• Home
  • About
  • Jasmine
  • Wildan
  • Hiroku
  • Kesehatan
  • Tumbuh Kembang
  • Parenting
  • Jalan Jajan
Beberapa waktu lalu, sepulang sekolah Kecemut bercerita kalau dia baru saja menari di sekolahnya, PAUD Shamila. Dia nampak tertarik dengan kegiatan tersebut karena langsung mempraktikan gerakan tarinya di depan aku dan keluarga yang sedang bersantai.



"Ibuu...lihaaat, yaa! Ibuuuu...lihaat tangan aku!"

Penuh semangat, dia mulai menggerakan tangan dan pinggulnya. Aku terkesima dan kami pun tertawa karena gerakannya, tuh, semau gue banget dan masih kaku. Pokoknya jauh dari kata gemulai. Hahaha. Meski demikian, dia terus menari dengan percaya diri karena aku yakin dia merasa asyik. Dia pun tambah semangat karena Kakungnya mengeluarkan nada dari mulut bak suara kendang.

"Ayooo tangannya yang lemas, pantatnya digeooll asoi, yaaaa. Duut...tak...dut...gendang duutt...tak duut...ndaang duuttt"

Duuh...ini irama pengiring tari atau dangdutan, yaaa. Hahaha. Suara tiruan kendang makin keras dan menjadi, penari pun nampak kewalahan mengikuti iramanya. Semua kembali ketawa dan mempersilakan penari cilik untuk duduk.

"Duhh...Syaquita capek. Kakung sii..."

Tak lama duduk, segelas minum putih aku tawarkan kepada Kecemut yang masih ngos-ngosan seperti anak yang baru saja lari ratusan meter. 🙊 Dia pun langsung meneguknya dengan cepat.
***
Kegiatan menari dilakukan dua minggu sekali di sekolahnya tiap hari Jum'at. Minggu pertama diisi dengan kegiatan olahraga dan minggu kedua diisi dengan kegiatan menari.

Diusianya yang hampir empat tahun ini, aku memang belum mengenalkan kegiatan menari kepada Kecemut. Karena sekolah telah mengenalkannya dengan menari, aku pun melanjutkan memperkenalkan beberapa macam tarian dengan bantuan YouTube. Maklum, dari dulu sampai saat ini, aku tidak pernah tertarik untuk menari. Tapi kalau diajak nonton tarian tradisional, sih, dengan senang hati menontonnya. 🙈

Selain beberapa tarian tradisional, aku mengenalkan tari balet juga. Dan ternyata dia juga tertarik untuk menari balet. Beberapa gerakan tari balet yang dia tonton pun langsung dipraktikan. Aku terus menyemangatinya kalau dia sedang mulai menari entah tari tradisional dengan selendang mininya, atau tari balet dengan gerakan kaki yang bikin gemas syekali.

Dan pada akhirnya, Ibunya sekarang kerap diminta untuk mengikuti gerakan penari cilik itu. Geaaal...geoooll..hokyaaa...hokyaaa! 🙆‍♀️
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Hello, Jagoan! 💕
Halo pembaca blog kami! 😻

Kami punya kabar bahagia yang harus disampaikan kepada khalayak. Haaaah? KHALAYAAAK? 🤣 Adududuh...terlalu tinggi.  🙊

Sebenarnya tujuan kami hanya menuliskan kebahagiaan ini di blog saja, sih. Tapi kami tidak yakin untuk bisa diam, tidak membagikan tulisan ini di sosial media. Lha gimana lagi, kebahagiaan yang kayak gini susah diumpetin. Apalagi kami menunggunya sudah agak lama, kira-kira lima bulan setelah lepas KB IUD. 🙊


Kira-kira awal September, saya sudah mulai curiga. Apalagi saat melihat kalender dan ternyata aku terlambat haid dua minggu. Tapi btw, bulan sebelumnya saya pernah terlambat haid, saking bahagianya saya langsung beli test pack, dong. Dan setelah cek, hasilnya masih garis satu dan tidak lama kemudian saya haid. 🤣Yaudah, pas terlambat haid hampir dua minggu, saya biarkan dulu. Takut PHP, sih. 🙊 Sampai akhirnya lupa kalau sebulan saya tidak haid dan tidak juga melakukan test. 

Fix ini, hamil! Fix banget hamil. Sebulan tidak merah-merah euy! 🤰🏻🤰🏻🤰🏻

Awal bulan Oktober saya beranikan untuk membeli test pack dan kembali melakukan test kehamilan. Alhamdulillaah...kali ini garisnya udah duaaa. 💃 Awwhhh...beneran sudah klimaks ini. 😍

Demi apa harus woro-woro seperti ini? Katanya, tuh, kalau punya kabar bahagia musti disampaikan supaya banyak yang mendoakan dan bahagianya awet. 

Dear, Jagoan!

Terima kasih kamu datang ketika papan kita pelan-pelan sudah mulai tertata. Artinya, Ayah dan Ibu insya allah bisa fokus dengan tumbuh kembang kamu. Mulai dari pemberian vitamin, sampai pemeriksaan atau USG untuk mengetahui perkembangan kamu di dalam kandungan.

Kamu datang di waktu yang tepat. Terima kasih juga buat orang-orang terdekat dan teman-teman yang udah bantu doa sampai akhirnya menuju klimaks dari doa-doa yang telah kami panjatkan.

Ehh...Ibu mau minta maaf, nih. Karena ternyata sampai saat ini Ibu belum pernah memeriksakan kamu di tempat langganan Ibu waktu hamil Mbak, di Panti Nugroho. Insya allah bulan ini kita sempatkan merepotkan tante lagi, ya. 🙈

Oiya, Mbak kamu, Syaquita sangat senang mendengar kabar kalau di perut Ibu ada Ade. Maklum, selain Ibu, Syaquita juga sudah ingin sekali punya ade. Eeeh...bukan hanya dia, hampir semua keluarga mengharapkan kamu.

So, Welcome Jagoan Ayah, Ibu, dan Mbak. Sehat-sehat di dalam perut Ibu, ya. Meski kami belum tahu jenis kelamin kamu, tapi kami berkeyakinan kalau kamu cowok. 🙊💕
Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar
"Jika kamu tidak ingin diatur, maka jadilah Presiden." ~by Ibuk Kecemut. 😂

Tidak usah protes! Sekali-kali nyolek Pak Presiden lah, ya. Mumpung masih hangat, baru dilantik beberapa hari yang lalu dan banyak kejutan pula dari beliau. Tapi tenang, judul tentang peraturan dan kepastian ini tidak dibuat untuk membahas tentang peraturan pemerintahan karena dipastikan saya tidak akan mampu ngobrolin politik. Hahaha.


Jadi begini...

Menjadi Ibu Rumah Tangga sekaligus Ibu pekerja sempat membuatku takut kalau nantinya akan susah berkomunikasi dengan Syaquita karena terbatasnya waktu untuk bersama. Semacam quality time, gitu. Maklum, hampir sembilan jam kami berpisah. Pun dengan suami, hampir tujuh jam dia bekerja dalam sehari. Pergi pagi, pulang sore. Meski demikian, saya masih tergolong beruntung karena hari kerja tidak penuh dalam sepekan. Hanya lima hari kerja.

Kami, khususnya saya sebagai Ibu juga sempat khawatir nantinya Syaquita tidak bisa dekat dengan kami. Dekat secara ikatan emosional antara orang tua dan anak bakal berkurang. Padahal, ikatan tersebut sangatlah penting untuk tumbuh kembang anak. Bagaimana jika nanti anak sampai tidak nurut dengan orang tua, susah diatur. Parahnya, anak bakal lebih nurut dengan ART. Sedih banget kalau hal itu sampai terjadi.

Rasa khawatir pelan-pelan berkurang ketika aku mulai paham bahwa sejatinya anak-anak itu akan terbiasa dan menuruti dengan apapun yang diucapkan oleh orang tua. Ya, meski dalam kesehariannya orang tua bekerja dari pagi sampai petang, anak-anak tetap lebih menuruti orang tua. Setelah tahu dan benar-benar paham, kami pun mulai menyusun strategi supaya bisa dekat dengan anak, supaya anak tetap menuruti orang tua, supaya kami tidak merasa seperti "kehilangan" anak, dan masih banyak lagi supaya-supaya yang lain untuk kebahagiaan kami secara utuh.

Kami punya dua strategi untuk insya allah mewujudkan kebahagiaan itu, yaitu peraturan dan kepastian.

Segala hal yang membuat anak nyaman, tapi tidak membuat orang tua nyaman, maka akan kami komunikasikan. Pun sebaliknya. Nah, di sini kami berusaha untuk melakukan komunikasi sebaik mungkin dengan anak. Melakukan pendekatan khusus, membuka wawasan anak lebih jauh lagi, berusaha tidak emosi, apalagi sampai marah-marah saat komunikasinya gagal. Kami berusaha untuk se santai mungkin, kadang mengalah sejenak, kadang teguh pendirian, kadang berprinsip harus menaklukan anak tanpa mematahkannya.

Nah, kalau sudah mendapatkan kesepakatan atau hasil yang maksimal -tentunya maksimal versi kami-, terbitlah peraturan-peraturan yang menjadi kesepakatan antara orang tua dan anak. Bahagianya, alhamdulillaah...Syaquita mematuhi peraturan dan menuruti orang tua. Dia tetap nyaman dengan orang tua, juga lebih dekat dengan orang tua. Apalagi kalau sudah ada kata janji, dia pasti berusaha mengingat dan memenuhi janjinya.

Selanjutnya...


Setelah mendapat goal atas peraturan, kami tidak akan lupa dengan kepastian. Ya, anak-anak pun tidak mau diberi harapan palsu, dong. Mereka butuh kepastian. Ketika orang tua telah memberi janji ini itu, sudah seharusnya mereka memenuhi janjinya. Prinsip kami, jangan sampai anak menagih janji karena itu pasti membuat kami malu. Malu syekaaaliiii.

Sebagai contoh kepastian...

Kami hanya memberi waktu bermain gadget untuk Syaquita pada sore hari. Jadi, ketika sudah sore, kami menyodorkan gadget untuknya.

Btw, peraturan yang kami buat ini tidak saklek-saklek banget alias masih bisa ditawar. Karena pada dasarnya peraturan yang kami buat ini sebagai sarana untuk belajar supaya anak nanti terbiasa dengan sebuah peraturan. Cepat atau lambat, saat dia mulai sekolah nanti, pasti akan bertemu dengan sebuah peraturan.

Bukan begitu, Moms? 😂
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Juli lalu, pengasuh Syaquita yang sekaligus menjadi Asisten Rumah Tangga (ART) di rumah kami pamit karena harus intens mengurus keluarganya. Artinya, kami harus mengatur waktu lebih baik lagi supaya dapat menyelesaikan segala urusan rumah tangga, khususnya si kecil yang kini makin banyak aktivitasnya. 🤗



Kilas balik sebelum mendaftarkan Syaquita ke PAUD.
Saat sedang tidak ada ART, day care dan PAUD menjadi pelarian kami. Mungkin kami salah karena niat awal tidak sepenuhnya ingin menyekolahkan Syaquita. Kami ingin dia punya kegiatan yang lebih terarah selama kami bekerja tanpa merepotkan orang tua, khususnya Mbah Uti yang betul-betul sudah tidak boleh kecapean. 😊

Selama dua hari, saya survey day care di  sekitar kota Banjarnegara. Kami lebih memilih day care karena ternyata waktunya bisa fleksibel, khususnya saat penjemputan. Artinya, pagi hari sambil berangkat kerja, saya bisa mengantar Syaquita berangkat ke day care. Kemudian sorenya, saya jemput sembari pulang kerja. Setelah merasa mantap, saya pun berdiskusi dengan Ayah dan juga keluarga. Sayang sekali ternyata Mbahnya kurang sepakat dengan banyak pertimbangan yang menurut mereka belum pas. Baiklah, akhirnya saya dan suami mengikuti saran dari Mbahnya untuk sekolah di PAUD yang tidak jauh dari rumah. Tidak masalah.💃

"Daftarkan lagi ke PAUD, itung-itung sambil latihan bersosialisasi. Lagi pula di sana banyak bermainnya, pasti Syaquita bakal betah." Seperti itu kata Mbah Kakung karena beliau paham betul jika cucu perempuannya pemalu. Saya pun mencoba meyakinkan Ayah ketika hendak mendaftarkan Syaquita ke PAUD. Kenapa saya perlu meyakinkannya? Karena tahun lalu, saat usia Syaquita 2.5 tahun, saya ngeyel untuk mendaftarkannya ke PAUD dan hasilnya kurang memuaskan. Ya, Syaquita hanya bertahan 3 hari sekolah. 😂

Kali ini Syaquita sudah berusia 3.5 tahun. Dia sudah bisa kami ajak berdiskusi dan juga berpendapat. Antusias ketika kami menawarkan untuk kembali masuk PAUD pun sangat berbeda dengan tahun lalu. Saya melihat ketertarikannya untuk bersekolah. Sementara Ayah masih tidak yakin dengan antusiasnya. Bahkan Ayah sampai bisikin ke saya jika ketertarikannya hanyalah sementara. Hahaha. Bismillaah...kali ini kami telah mendaftarkan Syaquita sekolah PAUD dengan harapan dia dapat bertumbuh, berkembang, berpengalaman, dan berbahagia bersama teman-teman barunya. 💓

Ada rasa semangat!

Hari pertama sekolah, saya izin kepada atasan untuk berangkat siang karena akan mendampingi dia sekolah untuk pertama kalinya. Saya ingin tahu bagaimana rasanya ketika dia masuk lingkungan baru, ingin tahu ekspresi dia saat berjumpa dengan teman-teman barunya, dan juga guru-guru. Meski masih banyak malunya, ada kebahagiaan dalam wajahnya.

Tidak hanya itu, tiap kali waktunya sekolah, dia dengan semangat mempersiapkan segala kebutuhannya, mengenakan baju sendiri, memakai sepatu sendiri, dan masih banyak hal yang dia lakukan sendiri termasuk mengenakan jilbab. Sudah satu minggu lamanya, tapi kami masih ada was was dan takut semangat itu tidak akan bertahan lama. Rasa ini tersembunyi dengan baik, tidak kami tunjukan kepada Syaquita karena yang ada tiap pagi kami memberi semangat kepadanya. Alhamdulillaah...dia istiqomah. Dia sudah paham kalau pagi hari harus mandi gasik, sarapan, dan berangkat sekolah.

Penting banget sekolah PAUD.

Yaaaaps! Kami berpendapat demikian. Sekolah yang tadinya hanya sebagai tempat pelarian saat tidak punya ART, kini kami telah mengubahnya menjadi suatu kebutuhan karena kami telah memanen hasil dari sekolah di PAUD.

Baru dua bulan Syaquita bersekolah, tapi banyak hal yang membuat kami takjub akan perkembangannya. Pemahaman kami tentang sekolah PAUD yang banyak bermainnya, ternyata terpatahkan ketika malam hari dia  mencoba membaca doa dan surah-surah pendek. Pelan-pelan dia mengingat doa dan surah pendek yang telah dipelajarinya di sekolah. Samar-samar dalam melafalkan, dia mencoba mengingat doa meminta kecerdasan, atau ayat kursi. Kalimat awalnya seperti apa,  dan bagaimana melafalkannya dengan baik dan benar. Kami juga membantunya untuk mengingat dengan memberi clue-clue dengan harapan dia akan meneruskannya.

Meski kami di rumah ada sesi belajar bersama seperti menggambar, menyanyi, dan kegiatan lainnya, tapi tetap berbeda ketika dia sekolah. Yaaa...karena kami memberi arahan dan belajar secara hore-hore. Maklum kami tidak ada basic pengajar. Cari tahu bahan-bahan belajar pun tidak maksimal.  Sementara di PAUD, belajar sesuai kurikulum dan pasti ada acuannya. Maka dari itu, kami berpendapat bahwa masuk sekolah PAUD itu penting baik untuk melatih bersosialisasi, menambah keberanian, sampai merangsang pertumbuhan otaknya. 💓

Ehhhh...menurut kalian sekolah PAUD penting atau tidak, nih? Bebas berpendapat lho, ya. 😘
Share
Tweet
Pin
Share
10 komentar
Satu hal yang paling aku tunggu menjelang istirahat malam yaitu mendongeng atau sekadar bercerita renyah bersama Syaquita. Kegiatan ini rutin kami lakukan itung-itung sambil menunggu Ayah pulang kerja meski pada akhirnya pasti kami sudah dulu tertidur ketika Ayah sampai rumah. Ah...terpenting ada niat baik, ya. 🤣



Kenapa mendongeng? Kenapa bercerita? Kenapa tidak menyanyi bersama atau belajar menghafalkan apapun yang telah dia pelajari baik di sekolah maupun TPQ?

Alasan terkuat tentu karena aku ingin tahu banget aktivitas dia selama seharian. Maklum, sebagai Ibu pekerja yang berangkat pagi pulang sore, tuh, selalu merasa ingin tahu kegiatan anak tiap harinya. Apalagi sekarang dia sudah sekolah dan alhamdulillaah juga mengaji. Pasti banyak pengalaman baru dan seru yang dia dapatkan bersama teman-temannya.

Oiya, kami pernah melakukan kegiatan menyanyi bersama sebelum bobok. Kalau tidak salah ingat, saat itu Syaquita baru berusia 2 tahun dan memang sedang senang-senangnya menyanyi. Sementara belajar kami lakukan mulai pukul 19.00 WIB sampai jam 19.15 WIB. Sebentar memang, kecuali ada Pekerjaan Rumah lha bisa sampai 60 menit.

Memasuki usianya tiga tahun, aku merasa dia makin cerewet, gitu. Hihihi. Kadang aku melihat seperti ada yang ingin disampaikan, tapi karena keburu melihat gadget dalam genggamanku, dia pun lebih memilih nonton tutorial mainan di youtube, dong. Makanya, saat sudah berdua, aku selalu berusaha menyinggahkan ponsel pintar.

Lalu, apa hubungannya dengan judul blog post little pony and grandma? 🙊

Jadi begini, Kecemutku sudah bisa membedakan antara bercerita dan mendongeng. Ketika aku memintanya untuk bercerita, maka dia akan memulai cerita kegiatan kesehariannya. Sementara kalau diminta untuk mendongeng, maka dia langsung memilih satu karakter kartun yang sering dia tonton.

Tiap kali hendak mendongeng atau bercerita, aku selalu membuka percakapan, dong. Menawarkan siapa dulu yang akan mendongeng atau bercerita. Gayung bersambut, pasti lah Kecemutku yang ambil jatah duluan. Dia lebih sering bercerita tentang kegiatannya di sekolah dan aktivitasnya bersama teman-teman se-permainannya di rumah. Uniknya nih, saat mulai mendongeng, alurnya udah cukup rapih. Masih awal-awal fokusnya masih terjaga. Namun ketika mulai masuk pertengahan cerita, tuh, selalu bikin melongo. Makin didengar, diperhatikan, alurnya maju mundur syantiik yang mana dia pasti menjadi pemeran utama dalam dongeng. Dia memposisikan diri sebagai si tokoh kartun dalam dongengnya dan kadang dari nama Little Pony tiba-tiba menjadi Aku. Uniknya lagi nih, dia juga selalu memasukan Mbah Uti ke dalam dongengnya. 🤣 Dari nama Grandma atau Nenek, di tengah-tengah dongeng dia mengganti nama menjadi Mbah Uti. 🙊

"Litte Pony itu sayang banget sama neneknya, sama kakeknya juga. Tapi kakeknya sering di kebun, ngga kayak grandma little pony yang nemenin ke sekolah. Little Pony juga sayang banget lho sama neneknya, grandma. Suka tidur bareng, dibeliin jajan. Baik."

Ternyata dongeng baginya adalah cerita nyata dalam kesehariannya yang kemudian ganti nama karakter kartun. Jadi, apa yang dialaminya pada hari itu, dia kemas menjadi sebuah dongeng yang selalu bikin aku nahan ketawa sampai perut kaku. Apalagi kalau sudah masuk di pertengahan dongeng, pasti gemaaas karena dia sok narsis bercitra sebagai anak baik-baik yang tidak pernah rewel! 🙊

Bundaaa, gimana dengan si kecil, nih? Lebih suka mendongeng apa? Sharing, dong. 😉
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

Cari Di sini

Perkenalkan...

Hai...perkenalkan, saya Idah. Ibuk dari dua anak dan satu-satunya admin di blog ini.

Rutinitas saya saat ini sebagai Ibu Rumah Tangga sekaligus Ibu Pekerja Kantoran. Kami sekarang tinggal di Kota Dawet Ayu, Banjarnegara, Jawa Tengah.

Oiya, jika ingin komunikasi, bisa melalui akun instagram kami @cerisfamily atau kontak langsung melalui email cerisfamily@gmail.com. Terima kasih.

On Youtube

Fans Page

CERIS Family

Blog Archive

  • ▼  2025 (9)
    • ▼  Mei (2)
      • "Si Manis" yang Mengintai: Cerita di Balik Jajanan...
      • Pet-Loving Dads Edition: Custom Gifts Featuring Th...
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2024 (39)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (10)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2023 (28)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (4)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2022 (14)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2021 (12)
    • ►  September (2)
    • ►  Juni (3)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2020 (17)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2019 (42)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Mei (26)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2018 (37)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2017 (61)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (8)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2016 (62)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (7)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2015 (63)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (9)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (10)
    • ►  Juni (12)
    • ►  Mei (2)

Popular Posts

  • Biaya USG 4 Dimensi di RS Panti Nugroho
  • Tujuan Pemeriksaan HB dan HBsAG untuk Ibu Hamil
  • Tip Agar Jahitan Pasca Melahirkan Cepat Kering

recent posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Part Of Community


Blogger Perempuan
mamadaring
Seedbacklink

Follow Us!

Social Media

Facebook Twitter Instagram Youtube Blog Ibu

MageNet

0ccdff8bd3766e1e4fdd711a2ad08ee5151bd247

Created with by ThemeXpose