• Home
  • About
  • Jasmine
  • Wildan
  • Hiroku
  • Kesehatan
  • Tumbuh Kembang
  • Parenting
  • Jalan Jajan
Hampir tiap akhir pekan, ada tiga mainan yang menunggu anak-anak di pertigaan samping rumahku. Mobil full musik semi terbuka, delman, dan odong-odong. Ketiganya datang satu per satu, namun lebih sering bergilir. Kadang satu armada belum balik, udah datang armada lain. Artinya, anak-anak bisa minta naik kedua armada secara bergantian. Dua ribu dikali dua, mari berhitung! 😂


"Halaaah...dua ribu dowang buat anak. Pelit amat ngga dikasih!" 🙊

Mungkin komentar tersebut yang terlontar saat si kecil mulai merengek minta naik odong-odong. Komentar orang tua generasi milenial tentunya. Hahaha. Yalaa...ketimbang anak nangis, mending dikasih duit aja dua ribu atau lima ribu buat naik delman, dan odong-odong. 

Ya, kaaaan? Simpel, kaaan?

"Ngga! Yasmin jangan naik odong-odong dulu!"

Tegas banget Mbahnya Yasmin, ya. Mbah Kung, khususnya. Dia ngga pernah mengizinkan Yasmin untuk naik odong-odong karena menurutnya bisa menjadi kebiasaan. Maksudnya tiap ada odong-odong masuk desa, dia akan minta naik. Bukan karena dua ribunya, tapi karena nanti akan terbiasa minta dan itu ngga baik. Menurut Mbahnya, sih. Aku dan suami pun ikut-ikutan. 🙊

Kasihan sebenarnya, ya. Dan setelah kami evaluasi, ada baiknya juga ngga terlalu nyah-nyoh sama anak. Dunia anak memang dunia permainan, termasuk explore mainan. Tapi gimana caranya, anak-anak bisa menikmati permainan, sampai mengeksplornya, tanpa ada rasa candu.

Akhirnya, di usianya yang ke lima belas bulan, kami mengenalkan Yasmin kepada si odong-odong. Tapi bukan odong-odong yang masuk desa, melainkan yang standby di alun-alun Banjarnegara.

Awalnya Yasmin kalem, gitu. Mimik wajahnya nampak ada sedikit rasa takut. Aku pun mendampinginya, berdiri di samping odong-odong. Udah mirip body guardnya lah, ya. 🙈 Sampai akhirnya dia mulai berani tengok kanan-kiri, belakang, badannya mulai bergerak mengikuti alunan musik lagu anak-anak. Fix, dia mulai nyaman! Aku pun merekam moment tersebut, ngga mau kehilangan moment pertama naik odong-odong. 😎

Tentang delman, odong-odong, dan atau jajan, sebagian besar dari si kecil akan memberi reaksi meminta, tanpa dikenalkan terlebih dahulu. Jadi ngga usah berusaha menawarkan ini itu kepada si kecil yang sekiranya menjadi candu, deh. 😂😂
Share
Tweet
Pin
Share
6 komentar
"Duuh..ada banyak orang, Nak. Nenen nanti aja, ya. Ibu malu." ❤

Pernahkah BuIbu meminta kepada si kecil untuk menunda nenen? Kira-kira, gimana tanggapan si kecil, nih? Mengangguk karena paham, atau justeru langsung rewel karena permintaannya ngga dituruti?

Full Nursing Cover kesukaan...
Banyak yang mengatakan kalau aku termasuk Ibu yang kalah dengan tangisan anak. Hampir tiap Yasmin nangis, hanya ada dua pilihan yang bisa kulakukan, yaitu langsung memberi ASI atau menggendongnya. Terlebih saat dia masih bayi.

"Ya ampuun, jangan digendong mulu. Ntar bisa-bisa jadi anak juneng, lho." 🙌

Pasti BuIbu pernah mendengar istilah juneng, kan? Bagi yang tinggal di Jawa, khususnya. Juneng alias dijunjung meneng punya arti bahwa anak yang sedang menangis hanya mau diem setelah digendong. 🙊

"Weeeh...kok langsung ceplok aja, sih. Ntar jadi kebiasaan, lho." 😎

Naaah, kalau komentar macam ini biasanya ditujukan kepada BuIbu yang pingin anaknya bobok lagi (kalau kebangun) atau lekas diam. 😂 Menjadi seorang Ibu, tuh, memang butuh kesabaran yang teramat, ya. Apalagi Ibu muda dan baru punya satu anak. Duuh...keep strong hati dan telinga. ✊

Asli, aku ngga tega cuma memberi puk-puk di paha mungilnya saat dia nangis. Rasanya harus menggendongnya dulu. Pun saat dia kebangun dan kayak belum cukup boboknya. Rasanya harus cepat-cepat ngasih ASI. Fufufu...Ibu yang satu ini memang mudah meleleh. Dan tau ngga, kebiasaan ini berlanjut sampai sekarang. 😄

Yasmin nangis, lalu menggendongnya. Ngga masalah, ngga repot, dan sama sekali ngga merasa rempong karena aku masih kuat mnggendongnya. Yasmin nangis karena minta nenen dan kadang ngga mau tahu situasi dan tempat.

"Duuh..ada banyak orang, Nak. Nenen nanti aja, ya. Ibu malu." ❤

Insya allah belum. Ya, aku belum dan sepertinya ngga sanggup menolak permintaan Yasmin yang satu ini sampai habis masa berlakunya. Lagian jarang banget lah ya, toleransi dari anak untuk ini. Menyusui dimana saja, oke! Bukan prinsip, tapi selalu berusaha untuk breastfeeding every where.




"Eeeeeh...jangan gila dong, Buk. Masak menyusui dimana saja, sih. Ingat aurat wanita, dong!" 🙌

Ooo...ini selalu aku ingat, selalu berusaha hanya buat konsumsi suami. 🙊 Tapi masa tega, si kecil udah pingin banget nenen, terus diminta untuk menunggu sampai menemukan ruang laktasi, atau tempat tertutup lainnya. Fufufufu...

Beli nursing cover dong, Mom!

Yuhuui...ini solusi banget buat BuSui yang mendukung program breastfeeding every where. Eeeh...emang ada programnya, gitu? Hahaha. Dibuat sendiri saja kalau belum ada, ya. 😂 *maksa*

Ibu menyusui memang disarankan untuk mengenakan pakaian yang ramah BuSui. Entah itu hem dengan kancing depan, kaus dengan akses menyusui, atau baju dengan resleting depan. Ini sebagai perlakuan khusus buat si kecil supaya bisa nenen dengan mudah dan nyaman. Namun, ada juga BuSui yang memanfaatkan nursing cover untuk aktivitas menyusui di tempat umum. Aku termasuk salah satu BuSui yang memanfaatkan nursing cover. 

Pertama menggunakan nursing cover, tuh, saat pertama kali mengajak Yasmin imunisasi ke Puskesmas. Saat itu, usianya masih 3 bulan. Ya, bayi di bawah 10 bulan masih bisa dikondisikan karena posisi nenennya masih dengan cara digendong. Selain itu, pemberian ASI pada usia tersebut bisa dibilang masih cukup sering. Makanya aku membawa nursing cover, siapa tahu dia mendadak minta nenen. Dipakai atau ngga, yang penting dibawa karena sudah masuk daftar perlengkapan yang harus dibawa saat bepergian.

Memberi ASI dengan memanfaatkan nursing cover cukup membuat nyaman bagi ibu dan si kecil. Memang awal pemakaian, mungkin si kecil akan rewel karena dia merasa ngga bebas. Secara, hampir menutupi seluruh tubuhnya, ya. Dan Yasmin menjadi salah satu anak yang rewel ketika aku memakai nursing cover. Namun pelan-pelan tapi pasti merasa nyaman dan cepat kenyang karena dia fokus nenen.

Tempat duduk menjadi incaranku saat Yasmin udah mulai minta nenen. Yaiyalah, masak nenen sambil berdiri, ya. Ngga cantik, dong. 😜 Selanjutnya memakai nursing cover. Celemek menyusui yang aku pilih yaitu tipe full atau penuh, dimana dapat menutupi dari bagian depan sampai belakang. Bagiku, ini menjadi pilihan tepat karana ternyata aku lebih sering mengenakan kaus oblong jika bepergian. Kebayang saat memberi ASI di tempat umum tanpa celemek, kan? Kaus bagian belakang pasti ikut naik meski hanya dikit. Bagian perut pun ngga semua tertutup oleh Yasmin. Belum lagi, bagian samping kanan-kiri. Uuuh...makanya, aku lebih memilih celemek yang full.




Nah, karena celemeknya penuh, perhatikan bahannya sebelum membeli. Eh, baik full atau ngga, ding. Pilih bahan yang adem, dan ngga terlalu tebal supaya ngga panas. Ya kebayanglah kalau memilih bahan yang ngga berkualitas, ada si kecil di dalam celemek, lho. 👶 Kasihan kalau sampai dia ikut panas, kan. Dan yang ping penting, si kecil masih bisa bernapas dengan nyaman. Aturlah posisi menyusui senyaman mungkin supaya si kecil bisa fokus, dan ngga rewel. Jika sudah berusia 12 bukan lebih, ada baiknya memakai nursing cover yang ngga penuh.

Eh btw, nursing cover yang aku pakai di atas itu bisa dibeli di www.mooimom.id, lho. Lihat juga koleksi nursing cover lainnya lewat Instargam @moomimom.id, ya. Ada banyak macam, model, dan motif. Pilih saja sesua hati ya, Buuuuuk. 😍
Share
Tweet
Pin
Share
8 komentar
Aku tuh perempuan yang berada di kubu "dibuat simpel". Emang ada kubu perempuan kek gitu? 😆😆 Ada dong, ah! Cari saja di FB group atau hastag Instagram, pasti kalian ngga bakal nemu karena ini murni keisengan Yasmin. 🙊

Satu kelemahanku masalah masak memasak adalah membuat bumbu dapur. Emang pernah masak? Ya allah, jangan bikin hatiku sakit, ya. Aku tiap hari tuh masak buat keluarga. Kalau lagi libur kerja malah tiap tiga jam sekali masak. Eh, bohong ding. 😛
Pinter banget madep kamera...😄
Saking seringny masak oseng, aku menyepelekan belajar masak yang bersantan. Alasan utama yaitu karena orang rumah kurang suka masakan bersantan. Sadar, kolesterol udah tinggi. Ini sih orang tua ku. Lain halnya dengan Ayah yang jarang memperhatikan kolesterol. 🙄

"Akhir pekan masak opor ayam ya, Bu" Suami mulai minta, nih. Gawaat banget.

"Apaaah? Kan masakan bersantan. Hambar pasti masakanku." Fufufu

Awalnya fufufu, tapi sela beberapa detik, aku ingat bahwa ada bumbu opor ayam siap saji dan di warung Yu Tum tuh nyediain. Hahaha. Duuuh...hidup kok sesimpel ini, ya. 🙊 Tanpa melafalkan alphabet, aku langsung ngacir ke warung Yu Tum!

Terlalu bening, ngga kental. . .🙆

Tuh kan, simpel banget. Ibu ngga bisa buat bumbu opor. Ini bukan masalah serius, sekalipun di rumah mertua. Asli. Jangan dibikin serius, ya. Ada bumbj opor ayam instant! Kalian cukup melihat cara masak yang tersaji di bungkus. Urusan bumbu beres! 😆

Etapi kalau pingin belajar bikin bumbu sendiri, alangkah baiknya sih. Browsing saja, terpenting jangan baper atau bingung sendirian di dapur, ya. Di luar sana masih banyak saudara yang memanfaatkan bumbu instant, kok. Tenang saja, asal ngga tiap hari, ya. 💃
Share
Tweet
Pin
Share
3 komentar
"Ibuuk, turuun. Ibuuuuuk, turuuuuun."

Sesampainya di kaki bukit tranggulasih, Yasmin mulai ubres dalam gendonganku. Dia terus menggerakan kakinya dengan manja karena ingin turun, dan jalan sendiri. Dengan berat hati, aku ngga bisa memenuhi permintaannya karena kami sampai bukit malam hari, kira-kira pukul 19.00 WIB.

Sebenarnya anak tangga di bukit ini aman untuk dilewati anak-anak, balita sekalipun karena tangganya lebar dan dilengkapi pegangan dari bambu. Tentunya dengan pengawasan, ya. Tapi karena belum ada penerangan dan ngga membawa senter, aku memilih untuk tetap menggendongnya sampai atas bukit. Strooong! 💃 💃💃


Yasmin hampir rewel karena aku ngga menurunkannya. Pelan-pelan aku memberi pengertian, dan menyanyikan lagu untuknya sambil mengusap-usap punggungnya.

"Naik-naik ke puncak gunung, tinggi...tinggi sekali."

Salah satu lagu kesukaannya adalah naik-naik ke puncak gunung. Dia pun turut menyanyi meski hanya mengambil kata terakhir saja.

"Aik-aik ke cak unung...."?

Ini malam-malam nyanyi, apa yang mau diperlihatkan, Buuuk? Petaaaang, euy! 🙊 Aaah...yang penting satu masalah kelaaaar. 😄😄 Ini salah satu yang aku suka saat jalan bersama Si kecil. Pelan-pelan dapat mengaplikasikan lagu anak. Langsung mengenalkan apa yang ada pada lirik lagu. Menyenangkan sekali, bukan?

Baru menapaki beberapa anak tangga, napasku mulai ngos-ngosan. Di belakang kami ada Mbak Prita dan Mas Pradna yang memilih untuk jalan pelan. Fyi, aku dan mbak prita adalah peserta #JuguranBloggerIndonesia dengan perlakuan khusus. Hahaha. Ngga, ding. Gini lho, aku membawa anak usia 18 bulan, sementara Mbak Prita sedang hamil 4 bulan. Makanya, kami ngga bisa seperti peserta lain yang jalan ke bukit hanya membutuhkan waktu 5 menit. Ya, perjalanan normal dari kaki bukit sampai bukit datar (bukit pertama) kira-kira lima menit. Karena membawa beban lebih, kami memilih jalan santai dan menghabiskan waktu 15 menit.


Banyakin selfie, biar ngga ngos-ngosan...🙊
Capek ngga?

Orang normal, naik bukit, bawa beban yang ngga hanya badan. Pasti capek. Bawa badan sendiri aja capek, ya. Omong-omong, ini bukan kali pertama aku mengajak Yasmin naik bukit. Tahun lalu, saat usianya satu tahun, aku pernah mengajaknya ke Bukit Scotter bareng teman-teman Blogger juga. Jadi sudah punya sedikit pengalaman. Bedanya, di bukit scotter hanya menyaksikan sunrise, kalau di bukit tranggulasih menyaksikan sunrise sekaligus camping. Ulala...💃💃

"Eeeh...ini masih kecil kok dibawa ke bukit. Ngga takut, nih?"

Ada yang masih bertanya seperti itu. Tanya ngga sekadar bertanya, ada sedikit nada meragukan dan juga mencibir. Makasih udah perhatian, ya. 🙊 Tapi tenang, aku sudah terbiasa dengan pertanyaan-pertanyaan yang sebenarnya dapat menyiutkan nyali. Jadi ya, sudah kebal. Ngga tak gubris. Soalnya aku sudah punya pegangan, sebelum mengajak Yasmin main, khususnya ke Bukit.

Temani si kecil....
Nah, berikut 8 hal yang perlu diperhatikan saat mengajak si kecil naik bukit, khususnya batita. Siapa tahu ada diantara BukIbuk yang mau punya niat untuk mengajak si kecil naik bukit. 💃

  • Pastikan si kecil sehat wal afiat.
Selain Ibunya dalam kondisi sehat dan kuat, si kecil juga harus sehat. Bahkan kalau bisa lebih sehat dari Ibunya. Orang tua pasti tahu lah, ya, si kecil sedang dalam keadaan fit atau ngga. Jika dia sedang demam, atau sakit lainnya, jangan sekali-kali mengajaknya jalan, apalagi naik bukit.

Saat mengajak Yasmin naik bukit tranggulasih, alhamdulillaah kesehatan Yasmin lagi oke banget. Makanya aku berani mengajaknya naik bukit. Ya...meski dia sempat meler beberapa saat entah karena apa, tiba-tiba banget. Bisa jadi karena AC mobil, ya.

  • Yakin.
Kira-kira, ada berapa orang yang ngga mendukung niat kalian naik bukit bersama si kecil? Banyak kah? Barisan yang banyak omong ini dapat mengakibatkan Ibuk galau, down, sampai ngga yakin untuk naik bukit. Kalau udah gini, mending pendam dulu keinginan mengajak si kecil naik bukit. Karena kalau sampai ngga yakin, ada sel-sel tubuh yang mengendur dan membuat kalian hilang semangat. Parahnya nih ya, kadang energi-energi negatif ikut bermunculan juga.

Ingat, kalian akan membawa beban lebih, menemani dan melayani si kecil juga. Jadi harus yakin kalau mau naik bukit, ya. Eh, ini ngga hanya buat naik bukit, sih. Ketika ingin mengajak si kecil jalan, kemana pun. Hanya saja, jika ke bukit harus punya keyakinan lebih. Termasuk yakin kalau si kecil akan baik-baik saja. 

  • Sabar.
Wiiiih...ini penting banget! Terlebih buat kalian yang membawa si kecil sendirian, hanya dengan Ibu atau Ayah. Seperti yang kulakukan saat membawa Yasmin ke bukit tranggulasih yang ternyata luas banget sampai puncak. 

Saat si kecil masuk dunia luar alam, merasakan suasana yang berbeda, terus dia peka, pasti akan ada banyak langkah dan tingkah. Banyak hal yang akan dilakukannya dan kadang diluar dugaan. Ini betul-betul akan menguji kesabaran, Buuk.

Kudu kuaat...
Jika kalian tipe-tipe orang tua yang hanya punya sedikit stok kesabaran, lebih baik jangan dulu ajak si kecil naik bukit. Kasihan karena dia yang harusnya menikmati alam, atau mungkin eksplore dunia baru, tiba-tiba dicekal karena orang tua kurang sabar mengikuti langkahnya. Yang sabar, yaaa. 💃

  • Koordinasi dengan panitia.
Aku ke bukit tranggulasih ngga hanya bersama Yasmin. Bareng teman-teman blogger juga karena ini memang acara semacam famtrip yang diselenggarakan Blogger Banyumas. Sebelum memutuskan untuk naik bukit, aku melakukan koordinasi dengan panitia. Mulai dari jarak tempuh, transportasi, cuaca, suhu, semacam fasilitas di sekitar bukit, sampai dengan ketersediaan headlamp karena kami akan camping.

Beruntung, panitia Juguran Blogger nih super baik, dan perhatian pula. Aku request minta dua sleeping bag dipenuhi, lho. Hihihi. Makasih, Oliph, Mas Pradna, dan panitia. Makasih juga buat fourteen adv yang sudah menyediakan perlengkapan camping yang aman dan nyaman buat kami.

Nyenyak bobok di tendaa...
Lalu, gimana jika bepergian sendiri? Cari informasi sedetail mungkin. Bisa dengan cara browsing, atau bertanya langsung kepada teman yang pernah ke Bukit yang akan menjadi tujuan. Gampang, tooo? 

  • Perhatikan kebiasaan Si Kecil sebelum tidur.
Tiap anak, tuh, unik. Semua orang tua paham. Tiap anak punya kebiasaan sendiri saat mau bobok. Semua orang tua tahu. Ada yang harus megang jempol Ibu, usap-usap punggung, atau main dulu sampai lelah. Turuti apa kemauan si kecil saat mau bobok. Ini bobok di bukit, bukan di rumah. Ingat lho, ya.

Pengalamanku saat itu, Yasmin punya teman baru di bukit, anaknya yang punya warung dan seusia, gitu. Jam biologisnya pun berubah drastis. Di rumah dia terbiasa bobok jam 19.00 WIB, dan malam itu dia bobok jam 23.00 WIB. Luar biasa, ya. Hahaha. Itu karena apa? Yasmin maunya main sama teman barunya yang tiap hari bobok larut malam terus. Mainan kursi, lari ke sana-ke mari. Hihihi. Lagi-lagi, sabaar ya, Buuuk.

  • Temani si kecil.
Iya...ini kalian lagi ngajak si kecil naik bukit lho, ya. Jadi jangan sampai kalian terlena dengan aktivitas sendiri, atau bermain dengan teman-teman, sementara si kecil dicuekin. Duuh...kasihan, kan. Dia pasti akan kesal. 😂 Makanya, temani si kecil, ajak dia main, eksplor bukit, ikuti langkahnya penuh kesabaran. 

Nah, setelah si kecil nyaman atau bahkan lelah yang berujung pada matras (bukan kasur), barulah bisa pepotoan manjaaa. Ini sih aku bangeeet. 😂

  • Bawa mainan favorit si kecil, perlengkapan penting, dan stok camilan dan minuman.
Yuups...ini penting juga, ya. Mainan dan perlengkapan si kecil. Bawa beberapa mainan favorit si kecil. Ini bisa buat selingan saat si kecil mulai bosan main atau sedang rewel. Perlengkapan penting milik si kecil pun jangan sampai ketinggalan, ya. Ini beberapa perlengkapan yang harus dibawa camping diantaranya: minyak telon, tisu basah, tisu kering, pakaian ganti, popok sekali pakai, dll dll.

Oiya, pastikan si kecil dalam keadaan hangat, ya. Pakai kaus kaki, jaket, jilbab (kalau perempuan), pokoknya jangan sampai dia kedinginan, kasihan. Apalagi yang alergi dingin, tuh. Kan suka ada, ya. Ya...meski di bukit tranggulasih itu ngga begitu dingin, persiapan total tetap perlu. 💃

Ini Bale Raos, bukan warung di Bukit. . .Hahaha
Di bukit tranggulasih tuh udah ada warung yang menurutku cukup lengkap. Pasta gigi saja, ada lho. Makanan ringan, roti, juga ada. Tapi, ngga ada salahnya bawa makanan atau camilan favorit si kecil. Siapa tahu, dia ngga suka dengan makanan yang ada di warung, kan. 

Btw... kalian yang punya anak kecil dan masih strong, ngga pingin ngajak si kecil naik bukit juga? Asyik lho ngajak Si Kecil naik bukit, jalan bareng orang dewasa, sesekali. Main ke Banyumas, sempetin ke Bukit Tranggulasih, deh. Ngga bakal nyesel, kok. Insya allah aman! 💃 💃💃

🙂 Catatan Perjalanan “Juguran Blogger Indonesia 2017” kerjasama antara Komunitas Blogger Banyumas dengan Bappeda Litbang Banyumas dan didukung oleh Bank Indonesia Perwakilan Purwokerto. Makasih buat PANDI, @fourteen_adv, @lojadecafe, dan Hotel Santika Purwokerto yang turut mendukung acara ini. 🙂
Share
Tweet
Pin
Share
9 komentar
Kalau punya keinginan, ada baiknya untuk diucapkan. Siapa tahu pas malaikat lewat, terus nyatet keinginan-keinginan yang sedang diucapkan. Ada baiknya (lagi), minimal ada satu orang yang tahu. Katanya. Demi apa coba? Demi ada yang meng-amin-kan! 😂 Tapi ada juga yang lebih suka diam-diam berdoa, tahu-tahu sudah terbang entah kemana. 😄 Terus nih ya, ada juga yang cukup ditulis, terus ditempel di dinding sebagai pengingat. Kalau Blogger, ada yang ditulis seperti ini. Kalau ini, demi apa cobaaa? Demiii akaaang laaaa...Hahaha



Share
Tweet
Pin
Share
6 komentar
Newer Posts
Older Posts

Cari Di sini

Perkenalkan...

Hai...perkenalkan, saya Idah. Ibuk dari dua anak dan satu-satunya admin di blog ini.

Rutinitas saya saat ini sebagai Ibu Rumah Tangga sekaligus Ibu Pekerja Kantoran. Kami sekarang tinggal di Kota Dawet Ayu, Banjarnegara, Jawa Tengah.

Oiya, jika ingin komunikasi, bisa melalui akun instagram kami @cerisfamily atau kontak langsung melalui email cerisfamily@gmail.com. Terima kasih.

On Youtube

Fans Page

CERIS Family

Blog Archive

  • ▼  2025 (17)
    • ▼  Juli (2)
      • Family Trip Naik Vespa, Bali Jadi Lebih Mesra
      • Dari BRT Trans Jateng, Kami Pulang Membawa Banyak ...
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (5)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2024 (39)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (10)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2023 (28)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (4)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2022 (14)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2021 (12)
    • ►  September (2)
    • ►  Juni (3)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2020 (17)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2019 (42)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Mei (26)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2018 (37)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2017 (61)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (8)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2016 (62)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (7)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2015 (63)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (9)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (10)
    • ►  Juni (12)
    • ►  Mei (2)

Popular Posts

  • Biaya USG 4 Dimensi di RS Panti Nugroho
  • Tujuan Pemeriksaan HB dan HBsAG untuk Ibu Hamil
  • Tip Agar Jahitan Pasca Melahirkan Cepat Kering

recent posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Part Of Community


Blogger Perempuan
mamadaring
Seedbacklink

Follow Us!

Social Media

Facebook Twitter Instagram Youtube Blog Ibu

MageNet

0ccdff8bd3766e1e4fdd711a2ad08ee5151bd247

Created with by ThemeXpose