambar, melainkan sayuran. Kebayang, dong, pusingnya Ibu muda satu ini yang sama sekali ngga punya bakat menggambar. Niat menggambar terong saja, jadinya seperti pisang. 🙈



Berhadapan dengan si kecil, memegang spidol warna merah, dari sini kelihaian mulai diuji. Gerogi pun datang saat mulai membuat pola. Karena ngga ingin membingungkan Yasmin, aku hanya mengenalkan sayur yang biasa dia jumpai tiap harinya. 🙊Wortel, kentang, buncis, kacang panjang, kobis, brokoli, dan tomat. 

Sambil menggambar, kami main tebak-tebakan karena penampakan antara di gambar dengan sayur asli, tuh, ngga mirip. 😂Sampai pada gambar terakhir yaitu tomat, ini cukup mudah ditebak. Apalagi setelah aku beri warna, perpaduan antara merah dan orens. Langsung ketebak tomat, deh. Ngeselinnya, setelah itu sayur ketebak, tiba-tiba Yasmin minta diputerin Tomat Lebay di youtube. 🤣 Yaudah, aku ambil gadgetnya, terus aku putarkan.

Dia menonton tomat lebay sambil senderan boneka teddy. Nampak nyaman banget. Ketimbang aku ngga ngapa-ngapain, ikut ambil Handphone (HP) dan mainan sosmed. Kami sama-sama sibuk sendiri. Yasmin aku biarkan menonton tomat lebay dengan durasi 15 menit, dan aku juga nyaman banget scroll sosmed sampai ngga terasa posisiku tiduran. Antara ngga terasa dan sengaja tiduran karena udah ngga betah dudum. Kebiasaan buruk, nih. Padahal udah tau minesnya lebih dari 4. Fufufu...

Udah lumayan lama dan lagi asyik-asyiknya komen di beberapa akun instagram punya teman, tiba-tiba Yasmin menepuk punggungku.

"Duduk, Ibu!" Ucapnya sambil menggerakan bibir mungilnya ke kanan dan ke kiri.

"Mainan HP jangan sambil tidur, nanti matanya sakit." Dia menambahkan kalimat yang biasa aku sampaikan kepadanya saat sedang mainan HP.

Duhhh...tercyduk banget rasanya. Ini baru satu perintah, DUDUK! Dari sini, aku terus mengingat apa yang sudah aku sampaikan ke dia, apa yang ngga boleh dia lakukan, dll dll. Dalam hal ini aku sedih pisan karena apa yang aku sampaikan ke anak, kadang ngga seirama dengan kebiasaanku atau bahkan suami. Kami mainan HP masih sering dengan tiduran, sementara kami meminta Yasmin untuk duduk ketika sedang mainan HP. Bertolak belakang, bukan? Padahal, apa yang dia lihat, itu yang akan dia tiru dan lakukan.

Sungguh orang tua betul-betul belajar dari anak bagaimana menjadi pribadi yang lebih baik. Dan ternyata, kena tegur anak tuh lebih memalukan ketimbang kena tegur atasan di tempat kerja. Eh tapi kalau bisa milih, sih, ngga kena tegur sana-sini. 🙊 

BukBapak, apakah kalian pernah mengalami hal serupa dengan kami?
Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
Bayi yang dulu tiap mau bobo harus ditimang sambil dibacain sholawat, kini sudah berganti cara untuk menidurkannya. Untuk ini, aku juga ngga begitu bingung karena dia sekarang sudah bisa minta dengan bahasanya. Tentunya lagu nina bobo udah ngga masuk daftar permintaan sebagai pengantar tidur. 🙊

Selain dongeng, saat ini dia lebih suka dipeluk dari belakang. Iya, sudah dua bulan ini dia kerap minta dipeluk sebelum bobok. Tubuhnya membelakangiku, tangan mungilnya menarik tanganku, lalu diletakan di depan dadanya sampai tangan kami menyatu. Kalau sudah mendapat posisi yang nyaman seperti ini, dia akan bilang "kelonin sampai Wita bobo ya, Bu."



Sambil dikelonin, aku menawarkan dongeng, bacain sholawat, atau mengusap-usap kepalanya. Dan pilihan akan berganti tiap hari sesuai dengan moodnya. Diantara ketiga penawaran, aku paling suka mendongeng dan bersholawat karena ada interaksi. Mendongeng, misalnya. Akan ada banyak hal yang dia tanyakan, mulai dari makanan hewan, sampai hewan tersebut bobok sama siapa. Ini kalau dongengnya tentang hewan. Beda lagi dengan dongeng karakter, ada yang endingnya bahagia, sedih, atau malah jadi dongeng bersambung karena Emaknya kurang bahan. 😂

Saat mendongeng, tanganku tetap memeluknya. Hanya saja kami menjadi berhadapan. Artinya, aku punya kesempatan lebih lama untuk menatap wajah polosnya dan "mata rusa" yang ngangenin.

Flashback satu tahun yang lalu, saat usianya 16 bulan, rutinitas dia sebelum bobo cukup dibius lokal alias nenen. Setelahnya, langsung pules. Sekarang, di usianya 2 tahun 5 bulan sudah ganti pola, dong. Dia biasanya minta dibuatin susu, ya...meskipun dia baru minum susu satu jam yang lalu tetap harus buat lagi, cuma porsinya aku kasih setengah gelas supaya perut ngga terlalu penuh. Selanjutnya baru mendongeng atau cerita apapun sampai dia lelap.

Sungguh ini akan menjadi salah satu pengalaman yang tak terlupakan. Memeluk, menatap, bercerita, membuatkan susu, sesederhana ini permintaan si kecil, tapi selalu sukses membuatku bahagia.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
"Ibu, kenapa kura-kura kepalanya kecil sekali?"

Pertanyaan itu terlontar saat Kecemut sedang melihat kura-kura di kolam Mbak Amil. Kurangnya pengetahuan akan itu, aku pun bingung mau jawab apa. 🙈 Beruntungnya, kepala kura-kura masuk dan ngga terlihat. Aku pun dapat menjawab sesuai apa yang dia lihat, karena kepala kura-kura bisa masuk, gitu. Jadi ukuran kepalanya keciiiill sekaliiiii. Nyambung ngga, sih? Terpenting ngga hoax lah, ya. 🤣


Belakangan ini, Kecemut makin suka dengan kura-kura. Dia punya satu boneka kura-kura yang cukup mirip aslinya yaitu warna cokelat dengan tempuang trotol-teotol, gitu. Hampir tiap hari kura-kura ini dijadikan teman main saat di ranjang, dipeluk saat bobok, dan dicium terus menerus saking senangnya. Sampai malam hari ketika mau bobo, sambil memeluk kura-kura kesayangannya, dia minta diceritakan tentang kura-kura.

Yaudah, hampir tiap malam ada dongeng tentang kura-kura dengan berbagai versi. Awalnya rada gagap mendongeng buat Kecemut. Meski caraku mendongeng hanya dengan percakapan-percakapan yang diselingi sedikit pengetahuan, namun tetap ada rasa gerogi. Awalnya...Dan sekarang sudah mulai lihai merangkai kata buat mendongeng, dong. 

Berawal dari kura-kura, kini makin banyak hewan yang aku kenalkan ke Kecemut lewat dongeng. Aku merasa makin rajin mendongeng untuknya. Apalagi aku tahu bahwa,  banyak manfaat yang didapat si kecil dengan mendongeng. Salah satunya yaitu menambah kosa kata. Dia juga bisa belajar dan menjadi tahu karakter hewan, mulai dari suara sampai dengan makanannya. 

Aaah...aku sekarang sudah menjadi Ibu, benaran ngga terasa. 😗 Saking bahagianya, akhirnya aku membuat label baru  di blog ini yaitu Mendongeng. 🙈
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Hari ini adalah hari terakhir umat Islam menjalankan ibadah puasa ramadhan. Artinya, esok hari umat Islam akan meyambut hari kemenangan yaitu Idul Fitri. Aku ngga tahu harus mulai dari mana untuk menuliskan tentang apa yang aku rasakan di lebaran tahun ini.


Tak henti-hentinya aku mengucap syukur kepada Yang Maha Esa atas segala apa yang telah Dia berikan, khususnya kesehatan. Percakapan dengan si bungsu saat berbuka mengingatkanku pada kejadian setahun silam. Kejadian yang menurut suami sudah ngga perlu diingat. Kejadian yang menurut Bapak harus dikubur dalam-dalam. Kejadian yang membuat semua keluarga ikut sakit. 😭

Sebenarnya aku juga ngga ingin menuliskan ini, tapi ketika mendengar gema takbir yang berkumandang begitu jelas, tiba-tiba aku lemas dan ingin keluar dari rumah. Rasa sedih se sedih-sedihnya dan ingatan yang membuat sedih terus bermunculan. Ingatan saat malam takbir aku bersama keluarga ada di rumah sakit, melihat kondisi Ibu yang terbaring lemah. Rasanya tak kuat kalau ingat kejadian itu. Banyak yang memberi doa, banyak yang menguatkan, khususnya keluarga dan teman dekat. 

Atas pertolongan Allah, atas doa yang tiada henti dari sanak saudara, Ibu kembali berada di samping kami. Ibu kini makin sehat, makin kuat, bisa berpuasa penuh, bisa beribadah maksimal, bisa diajak jalan-jalan, bisa membahagiakan anak cucu dan suami dan bisa kembali masak rendang, kentang balado dan menu lain untuk santapan hari esok. 🤗

Lebaran tahun terasa hangat. Kerjasama dalam hal bersih-bersih rumah, masak, semua berjalan dengan baik. Semua keluarga sehat dan nampak bahagia. Semoga terus sehat dan bahagia. Pun dengan nenek yang sudah duluan ke Syurga. Bahagia di SyurgaNya.

Selamat Idulfitri 1439 H, mohon maaf lahir dan batin. Semoga kita semua selalu diberi kesehatan, kenikmatan, dan rezeki yang berlimpah. Aamiin. ðŸ˜—
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

Cari Di sini

Perkenalkan...

Hai...perkenalkan, saya Idah. Ibuk dari dua anak dan satu-satunya admin di blog ini.

Rutinitas saya saat ini sebagai Ibu Rumah Tangga sekaligus Ibu Pekerja Kantoran. Kami sekarang tinggal di Kota Dawet Ayu, Banjarnegara, Jawa Tengah.

Oiya, jika ingin komunikasi, bisa melalui akun instagram kami @cerisfamily atau kontak langsung melalui email cerisfamily@gmail.com. Terima kasih.

On Youtube

Fans Page

CERIS Family

Blog Archive

  • ▼  2025 (17)
    • ▼  Juli (2)
      • Family Trip Naik Vespa, Bali Jadi Lebih Mesra
      • Dari BRT Trans Jateng, Kami Pulang Membawa Banyak ...
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (5)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2024 (39)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (10)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2023 (28)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (4)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2022 (14)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2021 (12)
    • ►  September (2)
    • ►  Juni (3)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2020 (17)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2019 (42)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Mei (26)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2018 (37)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2017 (61)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (8)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2016 (62)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (7)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2015 (63)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (9)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (10)
    • ►  Juni (12)
    • ►  Mei (2)

Popular Posts

  • Biaya USG 4 Dimensi di RS Panti Nugroho
  • Tujuan Pemeriksaan HB dan HBsAG untuk Ibu Hamil
  • Tip Agar Jahitan Pasca Melahirkan Cepat Kering

recent posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Part Of Community


Blogger Perempuan
mamadaring
Seedbacklink

Follow Us!

Social Media

Facebook Twitter Instagram Youtube Blog Ibu

MageNet

0ccdff8bd3766e1e4fdd711a2ad08ee5151bd247

Created with by ThemeXpose