• Home
  • About
  • Jasmine
  • Wildan
  • Hiroku
  • Kesehatan
  • Tumbuh Kembang
  • Parenting
  • Jalan Jajan
Hello, Moms and Dads. Gimana kabar si buah hati hari ini? Masih intenskah dengan benda yang bernama gadget? Emm...tidak usah terlalu "gemas" dengan si kecil yang tiap harinya dekat dengan gadget ya, Moms. Ya...siapa tahu dia mendapat pengalaman atau bahkan ilmu baru saat memainkan gadgetnya. Yakaaan? 😂 

Masa kecil dengan segala tingkah laku yang menggemaskan, bermain penuh gembira, memberi senyum tanpa syarat, atau bermanja-manja dengan orang tua, katanya tidak akan terulang lagi ketika mereka sudah dewasa nanti. Makanya, tiap orang tua selalu berusaha untuk selalu dekat, membuat si kecil lebih banyak interaksi dengan keluarga, teman, tetangga, atau saudara. Tidak membiarkannya bermain sendiri, apalagi hanya membekalinya dengan gadget.


Sebagai Ibu muda yang sok rajin mendampingi si kecil main gadget, aku pernah merampas keceriaan Kecemutku. Ini bahasanya memang harus merampas supaya ada kejam-kejamnya dikit.🙊

Siang itu, Kecemut sedang asyik-asyiknya nonton baby doll di channel Youtube, video boneka-boneka mungil yang berdurasi 3-5 menit, gitu. Kedua tangannya menggenggam erat gadget, sangat erat. Seperti ada rasa takut jika gadget itu tiba-tiba diminta. Sorot matanya pun serius menatap layar smartphone.

"Sayaaaang...mainan Handphonenya udahan, ya. Takut matanya sakit." Aku mengingatkannya karena memang sudah cukup lama dia nonton youtube, mungkin 10 menit.

"Mbak, dengerin Ibuk. Udah dulu mainan HPnya, ya." Aku memluknya sambil mencoba berkomunikasi. Yaaa...siapa tahu dia mau melepaskan gadget yang ada dalam genggamannya. Dan ternyata dia masih serius nonton youtube. Pada akhirnya, aku mengambil jalan pintas untuk mengambil HP dengan paksa.

Dooor...dyaaar...dooor...doorr!

Kecemutku nangis dan marah banget. Ini wajar, orang dewasa aja kalau lagi ngegame diganggu bakal marah, ya. Hahaha. Begitu HP aku ambil, Kecemut langsung aku gendong, peluk dan aku berusaha menenangkannya. Alhamdulillaah...nangisnya cuma sebentar dowang tanpa tantrum.

Kejadian ini sudah enam bulan berlalu, saat usianya 2 tahun dan memang lagi suka banget nonton baby doll di youtube. Sekarang? Pastinya masih nonton youtube dan main game pancing-pancingan, dong. Cuma sekarang sudah mulai paham dengan batasan-batasan yang aku berlakukan sejak dia usia 2.5 tahun.

Dari pengalaman yang aku punya, aku akan berbagi semacam tips supaya anak tidak makin kecanduan dengan gadget. Nah, punya 5 cara supaya anak pelan-pelan bisa mengurangi aktivitas bermain gadget, atau bahkan lupa kalau gadget adalah benda sekaligus mainan yang menyenangkan. Baca sampai akhir, ya!

1. Orang tua Jangan Terlalu Asyik Dengan Gadget.

Tempat belajar paling nyaman buat si kecil adalah di rumah dengan segala isinya, termasuk orang tua dan anggota keluarganya. Di sini si kecil akan dengan mudah mengamati dan meniru perilaku orang yang ada di sekitarnya. Nah, kalau orang terdekatnya saja terlihat asyik bermain gadget, si kecil juga akan mudah meminta untuk bermain gadget.



Buat orang tua yang kesehariannya bekerja di luar rumah alias kerja kantoran atau aktivitas lain, berapa banyak waktu yang tersisa buat bareng sama anak? Mungkin tidak sampai 8 jam, ya? Dengan total waktu 24 jam, coba usahakan minimal waktu 5 jam untuk tidak memegang gadget. Manfaatkan waktu yang yang minimal itu untuk interaksi dengan si kecil dan tidak memegang gadget. Bagi aku sendiri, goalsnya tuh sampai si kecil istirahat malam atau bobo karena sudah lelah bermain dengan orang tua, belajar, atau melakukan hal lain tanpa gadget. Ada kebahagiaan tersendiri jika bisa melakukan hal ini. ASLI, NO TIPU, NO HOAX.  😂 

2. Buat Komitmen Dengan Si Kecil.

Masuk usia 2.5 tahun, si kecil sudah bisa mencerna dan memahami bahasa. Komunikasi pelan-pelan dan terus edukasi si kecil perihal dampak negatif menggukan gadget yang terlalu intens. Selanjutnya, orang tua bisa mulai membuat komitmen dengan si kecil tentang waktu penggunaan gadget.

Aku dan suami sudah mulai menerapkan penggunaan gadget 5 menit. Kami memberi waktu 5 menit untuk Kecemut bermain gadget, baik untuk nonton youtube maupun ngegame memancing. Memang tidak mudah untuk mengawalinya, apalagi buat si kecil yang sudah kecanduan gadget. Meski begitu, orang tua harus yakin dengan komitmen yang telah dibuat dan disepakati. Selain yakin, orang tua juga harus tega. Demi kebaikan lah, ya. 

Alhamdulillaah...sekarang komitmen ini sudah jalan. Ya...meski tidak 5 menit pas, intinya si kecil sudah tidak intens dan dikit-dikit minta gadget.

Nah, kalau si kecil seharian sudah asyik dengan mainannya (selain gadget) dan tidak minta bermain gaget, ada baiknya orang tua menawarkan. Ya...sesekali gitu, soalnya nonton youtube masak-masakan (ini karena anakku cewek) itu juga penting. Biar apaaaa? Biar dia tahu nama peralatan masak dan bisa bantu Ibuknya nanti. Hahaha. 

3. Jangan Memberi Iming-iming Main Gadget.

Ini TUMAN banget! Sebagai orang tua yang sudah jelas melarang anaknya untuk tidak bermain gadget, kemudian tiba-tiba menawarkan untuk bermain gadget! Sumpah TUMAN! Hal ini sering aku jumpai. Misalnya nih, orang tua minta tolong ke si kecil untuk membeli ini itu di warung, minta tolong mengantar ini itu ke tetangga. Saking sibuknya orang tua dan demi pekerjaan segera selesai, si kecil diberi iming-iming main gadget.


"Nak, minta tolong beliin Ibu jajan dong. Nanti Ibu izinin main gadget." Hmmm...ini sungguh KEPRIWE MBANGET. Seperti sebuah perasaan yang sudah patah hati, lalu kembali dikontak karena katanya kangen. KAN JINGKRAK-JINGKRAK!

Please, jangan memberi iming-iming kepada si kecil untuk main gadget selagi sudah ada komitmen. Jangan sekali-kali karena dikhawatirkan dia bakal bingung!

"Ini sebenarnya aku boleh mainan gadget apa tidak? Orang tuaku kok bikin galau, ya" Huhuhu...

4. Siapkan Alternatif Mainan.

Dunia anak adalah dunia bermain. Betul apa betul banget, Moms? Sebagian kebahagiaan anak-anak juga ada pada mainan. Dan makin banyak mainan, otak kanan anak akan makin terasah. Yaa...seperti yang kita tahu bahwa mainan dapat membantu merangsang pertumbuhan otak kanan anak.



Nah, karena orang tua sudah mengurangi atau bahkan membatasi penggunaan gadget, maka orang tua harus tanggung jawab dengan menambah alternatif mainan anak. Penambahan mainan mungkin bisa dilakukan sebulan sekali sesuai dengan kemampuan financial orang tua. Ya, meski anak tidak minta dibelikan mainan, orang tua musti peduli dengah hal yang satu ini supaya anak bisa lebih betah bermain tanpa gadget karena sudah mempunyai banyak pilihan mainan.

5. Memberi Pemahaman Tentang Profesi atau Pekerjaan.

Nah, ini penting banget. Seperti yang sudah aku tulis di point nomor 2 bahwa, anak usia 2 tahun sudah mulai bisa diajak komunikasi. Makanya, ketika orang tua berprofesi atau bekerja di dunia digital dan bertempat di rumah, ini penting banget disampaikan ke anak. Pelan-pelan anak pasti paham dengan profesi orang tuanya yang mungkin tiap jam atau bahkan tiap menit harus memegang handphone.

Sebagai Bloger yang doyan banget dengan deadline, jika ada yang harus diselesaikan pada waktu yang tidak pas yaitu waktu yang biasanya digunakan untuk quality time, aku selalu minta izin kepada Kecemut untuk menyelesaikan pekerjaan menulis di Blog. Alhamdulillaah....Kecemut sudah paham tentang hal ini. Terpenting pastikan si kecil dalam keadaan bahagia sebelum meninggalkannya untuk menulis deadline. Ini biar apa? Biar bisa sama-sama tenang, dong! 

Oiya, kalian termasuk orang tua yang membatasi penggunaan gadget kepada si kecil atau membiarkan si kecil eksplorasi dengan gadget? Boleh dong share pengalaman atau cara mengatasi si kecil ketika sudah kecanduan gadget!
Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
Uwhh...pingin buat judul yang mendayu atau penuh hikmat seperti hikmah di balik apa, gitu. Tapi nanti dikira judul sinetron. 😂Dan memang itu yang aku rasakan ketika Si Kecil sakit dan harus menjalankan masa pengobatan, lalu beberapa hari kemudian setelah sembuh sempat mengalami seperti trauma, sedih rasanya. Namun, dengan mencurahkan segala tenaga, pengertian dan perhatian, pada akhirnya si kecil lebih nurut dan disiplin.  Ada kesadaran yang tumbuh untuk merawat gigi. Bahagia rasanya akutuuuu.


Pas pemeriksaan gigi di Klinik Hasta Bakti, Kalipalet
Beberapa waktu lalu, Kecemut sempat demam tinggi. Karena saat itu aku kerja, jadi tidak dapat mendampinginya penuh. Dia, sih, minta aku untuk tidak usah berangkat kerja, namun karena cukup banyak deadline pekerjaan, dengan sangat terpaksa aku tidak dapat menuruti permintaannya. Hasilnya? Seluruh orang rumah repot banget ngurusi satu anak karena rewel yang tak berkesudahan.

Makin siang bukannya dia bisa anteng, namun sebaliknya, tambah rewel. Sampai Mbah Kakung yang biasanya paling jago menenangkan Syaquita pun menyerah.

"Kalau bisa izin kerja, Syaquita rewel terus." Pesan singkat yang dikirim melalui chat Whats App oleh Kakung menurunkan konsentrasi kerjaku. Apalagi setelahnya Kakung telpon, kalau seharian Syaquita tidak mau makan dan minum. Ini sungguh di luar dugaan. Susah makan saat sedang deman mungkin terdengar biasa, tapi kalau sampai tidak mau minum? Bahaya!

Di kantor, aku hanya bisa berdoa dan mencoba menenangkan diri. Rasanya ingin sekali terbang atau memejamkan mata dan tau-tau sudah sampai rumah. Tapi apa daya, tidak bisa pulang lebih awal. Yasudah, pasrah saja.



Puncaknya nih, sesampainya di rumah, aku periksa menggunakan termometer ternyata demamnya masih tinggi. Aku tanya apanya yang sakit, katanya tenggorokannya sakit. Aku minta dia untuk membuka mulutnya, ternyata ada gigi berlubang dan parahnya plak gigi ada dimana-mana sampai gusi merah merona. Duuuh...orang dewasa ngalamin gusi bengkak saja bisa bikin napsu makan hilang, ya. Apalagi ini anak usia dini. Sediih.

Tanpa pikir lama, aku mengajaknya periksa ke dokter umum dan langsung dapat rujukan untuk ke dokter gigi. Ditemani Kakung dan juga Uti, sesampainya di Klinik Hasta Bakti dia sama sekali tidak merasakan canggung padahal ini pertama kalinya aku mengajaknya ke dokter gigi. Saat namanya dipanggil pun, dia masih merasa biasa saja. Sampai masuk ruang periksa gigi, duduk di atas kursi periksa, aku mendampinginya periksa dan dia masih biasa saja. Tidak ada rasa takut sedikitpun. Ini sungguh di luar ekspektasiku.

Alhamdulillaah kami mendapat dokter gigi perempuan dan cukup komunikatif. Banyak percakapan antara bu dokter dan si kecil dengan bahasa yang super enak didengar. Aaah...sungguh bersyukur. Coba kalau dapat dokter Edy, bakal hening kayaknya. Hahaha. Maaf, Dokter.

Dua hari masa pengobatan, alhamdulillaah plak-plak di sekitar gusi dan gigi lumayan bersih. Sebenarnya aku dipesenin Bu Dokter untuk lebih rajin sikat gigi si kecil, tapi aku tidak tega melihatnya. Pelan-pelan aku bicarakan dengan Kecemut perihal harus rajin sikat gigi, dia pun dapat menerima.

Ternyata gigi graham dia sudah berlubang semua. Setahuku hanya gigi bawah saja, tapi ternyata gigi atas juga sudah berlubang. Duh...kasihan banget anak Ibuk. Pantas tidak ada keinginan untuk makan. Gigi berlubang, radang, dan gusi merah. Kebayang sakitnya kayak apa, ya. Orang dewasa yang kena radang saja suka lebih baik diam. Hahaha.



Sakitnya kali ini ternyata menyisakan trauma. Dia menjadi malas makan apapun. Biasanya minum susu sehari bisa tiga kali, dia hanya minum sekali saja. Itu aja karena sedikit aku paksa. Trauma drngan makanan dan minuman ini hampir seminggu. Seharian dia hanya makan camilan-camilan dowang, itu pun camilan yang sama sekali tidak bergizi.

Bagaimana caranya napsu makan Kecemut kembali normal? Ini PR banget buatku karena segala cara dari Mak Yem, Uti, Ayah, Kakung, tidak berlaku.

Usaha pertama; aku minum jus jambu kesukaannya sambil menunjukan ekspresi dan tegukan yang berlebihan dengan harapan dia mau minum jus. Hasilnya alhamdulillaah dia mau minum jus walau seperempat gelas dowang. Kalau lagi sehat, dia bisa habis 2-3 gelas jus jambu, lho.

Usaha kedua; Taro, camilan yang gurihnya keterlaluan itu tidak pernah aku berikan ke dia, namun siang itu aku membeli Taro untuk lauk. Lagi-lagi aku memperlihatkan ekspresi makan yang berlebihan supaya dia tertarik. Alhamdulillaah...dia mulai mau makan meski hanya tiga sampai lima suapan dowang. Kesalnya nih, tiga hari berturut-turut, saat posisinya masih ada sedikit trauma, dia hanya mau makan sama Taro dowang. Hahaha. Ibunya salah trik! Yasudahlah...tidak apa-apa asalkan dia makan. Lagi pula, pola makan ini tidak akan lama soalnya akan ada teguran langsung dari Ibu nantinya. Hahaha.

Momen mandi adalah momen yang paling tepat untuk edukasi perihal sikat gigi. Tidak ada niat untuk menakuti, aku sering mengingatkannya tentang sakit gigi. Alhamdulillaah...pelan-pelan dia mulai rajin sikat gigi. Jadi inget, sebelum ada sakit gigi, dulu kalau mau sikat gigi bakalan ada perang dulu. Dia, tuh, malas banget sikat gigi. Banyak banget alasannya sampai Ibunya ikutan malas dan akhirnya menyisakan gigi berlubang. Fyuuuhh.



Sakit gigi, gusi bengkak merah, tidak mau makan, sedikit minum, harus duduk di kursi periksa gigi, kejadian ini membuatnya sedikit trauma. Ketika anak sedang trauma dengan kejadian sakit yang pernah dialaminya, orangtua wajib meyakinkan bahwa dia sudah sembuh. Setelah anak yakin, bisa jadi psikis dia akan kembali normal dan percaya diri seperti sedia kala. 

Nah untuk selanjutnya, ada baiknya orang tua mengingatkan kalau anak pernah sakit karena ini itu. Bukan bermaksud menjadikannya trauma lagi, tapi lebih pada mengingatkan. Ini bisa dilakukan sebagai salah satu trik orang tua supaya anak? Supaya apaaaaaaaaa? Supayaa apa hayooo? Hahaha. 

Sebagai pembelajaran saja, Moms. Tidak ada tujuan lain apalagi niat jelek. Alhamdulillaah...setelah mengalami sakit gigi, Kecemutku jadi rajin gosok gigi. Tidak harus dibantu, dia udah mulai bisa gosok gigi sendiri.
Share
Tweet
Pin
Share
13 komentar
Kira-kira, apa yang menarik dari bertambahnya usia?

Sepertinya tidak ada yang lebih menarik dari  menciptakan sebuah momen. Ya, sesederhana apapun momen perayaan hari lahir akan menarik dan selalu mengesankan. Momen yang telah dibuat akan menyisakan cerita tersendiri bagi siapapun.


Sebagai seorang Ibu yang baru punya anak usia tiga tahun, rasanya kurang gereget jika aku menceritakan hal yang sangat menarik (bagiku) seperti tentang menikmati peran sebagai Ibu hamil, atau proses persalinan si kecil yang membutuhkan kekuatan tak terhingga. 😘

Selain belum paham akan hal itu, masa balita  atau masa anak-anak identik lebih suka dengan visualisasi kebahagiaan. Maksudnya, apa-apa yang mereka lihat dan menimbulkan kebahagiaan. Jadi, meski sudah berikrar tidak akan ada perayaan ulang tahun buat si kecil, Ibu tetap tidak sampai hati. Sama halnya saat usiamu 2 Tahun. Momen sesederhana apapun Ibu ciptakan untuk kamu, Nak. 😘

Baca juga 2 Tahun.

3 Tahun, kali ini Ibu lebih persiapan, Nak. Konsep ulang tahun kali ini lebih sederhana dari tahun lalu namun sepertinya lebih mengensankan. Kenapa? Karena Ibu membeli dua kue, satu untuk suprise saat kamu bangun tidur, satunya untuk dinikmati bareng-bareng.

Seperti biasa, Ibu memesan kue ulang tahun di Toki Roti Mawar depan kantor Samsat Banjarnegara. Satu kue ukuran kecil, cukup buat hore-hore saat kamu bangun tidur. Satunya lagi cukup buat dimakan bersama dan dibagi-bagi kepada teman-teman terdekat yang juga tetangga.

"Assalaamu'alaikum, sayang! Selamat ulang tahun, ya!" Ibu menyapa kamu saat kedua mata mungilmu belum terbuka penuh. Kamu hanya mengangguk-angguk kemudian ngusel Ibu.

"Ibu punya kue ulang tahun. Tunggu sebentar, ya." Tak lama bercakap, Ibu jalan menuju freezer untuk mengambil kue ulang tahun yang ukurannya sangat mini.


Lilin sudah Ibu nyalakan. Kue sudah Ibu jejerkan di dekat kamu. Topi warna pink pulkadot juga sudah Ibu pakaikan. Namun kamu masih memilih untuk tiduran dengan menutup wajah. Ini sepertinya malu! Hahaha. Ibu cium pipinya, masih belum bangun. Tak lama kemudian, Ayah datang dan mengucapkan selamat bertambah usia, kamu masih malu. Sampai akhirnya, kami menyanyikan lagu selamat ulang tahun, barulah kamu bangun dan meniup lilin. Aaaah...aroma mulut khas bangun tidur akhirnya Ibu dapatkan juga. 😘

Selamat 3 tahun, Kecemutnya Ibu. Semoga Allah memberi kesehatan kepada kita semua, ya. Makin solehah, makin dewasa, dan makin bahagia. Selamat 3 tahun dan selamat masuk PAUD, Sayaaang! 😍🎂🎂🎂

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Tak terasa momen traveling ke Yogyakarta bersama Syaquita sudah setahun berlalu. Dulu, aku ngajak dia piknik, tuh, niatnya sekalian merayakan hari lahirnya yang ke dua tahun. Dan hari ini, tepatnya tanggal 15 Januari 2019, dia genap berusia tiga tahun. Ugh...bahagia rasanya. Meski belum ada rencana traveling lagi, kebahagiaan itu tetap ada.




Btw, aku memilih Yogyakarta sebagai tujuan wisata karena jarak tempuh dari Banjarnegara tidak begitu jauh. Hanya membutuhkan waktu kurang lebih empat jam menggunakan travel atau kereta api. Pertimbangan lainnya karena di sana banyak wisata ramah anak. Ya...meski pada akhirnya aku tidak mengajak Syaquita ke obyek wisata ramah anak seperti kebun binatang Gembira Loka, Kids Fun, dan wisata ramah anak lainnya.

Wisata ramah anak sengaja tidak masuk dalam intenerary, selain usianya masih terlalu dini untuk menikmati itu semua, aku punya tujuan lain yang lebih simpel yaitu ingin melunasi rasa penasaran terhadap beberapa hal yang telah dia tahu baik dari cerita-ceritaku maupun dari buku yang tiap mau bobo aku bacakan untuknya.

Ternyata untuk melunasi rasa penasaran itu sangat mudah, tinggal tiup lilin, semua beres. Tinggal klik tombol pesan hotel, jiwa raga aman. Hahaha. Nah, berikut hal-hal yang membuat Kecemutku penasaran dan akhirnya bisa terlunasi di Yogyakarta.


Bunyi Kereta Api

"Ibu, tut..tut..tut..itu apa? Kereta api kentut juga, ya?"

Pertanyaan itu sempat terlontar saat kami sedang sama-sama tidur dan nyanyi lagu "Naik Kereta Api". Tanpa pikir panjang, aku bilang ke dia kalau itu adalah bunyi keteta api. Aku kira dia bakal berhenti bertanya ya, tapi ternyata tidak. Pertanyaan berlanjut dan kali ini lebih pada pembuktian.

"Ibu, aku pingin dengar bunyi kereta api besok."  


Aww...yaudah, aku pun memberi pengertian kepadanya untuk sabar dan ikut nabung untuk dapat mendengar bunyi kereta api yang bukan dari Youtube. Kadang tuh ya, Youtube tidak ada nilainya kalau sudah dihadapkan dengan kenyataan. Hahaha. Nabungnya harus ngebut untuk melunasi rasa penasarannya akan bunyi kereta api. Ini penting dowang atau penting banget, sih! Hahaha.

Dan Kereta Api jurusan Purwokerto-Yogyakarta menjadi pengalaman pertamanya naik kereta api.


Baca artikel: Pertama kali naik kereta api ke Yogyakarta


Naik Delman di Yogyakarta


Nyaris tiap minggu aku mengajaknya naik delman atau yang biasa dia bilang tutak.Mulai usia 20 bulan, dia udah bisa ngajak aku atau mbah utinya untuk naik delman. Dan naik delman di Yogyakarta ini lebih kepada keinginanku menciptakan pengalaman pertama. Ya, pengalaman pertama buat dia dan buat aku juga. Hahaha. Seringkali ke Yogya tapi aku sama sekali belum pernah naik delman di sini.


Naik delman di Yogyakarta sangat berbeda dengan naik delman di Banjarnegara. Karena Yogya merupakan kota wisata tentu masyarakatnya lebih ramah wisatawan, termasuk kusirnya. Saat kami masih melihat satu per satu delman, salah satu kusir yang saat itu giliran narik, langsung mendekati kami.

Selain lebih ramah wisatawan, desain delman dan performa kusir lebih enak dipandang, lebih rapih karena mengenakan baju khas daerah dan juga blankon. Perjalanan mulai dari Malioboro muter sampai ke Tamansari, akhirnya kami bisa merasakan asyiknya keliling seputar Malioboro menggunakan delman.

Main Pasir Sepuasnya di Pantai Parangtritis 

Saat akir pekan tiba, aku kerap mengajak Syaquita mainan pasir dan tanah di samping rumah. Membuat kue-kuenan menggunakan tanah, membuat cetakan pasir untuk membuat gunungan atau angkut-angkut pasir menggunakan mobil-mobilan milik dedek Alkarim.



Keterbatasan pasir untuk angkut-angkut kadang membuatnya kesal. Lalu aku ceritakan kepadanya bahwa, dia bisa main pasir sepuasnya di Yogyakarta tepatnya di Pantai. Duh ya, anak usia 20 bulan ternyata belum paham betul Pantai itu apa. Hihihi. Aku ceritakan saja kalau di Pantai itu banyak banget pasir. Untuk melunasi rasa penasaran, aku memilih Pantai Parangtritis dengan jarak tempuh terdekat dengan kota.

Baca artike: Mainan Pasir di Pantai Parangtritis

Memasuki usianya yang ke tiga tahun, meski belum ada rencana untuk traveling, sepertinya kalau Syaquita diajak traveling edukatif sepertinya sudah cukup paham. Tapi menarik atau tidaknya, aku belum bisa jamin, sih. Hahahaha.


Selain kebun binatang Gembira Loka, aku pingin mengajak dia untuk eksplorasi wisata di Kaliurang. Salah satunya ke The Lost World Castle. Mungkin di Kaliurang kami bisa sehari semalam. Seperti biasa, terkait akomodasi aku lebih suka sewa mobil di seputar tempat wisata dan penginapannya tentu memilih yang dekat dengan lokasi yaitu hotel di Kaliurang.

Btw, pemesanan hotel sekarang makin mudah karena bisa dipesan melalui situs OTA (online travel agent). Salah satu OTA yang menawarkan penginapan dengan harga terjangkau yaitu PegiPegi. Coba saja cek ke websitenya di https://www.pegipegi.com/ untuk melihat dan memilih penginapan mulai dari harga terendah sampai tertinggi.

Tiga tahun usiamu sekarang, Yogyakarta lagi atau ganti destinasi wisata?
Share
Tweet
Pin
Share
5 komentar
Sampai saat aku menulis postingan ini, rasanya belum percaya ternyata hampir tiga tahun ada benda asing di dalam tubuh ini.  Benda asing yang kumaksud bukan benda yang aneh lho, ya. Bukan pula benda menakutkan. Hanya sebuah alat kontrasepsi yang bernama IUD.



Alhamdulillaah...benda tersebut masih aman dan masih dalam posisi seperti sediakala. 😍 Kamu, khususnya Buk-ibuk, pasti sering dengar tentang kabar yang kurang sedap tentang alat konrasepsi yang satu ini. Ya, kan? Mulai dari alatnya bisa hilang, bikin sakit, dan yang paling mencengangkan yaitu bisa jalan-jalan. Dulu posisinya dimana, dua tahun kemudian udah dimana. Duuhh...yaa, macam punya kaki. 😂

Parno? Jujur, aku bukan tipikal perempuan penakut kalau maslah ginian. Tapi bukan berarti aku tidak hati-hati. Makanya, sebelum ada tindakan "obras baju", aku dan suami langsung ambil keputusan untuk langsung pasang KB IUD. Aku pribadi sangat yakin akan keputusan ini, kalau sudah berbicara pada keyakinan, insya allah aman dan selamat. Aamiin. 🙈

Eeeh..mini bagaimana caranya bisa tahu posisi IUD masih aman?

Tahun kedua pasca melahirkan, aku melakukan USG IUD di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Ummu Hani, Purbalingga. Ya, untuk sekadar melihat posisi IUD yang telah terpasang, bisa cukup dengan melakukan USG. Tidak perlu diobok-obok mesra atau "diteropong" dengan jarak 5 cm. 🤣  Makanya aku pro banget dengan KB yang satu ini karena tidak ribet. Yaa...meski banyak obrolan dengan teman atau tetangga yang punya pengalaman buruk tentang KB ini, aku tetap yakin bahwa ini adalah yang terbaik buat kami.

FYI, aku orang Banjarnegara, tapi lebih nyaman dan yakin ditangani oleh dokter-dokter di Purbalingga. Tapi bukan berarti tidak nyaman dengan dokter di Banjarnegara, ini cuma tentang sugesti saja, kok. Termasuk periksa kehamilan. 😂

Awalnya, aku akan melakukan USG di Panti Nugroho, namun sesampainya di sana, mulai pemeriksaan jam 16.00 WIB. Karena sedang tidak ingin terlalu lama menunggu, aku memutuskan untuk pindah tempat dan memilih RSIA Ummu Hani.


Ruang-ruang di RSIA Ummu Hani...
Sekadar berbagi, berikut pengalaman USG IUD di RSIA Ummu Hani, Purbalingga.

Pendaftaran
Seperti biasa, tiap kali melakukan kontrol di Purbalingga, aku selalu didampingi Tante. Meski dia belum banyak pengetahuan tentang eng ing eng, tapi cukup handal menjadi guide. 

Ini adalah kali pertama aku ke RSIA Ummu Hani. Wajar kalau masih bingung cara ambil antrean atau melakukan pendaftaran. Saat itu, di sini belum tersedia papan informasi atau prosedur pelayanan sampai akhirnya aku menemukan letak meja pendaftaran. Karena baru pertama kali berkunjung, aku harus membuat kartu pasien. 

Pelayanan pembuatan kartu pasien ini sungguh kurang memuaskan. Petugas yang melayani pendaftaran tidak begitu komunikatif. Mereka hanya menanyakan nama, tanggal lahir, dan alamat. Untuk kebutuhan data-data tersebut, aku tidak dimintai tanda pengenal. Cukup menyebut saja. Dan hasilnya,kartu pasien yang menurutku cukup elegan -karena wujudnya seperti ATM- salah nama. Ada baiknya sebelum dibuatkan kartu pasien, bagian pelayanan meminta kartu identitas diri calon pasien. Entah SIM, KTP, apapun itu yang jelas berisi data diri lengkap supaya tidak salah informasi data diri.
Antrean
Eh btw, rumah sakit ini termasuk salah satu rumah sakit yang ramai pasien di Purbalingga. Bisa dibilang favorit. Aku ke RSIA Ummu Hani dua tahun yang lalu dimana belum tersedia fasilitas layar monitor sebagai informasi antrean pasien. Pasien tidak bisa memperkirakan berapa lama lagi dia menunggu. 

Bagiku monitor antrean ini penting banget karena waktu sepuluh menit  itu begitu berarti.  Bisa buat jajan-jajan dulu, kan. Semoga tahun ini sudah ada perubahan untuk sistem antrean dan penambahan layar monitor sebagai medua informasi antrean.


Pemeriksaan
Sama seperti rumah sakit pada umumnya, dokter didampingi seorang perawat dalam praktiknya. Aku masuk ruang tindakan, komunikasi sebentar, kemudian dipersilakan untuk berbaring. Proses USG IUD sama persis dengan USG janin. Dokter memeriksa dengan alat USG kemudian ditempelkan di perut dengan gerakan memutar sampai posisi IUD terlihat.

Dokternya? Emm...komunikatif, berprestasi, dan ramah. Kok tahu kalau berprestasi? Eheemm...itu Dokternya cerita tentang ini itu bla bla, sih. Hahahaha. Oiya, dokter yang memeriksaku saat itu cowok, lho. Kalau tidak salah ingat, namanya Dokter Agus. Selain praktik di RSIA Ummu Hanie, beliau juga kerja di RSUD Purbalingga. Sepertinya, sih, dokter senior.


Hasil USG IUD...
Aku merasa bahagia karena setelah diperiksa, beliau memberi informasi yang begitu detail dan sesuaindengan kebutuhanku. Pak Agus menyampaikan perihal posisi IUD, kemanan IUD, dan juga memberi penjelasan tentang alat kontrasepsi baik IUD maupun jenis KB lainnya. 😄

Sayang banget aku tidak sempat eksplorasi RSIA Ummu Hani, nih. Jadi tidak begitu paham luasnya dan ruangannya. Namun, pertama kali sampai kompleks RS ini, aku agak kurang nyaman degan tempat parkir yang berada tidak jauh dari RS. Terasa sumpek. ☻

USG IUD ini sangat cepat, tidak sampai lima menit, selesai. Lebih lama ngobrol-ngobrol sama dokternya, hampir 10 menit kami ngobrolin tentang alat kontrasepsi. Membeber satu per satu alat kontrasepsi dari kelebihan, kekurangan, dan pemakaian terbanyak di Indonesia. Perihal tarif USG IUD, aku lupa banget. Hahaha. Sepertinya kisaran 70.000-100.000.

Naaah, buat kamu yang ingin tahu tentang RSIA Ummu Hanie, silakan cek di websitenya www.ummuhani.com. Selain pelayanan untuk Ibu dan Anak, masih banyak pelayanan lain seperti penyakit dalam.


RSIA Ummu Hani, Purbalingga.

Jl. D.I. Panjaitan Nom 40 A,  Purbalingga Lor.
(0281) 891373
Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar
Newer Posts
Older Posts

Cari Di sini

Perkenalkan...

Hai...perkenalkan, saya Idah. Ibuk dari dua anak dan satu-satunya admin di blog ini.

Rutinitas saya saat ini sebagai Ibu Rumah Tangga sekaligus Ibu Pekerja Kantoran. Kami sekarang tinggal di Kota Dawet Ayu, Banjarnegara, Jawa Tengah.

Oiya, jika ingin komunikasi, bisa melalui akun instagram kami @cerisfamily atau kontak langsung melalui email cerisfamily@gmail.com. Terima kasih.

On Youtube

Fans Page

CERIS Family

Blog Archive

  • ▼  2025 (14)
    • ▼  Juni (2)
      • 6 Perbedaan Cat Waterproofing Asli dan Palsu, Patu...
      • Menjadi Mata di Setiap Sudut Rumah: Insto Dry Eyes...
    • ►  Mei (5)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2024 (39)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (10)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2023 (28)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (4)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2022 (14)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2021 (12)
    • ►  September (2)
    • ►  Juni (3)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2020 (17)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2019 (42)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Mei (26)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2018 (37)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2017 (61)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (8)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2016 (62)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (7)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2015 (63)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (9)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (10)
    • ►  Juni (12)
    • ►  Mei (2)

Popular Posts

  • Biaya USG 4 Dimensi di RS Panti Nugroho
  • Tujuan Pemeriksaan HB dan HBsAG untuk Ibu Hamil
  • Tip Agar Jahitan Pasca Melahirkan Cepat Kering

recent posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Part Of Community


Blogger Perempuan
mamadaring
Seedbacklink

Follow Us!

Social Media

Facebook Twitter Instagram Youtube Blog Ibu

MageNet

0ccdff8bd3766e1e4fdd711a2ad08ee5151bd247

Created with by ThemeXpose