• Home
  • About
  • Jasmine
  • Wildan
  • Hiroku
  • Kesehatan
  • Tumbuh Kembang
  • Parenting
  • Jalan Jajan

^_^ CERIS Family ^_^

Moment yang Tertulis Adalah Kenangan Abadi. ^_*

Apakah membicarakan masalah kesehatan seksual dan reproduksi masih menjadi hal tabu di era penuh keterbukaan sekarang ini? Sementara di sisi lain, masalah tersebut semakin mengkhawatirkan, terutama di kalangan remaja dengan akses yang sangat terbatas untuk lebih memahami pendidikan seks dengan benar.

Ketimpangan tersebut memberi gagasan pada Neira Ardaneshwari Budiono dan Alvin Theodorus serta dua rekan lainnya mendirikan komunitas online yang memberi edukasi tentang kesehatan seksual dan reproduksi untuk remaja dan anak muda. Melalui Tabu.id, isu-isu penting terkait hal-hal yang dianggap tabu untuk dibicarakan justru dibahas secara terbuka menggunakan media sosial, ruang diskusi online, serta penerbitan jurnal ilmiah. 

Alvin Theodorus, Bijak Mengupas Tabu di Ruang Terbuka
dokumen foto (Instagram @ideafestid)

Jika Neira berkesempatan mewakili regional Asia Tenggara dalan event Young Expert: Tech 4 Health yang digaungi oleh Plan International Canada sebagai promosi transformasi digital untuk Cakupan Kesehatan Universal 2030 serta terpilih sebagai 120 under 40: New Generation of Family Planning dari Bill and Melinda Gates Institute, maka di tahun 2021 lalu giliran Alvin Theodorus, co-founder yang mendapat kesempatan meraih Apresiasi SATU Indonesia Award dari Astra.

Tabu.id, Mengupas Hal Tabu dengan Bijaksana.

Zaman boleh berubah seiring perkembangan dan inovasi teknologi digital yang bergerak cepat. Namun kenyataannya, masih ada 5 topik penting yang masih dianggap tabu untuk dibicarakan dalam diskusi ruang terbuka. Salah satunya adalah Kesehatan Seksual dan Reproduksi (KSR). Hal-hal tabu tersebut masih ditutup-tutupi hingga saat ini, terutama di Indonesia dengan berbagai alasan, misalnya budaya ketimuran yang mengedepankan sikap sopan santun dalam tutur dan tingkah laku.

Ditunjang dengan data yang diperoleh hasil penelitian yang dilakukan John Hopkins Centre for Communication Program Indonesia pada tahun 2017 yang menyebutkan bahwa remaja yang mengerti tentang KSR hanya berada di angka 10%. Sedangkan akses informasi ke Pusat Kesehatan Masyarakat atau lembaga lainnya yang dilakukan oleh remaja hanya sekitar 5% saja. Fakta tersebut membuat pria lulusan Fakultas Psikologi UI bersama rekan-rekan lainnya terdorong membentuk sebuah komunitas online dengan tujuan edukasi KSR untuk remaja dan anak muda.

Tabu.id mulai aktif dan intensif menyebarkan informasi seputar KSR sejak Februari 2018. Dengan ciri khas anak muda yang membawa semangat, segar, dan kekinian, Alvin menyajikan konten informasi kesehatan seksual dan reproduksi yang mudah diakses, valid, dan kredibel melalui optimalisasi media sosial. Hal ini sengaja dilakukan mengingat fenomena kecenderungan remaja dan anak muda saat ini, bahkan orang tua lebih memilih browsing internet untuk mendapatkan informasi yang terkadang belum tentu valid.

Respon yang diberikan masyarakat terhadap media sosial Tabu.id melalui Instagram, Facebook, dan YouTube cukup menggembirakan. Dengan engagement yang tinggi, jumlah pengikut media sosial terus bertambah, bahkan di kalangan orang tua. Tidak hanya komentar positif dan saling berbagi pengalaman yang diberikan pengikut pada setiap informasi yang disampaikan melalui media sosial, Tabu.id terkadang juga mendapat permintaan untuk memberi saran terhadap kasus-kasus yang dialami pengikut, misalnya kasus kekerasan seksual.

Tentang Tabu.id
sharing dan edukasi di sosial media @tabu.id

Kegiatan Tabu.id di Ruang Terbuka untuk Masyarakat Muda Indonesia.

Alvin menegaskan, Tabu.id belum sampai pada tahapan pemberian konseling khusus hingga perlindungan terhadap kasus yang lebih rumit. Namun begitu, Tabu.id memberi pengarahan agar korban melakukan konseling dengan ahli, psikolog, psikiater, atau terapis klinis.

Dengan tagline #TidakLagiTabu, Tabu.id menyampaikan informasi penting seputar pubertas, dampak pornografi, infeksi menular seksual, kehamilan remaja, pelecehan seksual, abusive relationship, dan masih banyak lagi. Tabu.id juga membentuk tim khusus yang membahas topik untuk disajikan sebagai konten visual yang informatif, menarik, dan mudah dipahami yang didukung oleh sumber-sumber kredibel dan valid seperti buku teks, jurnal ilmiah, data penelitian, dan trusted websites.

Secara rutin Tabu.id diundang sebagai narasumber pada acara diskusi terbuka yang diadakan berbagai instansi serta kegiatan komunitas sekolah dan kampus. Komunitas online ini juga berkesempatan terlibat dalam penyusunan modul pendidikan seksual yang disusun oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

Kegiatan positif yang terus dilakukan oleh Alvin dan rekan-rekannya membawa Tabu.id menerima berbagai penghargaan hingga ke tingkat internasional, antara lain sebagai finalis dan presenter COLLAB4HEALTH Asia Pacific tahun 2017, finalis dan presenter pada kompetisi United Nation Youth Empowerment tahun 2017, serta finalis AmplifyChange pada event International Conference on Family Planning di Rwanda tahun 2018 sekaligus sebagai satu-satunya presenter dari Asia Tenggara.

Untuk kiprah aktifnya melalui konten dan berbagai program yang diadakan Tabu.id, Alvin Theodore mendapat penghargaan sebagai sosok inspiratif dari kalangan anak muda dalam Apresiasi SATU Indonesia Award 2021 yang digawangi Astra. Diharapkan di masa depan nanti, Tabu.id terus berkontribusi dalam edukasi kesehatan seksual dan reproduksi untuk anak-anak, remaja, hingga orang tua.

Secara tidak langsung, Tabu.id juga turut berperan mencapai 3 aspek dalam Sustainable Development Goals, yaitu Kehidupan Sehat dan Sejahtera, Pendidikan Berkualitas, dan Kesetaraan Gender di masyarakat luas. 

Semoga Alvin dan Tabu.id dapat menginspirasi para pemuda lainnya untuk terus berbagi dan memberikan informasi kesehatan seksual dan reproduksi yang komprehensif bagi masyarakat muda Indonesia. Selengkapnya kegiatan teman-teman Tabu.id dapat dibaca di website resmi Tabu.id melalui link https://tidaktabulagi.id.

sumber:

  • https://www.goodnewsfromindonesia.id/2018/12/17/tabu-id-mengupas-hal-yang-dianggap-tabu-dengan-bijaksana 
  • https://www.indonesiana.id/read/167161/alvin-theodorus-dengan-tabu-id-edukasi-ksr-lewat-media-sosial 
  • https://plan-international.or.id/id/tabu-id-menggunakan-pendekatan-kreatif-berbasis-bukti-untuk-mengedukasi-remaja-terkait-seksualitas/ 
  • https://smallseotools.com/plagiarism-report/20c67655451f27ed869e67d96c7ad0dd/ 


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Sore itu, saya lagi duduk-duduk di teras rumah untuk mengusir nyamuk! Ehem… Maksud saya mengusir rasa bosan, setelah seharian bekerja. Tapi saya nggak ingin kalau relaxing saya ini cuma buat hal-hal yang “unfaedah.” Karena itu saya memutuskan untuk membuka Instagram buat mencari inspirasi sembari mengisi waktu luang.

Lagi asyik scrolling di beranda Instagram, tiba-tiba mata saya tertumpu pada sebuah foto yang sangat unik. Foto tersebut menampilkan selembar kain yang diberi motif alam berupa dedaunan, bunga-bunga, dan aneka motif bernuansa alam lainnya.

Sepintas saya bertanya di dalam hati “apakah ini ecoprint?” Kain itu tampak begitu indah dengan warna-warna alami yang tampak begitu persis dengan daun, bunga, dan tumbuhan asli, membuat saya semakin yakin kalau itu pasti hasil ecoprint.

Alfira Oktaviani owner similir eco print

Tapi saya lagi ogah mikir dan nggak ingin berspekulasi. Jadi, langsung aja saya menutul nama pengunggah foto tersebut dengan ujung telunjuk dengan harapan saya akan melihat lebih banyak kain serupa. “Semilir Ecoprint” gumam saya dalam hati.

Benar saja, di Instagram Semilir Ecoprin ini, saya menjumpai banyak sekali kain bermotif nuansa alam. Motifnya memperlihatkan keindahan alam yang terpatri dalam warna-warna lembut dan detail yang sangat presisi.

To be honest. Sejenak saya terpesona oleh keunikan kain ini. Tidak hanya kain, di Instagram Semilir juga ada banyak perlengkapan fashion yang diberi motif ecoprint. Mulai dari tas, sarung bantal, syal, bahkan tas tangan dengan motif yang serupa. Semua produk ini terlihat begitu menarik dan berkualitas tinggi.

Karena sudah kadung tertarik, saya langsung aja pindah dari aplikasi Instagram ke Google Search, dan mengetikkan kata kunci “Semilir Ecoprint.”

Dari sana saya mulai mencari info tentang Semilir Ecoprint dan produk-produk mereka, mengingat saya juga merasa penasaran dengan sosok dibalik Semilir Ecoprint.

Alfira Oktaviani: Seorang IRT & Mompreneur Adalah Penggagas Semilir Ecoprint.

Setelah mengulik sejumlah informasi, saya akhirnya menemukan siapa sosok di balik Semilir Ecoprint. Beliau, tidak lain dan tidak bukan adalah Alfira Oktaviani yang lebih akrab disapa Mbak Fira. Sebutan “Mbak” memang lekat dengan kebiasaan masyarakat Jawa. Karena memang, beliau ini tinggal di Pulau Jawa, tepatnya di Desa Donoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Selain dapat informasi tersebut, informasi lain yang saya peroleh sungguh tidak pernah saya bayangkan. Betapa tidak, kain yang digunakan sebagai media ecoprint ini ternyata merupakan kain yang unik dan sarat akan sejarah serta langka. Ya, kain yang digunakan sebagai media adalah “kain kayu lantung.”

Saya tahu! Kalian pasti juga merasa heran dan asing dengan nama bahan kain tersebut, bukan?


Begitu juga saya! Pada awalnya, saya juga merasa asing karena memang tidak pernah mendengar sama sekali tentang kain Lantung ini? Saya tidak tahu dari mana asalnya? Atau, bagaimana proses pembuatannya? Tapi tenang bestie! Jawaban atas berbagai pertanyaan-pertanyaan tersebut akan saya bahas nanti di sub judul selanjutnya. So, keep reading.

Kembali ke Mbak Fira dan Semilir Ecoprint. Jadi, Mbak Fira sendiri adalah seorang mompreneur yang sudah lama berkecimpung dalam dunia fashion dan seni, meskipun latar belakang pendidikan beliau sejatinya adalah apoteker.

Cerita tentang kemunculan Semilir Ecoprint sendiri bermula sejak tahun 2018 silam. Ketika itu, Mbak Fira dibawakan souvenir khas Bengkulu oleh ayahnya yang memang asli berasal dari Bengkulu. Oleh-oleh itu sendiri adalah sebuah tas polos yang terbuat dari kulit kayu lantung.

Selain memberikan tas polos berbahan kain lantung, Ayah Mbak Fira juga mempunyai satu permintaan yaitu, beliau ingin Mbak Fira mencoba memberikan sentuhan alami untuk menambah keindahan tas tersebut agar terlihat lebih menarik dan tidak membosankan.

Sejak itu, mbak Fira mulai mencari tahu dan menggali informasi seputar kain lantung dan bahan-bahan alami yang bisa digunakan untuk memberi motif pada kain tersebut.

“Jadi, waktu itu, selain menggali info asal-muasal kain kayu lantung, saya juga melakukan riset, uji coba berkali-kali sampai menjadi sebuah produk. Barulah setelah itu, saya mencoba melakukan research pasar. Saya bersyukur, sambutan pasar (ternyata) cukup positif.” Ungkap Mbak Fira.

Kain Lantung Khas Bengkulu.

Usut punya usut, kain lantung ini ternyata berasal dari wilayah Bengkulu, dan punya sejarah yang cukup menarik untuk disimak. Karena berkaitan dengan usaha masyarakat Bengkulu dalam melawan penjajahan pada saat itu.

Menurut beberapa sumber yang saya baca, ceritanya bermula pada tahun 1943, ketika penjajah Jepang menerapkan kebijakan yang membuat masyarakat sangat miskin hingga untuk sekedar membeli penutup tubuh pun mereka tak mampu.

Dengan segala keterbatasan yang ada, masyarakat Bengkulu pada saat itu mencoba menggunakan berbagai jenis kulit pohon untuk dijadikan sebagai pakaian asal bisa menutupi tubuh. Mulai dari, kulit pohon karet, iboh atau pohon lontar (Aceh: bak iboh), kedui, hingga pohon terap yang oleh masyarakat di sana disebut “lantung.”

Pohon dengan nama ilmiah Artocarpus Altilis ini adalah sejenis pohon sukun-sukunan yang bergetah, kulitnya berserat dan tidak mudah rusak.

Tahun 2015, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia mengukuhkan kain kayu lantung sebagai warisan budaya tak benda Indonesia dari provinsi Bengkulu. Pengukuhan ini tidak lepas dari keunikan dan sejarah kain kayu lantung itu sendiri.

Tentu saja tidak semua masyarakat Bengkulu memproduksi kain Lantung. Karena sejatinya, kain ini berasal dari sebuah desa yang cukup terpencil. Lokasi desa ini berjarak kurang lebih sekitar 250 km dari kota Kota Bengkulu.

Nama desa tempat asal kain lantung ini adalah Desa Papahan yang ada di kecamatan Kinal, Kabupaten Kaur. Di sekitar Desa ini, pohon lantung bisa dengan mudah dijumpai.

Hingga saat ini, di desa Papahan masih banyak masyarakat yang menjadi perajin kain Lantung guna melestarikan budaya nenek moyang. Untuk mendapatkan kulit kayu pohon lantung, mereka biasanya akan mencari pohon terap yang sudah berusia 5-10 tahun di hutan.

Pohon yang sudah berusia antara 5 hingga 10 tahun tersebut, akan dikuliti secara hati-hati agar tidak sobek. Bagian kulit dari pohon lantung yang digunakan sebagai bahan kain adalah bagian tengahnya. Karena bagian tengah ini memiliki tekstur yang halus dan berserat serta cukup kokoh.

Bagian kulit pohon kayu lantung tersebut nantinya akan diproses menjadi kain dengan cara dipukul menggunakan alat yang terbuat dari tanduk kerbau atau kayu keras yang disebut “perikai.” Menggunakan perikai, kulit kayu lantung akan dipukul berulang kali hingga membentuk lembaran yang tipis, lembut, dan lentur, layaknya kain yang terbuat dari bahan katun.

Saat ini, hasil pembuatan kain kayu lantung dari masyarakat di Desa Papahan ini kebanyakan akan dikirim langsung ke Semilir Ecoprint di Yogyakarta. Jumlah kain kayu lantung yang dikirim tidaklah banyak, hanya 50 hingga 100 lembar per 3 bulan. 

Alfira Oktaviani owner similir eco print


Alfira Oktaviani Raih Apresiasi SATU Indonesia Awards 2022.

Menawarkan fashion yang ramah lingkungan dengan menerapkan eco-print pada kain kayu lantung, dan sukses membangun Semilir Ecoprint sebagai wadah untuk memproduksi berbagai macam aksesoris hingga kerajinan berbasis kain kayu Lantung, membuat Alvira Oktaviani patut disejajarkan dengan sejumlah nama yang telah berkarya dan mendedikasikan diri demi kemajuan bangsa Indonesia.

Pada tahun 2022 lalu, Astra International Tbk mengapresiasi beberapa pemuda bangsa ini yang telah berkarya dan mendedikasikan dirinya untuk kemajuan bangsa. Dari beberapa orang yang terpilih, salah satunya adalah Alfira Oktaviani atau Mbak Fira.

Keberhasilan dan dedikasi Mbak Fira dalam menggabungkan keindahan alam dan budaya dalam produk fashion ramah lingkungan merupakan alasan dibalik terpilihnya beliau sebagai salah satu finalis ajang SATU Indonesia Awards.

Sebagai informasi, SATU Indonesia Awards adalah sebuah langkah nyata–peran aktif Grup Astra dalam memberikan kontribusi untuk meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia melalui karsa, cipta, dan karya terpadu, guna memberikan nilai tambah untuk kemajuan bangsa Indonesia.

Penutup.

Melalui produk-produknya, Alfira Oktaviani (Mbak Fira) tidak hanya menggabungkan seni dan fashion, tetapi juga mengeksplorasi kekayaan flora Indonesia sebagai wujud lain dari pelestarian budaya dan alam.

Untuk mewujudkan itu semua, Mbak Fira tentu saja tak sendirian. Beliau juga turut mengajak sekelompok ibu-ibu untuk membantunya dalam pembuatan berbagai jenis aksesori dan kerajinan, termasuk tas, dompet, serta berbagai macam kerajinan dan aksesoris fashion. Dengan begitu, masyarakat di sekitarnya pun ikut merasakan manfaat dari kehadiran Semilir Ecoprint.

Apa yang telah ditunjukkan oleh Mbak Fira merupakan contoh nyata bahwa perempuan juga bisa sukses dalam berbagai peran. Meski berstatus sebagai ibu rumah tangga, namun hal tersebut tidak menghalangi setiap perempuan untuk menjadi seorang ibu yang hebat sekaligus seorang wirausahawan yang sukses.

Melalui Semilir Ecoprin, Mbak Fira telah membuktikan bahwa fashion dapat menjadi alat untuk menghargai keindahan alam Indonesia sambil berkontribusi pada upaya pelestariannya. 

Kesuksesan dan inspirasi dari Mbak Fita dapat kita jadikan sebagai pelecut semangat dalam berkarya dan berkreativitas serta mencintai alam dan mengubahnya menjadi sesuatu yang indah, benilai, berkelanjutan, dan bermanfaat.

Sumber:

  • https://www.satu-indonesia.com/satu/satuindonesiaawards/finalis/pelestari-kain-lantung-bengkulu/
  • Foto (https://www.goodnewsfromindonesia.id/ dan akun Instagram @semilir_ecoprint)


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Kawasan Kepulauan Riau merupakan area terluar Indonesia yang berbatasan langsung dengan negara tetangga, termasuk Singapura dan perairan laut Cina. Tidak sedikit penduduk yang mengandalkan hidup dari lingkungan tersebut namun kepedulian untuk melestarikannnya masih rendah. Hal ini menarik hati Tri Armanto S.Pi untuk berkiprah melestarikannya secara langsung. 

Bersama dengan Yayasan Ekologi, Tri Armanto bermitra dengan pemerintah Provinsi Kepri untuk membentuk dan merencanakan pengelolaan kawasan konservasi tersebut. Potensi perikanan dan biodiversitas laut melimpah seperti ekosistem terumbu karang, dan habitat asuhan ikan ternyata dimanfaatkan dengan kurang memperhatikan aspek lingkungan yang mendorong Tri untuk terlibat melestarikannya.

Tri Armanto, S.Pi Lindungi Kawasan Konservasi di Kepulauan Riau
Tri Armanto, S.Pi Lindungi Kawasan Konservasi di Kepulauan Riau

Kondisi lingkungan yang rusak tersebut membuat keprihatinan banyak pihak, termasuk Tri Armanto dan teman-temannya. Bersama The Ecology Foundation atau Yayasan Ekologi, Tri Armanto ikut memprakarsai berbagai kegiatan yang berkaitan dengan konservasi lingkungan

Awal Berdirinya Yayasan Ekologi.

Yayasan Ekologi berdiri di tahun 2017 setelah berlangsung event Ecorun di Pulau Mapur. Tri Armanto dan rekan-rekan melihat bahwa potensi wisata Pulau Mapur yang berbasis pelestarian alam dan ditetapkan sebagai Desa Wisata Bahari oleh Pemerintah Kabupaten Bintan sangat besar.

Hal ini yang mendasari pemikiran bahwa kelestarian lingkungan di kawasan konservasi, termasuk Pulau Mapur dan pulau lainnya sangat perlu dilakukan. Selain menjaga keragaman hayati, juga mempertahankan daya tarik agar terus diminati masyarakat untuk berwisata ke Pulau Mapur.

Pada event tersebut Tri terlibat dalam pelepasan tukik atau anak penu dari penangkaran, penanaman terumbu karang di perairan laut dengan sistem adopsi (naming/tagging) dan menikmati keindahan taman kerang dengan snorkeling. 

Selain itu Tri juga melihat langsung aktivitas para nelayan yang semakin menyadarkan bahwa menjaga kelestarian lingkungan laut berdampak panjang untuk kehidupan masyarakat. 

Sementara itu, aktivitas masyarakat dan pengunjung objek wisata ternyata banyak berdampak negatif. Diantaranya adalah timbunan sampah plastik yang tidak mudah terurai dan  mengganggu kehidupan biota laut. 

Gerakan yang Dilaksanakan Yayasan Ekologi.

Kecintaan Tri pada lingkungan, membawanya untuk melakukan berbagai gerakan penyelamatan atau konservasi bersama Yayasan Ekologi. Beberapa kegiatan yang dilakukan diantaranya adalah melindungi kehidupan habitat laut, rehabilitasi lahan kritis dan menginisiasi program substitusi penggunaan sedotan plastik.

Visi dan misi yang diemban oleh Yayasan Ekologi adalah menjadikan masyarakat Indonesia mandiri dan berwawasan lingkungan dengan ekosistem yang berkembang dan beragam. Upaya pelestarian lingkungan dilaksanakan di wilayah laut atau pesisir, lingkungan pulau, satwa liar setempat dan menumbuhkan aktivitas serta aksi komunitas sebagai langkah menjaga lingkungan. 


Tri Armanto, S.Pi Lindungi Kawasan Konservasi di Kepulauan Riau
sumber foto: https://blue.kumparan.com/image/

Tri menyelaraskan visi Yayasan Ekologi dengan tujuan dari kampanye pembangunan berkelanjutan PBB. Langkah yang dilakukan adalah berkontribusi pada kegiatan konservasi. Selain itu, Tri juga mengkampanyekan kesadaran masyarakat agar memanfaatkan  alam dengan baik dan lestari. 

Kepedulian Terhadap Lahan Kritis.

Bukan hanya peduli terhadap lingkungan pantai, Tri juga sangat peduli terhadap lahan kritis yang terjadi di Kepulauan Riau. Salah satunya adalah lahan kritis di Pulau Bintan sebagai akibat penambangan bauksit. 

Tri menemukan bahwa dampak buruk penambangan ini tidak hanya terjadi di darat, tetapi limpasan air hujan juga membawa sedimen hasil penambangan ke laut yang mengganggu kehidupan terumbu karang.

Selain di Bintan, Tri Armanto S.Pi juga melaksanakan pilot project rehabilitasi lahan di Pulau Buton. Penambangan ilegal sudah merusakan lingkungan sehingga berdampak terhadap kehidupan dan keberlanjutan banyak makhluk. 

Bersama Yayasan Ekologi, Tri memprakarsai kegiatan rehabilitasi dengan pemulihan dan  perbaikan kondisi lahan sehingga ekosistem bisa hidup kembali. Bukan itu saja, isu sampah plastik yang sudah lama muncul pun mendapat perhatiannya. 

Tantangan besar yang dihadapi Tri dan tim adalah mengubah pola hidup dan kesadaran masyarakat untuk lebih bijak menggunakan produk plastik. Salah satu upaya yang dilakukan untuk meminimalkan penggunaan produk plastik adalah usulan kebijakan penggunaan plastik berbayar. 

Inisiasi Substitusi Penggunaan Sedotan Plastik ke Sedotan Bambu.

Upaya meminimalkan penggunaan produk plastik tidak berhenti hanya dengan usulan kebijakan saja. Yayasan Ekologi juga menginisiasi penggunaan sedotan plastik dengan sedotan berbahan bambu. Pengerjaan pembuatan sedotan bambu dilakukan oleh masyarakat pesisir yang sudah berpengalaman. 

Kualitas sedotan yang diproduksi dan dikampanyekan untuk menggantikan sedotan plastik sudah diakui oleh dunia. Mulai dari proses pembuatan hingga perawatan sedotan yang bisa digunakan berulang kali tersebut tidak menggunakan bahan kimia sehingga lebih ramah lingkungan. 

Apa yang dimulai oleh Tri dan tim ini secara bertahap berdampak positif terhadap lingkungan Kepulauan Riau. Upaya konservasi baik di area pantai maupun darat dapat meminimalkan kerusakan lingkungan yang semakin besar terjadi. 

Berkat kerja kerasnya tersebut Tri Armanto S.Pi mendapat apresiasi dalam event Satu Indonesia Astra Award. Satu Indonesia Astra atau SIA merupakan bentuk penghargaan Astra kepada masyarakat yang telah membawa perubahan.

Jika Tri Armanto, S.Pi bisa, maka kita juga pasti bisa. Lingkungan kita masih banyak membutuhkan pemikiran dan peran aktif semua pihak untuk bisa menjadi lebih baik. Kini giliran kita memberikan sumbangsih untuk kemajuan Indonesia. 


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Nama Muhammad Saufi Ginting bagi warga Asahan, Sumatera Utara sudah sangat dikenal. Sosok satu ini merupakan putra daerah yang sangat peduli pada dunia pendidikan, khususnya pendidikan non formal dengan mendirikan Taman Bacaan Masyarakat atau TBM Azka pada bulan Agustus tahun 2012 lalu yang sampai saat ini masih bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. 

Beliau memulai membuka kegiatan non profit ini dengan dana pribadi seadanya. Sebagai sosok yang sangat cinta kepada dunia literasi, Saufi ingin masyarakat sekitarnya mendapat banyak manfaat dari apa yang dijalankannya.

Muhammad Saufi Ginting,

Awal berdirinya taman bacaan tersebut hanya menggunakan buku koleksi pribadi keluarganya. Dukungan penuh sang istri, Halimah, yang mempunyai kecintaan dan harapan sama, merupakan energi luar biasa bagi Saufi. 

Meski harus mengorbankan dana pribadi, Saufi terus menambah koleksi bacaan, walaupun karena keterbatasan dana, hanya mampu membeli buku bekas. Namun buku yang masih layak baca tersebut di tangan sosok satu ini terus memberi manfaat kepada masyarakat. Bukan hanya anak-anak SD, anak SMP, SMA bahkan sampai mahasiswa banyak yang datang untuk menambah khasanah keilmuan. 

Saufi dan Halimah berharap dari langkah yang dilakukan ini memudahkan masyarakat yang ingin mendapatkan bahan bacaan sebagai sumber ilmu tanpa harus keluar uang.

Taman Bacaan Masyarakat Azka awalnya berada di rumah kontrakan yang terletak di Jln.  Willem Iskandar, Gang Abadi Kelurahan Mutiara, Kota Kisaran, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara. Karena masa kontrak habis, akhirnya TBM Azka pindah ke Jln. Dasawisma, Gang Rasmi, Kelurahan Selawan.

Membentuk Komunitas Penulis Muda Asahan.

Kepindahan tempat TBM Azka ke lokasi baru ternyata membawa semangat dan inspirasi baru untuk pengembangan dunia literasi. Saufi bersama dengan relawan yang saat itu mulai bergabung kemudian membentuk Komunitas Penulis Muda Asahan (Kompimas). 

Aktivitas baru ini fokus pada kegiatan membahas buku-buku yang ada di TBM Azka sebagai bahan resensi sekaligus bahan bacaan bergizi bagi penulis muda yang mulai bermunculan. 

Usaha Muhammad Saufi Ginting dan tim ternyata tidak sia-sia. Tidak begitu lama, tepatnya pada tahun 2013 komunitas binaannya ini berhasil menerbitkan antologi buku puisi perdana dengan judul “Bernapas dalam Kata”. 

Kepedulian dan dukungan terhadap gerakan literasi terus berdatangan dari banyak pihak hingga akhirnya pada bulan September 2015 TBM Azka mempunyai rumah sendiri. Lokasinya berada di Jln. Paria, Simpang Garuda Umbut-Umbut (persis di depan Masjid Taqwa Muhammadiyah), Kisaran, yang ditempati hingga sekarang.


Mengembangkan Sayap Kegiatan Literasi.

Kegiatan literasi yang dijalankan oleh Saufi tidak terhenti dengan menyediakan buku bacaan gratis untuk masyarakat dan memprakarsai penerbitan buku antologi puisi saja. Bersama tim yang terus bertambah jumlahnya Saufi menginisiasi berdirinya TBM di Kabupaten Asahan Sumut (Siumbut-umbut, Air Batu, Kisaran, Silau Laut, Meranti, Sijabut, TBM di Medan, TBM di Belitung Barat). Kegiatan utama berada di Kecamatan Kisaran Timur Kelurahan Siumbut-Umbut. 

Belum lama ini, Saufi juga menginisiasi kegiatan sarasehan literasi budaya. Kegiatan tersebut menghadirkan banyak pihak, diantaranya budayawan, guru, dosen bahasa, pustakawan, pengelola TBM, sanggar dan penggiat literasi lainnya. 

Sarasehan literasi budaya tersebut dilaksanakan di TBM Azka dan merupakan kegiatan pertama dalam membahas literasi budaya yang diselenggarakan di Asahan. Biaya untuk kegiatan semua berasal dari kantong pribadi Saufi. 

Selain itu, dengan wadah Azka Gemilang, Saufi juga mengadakan kelas menulis, pelatihan kewirausahaan, dan pendampingan penulisan buku. Dari sinilah lahir penulis-penulis pemula dan penggiat literasi di wilayah Asahan. 

Dulu Saufi harus berjuang sendirian hanya ditemani sang istri, namun kini semakin banyak dukungan yang datang. Mulai dari instansi pemerintah, Perusahaan swasta, pribadi, Masyarakat hingga kepala lingkungan memberikan dukungan penuh kepada kegiatannya dalam bidang literasi. 

Kendala yang Dihadapi.

Jika saat ini TBM Azka mendapat banyak dukungan dari berbagai pihak, tidak demikian ketika awal berdiri. Saufi harus memutar otak sendiri untuk menyediakan berbagai infrastruktur untuk taman bacaan yang dikelolanya. Tujuannya untuk meningkatkan minat baca pada anak-anak mendorongnya agar berusaha menyediakan bahan bacaan yang sesuai dan layak.


belajar bersama di TMB Azka
belajar bersama di TMB Azka (dok. indonesiana.id)

Jika saat ini TBM Azka mendapat banyak dukungan dari berbagai pihak, tidak demikian ketika awal berdiri. Saufi harus memutar otak sendiri untuk menyediakan berbagai infrastruktur untuk taman bacaan yang dikelolanya. Tujuannya untuk meningkatkan minat baca pada anak-anak mendorongnya agar berusaha menyediakan bahan bacaan yang sesuai dan layak. 

Saat ini kendala utamanya adalah manajemen waktu sehingga baik urusan pribadi maupun kegiatan TBM Azka bisa berjalan selaras. Peran sang istri, Halimah, diakui oleh Saufi sangat besar sehingga mimpinya untuk menyediakan taman bacaan gratis bagi masyarakat bisa terwujud. Bahkan saat ini terus berkembang hingga bisa menangani kegiatan literasi lainnya. 

Jika sebelumnya Saufi harus pandai mengatur keuangan sehingga dapat memenuhi hajat hidup atau literasi keuangan keluarga sekaligus mencukupi kebutuhan TBM Azka, kendala ini sekarang sudah mulai dapat diatasi. Bantuan dari banyak pihak menjadi motivasi sekaligus tanggung jawab yang harus.

Berkat perjuangan dan kecintaannya pada dunia literasi tersebut membawa Saufi mendapatkan apresiasi dari Astra dalam event Satu Indonesia Astra Award atau SIA. SIA merupakan apresiasi yang diberikan perusahaan ternama tersebut kepada masyarakat yang  bergerak untuk membawa perubahan dalam banyak bidang, termasuk literasi. 

Jika Muhammad Saufi Ginting bisa, maka kita pun pasti bisa. Banyak hal yang bisa kita lakukan sebagai bentuk peran aktif dalam memajukan masyarakat. Kini giliran kita untuk berkontribusi positif kepada lingkungan, bangsa, dan negara.


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Pengalaman Membangun Rumah dengan Biaya Terbatas - Memiliki sebuah hunian sudah pasti menjadi impian bagi banyak orang. Bagaimana tidak, kita dapat membangun kenangan, menemukan kedamaian, dan merasakan kenyamanan ketika berada di rumah, bukan. Makanya tidak heran, kalau setiap orang memasukkan rumah ke dalam daftar keinginan atau bahkan impian. Entah impian tersebut dapat terwujud pada usia muda atau lanjut usia, terpenting masuk dalam wish list dulu, ya. 😆

Saking pentingnya sebuah tempat tinggal, rumah tidak hanya menjadi impian bagi setiap pasangan yang sudah berkeluarga. Para generasi millennial atau anak muda yang yang sudah berpenghasilan pun banyak yang punya keinginan memiliki rumah di usia muda. Komitmen mereka biasanya diwujudkan dalam bentuk menabung atau belajar investasi sejak usia dini demi mewujudkan wish list yang sudah mereka tulis.

Pengalaman Membangun Rumah dengan Biaya Terbatas

Lalu, bagaimana dengan pasangan yang sudah menikah, tapi masih tinggal bersama orang tua, mertua, atau masih tinggal di kontrakan?

Jangan panik, yang tenang, dan tetaplah fokus dengan yang telah menjadi tujuan bersama pasangan. Kalau sudah punya niat yang kuat untuk membangun rumah sendiri, insya Allah akan dimudahkan dalam menyisihkan rezekinya. Dengan catatan, pengelolaan keuangannya harus betul-betul tercatat dengan baik. Jangan lupa untuk alokasikan dana khusus untuk membangun rumah. Ini yang saya lakukan bersama suami sejak punya anak pada tahun 2016.

Proses Mendapatkan Modal Untuk Membangun Rumah.

Saya dan suami termasuk salah satu pasangan yang saat menikah belum matang secara finansial. Saat itu, kami sama-sama baru punya pekerjaan. Suami bekerja di Swasta dan saya bekerja sebagai ASN. Selain baru memiliki pekerjaan, kami sama-sama enggak punya banyak tabungan. Duh...ini jadi buka-bukaan "dapur", ya. Hahaha. Tidak apa, karena ini fakta dan bagi saya bukan aib. Sekadar berbagi pengalaman, siapa tahu ada dari kalian yang sudah menikah dan masih tinggal di kontrakan, kemudian membaca tulisan ini menjadi lebih semangat buat cari peluang untuk mendapatkan cuan! 🤭

Selain belum matang secara finansial, kami termasuk generasi perintis, bukan generasi pewaris. Jadi, sangat terasa perjuangan kami untuk mewujudkan salah satu impian kami yaitu membangun rumah sendiri. FYI, setelah menikah, kami tinggal bersama orang tua selama empat tahun. Cukup lama, ya.

Tahun pertama menikah, kami masih belajar mengelola keuangan dari pendapatan gaji tetap. Dari yang sebelumnya hanya mengelola pendapatan sendiri, setelah menikah tambah pendapatan dari suami. Tentu untuk pengaturannya tidak mudah karena muncul cukup banyak pengeluaran baru seperti penambahan anggaran dana sosial. Saya yang sebelumnya hanya mengelola dana ini untuk pribadi, mau tidak mau harus menambah anggarannya karena punya keluarga baru dari suami. Lalu, ada dana darurat yang tentu saja anggarannya bertambah karena sudah berkeluarga.

Masuk tahun kedua menikah, kami memiliki satu anak. Mulai dari sini, kami kembali menata keuangan karena dana darurat hampir 50% digunakan untuk biaya lahiran. Sungguh bikin lutut lemas, Bun. Beruntung HB tetap stabil. Hahaha. Kami bersyukur karena rezeki setelah punya anak alhamdulillah terus bertambah. Tentu bukan dari gaji tetap, melainkan dari sumber pendapatan lain seperti menulis di Blog.

Pendapatan di luar gaji, seberapa pun, selalu kami tabung. Terlebih, setelah memiliki anak, kami bertekad untuk punya rumah sendiri. Seperti yang kita tahu, biaya untuk membangun rumah tidak sedikit. Makanya harus konsisten menabung demi mewujudkan impian.

Masuk tahun ketiga, anggaran bikin rumah yang sudah ada dalam tabungan saya ambil 80% untuk kemudian kami alihkan ke beberapa investasi seperti Deposito dan instrumen insvestasi lainnya supaya perkembangan dananya lebih terasa. 😅 

Selain Keuangan, Hunian Juga Menjadi Obrolan Menarik Setelah Menikah.

Awalnya, kami punya rencana bangun rumah saat anak pertama kami berusia 5 tahun atau saat dia masuk TK. Artinya, kami masih punya waktu kira-kira lima tahun untuk mengumpulkan modal untuk mendirikan rumah. Iya, kami pernah ngobrolin hal ini sambil tiduran dan elus-elus pipi anak kami yang saat itu baru berusia dua minggu.

"Lima tahun lagi, kita kira-kira udah punya uang berapa, ya?" Saya mulai serius tanya kepada suami.

Lagi mulai pencet-pencet kalkulator di handphone, tiba-tiba suami nyeletuk "dua ratus juta!". Spontan saya tertawa sampai jahitan paska melahirkan terasa ngilu. 😆 Hamsyong, uang ratusan juta itu dari mana, ya? Kami pun akhirnya kembali tertawa jahil sampai Si Kecemut terbangun. Tapi di balik ketawa itu, suami meyakinkan saya kalau lima tahun lagi pasti bisa membangun rumah.

Sebagai istri solehah, saya pun meng-amin-kan ucapan sekaligus doa dari suami. Buat penyemangat, kami nyaris setiap hari berkirim gambar desain rumah minimalis yang kami dapatkan dari mesin pencarian Google. Kenapa minimalis? Karena modal yang kami punya juga minimalis. 😂 Selain desain, kami juga kerap ngobrolin harga meterial bangunan. Padahal dibangunnya masih beberapa tahun kemudian. Sampai pada akhirnya kami tahu kalau harga batu bata merah tidak murah, barulah kami pelan-pelan mulai mengurangi obrolan tentang membangun rumah.

Bukan tidak bersyukur, tapi uang yang sudah kami kumpulkan rasa-rasanya tak ternilai saat melihat harga material yang harga satuannya bikin gemeter. Maklum, pengalaman pertama. 😆 Tapi meskipun kami sudah jarang ngobrolin urusan rumah, kami masih terus konsisten menabung dan juga terus mencari peluang pendapatan.

Saat semangat kami dalam membangun rumah sedang maju mundur, orang tua seperti membuka jalan untuk memulainya. Masya Allah, uang saja belum siap, sudah mulai ada penawaran mau bikin rumah di Banjarnegara (tempat saya dibesarkan) atau Wonosobo (tempat suami saya). Asyik, nih, aromanya bakal dapat donatur. 🤣 Dan benar, kami diberi modal berupa pekarangan dan dibantu juga dalam pembelian material bangunan. Alhamdulillah...💃🏻

Pengalaman Membangun Rumah dengan Biaya Terbatas.

Dukungan dari orang tua bagi kami sudah sangat maksimal. Apalagi kami tahu harga tanah tidak murah, setiap tahun terus meningkat per meter-nya. Pun dengan harga material bangunan, mungkin setiap hari atau bulannya ada kenaikan. Padahal membelinya bukan dalam jumlah ratusan saja, tapi ribuan. Seperti material batu bata dan genteng. Eh...tapi namanya juga dibantu, tentu semampunya yang membantu, ya. Selebihnya, kami dengan modal "yakin pasti bisa" pelan-pelan menambah pembelian material menggunakan dana yang kami punya supaya rumah bisa mulai dibangun.

Membangun Rumah dengan Modal 50 juta

Alhamdulillah, pembangunan rumah bisa kami wujudkan di akhir tahun keempat usia pernikahan kami dengan modal saat itu kurang lebih 50 juta untuk luas bangunan kurang lebih 105 meter persegi. Dengan modal yang sangat terbatas, tentu kami punya skala prioritas dalam membangun rumah, dong. Intinya, terpenting terlihat dalam wujud bangunan yang ada atapnya. Setelahnya, kami memilih untuk istirahat sambil kembali mengumpulkan pundi-pundi rupiah untuk proses finishing yang ternyata membutuhkan modal berkali-kali lipat dari modal sebelumnya. Laa haula wa laa quwwata illa billah. 😂

Kurang lebih enam bulan bangunan tidak ada perkembangan. Persis proyek mangkrak. Hahaha. Namun, setiap hari selalu kami kunjungi, kami sholawatin, supaya dapat cahaya illahi meskipun bangunan mangkrak itu identik dengan suram dan seram. Nah, setelah uang kembali terkumpul dengan jumlah yang lagi-lagi terbatas, kami pelan-pelan memulai pembangunan lagi. Ini belum masuk proses finishing, masih menambah bangunan sana sini sesuai kebutuhan. Pokoknya, kalau anggaran akan habis, kami berhenti. Terus, kalau ada rezeki, kami mulai lagi. Betul-betul pembangunan secara bertahap.

Kalau ada yang tanya, kenapa tidak memilih untuk pinjam uang? Jawabannya, karena kami tidak memilki agunan atau jaminan apa pun. Hahaha. Mau pakai jaminan apa? Mau gadai apa? Sungguh yang kami punya saat itu hanya keyakinan dan lillahi ta'ala. 😉

Pentingnya Menyiapkan Dana Untuk Membangun Rumah Sejak Dini.

Bagi kami yang sedang menikmati proses membangun rumah, melihat bangunan rumah sendiri yang mangkarak menjadi semangat tersendiri. Semangat untuk terus mencari penghasilan tambahan, semangat untuk mengurangi jajan, dan masih banyak semangat-semangat lainnya supaya bisa segera menghuni rumah baru.

Belajar dari pengalaman membangun rumah untuk pertama kalinya, yang menjadi catatan atau review penting tentu dana yang dibutuhkan. Iya, ada baiknya kita punya tabungan khusus untuk membangun rumah dan ini dilakukan sejak sudah mulau punya penghasilan. Kalau dari muda bisa menabung atau investasi, kenapa tidak dilakukan, bukan. Belajar dari pengalaman lagi, jika pendidikan anak sudah mulai masuk tingkat SLTP, tapi belum punya rumah sendiri, kesempatan untuk dapat membangun rumah sangat kecil karena prioritasnya sudah ditambah dengan pendidikan anak dan juga memenuhi hak-hak anak.

Buat yang ingin punya rumah tapi terbatas modal, ada solusi lain yaitu dengan mengajukan dana Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Dana ini merupakan fasilitas kredit yang diberikan oleh perbankan kepada para nasabah perorangan yang akan membeli atau memperbaiki rumah. Hanya saja ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk kredit KPR, diantaranya yaitu anggaran untuk cicil KPR. Ini harus disesuaikan dengan pendapatan kalian tiap bulannya meskipun kita tahu bahwa membeli propserti rumah merupakan salah satu investasi.

FYI, sejak pandemi Covid-19, masyarakat banyak melakukan aktivitas dari rumah. Mulai dari sini, banyak masyarakat yang membeli rumah atau apartemen untuk dapat melakukan aktivitas dari rumah, khususnya bagi mereka para perantau. Makanya di tahun berikutnya, bank sentral mulai memperketat persyaratan kredit pembelian rumah baru.

Sudah Punya Rumah, Tapi Ingin Menambah Hunian? Kenapa Tidak! 

Bukan berarti tidak puas, bukan. Bangunan merupakan salah satu bentuk investasi properti yang saat ini cukup menjanjikan. Mau bikin rumah sendiri, mau kredit rumah, itu pilihan. Hanya saja yang menjadi catatan lagi, sebelum memulainya harus berhitung terlebih terlebih dahulu. Buat memantapkannya, kalian bisa mencoba perhitungan anggaran menggunakan kalkulator hipotek online di laman website mortgagecalculator.uk. Melalui kalkulator tersebut, kalian dapat memasukkan perkiraan harga rumah, jumlah deposit, jumlah hipotek, suku bunga hingga termin waktu.

Membangun Rumah dengan Modal 50 juta

Setelah melakukan input angka, lanjut klik tombol calculate untuk mendapatkan hasil kalkulasi yang sempurna dari https://www.mortgagecalculator.uk/. Selain informasi harga rumah hingga termin waktu, kalkulator ini nantinya akan menampilkan tabel pembayaran pinjaman dengan tabel amortisasi bulanan dan tahunan.

FYI, Mortgage atau Hipotek adalah instrumen hutang berupa kredit berjangka panjang yang dilakukan dengan memberikan hak tanggungan properti dari peminjam kepada pemberi pinjaman sebagai jaminan terhadap kewajibannya. Nah, KPR adalah salah satu jenis hipotek. Dengan sistem hipotek dalam KPR, proses pembayaran rumah pun menjadi lebih mudah ditanggung.

Jadi, buat kalian yang sudah punya whist list bikin rumah, kira-kira pilih bangun sendiri atau kredit KPR, nih?

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Older Posts

Cari Di sini

Perkenalkan...

Hai...perkenalkan, saya Idah. Ibuk dari dua anak dan satu-satunya admin di blog ini.

Rutinitas saya saat ini sebagai Ibu Rumah Tangga sekaligus Ibu Pekerja Kantoran. Kami sekarang tinggal di Kota Dawet Ayu, Banjarnegara, Jawa Tengah.

Oiya, jika ingin komunikasi, bisa melalui akun instagram kami @cerisfamily atau kontak langsung melalui email cerisfamily@gmail.com. Terima kasih.

On Youtube

Fans Page

CERIS Family

Blog Archive

  • ▼  2023 (28)
    • ▼  September (4)
      • Alvin Theodorus, Bijak Mengupas Tabu di Ruang Terbuka
      • Alfira Oktaviani Membuktifkan IRT Bukan Halangan u...
      • Kiprah Tri Armanto, S.Pi Lindungi Kawasan Konserva...
      • Muhammad Saufi Ginting, Penggiat Literasi Tanpa Pa...
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (4)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2022 (15)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2021 (12)
    • ►  September (2)
    • ►  Juni (3)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2020 (17)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2019 (42)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Mei (26)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2018 (37)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2017 (61)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (8)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2016 (62)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (7)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2015 (63)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (9)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (10)
    • ►  Juni (12)
    • ►  Mei (2)

Popular Posts

  • Biaya USG 4 Dimensi di RS Panti Nugroho
  • Tujuan Pemeriksaan HB dan HBsAG untuk Ibu Hamil
  • Tip Agar Jahitan Pasca Melahirkan Cepat Kering

recent posts

Kelas Grwothing

Kelas Growth dari Growthing.id
Diberdayakan oleh Blogger.

Part Of Community


Blogger Perempuan
mamadaring

Follow Us!

Social Media

Facebook Twitter Instagram Youtube Blog Ibu

Created with by ThemeXpose