• Home
  • About
  • Jasmine
  • Wildan
  • Hiroku
  • Kesehatan
  • Tumbuh Kembang
  • Parenting
  • Jalan Jajan
"Om Telolet Om."

"Teloleeet Teloleeet."

"Huuuwh...Uwwwh...Huuuh..."

Om Telolet Om yang beberapa pekan menjadi viral di sosial media. Aku sama sekali tidak update tentang Si Om Telolet. Asli. Sebenarnya penasaran, sih. Karena di beberapa group whats app yang kuikuti ramai ngeMeme Telolet juga.




Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Pagi tadi aku menjumpai seorang perempuan tangguh sedang asyik menggoreng mendoan di dapur. Telah menjadi rutinitasnya tiap pagi berdiri di depan kompor. Bolak-balik ke wastafel. Meracik bumbu, dan aktivitas lain yang sukses mengeluarkan keringat di pagi hari. 


A photo posted by CERIS Family (@cerisfamily) on Dec 21, 2016 at 6:37pm PST


Adalah Ibuku. Tanpa menghilangkan jejak Bapak, Beliau adalah perempuan yang telah sukses mendidikku menjadi seorang Ibu penuh kesabaran. 

Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
Eeeeeeh...BuIbu arisan kompleks sudah pernah hiking belom? Hahaha. *ketawasombong* Aku yakin, meski rajin ikut arisan, beberapa BuIbu kompleks pasti tahu dan pernah hiking. Tapi, kalau hiking sambil gendong bayi sudah pernah belum? Huaaahaha. *gayabanget* *sokyes*

Ini Jasmine bukan lagi pamer lho, ya. Bisa diartikan, kami sama-sama kagum saat melihat hasil foto kami di atas bukit scotter.

Bagiku, bisa mengajak Si Kecil ikut FamTrip ke Dieng bareng Blogger, dengan didampingi pihak Dinas Kebudayaan Pariwisata Kabupaten Banjarnegara, tanpa kendala suatu apa adalah PUJI SYUKUR! Lha ini, sudah sampai Dieng, masih diberi bonus sekaligus kejutan oleh Si Kecil. Yaitu mencapai puncak Bukit Scotter, Dieng.
Emaknya girang, anaknya udah lelah. . .

Ya, aku mengatakan kejutan karena aku kira Jasmine bakal bosan dan rewel sesampainya di kaki Bukit Scotter. 

"Yasmine, kita berhenti di sini saja, ya. Di atas dingin. Di sini kan anget, ada Kak Berbie."

Berjalan kurang lebih 500 meter dari jalan raya, aku berhenti di tempat parkir. Di sana sudah ada Mbak Rian yang memutuskan untuk tidak ikut hiking. Pun denganku. Karena pagi itu, aku menggendong Kecemut. Kasihan Ibu dan Anak andai perjalanan tetap dilanjutkan. Pikirku saat itu.


IniBukitScotterKami...hahaha
Aku duduk di sebelah Mbak Rian yang mulai asyik dengan kameranya. Tidak lama duduk, Kecemut rewel. Duuh...gawat ini kalau sampai rewel. AYAAAH...TOLONG! (Pertamakali piknik tanpa Ayah, menginap pula).

"Duuh...piye anakmu. Diajak jalan coba. Siapa tahu diam." 

Hahaha...Pala Berbie pusing dengar tangisan bayi. Daripada makin menjadi, aku langsun mengajaknya jalan ke bawah, kembali ke minibus yang membawa kami.

Usaha pertama gagal. Kecemut tetap rewel. Aku paham, jam biologisnya pagi itu adalah waktunya untuk jalan-jalan pagi. Makanya, Kecemut minta jalan terus, terus jalan. Takjubnya sama ini bocah, diajak jalan ke bawah tetap rewel. Tapi, diajak jalan ke atas, dia girang banget.

Rasanya tidak mungkin seusia Kecemut tahu di mana letak bukit. Analisa pendek, mungkin dia melihat banyak orang yang jalan ke atas, menuju bukit dan beberapa petani menuju ladangnya. Kecemut ingin merasakan keramaian juga, mungkin.

Pingin ke atas juga ya, Beib?
"Waduh-waduh, masih bayi jangan diajak ke atas, Mbak. Kasihan, dingin. Sini ikut Nini Wito saja."

Seorang perempuan lanjut usia yang sedang memegang sapu di terasnya berjalan cepat dan memegang tangan Jasmine. 

"Anget. Aku kira kedinginan." Ucap Nini Wito sambil menggenggam tangan Jasmine, memegang pipinya, lalu menciumnya.

Jasmine kembali rewel, dan kali ini tambah hebat rewelnya. Aku langsung berpamitan kepada Nini Wito, sembari minta doa untuk keselamatan kami. *inilebay* *tapidoaorangtuapenting*

Akhirnya, kami kembali melanjutkan perjalanan menuju Bukit. Kecemut diam dan dia nampak mulai ngantuk. Ini sudah lebih dari setengah perjalanan, jika aku turun, kok rasanya ada yang sia-sia, ya. Karena Kecemut dalam keadaan nyaman dan aman, aku terus berjalan sampai akhirnya bisa berdampingan dengan Tante, Blogger yang paling santai hikingnya.


Dilepas sebentar, langsung rusuh. Memetik Daisy. . . :D Kagak boleh merusak alam, Nak. Dosaaaa. . . :)
Di sepanjang perjalanan, aku terus berdoa untuk keselamatan kami. Karena ini adalah pengalaman pertamaku mengajak Jasmine ke bukit. Memang, lokasi bukit tidak terlalu jauh dari jalan raya. Hanya membutuhkan waktu 30 menit jalan kaki super santai sambil gendong Jasmine. Tapi, tetap saja ada rasa was was. Asli, dag dig duug!

Sesampainya di puncak bukit, aku melihat kebahagiaan pada senyum Si Kecil. Melihat hamparan rumput di sekitar bukit, dan para Bloggers yang sedang ramai, berfoto kaki Jasmine memberi kode bahwa dia ingin segera turun. 

Andai malam hari tidak hujan, rumput tidak basah banget, aku akan membiarkannya turun. Bermain, merangkak dengan bahagia di atas rumput Bukit Scotter. Sayang sejuta kasih, kawasan bukit becek.
Makasiih Pakde Topaaan! :D
Tidak mengizinkan anak turun, tapi Ibu ngidam banget pingin naik gardu bambu buat mendapat foto kece. Bhahahaha. Kelakuan.

Beruntung ada Bapake dan Ibune Jiwo yang mau dititipin dikau, Jasmine sayong. Dengan menggunakan baby carier, Bapake Jiwo menggendongmu.

Ibu baru meninggalkanmu beberapa detik, tapi kamu rewel lagi. Kan jadi kagak konsen narsis di atas gardu bambu, Cyiiint! Bhahaha. Eh, jangan bilang kalau rewelmu itu pertanda kamu ingin naik ke gardu bambu juga, ya! Ngeeeri tauuk! Cukup Ibu saja yang dapat foto kece dari gardu pandang, ya. :P

Baca juga Keelokan Lansekap Dieng dari Bukit Scotter.
Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
Bagiku, tidaklah mudah mengurus seorang bayi, apalagi ini pengalaman pertamaku menjadi orang tua. Bayi mulai rewel saja, kadang mengatasinya sampai keringat bercucuran. :D

Ada banyak cara untuk membuat bayi lebih tenang dan nyaman saat rewel. Dekapan Ibu, mengajaknya keluar, memberikan mainan, atau dengan meletakkannya di ayunan bayi, lalu memutarkan musik.

IniBouncerku, Mana Bouncermu? :D

Pelan-pelan, ingatanku kembali pada masa kecil saat mendengar kata ayunan bayi. Kira-kira usia dua tahun, di mana Bapakku kerap membentangkan jarik di antara dua bambu yang sudah tertanam kuat. Ayunan ini dibuat di belakang rumah.

Ada juga ayunan yang dibuat di dalam rumah. Masih menggunakan jarik, tapi hanya dicantolkan di timbangan buah salak yang menggantung. Hahaha. Ini timbangan multifungsi banget, ya. Tapi, aku lebih nyaman menggunakan ayunan yang ini karena ada di dalam rumah. Kapan saja bisa dibuat.

Itu dulu, saat perlengkapan bayi yang bernama Ayunan atau Bouncer belum banyak dijual di toko. Banyak orang tua yang kreatif, menciptakan mainan-mainan dari apa yang dimiliki, dari bahan atau peralatan yang sudah ada. 

Berbeda dengan sekarang. Begitu banyaknya toko yang menjual ayunan bayi. Apalagi toko online. Tidak hanya online shop yang fokus jual beli perlengkapan bayi, hampir semua online shop menawarkan bouncer chair. Mulai dari ayunan yang sederhana dengan harga terjangkau, sampai ayunan yang bermerek dengan beragam fasilitas dan tentu harganya fantastis. :D

Memasuki usia Jasmine yang kelima bulan, aku mulai menyicil satu per satu perlengkapan bayi yang sekiranya memang dibutuhkan si kecil. Belum merealisasikan beli ayunan, ada seorang teman blogger (satu komunitas), menawarkan perlengkapan bayi berupa Bouncer. Alhamdulillaah. :D

FYI, bayi yang diayun secara pelan-pelan oleh Ibunya, baik di dalam gendongan, maupun dengan bouncer, masing-masing memiliki fungsi tersendiri sebagai salah satu cara untuk memberikan stimulus pada bayi.

Berikut 2 manfaat ayunan untuk bayi:

1. Relaksasi
Ayunan biasanya mempunyai ritme yang konstan, yang membuat bayi menjadi lebih tenang dan lebih rileks. Saking rileksnya, kadang si kecil sampai tertidur di ayunan. Ini biasanya sangat efektif untuk menenangkan si kecil dari tangisannya.

2. Mengusir gerah
Penyebab Si Kecil rewel biasanya karena merasa geah atau lapar. Jika banyak keluar keringat dari tubuhnya, maka ayunan bisa mengusir kegerahan tersebut kareba ada udara bergerak yang akan membuatnya merasa lebih sejuk.

Saat belum begitu tegap untuk duduk, aku kerap merangsang Si Kecil untuk tiduran di bouncer. Tepat di atas ayunan bayi, terdapat cermin. Di depannya juga mainan. Jadi, Si Kecil kadang heboh sendiri saat mencoba menggapai mainan.

Memang, saat pertama kali tiduran di ayunan, Jasmine rewel. Seperti ketakutan. Takut akan ditinggal pergi dan dia sendirian. Mungkin pikirannya gitu kalik, ya. Hahaha. Tapi, saat aku mulai memutar musik, dia girang banget. Mainan yang ada di depannya langsung diraihnya.

Hampir tiap hari Jasmine ongkang-ongkang santai di bouncer. Kadang, sambil nonton video pun duduk manis di bouncernya. Meski sudah merasa nyaman, aku tetap mendampinginya, tidak meninggalkannya sendirian saat Jasmine di bouncer. Tetap dalam pengawasan. 


Mudah dibawa kemana saja....
Omong-omong, sekadar berbagi nih, ya. Sebelum membeli bouncer chair, BuIbu perlu memperhatikan faktor-faktor berikut:

1. Keamanan
Pernah mendengar ada bayi jatuh dari ayunan? Ini adalah salah satu risiko ketika Si Kecil sendirian di ayunan, tanpa pendampingan. Makanya, petimbangan berupa strap kuat, tempat nyaman, tidak gampang terguling, empuk, dan cepat lambat ayunan sebaiknya diperhatikan.

2. Kualitas
Pilih ayunan dengan bahan kaki yang kuat, tidak mudah bengkok atau patah. Pilih juga untuk bahan tempat duduk atau tidur bayi yang lembut dan empuk supaya Si Kecil merasa nyaman, tidak gerah.

3. Kemudahan memindah
Ini berhubungan banget dengan keceriaan si Kecil saat di ayunan. Kebayang, dong, saat Si Kecil ditempatkan pada satu tempat yang itu-itu saja. Bayi punya rasa bosan juga, Buuk. Selain itu, bayi juga butuh suasana baru, untuk mengeksplor, misalnya. Menambah referensi tempat, baginya. :D Makanya, pilih ayunan yang mudah dipindah, ya. Jangan terlalu berat, kasihan yang memindahkannya. :P

Prioritaskan ayunan bayi yang kuat, aman dan mudah dipindah kemana tempat, ya. Supaya Si Kecil dan yang momong sama-sama bahagia. :D

BuIbu punya pertimbangan lain sebelum membeli ayunan bayi? Share ke Jasmine, yuk!
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Aku dan Si Kecil. Kami punya moment yang tidak menyenangkan saat menuju delapan bulan Si Kecil. Menuju delapan bulan saat masih dalam kandungan, dan menuju delapan bulan ketika Si Kecil sudah mulai merangkak.

Menuju delapan bulan saat Si Kecil masih dalam kandungan.

Siang hari ada telepon masuk dari nomor yang tak kukenal. Aku mengabaikannya. Paling hanya orang iseng belaka. Kalaupun bukan, pasti telepon lagi, atau mengirim pesan. Aku betul-betul mengabaikannya.

Tak kusangka, telepon masuk dengan nomor baru itu adalah nomor Bapak. Sepertinya baru ganti nomor. Aku tahu itu nomor Bapak setelah kami bertemu di rumah. Sepulang kerja, Bapak memberi informasi bahwa tadi menelponlu, tapi tidak diangkat.

Bapak nampak sibuk berkemas. Banyak barang yang dimasukkan ke dalam tas. Aku kira, Bapak hendak ada acara, tapi ternyata tebakanku salah. Barang-barang yang sudah dikemas itu akan dibawa ke Puskesmas. Ibuku kecapean, tekanan darah tinggi, dan harus istirahat penuh.

Sore itu, sesampainya di Puskesmas, aku memeluk erat Ibu, memegang tangannya, kemudian bersimpuh di kakinya. Di ruang, hanya ada aku dan Ibuku saat itu. Betapa sedihnya melihat Ibu berbaring di atas tempat tidur single bed. 

"Pulang, istirahat. Kamu lagi hamil, jangan di sini." Pinta Ibu kala itu sambil mengelus-elus peurtku yang makin membesar. Aku hanya bisa mengangguk. Keluar ruang, dan air mata yang telah kubendung dengan susah payah, akhirnya mengalir juga.

Ini pertamakali Ibuku sakit dan rawat inap. Pertama dan untuk yang terakhir. Doaku sore itu. Tapi, Allah berkehendak lain. 

Menuju delapan bulan saat Si Kecil mulai belajar merangkak, Ibu kembali sakit.

"Ibu kecapean?" Tanyaku pagi itu saat menjumpai Ibu kembali tidur setelah shalat subuh.

"Ibu Sakit?" Aku bertanya lagi, dan dibalik selimutnya, Ibu sedang menangis.

Menuju delapan bulan, gerak Jasmine memang makin aktif. Mungkin, Ibu juga makin kewalahan. Selain itu, Ibu kerap lupa makan. Sekali lagi, lupa makan. Tidak napsu makan, katanya. Mungkin, ini menjadi salah satu faktor (juga) Ibu sakit.

Karena merasa masih (sok) sehat, Ibu hanya periksa di Bidan Desa. Namun, karena tekanan darah di atas normal, Bidan merujuknya ke Puskemas Madukara 1.

Menjadi hal tersulit bagiku saat Ibu terus meminta untuk rawat jalan. Tekanan darah Ibu akan mudah turun jika rawat jalan, istirahat di rumah, menurutnya. Apalagi ada Jasmine yang bisa menjadi obat. Menurutnya akan cepat sembuh.

Tapi aku tidak mengindahkan permintaan Ibu. Justru aku memilih ubtuk membawanya ke RSUD supaya perawatan lebih intensif. Selama enam hari lima malam, Ibu betul-betul istirahat di rumah sakit. Tiap aku menjenguknya, Ibu selalu menanyakan Jasmine. Ibu nampak kangen berat.

Anak bayi memang tidai boleh masuk Rumah Sakit karena dikhawatirkan tertular bakteri, virus. Tapi, aku tidak tega melihat Ibu yang betul-betul kangen dengan cucunya.

Suatu siang, saat libur kerja, aku mengajak Jasmine ke rumah sakit. Alhamdulillaah...Mbah dan Cucu bisa saling berpandangan, melempar senyum, meski hanya tiga menit. Cukup mengobati rasa kangen mereka.

Menuju delapan bulan, ada peristiwa yang tidak membahagiakan. Menuju delapan bulan, dengan berat hati, Ibu harus mencari pengasuh untukmu, Nak. Supaya Mbah Uti bisa istirshat dulu, ya. Ibu harus bisa ikhlas atas ini semua. Semoga kamu juga ikhlas ya, Nak.
Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
Newer Posts
Older Posts

Cari Di sini

Perkenalkan...

Hai...perkenalkan, saya Idah. Ibuk dari dua anak dan satu-satunya admin di blog ini.

Rutinitas saya saat ini sebagai Ibu Rumah Tangga sekaligus Ibu Pekerja Kantoran. Kami sekarang tinggal di Kota Dawet Ayu, Banjarnegara, Jawa Tengah.

Oiya, jika ingin komunikasi, bisa melalui akun instagram kami @cerisfamily atau kontak langsung melalui email cerisfamily@gmail.com. Terima kasih.

On Youtube

Fans Page

CERIS Family

Blog Archive

  • ▼  2025 (17)
    • ▼  Juli (2)
      • Family Trip Naik Vespa, Bali Jadi Lebih Mesra
      • Dari BRT Trans Jateng, Kami Pulang Membawa Banyak ...
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (5)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2024 (39)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (10)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2023 (28)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (4)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2022 (14)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2021 (12)
    • ►  September (2)
    • ►  Juni (3)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2020 (17)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2019 (42)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Mei (26)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2018 (37)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2017 (61)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (8)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2016 (62)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (7)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2015 (63)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (9)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (10)
    • ►  Juni (12)
    • ►  Mei (2)

Popular Posts

  • Biaya USG 4 Dimensi di RS Panti Nugroho
  • Tujuan Pemeriksaan HB dan HBsAG untuk Ibu Hamil
  • Tip Agar Jahitan Pasca Melahirkan Cepat Kering

recent posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Part Of Community


Blogger Perempuan
mamadaring
Seedbacklink

Follow Us!

Social Media

Facebook Twitter Instagram Youtube Blog Ibu

MageNet

0ccdff8bd3766e1e4fdd711a2ad08ee5151bd247

Created with by ThemeXpose