• Home
  • About
  • Jasmine
  • Wildan
  • Hiroku
  • Kesehatan
  • Tumbuh Kembang
  • Parenting
  • Jalan Jajan
Hi! #CatatanBumBum akhirnya bisa hadir kembali di momen spesial buat anak kedua kami, Wildan. Yaps, momen spesial kali ini yaitu momen pertambahan usia atau ulang tahun. Saya bahagia banget bisa "bertemu" lagi dengan 23 Mei yang merupakan tanggal lahirnya. Alhamdulillah...

kaus anak superhero marvel


Betapa waktu terasa begitu cepat. Wildan yang lahir saat dunia sedang berduka akibat Covid-19, alhamdulillah sekarang sudah bisa menghirup udara luar dengan bebas tanpa ada rasa takut atau khawatir. Eits...tapi kabarnya kasus Covid sekarang kembali naik, ya. Kalau benar, tetap berhati-hati saat hendak ke luar rumah. Jangan lupa untuk tetap patuhi protokol kesehatan karena menjaga untuk tetap sehat lebih baik dari pada mengobati, bukan?

Jujur, keraguan untuk mengajak anak-anak bepergian kini tidak lagi berlebihan. Baru-baru ini, saya mengajak Wildan ke Serulingmas Zoo dalam rangka kencan. Iya, saya jarang mengajaknya kencan karena dia lebih betah bermain di rumah meskipun tidak ada teman alias main sendiri. Dia tetap menikmati aktivitasnya menyusun lego, bermain mobil-mobilan, atau menonton film kartun kesayangannya via kanal YouTube.

Wildan, Ibun akan merekap beberapa aktivitas dan juga apa-apa yang kamu suka menuju usia 3 tahun. Tidak hanya itu, kita juga ada obrolan yang kemudian menjadi sebuah harapan bagi Ibun di usiamu ketiga tahun ini.

Ibun sangat beruntung dengan adanya kamera, Nak. Soalnya disaat memori Ibun mulai melemah, Ibun langsung buka galeri untuk melihat momen-momen melalui foto dan video. Duh...terbayang susahnya mengingat tanpa melihat dokumentasi. 🫠 Berikut tumbuh kembang dan juga beberapa kegiatanmu selama satu tahun. Random saja, ya!

Menjadi Pribadi yang Peka.

Juni 2022, Ibu dan Ayah lagi sok rajin dengan tanaman di sekitar rumah. Pagi itu, ada banyak aktivitas yang kami lakukan bersama. Saya merapikan bunga dan mencabut rumput liar di samping rumah, sementara suami membuat adukan tanah persiapan pergantian dan juga penambahan beberapa pot bunga.

Tak lama kemudian, Wildan minta bergabung untuk ikut merapikan bunga dan juga membuat adukan tanah. Saya jadi ingat kalau punya cangkul kecil di gudang. Nah, karena dia tampak semangat sekali untuk membantu kami, saya pun mengambilkan cangkul dan juga sepatu untuknya. Beruntung peralatan masih ada, akhirnya dia membantu kami dengan alat tempurnya. Hayo, orang tua mana yang tidak meleleh melihat anakny respek atau peka?

Mau Menjadi Pendongeng?

Saya tidak menyangka kalau Wildan begitu antusias dengan buku hard cover yang berisi cerita tentang hewan. Nyaris setiap malam sebelum tidur, dia meminta saya untuk membacakannya. Jumlah bukunya memang masih terbatas, namun isinya banyak "daging"nya. 

Ah...jangan-jangan di mau jadi Pendongeng, nih. Soalnya dia bisa banget berekspresi dan menceritakan ulang meskipun masih terbata-bata tapi semangat mendongeng dan imajinya berkembang.

Melafalkan Huruf W.

Wildan, namanya. Tapi jika menyebutkan namanya sendiri membutuhkan energi khusus dan fokus. Sampai di usianya yang ketiga tahun pun dia belum juga bisa melafalkan huruf W. Jadi, dia kalau menyebut namanya sendiri bukan Wildan, melainkan Indan. Menyebut nama Mbaknya juga bukan Wita, melainkan Ita. 😄

Tidak apa, tapi Ibun tidak akan membenarkan lafal yang salah. Ibun tetap melafalkan sesuai dengan ejaan yang benar supaya Mamas paham bahwa yang diucapkan belum benar. Terus belajar ya, Mas. 😉

Malu-malu Banyak Mau.

Sekilas jika memandang wajah Mamas yang agak teduh, banyak yang mengira kalau dia adalah anak pemalu. Memang benar, dia sedikit pemalu tapi banyak mau. Dia termasuk anak yang membutuhkan waktu untuk beradaptasi di tempat baru. Kabar baiknya, dia tidak membutuhkan waktu lama untuk membaur sekalipun baru dikenal.

Saya mengira, Mamas akan mewarisi sifat pemalu dari Ayahnya, lho. Ternyata tidak 100% menjadi pribadi yang pemalu. 😊

Mamas, sebenarnya masih banyak banget momen dan juga daftar kunjungan ke beberapa tempat yang seru bersama keluarga. Kapan-kapan dilanjut, ya. Selamat tiga tahun, semoga tetap menjadi pribadi yang baik, peka, respek, dan penyayang. 💗
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Puluhan tahun silam, zaman masih gadis dan alay maksimal, bagi saya memanjangkan kuku menjadi hal yang sangat menyenangkan. Terlebih jemari saya ini termaduk tipe yang lentik dan kuku pun demikian. Dibiarkan panjang sedikit saja rasanya udah kece maksimal. Eh, mohon maaph kalau ternyata menjadi narsis. 🤣

Lanjut narsis, ya. 🤭Punya kuku panjang, pakai kutek, kemudian ujung kuku dibentuk setengah lingkaran. Subhanallaah...ini kuku tambah manis banget dan rasanya tidak rela jika tangan ini harus mencuci piring apalagi baju. Kenapa cobaaaa? Karena setelah cuci-cuci si kuku pasti lembek dan itu menjadi rawan patah. Pokoknya begitu sayangnya saya sama si kuku panjang yang kalau buat nyakar pasti sakit. 😝

memanjangkan kuku saat masih punya balita


Masa-masa Tidak Rela Kuku Sampai Patah.

Kuku yang sudah panjang, lentik, dan tiba-tiba  patah, tuh, bikin nyesek dan kesal. Saking tidak relanya, saya pernah menangis cuma gara-gara kuku patah setelah cuci baju. Dan anehnya, saya sempat marah-marah sama Ibu padahal yang saya cuci adalah baju saya sendiri. 😂 Eh, ini nyuci bajunya masih manual, ya. Belum pakai mesin cuci. 🤭

Sebenarnya kuku ini tidak begitu penting untuk sebuah penampilan. Tentu bukan buat penampilan seorang artis, dong. Karena mereka sudah pasti sangat memperhatikan penampilan dari ujung kepala sampai ujung kaki, detil banget. Namun, bagi sebagian orang yang punya kuku panjang, nail body yang juga panjang, bisa menambah tingkat percaya diri. Saya pernah mengalaminya selama beberapa bulan. Banyak yang memuji jemari ini lentik! Dan saya ke-GR-an, dong.💅

Namun Kondisi Berbalik 180° Saat Saya Punya Anak.
 
Ternyata perihal memanjangkan kuku itu punya masanya. Khususnya bagi saya. Tepatnya semenjak lulus kuliah, saya terbiasa dengan kuku pendek. Karena kebetulan kerjanya sering bersinggungan dengan ketik-ketik, rasanya lebuh nyaman punya kuku pendek. Terasa ada ikatan tersendiri dengan keyboard. Hahaha. Lanjut berkeluarga dan punya Syaquita, saya risih banget kalau kuku sampai panjang meskipun hanya sedikit. Makanya, sata sering potong kuku minimal seminggu sekali.

Menjadi seorang Ibu ada banyak hal yang musti diperhatikan, salah satunya yaitu menjaga kebersihan kuku. Yups, Ibu menjadi salah satu orang yang sering merawat si kecil. Mulai dari memandikan, mengoleskan minyak kayu putih, sampai dengan membersihkan kotoran di telinga. 

Tidak terbayang jika saya masih suka memanjangkan kuku, pasti akan susah merawat si kecil untuk aktivitas tertentu. Rasa-rasanya akan kurang maksimal. Dan yang perlu diperhatikan banget, tuh, ketika Ibu tetap membiarkan atau menginginkan kukunya panjang saat masih punya bayi atau balita. Ini dapat membahayakan, ada kemungkinan membuat kulit si kecil lecet.

Btw, kamu punya cerita tentang memanjangkan kuku? Yuukkk...bagikan di sini!


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Perhatian! Artikel ini ditulis sebagai momen dan pengingat semata. Tidak ada maksud lain. 😘

Haiii, pembaca setia! Semoga kalian dalam keadaan sehat wal afiat dan bahagia, yaa. 😘

Kejutan di Tri Semester Pertama

Eh, apakah kalian pernah mendengar pernyataan bahwa setiap anak itu unik? Pasti sering banget, yaa. Apalagi dikalangan Bunda-bunda yang sudah punya anak. Meski diliahirkan dari rahim yang sama, namun pada kenyataannya tiap anak mempunyai karakter tersendiri dan tak pandang jenis kelamin. Mau perempuan semua, misalnya. Karakter mereka tidak ada yang sama sekalipun kembar. Punya bawaan sendiri-sendiri. 🙊

Naaaaaah!

Setelah sekian lama hanya bisa nyawang atas pernyataan tersebut, akhirnya sekarang saya bisa merasakannya mulai dari dalam kandungan. 🙈

Yups ya ya ya!

FYI, ini adalah kehamilan kedua saya. Anak pertama saya, Kecemut, saat ini berusia empat tahun. Saya masih ingat betul awal-awal kehamilannya. Sebagai Ibu rumah tangga sekaligus working mom, saya saat itu terus memotivasi diri sendiri, menyemangati diri ini untuk selalu sehat, kuat dan dapat menjalani rutinitas harian dengan lancar. Uniknya nih, hamilnya ngebo bangettt alias tidak merasakan mual, pusing, ngidam, manja, dan hal-hal lain yang kerap dirasa ibu hamil. Sampai usia kehamilan 8 bulan pun semangat kerja terus terjaga, bahkan masih aktif dinas luar. 🙊

Pada kehamilan kedua...

Khususnya di bulan kedua kehamilan atau usia kandungan 8 minggu, saya mendapat kejutan dari dedek bayiiii, nih. Rasanya surprise banget ketika pagi hari, waktunya nyiapin keperluan anak sekolah, suami kerja, namun saya tidak memiliki kekuatan untuk itu. Mata rasanya berat bangettt buat melek, pinginnya bobok lagi. Saya sudah berusaha banget untuk menjalani rutinitas pagi, tapi tetap tidak bisa. Belum lagi, kadang ada mual-mual, gitu. 🙊

Sampai pada titik terparah, waktunya jam kerja kantor, saya kerap tidur di atas kursi, di depan laptop, atau di mushola. Ngga malu sama teman kantor? Malu banget laaah! Tapi gimana lagi, rasa kantuk itu tidak bisa terbendung. Tidurnya pun langsung pulas, gitu. Begitu terbangun sudah duhur atau ashar. 🙈

Suatu hari di bulan Oktober, saya tidur nyaris seharian. 😂Izin berangkat kerja agak siang, taunya pas bangun udah jam 16.00 WIB. Hahaha. Rasanyaaa...

Seperti apapun keadaan saat hamil, akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan karena punya cerita tersendiri. Saya sangat menikmati karena proses kehamilan itu istimewa. Terima kasih atas kejutannya, sayang. Semoga kita sehat-sehat terus, yaa. 😘
Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
Rasa bahagia mulai menghampiri ketika waktu menunjukan pukul 17.30 WIB dan pekerjaan kantor telah selesai. Sudah melebihi jam kerja memang, tapi inilah yang sedang saya alami. Beberapa minggu ini, saya selalu pulang terlambat karena memang sedang ada pekerjaan tambahan dan itu deadline. Sungguh awal tahun yang produktif. 💓 Tak mengapa, asal badan sehat pekerjaan insya allah dapat diatasi sesuai tarjet. Hanya saja yang menjadi masalah yaitu kerap ada janji yang tak sampai.


Seperti biasa, sesampainya di teras rumah, klakson motor saya mainkan sebagai salah satu isyarat kalau saya sudah pulang. Sudah cukup lama rasanya saya berdiam di atas motor, ada dua menit mungkin. Tapi langkah kaki mungil Kecemut belum juga terdengar, celotehannya pun. Yasudah, akhirnya standar sepeda motor samping saya standarkan, kemudian turun dari motor. Kaki ini baru akan turun, tiba-tiba Mbah Uti membukakan pintu, pelan sekali.

"Lho, mana Syaquita?" Tanya saya kepada beliau yang terlihat kewalahan membuka pintu depan karena memang agak susah dibuka.

"Baru saja bobok." Jawabnya pelan.

Degh!

Mengetahui Kecemut sudah tidur, tuh, rasanya sediiiiih bangeeeet. Padahal hari masih sore. Dtambah lagi saat Mbah Uti menyampaikan bahwa Kecemut sempat bilang, "Hayooo...Ibu dulu atau Ayah dulu yang pulang, ya?"

Kami tidak ada yang pulang lebih awal. Tidak ada yang pulang tepat waktu. Dada ini tiba-tiba sesak. Kaki terus melangkah sampai akhirnya saya menjumpai Kecemut sedang tidur pulas di kamar. Tumpah air mata ini. Sore ini, saya  betul-betul menangisi Kecemut yang tengah tidur pulas. Sambil memeluknya erat, bibir ini tak henti-hentinya menciumi pipi dan keningnya. Tak peduli air mata ini terus menetes sampai sesegukan.

"Ibu udah pulang ya, Mbak." Saya yang berbaring di sebelah kanannya berbisik pelan di telinganya sambil elus-elus pipi. Entah berapa kali saya berbisik dengan kalimat yang sama. Dan entah berapa kali saya menciuminya. Sampai akhirnya dia membuka matanya, senyum, dan menepuk-nepuk pipi saya.

Alhamdulillaah. . .

"Ibu baru pulang, nih. Katanya kau main boneka. Yuh banguun." Saking kangennya, saking pingin main berdua, saya mengajaknya berkomunikasi. Namun tidak lama kemudian, dia kembali memejamkan mata sambil berkata "Besok."

Saya kembali sedih. . .

Entah kenapa hari ini saya merasa seperti kehilangan. Kehilangan yang teramaaat. Mungkin karena rasa kangen dan terlanjur membuat janji. Ya, pagi sebelum berangkat kantor, saya diajak main boneka oleh Kecemut. Tapi karena sudah siang, saya menolaknya pelan. Wajahnya merah seketika karena saya tidak bisa memenuhi keinginanannya, hanya peluk erat yang bisa saya berikan seketika itu.

"Nanti sore kita main boneka, ya. Jangan sedih. Ini Ibu sudah kesiangan. I love you." Saya kembali memeluknya, mencium keningnya, lalu pamit.

Janji tak sampai. Ternyata ada yang lebih menyedihkan dan menyakitkan dari kasih tak sampai, ya. Nyeriiii gini, euy.

Eeehh, Buk, kayak pernah ngalamin kasih tak sampai sajaaa. 😅
Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
Satu hal yang paling aku tunggu menjelang istirahat malam yaitu mendongeng atau sekadar bercerita renyah bersama Syaquita. Kegiatan ini rutin kami lakukan itung-itung sambil menunggu Ayah pulang kerja meski pada akhirnya pasti kami sudah dulu tertidur ketika Ayah sampai rumah. Ah...terpenting ada niat baik, ya. 🤣



Kenapa mendongeng? Kenapa bercerita? Kenapa tidak menyanyi bersama atau belajar menghafalkan apapun yang telah dia pelajari baik di sekolah maupun TPQ?

Alasan terkuat tentu karena aku ingin tahu banget aktivitas dia selama seharian. Maklum, sebagai Ibu pekerja yang berangkat pagi pulang sore, tuh, selalu merasa ingin tahu kegiatan anak tiap harinya. Apalagi sekarang dia sudah sekolah dan alhamdulillaah juga mengaji. Pasti banyak pengalaman baru dan seru yang dia dapatkan bersama teman-temannya.

Oiya, kami pernah melakukan kegiatan menyanyi bersama sebelum bobok. Kalau tidak salah ingat, saat itu Syaquita baru berusia 2 tahun dan memang sedang senang-senangnya menyanyi. Sementara belajar kami lakukan mulai pukul 19.00 WIB sampai jam 19.15 WIB. Sebentar memang, kecuali ada Pekerjaan Rumah lha bisa sampai 60 menit.

Memasuki usianya tiga tahun, aku merasa dia makin cerewet, gitu. Hihihi. Kadang aku melihat seperti ada yang ingin disampaikan, tapi karena keburu melihat gadget dalam genggamanku, dia pun lebih memilih nonton tutorial mainan di youtube, dong. Makanya, saat sudah berdua, aku selalu berusaha menyinggahkan ponsel pintar.

Lalu, apa hubungannya dengan judul blog post little pony and grandma? 🙊

Jadi begini, Kecemutku sudah bisa membedakan antara bercerita dan mendongeng. Ketika aku memintanya untuk bercerita, maka dia akan memulai cerita kegiatan kesehariannya. Sementara kalau diminta untuk mendongeng, maka dia langsung memilih satu karakter kartun yang sering dia tonton.

Tiap kali hendak mendongeng atau bercerita, aku selalu membuka percakapan, dong. Menawarkan siapa dulu yang akan mendongeng atau bercerita. Gayung bersambut, pasti lah Kecemutku yang ambil jatah duluan. Dia lebih sering bercerita tentang kegiatannya di sekolah dan aktivitasnya bersama teman-teman se-permainannya di rumah. Uniknya nih, saat mulai mendongeng, alurnya udah cukup rapih. Masih awal-awal fokusnya masih terjaga. Namun ketika mulai masuk pertengahan cerita, tuh, selalu bikin melongo. Makin didengar, diperhatikan, alurnya maju mundur syantiik yang mana dia pasti menjadi pemeran utama dalam dongeng. Dia memposisikan diri sebagai si tokoh kartun dalam dongengnya dan kadang dari nama Little Pony tiba-tiba menjadi Aku. Uniknya lagi nih, dia juga selalu memasukan Mbah Uti ke dalam dongengnya. 🤣 Dari nama Grandma atau Nenek, di tengah-tengah dongeng dia mengganti nama menjadi Mbah Uti. 🙊

"Litte Pony itu sayang banget sama neneknya, sama kakeknya juga. Tapi kakeknya sering di kebun, ngga kayak grandma little pony yang nemenin ke sekolah. Little Pony juga sayang banget lho sama neneknya, grandma. Suka tidur bareng, dibeliin jajan. Baik."

Ternyata dongeng baginya adalah cerita nyata dalam kesehariannya yang kemudian ganti nama karakter kartun. Jadi, apa yang dialaminya pada hari itu, dia kemas menjadi sebuah dongeng yang selalu bikin aku nahan ketawa sampai perut kaku. Apalagi kalau sudah masuk di pertengahan dongeng, pasti gemaaas karena dia sok narsis bercitra sebagai anak baik-baik yang tidak pernah rewel! 🙊

Bundaaa, gimana dengan si kecil, nih? Lebih suka mendongeng apa? Sharing, dong. 😉
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Dear Kecemut Ibu yang super!

Tak terasa sudah tiga kali Sabtu, kita tidak kencan. Sungguh waktu yang lama, sangat lama. Ah...jangankan berkencan, untuk sekadar membelai pipi kamu saja Ibu belum bisa lama-lama. Keterlaluan, ya. Eh...tapi Ibu merasa bahagia karena melihat pipi kamu tambah gembil, perut kamu makin berisi, dan tumbuh tinggi. Ya, setelah lebaran, nafsu makan kamu bertambah. Ngemilnya makin banyak juga. Alhamdulillaah.



Sabtu ini adalah Sabtu kedua setelah libur lebaran. Harusnya kita sudah bisa kencan, lho. Tapi sayang banget, Ibu masih kekeuh memilih berteman dengan laptop untuk melunasi hutang tulisan. Rencananya Sabtu ini Ibu akan menyelesaikan hutang tulisan. Doakan saja semoga bisa segera terlunasi dan setelahnya kita bisa kencan!

Seperti biasa, tiap kali Ibu sibuk dengan menulis, kamu pasti tidak di rumah. Bermain bersama teman-teman atau mamak menjadi pilihan. Tapi pada waktu tertentu, kamu akan pulang nyamperin Ibu di kamar yang sedang asyik mengetik. Ibu merasa kamu sudah tumbuh dewasa, selalu mengerti dan bisa memahami kesibukan Ibu. Luar biasa. Terima kasih untuk yang satu ini ya, nak.

Siang tadi, Ibu terlalu semangat menyampirkan handuk hingga mengenai lampu. Ibu tidak menyangka kamu bakal setakut itu melihat lampu yang bergerak terus menerus karena kesenggol handuk. Takut, lalu menangis. Saat seperti itu, harusnya Ibu menenangkan kamu, ya. Biasanya dipeluk beberapa saat saja kamu sudah tenang, kan. Eh...malah Ibu mengunci kamar mandi dari dalam, kita berdua ada di dalam kamar mandi, dan tangisan kamu tambah keras. Ibu merasa emosi ini sedang tidak stabil. Sampai-sampai membiarkan kamu keluar dari kamar mandi padahal sudah siang banget dan kamu belum mandi.

Kamu keluar dari kamar mandi, kemudian lari ke arah mbah uti yang sedang masak sop di dapur. Lari dengan kencang seperti ketakutan. Tapi kali ini bukan ketakutan karena melihat lampu yang terus bergerak, melainkan takut karena Ibu tidak bisa memberi kamu ketenangan. Membiarkan kamu keluar dari kamar mandi sebelum kamu merasa tenang adalah hal terbodoh yang Ibu lakukan siang itu. 

Nak, Ibu minta maaf karena belum bisa bersabar. Tolong terus bantu Ibu untuk lebih bersabar, ya.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Ngomongin momen terbaik ramadhan, aku langsung ingat tarawih pada malam ke 27 bulan ramadhan. Ada momen yang membuatku terharu, bahagia, dan suprise. Kira-kira siapa orang yang malam itu bikin aku bahagia sekaligus bangga? Uhuuuui... 😉


Sebelumnya aku minta maaf kepada para pembaca blog ini karena mungkin aku terlalu berlebihan. *kayak punya fans ajaaah!* 🤣 Eeehh....bahagianya seorang Ibu ini bukan hanya karena baru dibeliin logam mulia sama suami, lho. 🙊 Ada yang lebih bikin bahagia dari itu, yaitu anak yang sholeh. *ugh! 

Yups...aku nyeritain momen bersama Kecemut saja, ya. Soalnya ramadhan tahun ini aku lebih intens sama dia. Sementara sama Ayah alias suami, intensnya pas mau bobok saja. Maklum banget, dia selalu banyak kerjaan di kantornya. Jadi ramadhan ini ya merasa biasa saja bareng dia. Hahaha.

Menjelang akhir ramadhan, seperti pada tahun-tahun sebelumnya barisan tarawih tinggal tersisa beberapa shaf saja. Baik laki maupun perempun, sama saja. Kehadiran anak-anak kecil pun makin ke sini makin langka. Hanya beberapa saja, tidak seramai saat awal ramadhan. Nah, di sini aku merasa bahagia banget karena Kecemut aku pastikan tidak akan banyak keluar masuk mushola atau sekadar bermain bersama teman-teman seusianya. Dan alhamdulillaah benar, Kecemut terus berada di sebelahku untuk ikut sholat tarawih.

Malam itu sholat tarawis baru berjalan setengahnya, tapi Kecemut tiba-tiba minta pup. Karena di mushola tidak ada toilet, aku mengajaknya pulang. FYI, jarak mushola ke rumah tidak lebih dari lima langkah. Suprisenya nih, ketika dia selesai pipis minta kembali ke mushola.

"Ibu, ke mushola lagi, ya. Sholatnya kan belum selesai." Pinta Kecemut saat aku sedang memakaikan celana.

"Syaquita ke Mushola mau ngapain?" Aku mencoba memastikan niatnya kembali ke mushola karena saat kami pulang datang beberapa temannya yang biasa main bersama di mushola.

"Mau sholat, Bu." Jawabnya singkat.

Tiga kali aku mematikan niatnya kembali ke Mushola. Malas banget kalau sesampainya Mushola nanti ternyata dia mainan sama teman-teman. Tiga kali bertanya, tiga kali di jawab dengan jawaban yang sama. Akhirnya aku pun kembali membawanya ke Mushola.

Sampai pintu depan mushola, teman-temannya sudah menyapanya. Aku deg-degan banget kalau sampai dia ikut main seperti malam-malam sebelumnya. Yaa...meski dia main pun tidak bikin ribut, tapi malam itu rasanya lain. Seperti tidak rela melihat dia bermain dengan teman-temannya. Padahal biasanya ya aku ikhlas-ikhlas saja. Hahaha.

"Permisi-permisiii, aku tarawih dulu, ya. Nanti main bareng." Ucap Kecemut kepada teman-temannya yang sedang mulai mainan.

Mendengar pernyataan tersebut, aku merasa gimana, gitu. Seperti tidak percaya. Ternyata Kecemutku sudah bisa menjaga komitmen. Padahal malam itu ada salah satu temennya yang membawa smartphone dan sedang nonton kartun di channel youtube tapi dia sama sekali tidak tergoda. Dia kembali berdiri di sampingku dan melakukan sholat tarawih sampai selesai. Terharu bangetttt gue, Buuuund. Uhhhhh...!

Sepanjang ramadhan, ini menjadi momen terbaik. Dia yang biasanya cuma omong dowang, alhamdulillaah sudah bisa  menjaga komitmen meski masih belajar. Pokoknya bahagia bangeettt! Makasiih, Sayang. Semoga sampai akhir ramadhan kamu ikut tarawih terus sampai selesai, ya. ❤
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Ada yang tahu lagu Tompi yang berjudul Ramadhan Berbagi? Lagu ini mengingatkan kepada kita semua untuk makin banyak berbagi di bulan Ramadhan. Lagu ini juga enak banget didengar, bikin pingin goyang karena antara musik dan suara sungguh cucok meong. 



Berbicara soal berbagi, Islam memberi kategori berbagi menjadi tiga bagian yaitu Zakat, Infaq dan Shodaqoh. Sebenarnya inti dari ketiganya hampir sama, sama-sama memberi kepada seseorang yang mempunyai tujuan penting yaitu untuk kesejahteraan umat. Hanya saja, definisi dan penerimanya masing-masing berbeda.

Bulan ramadhan umat muslim dianjurkan untuk banyak berbagi karena pahalanya makin banyak dibanding bulan lainnya. Jika kita perhatikan, banyak kegiatan yang diadakan pada bulan ramadhan baik di lingkungan masyarakat maupun tempat kerja. Di sinilah kita dapat memanfaatkan untuk kegiatan berbagi.

Nah, kali ini aku akan berbagi pengertian tentang berbagi dalam bentuk Zakat, Infak dan Shodaqoh. Tidak detail amat, sih. Cuma garis kecil saja dan semoga tidak mengurangi makna, ya.

Pertama yaitu Zakat. Zakat adalah mengambil sebagian harta dengan ketentuan tertentu untuk diberikan kepada kelompok tertentu. Menurut kewajiban melakukannya, zakat adalah amal ibadah yang wajib dijalankan oleh setiap muslim yang dikenai kewajiban membayar zakat dan diberikan kepada 8 golongan masyarakat.

Untuk zakat yang umumnya dijalankan yaitu zakat fitrah dan zakat maal. Kedua jenis zakat ini ada ketentuannya. Lebih singkatnya, kaum muslim wajib mengeluarkan zakat satu tahun sekali pada bulan suci Ramadhan yang biasa disebut zakat untuk mensucikan diri (zakat fitrah), maupun zakat untuk mensucikan harta yang dimiliki sesuai syarat dan ketentuan (zakat maal).

Nah, untuk berbagi dalam bentuk zakat ini dapat berupa beras atau makanan pokok sehari-hari, dan juga uang. Tata caranya, kamu dapat mendatangi tempat dan juga panitia zakat. Ini lebih ringan karena kita hanya membawa beras atau uang. Selanjutnya, kamu niat berdoa untuk zakat yang akan dituntun oleh panitia, kemudian panitia akan mendistribusikan hasil zakat kepada masyarakat setempat khususnya, sesuai dengan syarat dan ketentuan pembagian zakat.

Kedua yaitu Infak. Berbagi untuk jenis yang satu ini tidak diwajibkan, hanya disunnahkan untuk dilakukan oleh umat Islam. Infak ini adalah cara berbagi pembelanjaan seorang muslim untuk kepentingan sendiri, keluarga, maupun masyarakat. Infak setelah pengajian, misalnya.

Di tempat kerjaku, selama bulan ramadhan ada kegiatan pengajian atau kultum. Selama pengajian berlangsung, ada kotak amal yang berjalan. Seluruh jama'ah pengajian disarankan untuk menyisikan rezekinya dengan mengisi kotak infak. Ini merupakan salah satu contoh infak untuk kepentingan sendiri.

Ketiga yaitu Shodaqoh. Nah, berbagi jenis ini meupakan bentuk infak yang lebih khusus lagi, yaitu pembelanjaan yang dilakukan di jalan Allah. Dan perlu diingat bahwa, shodaqoh tidak harus berupa uang. Kita juga dapat melakukannya dengan cara berbagi pikiran yang berguna dan membantu dengan tenaga. Ini cara berbagi yang paling ringan tapi cukup banyak godaan karena kadang melibatkan hati. 🙊

Kemudian yang menjadi pembeda dari zakat, infak dan shodaqoh adalah waktu pembayarannya. Kita dapat berinfak dan shodaqoh kapan saja ketika memiliki kemampuan membayarnya. Sedangkan zakat hanya boleh dilakukan pada masa-masa tertentu saja. Zakat fitrah wajib dibayarkan selama bulan Ramadhan, lalu zakat maal dibayarkan ketika telah mencapai nisabnya dan dimiliki penuh selama setahun.

Yuukk berbagi; zakat, infak, shodaqoh, sesuai anjuran agama! ❤
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Dulu, saat hamil Kecemut, aku rajin banget mencari walpaper dengan kata kunci "bayi berhijab" pada mesin Google. Ternyata cukup langka foto atau walpaper tersebut. Beberapa kali nyari lewat Pinterest pun. Mungkin karena dokumentasi foto bayi berhijab ini jarang dipublikasikan, ya. Pokoknya nemunya itu-itu saja. 🙊


Nah, setelah aku punya Kecemut, aku baru merasakan bahwa bay perempuan itu jika dipakaikan jilbab tidak bertahan lama. Yang garuk-garuk kepala, sumuk, pokoknya tidak betah. Dan gemesnya, saat sedang foto sesion, mereka terlalu banyak gerak karena merasa tidak nyaman. Hasilnya ya pasti jauh dari kata menggemaskan. 🤣

Nah, setelah usia Kecemut masuk satu tahun lebih, dia udah mulai nyaman berhijab. Tiap keluar rumah, aku coba untuk pakaikan hijab. Membiasakannya untuk berhijab sejak kecil, tapi tidak memaksakan. Artinya, saat dia nampak mulai tidak nyaman berhijab, aku akan melepaskan hijabnya. Saat moodnya sedang baik, aku memberi tahu cara menggunakan hijab.

Asyiknya nih, ketika dandan di depan kaca untuk berhijab, dia ikut nimbrung ingin berhijab juga. Mulai dari hijab segi empat sampai hijab ANTI TEMBEM, dia mencobanya. Satu hal yang paling bikin aku bahagia, tuh, saat behasil memakaikan hijab dan dia minta difoto dengan banyak gaya. Alhamdulillaah...koleksi walpaper handphone nambah. 🙊
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
"Ibuuu, aku mau mandi. Temen-temen udah pada mandi semua." Kecemut yang baru saja beli susu kedelai di tempat Wa Saonah, minta untuk segera mandi. Jam yang menempel di dinding ruang tamu baru menunjukan pukul 07.00 WIB. Masih terlalu pagi buat kami untuk mandi. Apalagi ini ramadhan, tidak ada kegiatan di rumah setelah mandi kecuali nemenin Kecemut bermain. Tapi apa boleh buat, ketimbang dia nanti susah mandi. 🙊


Air hangat yang akan digunakan untuk mandi Kecemut sudah siap di atas kompor. Tinggal menuang ke ember. Rutinitas sebelum mengguyur air ke seluruh, kami terlebih dahulu menggosok gigi.

"Ibu, sini aku gosokin giginya." Pinta Kecemut sambil mencari-cari gikat gigi punyaku. Hmmm...dia tidak mungkin menemukan sikat gigiku karena tidak aku ambil, masih pada tempatnya.

Sebelum ribut sama Kecemut, aku cepat-cepat menjelaskan perihal sikat gigi saat puasa. Ya, waktu sikat gigi saat puasa tentu berbeda debgan sikat gigi pada hari biasa. Dengan penjelasan yang sangat sederhana, bahwa kalau masih puasa, tidak boleh gosok gigi. Tak lama kemudian dia bertanya, kenapa tidak boleh, Bu? Kan biar gigi bersih dan tidak bau jigong. Uhuuii banget, sudah mulai pintar melempar pertanyaan. Karena tidak ingin membuatnya bingung, aku pun menjawab sama halnya dengan tidak boleh makan dan minum. Hahaha. 

Penjelasan yang kurang tepat memang, tapi nanti kalau Kecemut sudah gedean dikit, insya allah kami kenalkan dengan yang hal-hal yang membuat makruh puasa, batal puasa, dan banyak hal lain yang akan kami sampaikan ke dia.

Terus, kapan waktu yang tepat untuk sikat gigi saat puasa? Banyak artikel yang sudah membahas hal ini pastinya, ya. Maka dari itu, aku membuat waktu yang tepat sikat gigi saat puasa versiku. 😉

BUKA PUASA
Sepuluh menit setelah buka puasa atau menjelang adzan isya adalah waktu yang tepat untuk sikat gigi. Setelah hampir 14 jam tidak makan dan minum, kemudian berbuka puasa, pasti merasa risih pingin buru-buru sikat gigi. Nah, karena sudah diperbolehkan makan dan minum, otomatis sudah diperbolehkan sikat gigi, dong. Maka dari itu, waktu antara setelah buka puasa dan menjelang adzan isya adalah waktu yang paling tepat untuk sikat gigi. Aktivitas sikat gigi di jam ini bisa dibilang menggantikan waktu sikat gigi saat mandi sore.

TIDUR
Kalau ini sama dengan hari-hari biasa dan merupakan salah satu rutinitas sebelum tidur malam. Meski sebelumnya sudah sikat gigi, menjelang tidur rutinitas sikat gigi tetap dilakukan untuk menjaga kebersihan gigi dan tentunya untuk menghindari bau mulut.

SAHUR
Dalam satu kegiatan yaitu sahur, beberapa orang kadang melakukan dua kali sikat gigi yaitu sebelum dan sesudah sahur. Kamu tim mana, nih? Cukup sekali setelah sahur, atau dua kali sikat gigi saat sahur? Aku sendiri cukup sekali setelah sahur. Pertimbangannya cuma malas saja harus dua kali sikat gigi. 🙈

Btw, waktu sikat gigi saat puasa boleh beda. Tapi tetap tiga kali sikat gigi, ya. Sama seperti hari biasa, hanya beda waktu saja. Meski demikian, aku masih punya satu waktu buat sikat gigi bareng Kecemut yaitu saat hendak tidur. Alhamdulillaah, ya. ❤
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Haaai Bunda Papanda yang kece badai...

Apa kabar hari pertama puasa, nih? Semoga lancar-lancar dan terus diberi kesehatan sampai akhir Ramadhan nanti, ya. Buat yang punya balita seperti aku, Ramadhan pastinya lebih ekstra, dong. Apalagi yang tanpa Asisten Rumah Tangga (ART), harus lebih menjaga stamina biar tidak mudah oleng karena si kecil kadang suka ngerjain. 😂





Ramadhan tahun ini, alhamdulillaah aku sudah mulai mengenalkan arti puasa kepada Kecemut. Dia sudah mulai banyak tanya ketika menjumpai hal-hal yang tidak ia temui pada hari biasa. Makan sahur, misalnya. Ketika aku bangun lebih awal dan Kecemut ikut bangun, dia seperti khawatir akan ditinggal. Aku pun langsung memberitahu kepadanya bahwa kami akan sahur karena besok harus puasa, tidak makan dan tidak minum sampai adzan Maghrib berkumandang.

Moment sahur sepertinya menjadi satu hal yang ditunggu-tunggu Kecemut. Kenapa? Karena setelah buka puasa, dia tanya kapan sahur. Asyik, sih, kalau gini. Terpenting tidak rewel, ya. Soalnya kalau sampai badmood, kadang seharian tidak bisa dikompromi. Selain puasa dan sahur, ada beberapa kegiatan dan istilah di bulan ramadhan yang aku kenalkan kepada Kecemut, salah satunya yaitu ngabuburit. Istilah ini cukup susah untuk diingat Kecemut, karena setelah aku ajak ngabuburit, dia terus bertanya.

"Ibu, tadi kita habis ngapain?" Tanyanya ketika kami baru saja sepedaan. Mungkin karena istilah tersebut belum ramah di telinganya, yaa. Maklum lah, istilah orang dewasa. 🙊

Ngabuburit ini kerap dipelesetkan menjadi NGAJAK BUKA BARENG IRIT alias menciptakan aktivitas menarik sambil menunggu waktu berbuka tanpa mrngeluarkan banyak biaya atau bahkan tanpa biaya. Ya, ngabuburit ini identik dengan jalan-jalan tanpa mengeluarkan banyak uang, yang jelas sebelum bedug Maghrib sudah harus di rumah. Padahal arti sesungguhnya menurut wikipedia, ngabuburit berasal dari bahasa sunda yang asal katanya dari burit. Dalam bahasa Sunda burit artinya 'sore'. Jadi, ngabuburit dapat diartikan sebagai menunggu sore.

Nah, kegiatan apa saja yang aku lakukan bareng si kecil sambil menunggu sore alias ngabuburit? Ini diaaa....


Mengaji


Mengajak Kecemut ngaji saat Ramadhan ternyata lebih mudah dan bisa diajak ngaji sampai dua kali yaitu setelah sholat ashar dan tarawih. Padahal hari biasa, tuh, sekali dowang. Itupun kadang tidak berjalan dengan lancar, perlu adu mulut dulu. Hahaha. Alhamdulillah karena melihat Mbah Uti, Kakaung, Om, dan Ayahnya sering mengaji pada Ramadhan, dia juga minta ngaji juga. Andai tiap hari bisa rutin mengaji, ya. Demeeen....



Kegiatan ini kami lakukan setelah mandi, sholat ashar dan sebagai aktivitas pertama nngabuburit. ❤


Sepedaan


Masih menggunakan sepeda roda empat, Kecemut semangat banget kalau diajak sepedaan. Kami memilih aktivitas ini karena Kecemut juga senang sepedaan. Eeeh...tapi jangan dikira sepedaan kami jauh, ya. Cukup sampai lapangan bola atau 500 meter dari rumah. Dekat banget? Iyalaah...soalnya Kecemut belum pandai banget sepedaan, masih suka kebut-kebutan juga. Kalau sampai jalan raya, khawatir Ibuknya. Jadi, cukup ngayuh 500 meter sambil duduk-duduk di pinggir lapangan. Aktivitas ini dimulai jam 17.00-17.15 WIB, sudah lumayan bermanfaat bagi tubuh yang sekarang makin tidak teratur olahraganya.




FYI, aktivitas sepedaan biasanya kami lakukan di hari libur saja yaitu pada pagi hari mulai jam 07.00 WIB sampai secapeknya. Itupun tidak mesti. Hahaha.


Main Bareng


Ini aktivitas ngabuburit yang terakhir. Masih sekian menit menuju adzan maghrib, tapi pingin bermain. Yaudah, ketimbang tidur-tiduran ya mending main bareng, yaa. Aku menemani Kecemut bermain sambil scroll sosial media. Kalau lagi malas megang HP, aku ikut mainan bareng dia. Ini definisi main bareng versi kami, si kecil main, Ibuknya juga main sambil mengawasi dan siap-siap diajak menjadi partner. 🙊


Itulah ngabuburit aku bareng si kecil. Sederhana, namun bagiku istimewa. Dengan tiga aktivitas saja sudah bahagia karena terasa banget kebersamaannya. Maklum, sih, aku kan Ibu pekerja yang menghabiskan banyak waktu di kantor. 😭 Ini ngabuburit seperti quality time. Emmmm...jangan tanya Ayahnya ikut kami ngabuburit apa tidak, ya. Soalnya jadwal kerja Ayah tuh terbagi menjadi 2 shift. Jadi, kami jarang banget bisa jalan bertiga, nih. Hiks.

Bunda Papanda punya aktivitas ngabuburit dengan si kecil? Yuukkkkkk laaaah sharing apa saja kegiatannya, siapa tahu bisa menjadi referensi buat aku dan orang lain yang membacanya. 🙈
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
"Yaelah...uang segitu saat Yasmin gede atau 10 tahun kemudian bisa jadi tidak ada nilainya. Mending dimanfaatkan untuk usaha dulu, atau investasi apa lah. Ketimbang buat asuransi pendidikan anak."

Mungkin ini salah satu alasan bagi mereka yang kurang pas atau malah tidak suka dengan asuransi, khususnya asuransi pendidikan anak. Nilai mata uang yang sudah masuk asuransi menjadi tidak ada nilainya di masa mendatang. Maksudnya, ketika aku memasukan uang 5 juta untuk asuransi, bisa jadi saat ini bisa digunakan untuk mendaftar sekolah, beli seragam, peralatan sekolah, dll. Namun lima atau bahkan sepuluh tahun kemudian saat anak masuk bangku SMA, nilai uang tersebut mungkin hanya bisa dimanfaatkan untuk membeli peralatan sekolah saja. Apalagi kita semua tahu bahwa biaya pendidikan makin mahal, dan ini sebuah kepastian. 🤣 

Ini baru jenis asusansi yang satu kali bayar, ya. Belum lagi asuransi dengan sistem angsuran, ugh...mungkin makin tidak ternilai rupiahnya di masa mendatang. Tapi tenang...tenangkan hati, pikiran, jangan goyah, dan terus ibadah. 🙊



Berpendapat itu sah-sah saja, tapi bagi aku yang doyan banget asuransi, tentu pendapat yang demikian selalu aku kesampingkan karena bagiku berapapun nilainya nanti, terpenting aku punya simpanan nantinya, entah jumlah berapa. ini prinsip ya, Pak. Prinsip! 😂 

Aku bukan pakar matematika yang jago berhitung sampai untung rugi dari sebuah asuransi. Bukan juga pakar ekonomi yang pandai bikin neraca saldo hanya karena ingin tahu jumlah aset keluarga. Aku cuma seorang Ibu muda yang manis, dan kebetulan belum bisa memutar uang untuk wirausaha. Seorang perempuan yang belum mau direbetkan dengan urusan uang, tapi juga tidak mau rugi. Hahaha. Iya, pikirku tuh kalau misal punya uang dan dibuat untuk usaha, kemudian gagal usahanya, kan menjadi rugi. 😂 Ini emoh banget. Bukan penakut, cuma belum pingin rugi saja. 🙊

"Eeeh...uang hasil asuransi tidak berkah, lho. Ada hukum apalah apalah. Apalagi ngasih uang sekian, dapatnya bisa berlipat ganda dalam waktu tertentu. Dosaaaa woy, dosaaaa!"

Uhui...aku takut dosaaa, asli. Tapi kembali ke niat awal bahwa, aku menabung dalam bentuk asuransi ini tujuannya supaya punya simpanan yang lebih aman nantinya. Tidak hanya itu, dengan ikut asuransi, harapanku nantinya akan lebih ringan dalam membiayai pendidikan anak-anak. Selebihnya, misal ada manfaat di dalamnya, cukup mengucap hamdallah saja. 😂 Eeh...sekarang juga ada asuransi syari'ah, lho. Kalau ada aroma-aroma syari'ah kan katanya boleh, dan berkah. 🙊

Kontra tentang asuransi ini sebagian besar ada pada pihak laki-laki. Ya, laki memang kurang suka dengan asuransi entah berkedok apapun. Asuransi Masa depan, mapan, pendidikan, kesehatan, maupun asuransi jiwa, tidak berpengaruh. Seperti suamiku, dalam hal asuransi kami sangat berbeda pandangan. Ayah termasuk tipe suami yang tidak suka menyimpan uang dalam bentuk asuransi. Sedangkan aku, doyan banget MAIN asuransi. Punya tabungan dikit, dialihkan ke asuransi. Nambah dikit lagi, beli logam mulia. Nambah banyak, getol buat anak lagi, dong. *sombong beneerrrrrrrrr yaaak 😂

Aku bersyukur punya suami yang tidak terlalu rusuh perihal pendapatan isteri. Ya, kami sama-sama pekerja. Dia hanya berpesan untuk tidak banyak ceng-cong, dan lebih hati-hati dalam mengelola uang. Kalau aku beli ini itu, dia juga tidak terlalu banyak berkomentar. Mungkin ngomong sama kaca saja dirasa cukup. Mungkin (lagi), yang terpenting isterinya bahagiaaaa. 🤣

Perbedaan sudut pandang pun sepertinya tidak pernah berujung pada keributan. Kami cukup sekadar tahu, dan saling mengerti saja. Setelahnya kami sama-sama evaluasi sebagai bentuk pemahaman supaya nantinya bisa saling menghargai. Termasuk perihal asuransi, suami mana tau. 🤣 Hlaaah? Terus uang pembayaran asuransi dapat dari mana, dong? Ya dari rezeki yang datang dari pintu mana saja, rezeki yang datang langsung ke aku. 🙊

Lalu, kenapa aku tetap kekeuh utuk ikut asuransi baik asuransi pendidikan anak atau asuransi lain yang menurutku perlu?

  1. Aku mudah tergoda dengan uang yang ada di ATM dan juga buku tabungan. Makanya aku harus mengamankannya ke dalam asuransi atau bentuk lain yang tidak bisa digunakan semau gue.
  2. Aku doyan banget jajan di luar. Ini bahaya banget kalau tabungan sampai keliatan terus. Bisa menuruti napsu makan yang berimbas pada berat badan. Oh..No!
  3. Aku belum bisa merangkap pekerjaan sebagai wirausaha. Makanya jika ada lebih sedikit saja langsung masuk tabungan yang nantinya akan aku manfaatkan seperti point satu.
  4. Asas manfaat. Seluruh dunia tahu lah, ada banyak manfaat dengan ikut asuransi. Tidak perlu aku sebutin satu-satu karena aku bukan ahlinya. Tapi misal ada yang bilang "situ mau saja dikibulin sama orang asuransi", itu sah-sah saja. Aku tetap teguh pendirian, kok.
  5. Mungkin yang kelima nusul.
Oiya, kamu termasuk tim PRO atau KONTRA dengan asuransi? Boleh tahu alasannya, dong. 🤣 
Share
Tweet
Pin
Share
5 komentar
"Anak yang ditinggal kerja oleh orang tuanya, insya allah lebih mandiri. Yakinlah." Pesan singkat dari Ibuku sukses menguatkanku.  Dua bulan paska melahirkan, aku nyaris mengundurkan diri dari tempat kerja yang sejauh ini banyak memberi pengetahuan baru. 

Saat itu, yang ada dalam pikiranku ialah apakah aku bisa memberi ASI penuh kepada Yasmin, puteri pertama kami? Apakah aku bisa mendampinginya, menemani main? Apakah aku mampu membesarkannya dengan baik, sementara aku kerja dari pagi hingga sore? Banyak yang aku khawatirkan. Hati betul-betu gundah, pikiran tak tentu arah, iman pun menjadi lemah. Namun, dukungan dari orang tua dan juga suami yang berikrar mau membesarkan Yasmin bareng-bareng, akhirnya keputusan untuk resign pun melebur. Bismillaah.


Aku kira kekhawatiran di atas sudah menjadi permasalahan terberat dalam hidup, kala itu. Ternyata ada yang lebih, salah satunya yaitu tentang pola pengasuhan anak. Ugh...betul-betul serius. Apalagi aku hidup di Desa dan sampai saat ini, aku masih tinggal satu rumah dengan orang tua. Hayoook...siapa yang kedaanya sama sepertiku? Senyum duluu, yuk! 😂

Aku kasih tahu bahwa, terkait dengan pola pengasuhan dan tumbuh kembang anak, di desa itu banyak mitosnya. Parahnya, mitos ngga hanya berlaku untuk bayi, usia tiga sampai lima tahun pun kadang masih erat dengan mitos. 🤣 Namanya juga orang jawa, ya. Hidup tanpa mitos, tuh, kurang bernyawa. Hahaha.

Ceritanya nih, saat usia Yasmin masuk lima bulan, kami mulai mengenalkannya kepada kolam renang dengan air dingin. Baru satu aktivitas saja sudah banyak hujatan, lho. Yang katanya tega sama bayi, ngga sayang anak, keterlaluan, dan yang paling HOT yaitu dengan sadis bilang kalau anak bakal kedinginan, dan nanti kejang-kejang. Ugh banget, kan? 😎 Padahal niat kami hanya ingin mengenalkan air di tempat yang ngga biasa, mengajak olahraga sejak dini supaya organ tubuh tambah sehat.  🙊

Orang tua zaman sekarang makin update dengan informasi terkait pola pengasuhan anak. Dan sebagian besar orang tua, lebih memilih anaknya untuk mandiri sejak dini ketimbang manja. Mandiri di sini bukan berarti orang tua membiarkan anaknya bermain sendiri, melakukan pekerjaan sendiri, dan atau kemana-mana sendiri. Orang tua tetap mendampingi si kecil selagi masih membutuhkan pendampingan khusus seperti Yasmin yang kini usianya 2 tahun 4 bulan. Ya...walaupun sekarang dia lebih suka mengerjakan apapun sendiri, tapi kontrol dari orang tua tetap diharuskan.



Untuk anak pertama kami, pola pengasuhan tersentral pada aku sebagai Ibunya. Sementara Suami, Mbah, dan Mak Yem, kadang menjalankan apa yang sudah diterapkan tiap harinya, kadang melanggarnya. Dan yang paling menantang menurutku adalah menerapkan kejujuran. Ya, interaksi antara aku dan Yasmin hanya beberapa jam dalam sehari. Pagi hari sebelum berangkat kerja yaitu jam 05.00-07.00 WIB, dan sore hari sepulang kerja dari jam 17.00 sampai dia tidur biasanya jam 20.00 WIB. Jika dihitung kira-kira 5-6 jam per hari kami berkomunikasi. Sungguh tantangan hidup sebagai wanita karir. 🙆‍♀️

Karena hanya punya waktu tak lama untuk si kecil, maka yang sering aku sampaikan ke Yasmin adalah kejujuran. Ngga boleh bohong. Ini penting banget, karena ada beberapa hal kerap melenceng dari ketentuan  yang telah dibuat. Seperti jajan permen, misalnya. Karena kondisi gigi Yasmin makin ke sini makin ngga bagus, aku hanya mengizinkannya jajan permen sekali dalam sehari. Maklum, lagi senang-senangnya permen. Tapi ya syukur-syukur ngga jajan permen. Dan alhamdulillaah...ketentuan ini paling sering dilanggar oleh Ayah! Iya, tiba-tiba pagi hari aku  sering menjumpai mereka datang dari arah timur rumah yang mana adalah warung mbak kham. Beeeuh...yang dibeliin permen jujur banget, dibeliin tiga, tapi yang membelikan cuma senyum-senyum dan berkilah. Kan KZL. Padahal mah, kalau aku mending anak nangis ketimbang makan permen. HAHAHAHA.

"Ibu, sih, bisa mengatasi kalau rewel minta permen. Lha aku? Mana bisa, Buuuk!" Jawab suami kalau pas kepergok di pengkolan rumah. Betul-betul alasan terbaik, ya. 😋


Sering aku dengar bahwa, apa yang dilakukan orang tua akan sangat mungkin anak menirunya. Makanya, semenjak Yasmin hadir di tengah-tengah kami, banyak evaluasi diri tiap harinya. Bahkan pola asuh yang telah kami terapkan untuk Yasmin, kadang tidak sesuai dengan rencana. Seperti akhir-akhir ini, dia mulai tertarik dengan dongeng sebelum tidur. Sebelumnya, menuju waktu tidur, dia akan minta diputarkan lagu anak-anak di youtube. Melihat ketertarikan dia nonton dan ikut menyanyikan lagu anak-anak via youtube, kami  pun mengizinkannya untuk stay tune on youtube until dia ngantuk. Maksimal 20 menit lah. 🤣

Anak usia dua tahun, khususnya Yasmin, baru bisa belajar jujur, tanggungjawab dan sopan santun. Jujur karena dia benar-benar masih polos, tanggungjawab dan sopan santun bila orang tua mengajarkannya sejak dini. Disiplin, rendah hati, dan sikap baik lainnya bisa dia pahami sejalan dengan bertambahnya usia. Aku pun selalu yakin bila orang tua menerapkan pola asuh anak dengan disiplin dan ngga plin-plan, anak pun makin sholeh. Insya allah. 👨‍👩‍👧
Share
Tweet
Pin
Share
3 komentar
Banyak deadline pekerjaan kantor. Eksplor bersama teman-teman juga musti dilakukan tiap pekan karena ada misi dan tarjet untuk pariwisata Banjarnegara. Atas dua hal ini, ada yang sedikit tersampingkan. Apalagi kalau bukan bojo, bos kecilku, dan keluarga.

Satu yang paling terasa yaitu minimnya kebersamaan dengan Kecemut. Aku sedang merasa menelantarkan bayiku yang sekarang makin sering menunjukan tingkah polahnya yang menggemaskan. Apalagi beberapa hari ini aku selalu pulang malam karena lembur kerja. Dilema sebenarnya. Tiap sampai rumah, Kecemut pasti sudah tidur. Bangunnya lagi kadang tengah malam, itupun karena minta dibuatin susu. Kalau ngga bangun tengah malam, berarti langsung labas sampai pagi. 😭

Dijepretin sama Om @roisardian
Dalam waktu 24 jam, aku hanya dapat berinteraksi kurang lebih 6 jam, khususnya tiga hari kebelakang. Menyedihkan. Ada hal-hal yang betul-betul aku rindukan. Balada Ibu pekerja yang lagi melankolis. 😭

"Têlês mboten?" (dalam bahasa Indonesia berarti: basah ngga?)

Pertanyaan yang diikuti dengan adegan memegang jaket atau baju yang aku kenakan, ini sangat aku rindukan. Di luar sana hujan ataupun ngga, Kecemut pasti memegang bajuku, lalu merabanya. Memastikan bajuku basah atau ngga. Kalau basah, dia akan mengatakan "hiiih, Ibu dingin." karena tanganku pasti memegang pipinya. Kedua matanya fokus melihat aku yang sedang melepas jaket. Kalau bajuku kering, dia akan mengatakan "ngga basah...ngga basah...ngga basah.", dan itu diucapkan berulang-ulang sampai aku meyakinkan dia bahwa di luar sana terang benderang, ngga hujan. 🙊

Ibu kangen banget sama Yasmin Wita. Asli, kangennya Masya Allah. Sampai tiap mau tidur nangis nelangsa sambil meluk-meluk kamu. Besok long weekend, dan Ibu akan menghabiskan libur panjang ini bersama kamu, dan juga Ayah, belahan hati Ibu. ❤
Share
Tweet
Pin
Share
3 komentar
Arti kata terima kasih bagi bidadari kecilku adalah tentang pemberian. Ada orang yang memberi jajan, atau barang lain yang menyenangkan baginya, pasti dia akan mengucap terima kasih. Baginya, terima kasih baru sebatas itu, ngga lebih. Dia belum paham bahwa, terima kasih yang sesungguhnya, tuh, erat dengan rasa syukur dan juga bahagia. Makanya ketika kemarin aku mengajak Syaquita jalan ke Yogyakarta dan merasa sangat bahagia, aku merasa harus berterima kasih kepadanya. ❤

Kebahagiaan khaqq
Nak...nak...anak Ibu yang belum bisa lepas diapers saat bobok malam,

Semoga kamu masih ingat saat pertama kali menginjakan kaki di atas pasir Pantai Parangtritis, Yogyakarta. Saat itu, kamu turun dari mobil dan digandeng Mbak Ella, teman Ibu yang punya mental mboncengan. Ibu memilih ada di belakang kamu karena harus mempersiapkan peralatan main yang dibawa dari rumah. Ada ember kecil bekas fun doh, sendok, mangkuk, beserta tutupnya. 🌝

Nak, ini adalah salah satu mimpi kita, bermain pasir sepuasnya di pantai. Ya, kita yang biasanya mainan pasir amat terbatas di samping rumah, sore itu kita mengumpulkan pasir lalu dicetak berjejer. Betapa bahagianya Ibu melihat kamu begitu semangat memasukan pasir ke dalam wadah, lalu menumpahkannya membentuk tabung. 🛢

Baca juga: Risiko mengajak si kecil ke Pantai.

Nampaknya kamu ngga akan bosan bermain seharian di pantai. Belum lagi ombak yang beberapa kali menghampirimu saat sedang mengambil pasir. Antara kaget, ingin lari, dan mengikuti arus ombak, ekspresi kamu saat itu. Sayang banget, hari sudah hampir gelap. Ibu harus segera menggendongmu dan lari menuju kamar mandi dekat pantai. 🏖

Sebenarnya ada sedikit rasa khawatir saat Ibu mengajakmu ke pantai. Selain masih telalu dini, ada beberapa risiko yang cukup menjadi pertimbangan. Tapi Ibu yakin, selagi Ibu mendampingi kamu, insya allah aman.

Ini baru sececah kebahagiaan Ibu, kebahagiaan kita, di Pantai Parangtritis, Yogyakarta. Masih ada beberapa destinasi wisata di Yogyakarta yang membuat kamu betah berlama-lama hanya untuk sekadar duduk. Di kompleks Malioboro, misalnya. Hanya dengan lari-lari kecil dan duduk di tepi jalan Malioboro, kamu bahagia banget.

Oiya, ada kejadian yang norak luar biasa dan ini musti kamu ingat baik-baik. 


Ini renang? hahahaa
Hari pertama di Yogyakarta, kita menginap di hotel dekat Malioboro. Di hotel tersebut ada fasilitas kolam renangnya. Tahu sendiri lah, ya, kamu kan hobi banget mainan air di kolam renang. Jadi, Ibu ngga heran kalau kamu langsung minta renang. Beruntung, nih, ada Mbak Ella yang suka terapung di atas kolam, semua teratasi. 🏊‍♂️🏊‍♀️

Sore itu cuaca sekitar masih terang panas hot, disela-sela renang, ada pesawat terbang melintasi kolam renang. Tepat di atas kolam renang dan kamu heboh dadah dadah! Hahaha. Geli sebenarnya, tapi Ibu bahagia merasa bahagia melihat kamu tertawa dan teriak kegirangan. Subhanallah banget, ya.

Baca juga: Persiapan traveling ke Yogyakarta.

Nak...nak...anak Ibu yang tiap bangun pagi minta dibuatin susu,

Ada yang perlu Ibu sampaikan. Sebenarnya Ibu ngga perlu menyampaikan, sih. Kita anggap ini sebagai catatan untuk perjalanan kita berikutnya, ya. Bahwa ada sedikit drama menjelang keberangkatan. Sedikit, tapi sukses membuat Ibu trauma.

Bahwasanya, apa yang menurut kita baik, belum tentu baik menurut orang lain. Kita dapat meyakinkan diri, percaya diri, tapi kita ngga tahu yang terbaik untuk orang lain. Perihal ini, Ibu minta maaf karena baru bisa menuliskan saja, sebagai  pengingat.


Ndlosor-ndolsor enaa...
Satu hal lagi yang sempat Ibu dengar. Yaitu tentang rencana perjalanan atau itinerary. Ada yang bilang rundown telah kita buat itu amburadul, ngga keceeh. Ini PR buat kita, ya. Lain waktu kita susun itinerary yang lebih baik lagi. Ibu, sih, merasa sudah maksimal menyusunnya, tapi namanya traveling ramai-ramai, ya pasti ada saja catatan kecil. Terpenting, kita sudah berusaha untuk memberikan yang terbaik. Ya kan, Bebeeb. 😗

Nak...nak...anak Ibu yang sekarang sudah mulai minta sekolah,

Nanti ada saatnya kamu akan mengucap terima kasih kepada Ibu. Meski kasih Ibu tak harap kembali, Ibu yakin itu. Apalagi saat kamu membaca blog post ini, ada kemungkinan untuk itu. Kelak, ketika kamu sudah tahu arti terima kasih sesungguhnya. Nak, terima kasih telah membahagiakan Ibu di Yogyakarta. 
Share
Tweet
Pin
Share
3 komentar
Older Posts

Cari Di sini

Perkenalkan...

Hai...perkenalkan, saya Idah. Ibuk dari dua anak dan satu-satunya admin di blog ini.

Rutinitas saya saat ini sebagai Ibu Rumah Tangga sekaligus Ibu Pekerja Kantoran. Kami sekarang tinggal di Kota Dawet Ayu, Banjarnegara, Jawa Tengah.

Oiya, jika ingin komunikasi, bisa melalui akun instagram kami @cerisfamily atau kontak langsung melalui email cerisfamily@gmail.com. Terima kasih.

On Youtube

Fans Page

CERIS Family

Blog Archive

  • ▼  2025 (14)
    • ▼  Juni (2)
      • 6 Perbedaan Cat Waterproofing Asli dan Palsu, Patu...
      • Menjadi Mata di Setiap Sudut Rumah: Insto Dry Eyes...
    • ►  Mei (5)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2024 (39)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (10)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2023 (28)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (4)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2022 (14)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2021 (12)
    • ►  September (2)
    • ►  Juni (3)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2020 (17)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2019 (42)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Mei (26)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2018 (37)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2017 (61)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (8)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2016 (62)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (7)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2015 (63)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (9)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (10)
    • ►  Juni (12)
    • ►  Mei (2)

Popular Posts

  • Biaya USG 4 Dimensi di RS Panti Nugroho
  • Tujuan Pemeriksaan HB dan HBsAG untuk Ibu Hamil
  • Tip Agar Jahitan Pasca Melahirkan Cepat Kering

recent posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Part Of Community


Blogger Perempuan
mamadaring
Seedbacklink

Follow Us!

Social Media

Facebook Twitter Instagram Youtube Blog Ibu

MageNet

0ccdff8bd3766e1e4fdd711a2ad08ee5151bd247

Created with by ThemeXpose