• Home
  • About
  • Jasmine
  • Wildan
  • Hiroku
  • Kesehatan
  • Tumbuh Kembang
  • Parenting
  • Jalan Jajan
Sampai saat aku menulis postingan ini, rasanya belum percaya ternyata hampir tiga tahun ada benda asing di dalam tubuh ini.  Benda asing yang kumaksud bukan benda yang aneh lho, ya. Bukan pula benda menakutkan. Hanya sebuah alat kontrasepsi yang bernama IUD.



Alhamdulillaah...benda tersebut masih aman dan masih dalam posisi seperti sediakala. 😍 Kamu, khususnya Buk-ibuk, pasti sering dengar tentang kabar yang kurang sedap tentang alat konrasepsi yang satu ini. Ya, kan? Mulai dari alatnya bisa hilang, bikin sakit, dan yang paling mencengangkan yaitu bisa jalan-jalan. Dulu posisinya dimana, dua tahun kemudian udah dimana. Duuhh...yaa, macam punya kaki. 😂

Parno? Jujur, aku bukan tipikal perempuan penakut kalau maslah ginian. Tapi bukan berarti aku tidak hati-hati. Makanya, sebelum ada tindakan "obras baju", aku dan suami langsung ambil keputusan untuk langsung pasang KB IUD. Aku pribadi sangat yakin akan keputusan ini, kalau sudah berbicara pada keyakinan, insya allah aman dan selamat. Aamiin. 🙈

Eeeh..mini bagaimana caranya bisa tahu posisi IUD masih aman?

Tahun kedua pasca melahirkan, aku melakukan USG IUD di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Ummu Hani, Purbalingga. Ya, untuk sekadar melihat posisi IUD yang telah terpasang, bisa cukup dengan melakukan USG. Tidak perlu diobok-obok mesra atau "diteropong" dengan jarak 5 cm. 🤣  Makanya aku pro banget dengan KB yang satu ini karena tidak ribet. Yaa...meski banyak obrolan dengan teman atau tetangga yang punya pengalaman buruk tentang KB ini, aku tetap yakin bahwa ini adalah yang terbaik buat kami.

FYI, aku orang Banjarnegara, tapi lebih nyaman dan yakin ditangani oleh dokter-dokter di Purbalingga. Tapi bukan berarti tidak nyaman dengan dokter di Banjarnegara, ini cuma tentang sugesti saja, kok. Termasuk periksa kehamilan. 😂

Awalnya, aku akan melakukan USG di Panti Nugroho, namun sesampainya di sana, mulai pemeriksaan jam 16.00 WIB. Karena sedang tidak ingin terlalu lama menunggu, aku memutuskan untuk pindah tempat dan memilih RSIA Ummu Hani.


Ruang-ruang di RSIA Ummu Hani...
Sekadar berbagi, berikut pengalaman USG IUD di RSIA Ummu Hani, Purbalingga.

Pendaftaran
Seperti biasa, tiap kali melakukan kontrol di Purbalingga, aku selalu didampingi Tante. Meski dia belum banyak pengetahuan tentang eng ing eng, tapi cukup handal menjadi guide. 

Ini adalah kali pertama aku ke RSIA Ummu Hani. Wajar kalau masih bingung cara ambil antrean atau melakukan pendaftaran. Saat itu, di sini belum tersedia papan informasi atau prosedur pelayanan sampai akhirnya aku menemukan letak meja pendaftaran. Karena baru pertama kali berkunjung, aku harus membuat kartu pasien. 

Pelayanan pembuatan kartu pasien ini sungguh kurang memuaskan. Petugas yang melayani pendaftaran tidak begitu komunikatif. Mereka hanya menanyakan nama, tanggal lahir, dan alamat. Untuk kebutuhan data-data tersebut, aku tidak dimintai tanda pengenal. Cukup menyebut saja. Dan hasilnya,kartu pasien yang menurutku cukup elegan -karena wujudnya seperti ATM- salah nama. Ada baiknya sebelum dibuatkan kartu pasien, bagian pelayanan meminta kartu identitas diri calon pasien. Entah SIM, KTP, apapun itu yang jelas berisi data diri lengkap supaya tidak salah informasi data diri.
Antrean
Eh btw, rumah sakit ini termasuk salah satu rumah sakit yang ramai pasien di Purbalingga. Bisa dibilang favorit. Aku ke RSIA Ummu Hani dua tahun yang lalu dimana belum tersedia fasilitas layar monitor sebagai informasi antrean pasien. Pasien tidak bisa memperkirakan berapa lama lagi dia menunggu. 

Bagiku monitor antrean ini penting banget karena waktu sepuluh menit  itu begitu berarti.  Bisa buat jajan-jajan dulu, kan. Semoga tahun ini sudah ada perubahan untuk sistem antrean dan penambahan layar monitor sebagai medua informasi antrean.


Pemeriksaan
Sama seperti rumah sakit pada umumnya, dokter didampingi seorang perawat dalam praktiknya. Aku masuk ruang tindakan, komunikasi sebentar, kemudian dipersilakan untuk berbaring. Proses USG IUD sama persis dengan USG janin. Dokter memeriksa dengan alat USG kemudian ditempelkan di perut dengan gerakan memutar sampai posisi IUD terlihat.

Dokternya? Emm...komunikatif, berprestasi, dan ramah. Kok tahu kalau berprestasi? Eheemm...itu Dokternya cerita tentang ini itu bla bla, sih. Hahahaha. Oiya, dokter yang memeriksaku saat itu cowok, lho. Kalau tidak salah ingat, namanya Dokter Agus. Selain praktik di RSIA Ummu Hanie, beliau juga kerja di RSUD Purbalingga. Sepertinya, sih, dokter senior.


Hasil USG IUD...
Aku merasa bahagia karena setelah diperiksa, beliau memberi informasi yang begitu detail dan sesuaindengan kebutuhanku. Pak Agus menyampaikan perihal posisi IUD, kemanan IUD, dan juga memberi penjelasan tentang alat kontrasepsi baik IUD maupun jenis KB lainnya. 😄

Sayang banget aku tidak sempat eksplorasi RSIA Ummu Hani, nih. Jadi tidak begitu paham luasnya dan ruangannya. Namun, pertama kali sampai kompleks RS ini, aku agak kurang nyaman degan tempat parkir yang berada tidak jauh dari RS. Terasa sumpek. ☻

USG IUD ini sangat cepat, tidak sampai lima menit, selesai. Lebih lama ngobrol-ngobrol sama dokternya, hampir 10 menit kami ngobrolin tentang alat kontrasepsi. Membeber satu per satu alat kontrasepsi dari kelebihan, kekurangan, dan pemakaian terbanyak di Indonesia. Perihal tarif USG IUD, aku lupa banget. Hahaha. Sepertinya kisaran 70.000-100.000.

Naaah, buat kamu yang ingin tahu tentang RSIA Ummu Hanie, silakan cek di websitenya www.ummuhani.com. Selain pelayanan untuk Ibu dan Anak, masih banyak pelayanan lain seperti penyakit dalam.


RSIA Ummu Hani, Purbalingga.

Jl. D.I. Panjaitan Nom 40 A,  Purbalingga Lor.
(0281) 891373
Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar
Hari belanja online nasional atau harbolnas kerap aku manfaatkan untuk membeli keperluan traveling. Iya, keperluan rumah tangga saat ini belum menjadi prioritas, nih. Yaa...hidup masih satu atap dengan orangtua, lagipula perlengkapan rumah tangga rasa-rasanya sudah cukip. Keperluan lain yang bisa dibeli di toko online nyaris tidak ada. Belum merasa penting untuk terus belanja di sana.😂




Kenapa keperluan traveling? Soalnya di harbolnas, tuh, sering ngasih harga gila-gilaan. Sepatu, perlengkapan dokumentasi, tas, dan masih banyak lainnya, namun yang paling sering aku beli yaitu Tas Traveling. Dulu, memilih tas traveling tidak sedetail sekarang. Terpenting bisa untuk stok baju, celana, peralatan dokumentasi, perlengkapan mandi bisa masuk, dan sandal jepit. Minimal itu semua bisa masuk. Standard lah, ya.

Itu dulu, beda dengan sekarang karena sudah punya anak dan suami. 😝 Tiap berangkat traveling bareng mereka, pasti yang dibawa menjadi lebih banyak. Membawa banyak perlengkapan, tapi pingin tetap terlihat simpel dan tidak repot. Gimana caranya? Ya musti pinter packing dan memilih tas traveling yang pas sesuai kebutuhan.

Mempersiapkan kebutuhan traveling, kemudian memilih tas buat traveling perlu dilakukan sejak beberapa minggu sebelum berangkat supaya tidak gugup dan lebih mantap. Terlebih jika liburan dengan menumpang pesawat terbang. Tas adalah salah satu penentu harga bagasi yang harus dibayar dan bagasi pesawat memiliki angka maksimal bukan?

Selain menghitung berat, pesawat juga menghitung volume tas yang dibawa. Apakah sebuah tas bisa masuk kabin atau harus masuk bagasi, semua tergantung model dan ukuran. Ini yang juga menjadi pertimbangan memilih tas untuk traveling.

Nah, berikut pilihan tas yang biasa dipakai traveling.

Koper

Apa pertimbangan kamu memilih menggunakan koper ketiha pergi traveling? Pasti karena akan traveling lebih dari dua hari dan banyak perlengkapan yang dibawa. Iya, kan? Sejauh ini aku belum pernah traveling membawa koper. Perjalanan paling jauh baru-baru ini yaitu ke Lampung, aku cukup membawa daypack padahal teman-teman lain pada bawa koper.


Mungkin kalau beneran bisa traveling bertiga, koper akan menjadi pilihan utama mengingat banyak yang dibawa. Ada suami ini, tidak bingung untuk geret-geret koper. 😂

Carrier

Naaah, kalau yang ini sering aku pakai ketika naik gunung. Bagi yang suka petualangan,  tas carrier adalah yang paling banyak jadi pilihan. Dengan ukurannya yang besar, tas yang identik dibawa naik gunung atau menjelajahi alam ini bisa muat barang hingga puluhan kilogram beratnya. Cocok banget saat bertyalang bareng keluarga, bisa jadi cukup membawa satu carrier yang berisi kebutuhan kami.


Sama seperti koper, tas carrier pun terdiri dari berbagai macam ukuran. Ada yang bisa masuk ke dalam kabin, ada pula yang harus diletakkan di bagasi. Berbeda dengan tas lainnya, carrier biasanya dibedakan ukurannya berdasarkan hitungan Liter. Semakin besar liternya, maka kapasitasnya pun makin banyak, dan demikian sebaliknya.

Daypack

Tas ini juga dikenal dengan nama tas punggung atau ransel. Meski bentuknya mirip dengan carrier, namun daypack memiliki ukuran dan model yang berbeda. Dengan volume yang terbatas, daypack cocok dibawa traveling dengan jarak dekat dan minim bawaan.



Dengan ukurannya yang kecil, tas ini tidak perlu masuk ke bagasi pesawat. Kalau kamu memilih membeli daypack, kamu tinggal cari tiket pesawat murah tanpa khawatir harus menambah bagasi karena tas ini bisa masuk ke dalam kabin. Tas inilah yang paling sering aku pilih untuk traveling. Meski ukuran kecil, tapi cukup untuk stok bajuku sama Yasmin untuk maksimal pergi tiga hari.

Sling Bag

Selain tas berukuran besar, tas dengan ukuran yang lebih kecil seperti sling bag juga diperlukan saat traveling. Tas berbentuk selempang ini biasanya aku manfaatkan untuk membawa barang penting seperti ponsel, dompet, atau mainan Yasmin. Dan semenjak ada Yasmin, kalau pergi-pergi bareng dia, aku lebih memilih bawa sling bag milik Yasmin. 😂


Baca juga : Persiapan Traveling ke Yogyakarta.

Bagiku, sling bag harus ada ketika traveling karena tidak mungkin menggendong daypack, carrier, atau terus-terusan menggeret koper ke destinasi wisata. Iyalaah...gempooor, cyiin!

Omong-omong, kamu lebih nyaman menggunakan tas jenis apa saat traveling?
Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar
"Idiih...ribet banget kalau naik Bus. Waktunya banyak terbuang di perjalanan karena pasti banyak berhenti." Ucap salah satu kawan saat aku ajak naik Bus untuk menuju Purwokerto.



Ehem...aku tidak pernah merasa ribet saat naik transportasi umum Bus. Bahkan, aku lebih memilih transportasi ini untuk pergi ke luar kota, ketimbang sepeda motor. Iyaaa...bagiku, pilihan transpotasi menuju kota tetangga baru dua, yaitu transportasi umum berupa Bus dan transportasi pribadi berupa sepeda motor. Maaf ya, mobil pribadi tidak aku masukan daftar karena belum punya. 🙊 

Bus yang aku maksud di sini adalah Bus dengan ukuran tiga per empat, ya. Bukan Bus antar pulau yang gede banget, melainkan Bus antar kota. Aku sangat menikmati dan merasa nyaman menggunakan transportasi Bus.  Tinggal naik dari pinggir jalan, duduk manis, bisa beraktivitas di dalam, bisa bobok, dll dll. Saking nyamannya, aku kerap me time atau bahkan quality time bersama Kecemut dengan hanya naik Bus. 😂

Idih...quality time kok dengan naik Bus, sih!  🙊Jadi ceritanya begini...

Tiap main ke luar kota atau mudik, aku selalu mengajak Kecemut untuk naik transportasi umum dan yang sering aku pilih yaitu Bus. Saking seringnya kemana-nana naik Bus, Kecemut juga kerap kangen naik Bus kalau dirasa sudah lama tidak naik Bus. Seperti beberapa waktu lalu, dia mengajakku naik Bus.

"Memangnya mau kemana, kok, naik Bus?" Tanyaku sebelum meng-iya-kan permintaannya.

"Kangen naik Bus, Bu. Mau naik Bus." Jawabnya singkat.

Ini bukan kali pertama Kecemut mengajak naik bus karena kangen. Aku pun belum paham betul, kira-kira apa yang dikangenin sama dia. Susasana di dalam Bus? Fasilitas Bus? Duuh...ya, bicara tentang fasilitas, Bus antar kota di sini tidak ada yang spesial. Pun dengan pelayanannya, masih jauh dari standard pelayanan prima. Jadi, kira-kira apa yang dikangenin dari naik Bus? 😂

Beginiiii...

Naik Bus itu bagi kami bisa dijadikan quality time karena kami bisa ngobrol sampai ngantuk di dalam Bus. Melihat banyak orang keluar masuk Bus, memperhatikan aktivitas orang di dalam bus, melihat apa saja saat perjalanan sampai kadang menyisakan banyak pertanyaan tak terduga.

"Ibu, kenapa orang itu tidak naik Bus? Kasihan jalan kaki." Pertanyaan ini terlontar dari mulut mungilnya ketika dia melihat seorang Bapak mendorong gerobak yang berisi jajanan. Bukan tanpa sebab dia bertanya karena di samping kami saat itu ada seorang Bapak membawa tentengan yang berisi jajanan khas Bus, ada Bakpao, arem-arem, gorengan, dll.

Aku jawab saja, "kalau Bapak yang di luar sana berjualan pakai gerobak, jadi susah kalau masuk Bus." Aku kira jawaban ini cukup, tapi ternyata percakapan masih berlanjut.

"Kasihan ya, Bu. Capek jalan terus. Itu Bapaknya tidak capek, jualan di Bus." Eng...ing...sungguh obrolan menjadi panjang dan aku tidak tahu, apakah Kecemut memahami penjelasan-penjelasan dari aku yang levelnya agak menengah, belum bisa dipahami sepenuhnya olehnya, dan akhirnya kami memilih untuk menikmati hobi yaitu tidur.😂

Ya, naik bus begitu menyenangkan. Selain tidak kena air hujan, bisa bobok dengan nyenyak, dan saking nyenyaknya kami kerap melebihi trayek. Pingin turun dimana, tahu-tahu sudah sampai mana. Hahaha. Sungguh, menyalurkan hobi bobok di dalam Bus adalah tantangan. 🤣

Btw nih ya, aku lagi mengidamkan Bus antar kota di sini yang nyaman. Mirip busway gitu. Di Purbalingga sudah ada, sih. Cuma trayeknya terbatas, hanya dari Purbalingga sampai Purwokerto. Aku tuh pingin ada juga yang dari Wonosobo ke Banjarnegara atau sebaliknya. Sistemnya mau tiketing juga boleh lah. Ya kan sekarang tidak hanya tiket kereta api, tiket bus kini bisa dipesan dengan mudah melalui jasa marketplace. Banyak marketplace yang jual tiket bus. Muluk-muluk banget keingunannya, ya. Tapi kalau menjadi lebih baik, ya tidak ada salahnya. 😘
Share
Tweet
Pin
Share
30 komentar
Suatu sore, tubuh ini rasanya susah beranjak dari tempat tidur. Lemas karena beberapa hari lembur pekerjaan kantor untuk persiapan akreditasi. Kurang tidur, kurang istirahat, dan kurang makan. Ini tumben banget sampai makan pun malas, padahal aku kan hobi makan. Hahaha. Sama-sama masih di atas kasur, Kecemut meletakan tangan kanannya di atas pipiku. Lalu dia bilang, "Ibu jangan nangis". 


Mataku memang sembab dan berair, tapi bukan karena menangis. Ini karena efek baru bangun tidur, lalu menguap. Karena Kecemut nampak sedih, akhirnya air mata ini jatuh, menangis. Tetsan mata kali ini bukan karena sedih, tapi karena bahagia melihat perhatiannya yang begitu besar. Aku merasa seperti lama sekali tidak menatap wajahnya dalam-dalam padahal tiap hari bertemu.

"Ibu boleh minta tolong?" Tanyaku kepadanya sambil mengusap-usap pipinya.

"Boleh. Ibu mau minum?" Kali ini aku speechles dengan cara dia menawarkan, menanggapi percakapan. Kebiasaanku setelah bangun tidur memang minum air putih. Namun niatku saat itu aku minta tolong bukan untuk mengambilkan air putih, melainkan untuk mengambilkan HP (handphone) yang sedang aku charge sejak siang.

"Ibu mau minum?" Dia kembali menawarkan minum. Aku tak kuasa untuk bilang tidak. Dia pun beranjak dari tempat tidur dan keluar kamar untuk mengambil minum. Tak lama kemudian, dia kembali datang membawa air putih. Tak lupa aku mengucapkan terima kasih untuk semua ini.

Pelan-pelan aku meneguk segelas air putih yang dia bawakan. Dia melihatku penuh perhatian layaknya seorang Ibu sedang melayani anaknya. Lagi-lagi aku tidak bisa berkata banyak. Aku tidak menyangka bahwa puteri kecilku sudah tumbuh dewasa. Kejadian seperti ini tidak sesekali saja, tapi sering. Ya...meski kadang dia menampakan kodratnya sebagai anak kecil, atau bahkan ingin kembali ke masa-masa bayi, di mataku dia adalah puteri kecil yang dewasa.

Gelas yang ada di tanganku sudah kosong. Aku sengaja langsung menghabiskan supaya dia tambah bahagia. Kembali ke tujuan awal bahwa, aku ingin minta tolong kepadanya untuk mengambilkan HP, aku pun mengutarakannya.

"Ibu minta tolong lagi? Ambilin HP Ibu yang sedang dicharge." Dia pun langsung menoleh ke arah tempat charge handphone dan lari untuk mengambilnya.

Segala pesan yang aku sampaikan selalu diterimanya dengan tepat. Jika ada kesalahan, tidaklah sampai fatal. Komunikasinya baik dan selalu ada respon ketika dia merasa bingung. Dia yang jarang banget minta tolong ke aku kecuali untuk membuatkan susu, kini sudah bisa menjadi penyambung tangan bagi siapa saja, khususnya Ibunya.

Yasmin, 2 tahun 9 bulan sudah bisa diajak kerja sama dengan baik, dan komunikatif. Terima kasih sudah menjadi partener Ibu, menjadi penyambung tangan. 😉
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Bintil hitam yang muncul pada kulit atau tahi lalat sukses membuat Yasmin kaget, heboh, bahagia, dan masih banyak rasa yang susah aku ungkapkan melalui tulisan. Asli, dia terkagum-kagum sama yang namanya andeng-andeng itu. Hampir tiap hari dia  menunjukan tahi lalat kemudian membicarakannya.


Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
Newer Posts
Older Posts

Cari Di sini

Perkenalkan...

Hai...perkenalkan, saya Idah. Ibuk dari dua anak dan satu-satunya admin di blog ini.

Rutinitas saya saat ini sebagai Ibu Rumah Tangga sekaligus Ibu Pekerja Kantoran. Kami sekarang tinggal di Kota Dawet Ayu, Banjarnegara, Jawa Tengah.

Oiya, jika ingin komunikasi, bisa melalui akun instagram kami @cerisfamily atau kontak langsung melalui email cerisfamily@gmail.com. Terima kasih.

On Youtube

Fans Page

CERIS Family

Blog Archive

  • ▼  2025 (9)
    • ▼  Mei (2)
      • "Si Manis" yang Mengintai: Cerita di Balik Jajanan...
      • Pet-Loving Dads Edition: Custom Gifts Featuring Th...
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2024 (39)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (10)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2023 (28)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (4)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2022 (14)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2021 (12)
    • ►  September (2)
    • ►  Juni (3)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2020 (17)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2019 (42)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Mei (26)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2018 (37)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2017 (61)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (8)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2016 (62)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (7)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2015 (63)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (9)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (10)
    • ►  Juni (12)
    • ►  Mei (2)

Popular Posts

  • Biaya USG 4 Dimensi di RS Panti Nugroho
  • Tujuan Pemeriksaan HB dan HBsAG untuk Ibu Hamil
  • Tip Agar Jahitan Pasca Melahirkan Cepat Kering

recent posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Part Of Community


Blogger Perempuan
mamadaring
Seedbacklink

Follow Us!

Social Media

Facebook Twitter Instagram Youtube Blog Ibu

MageNet

0ccdff8bd3766e1e4fdd711a2ad08ee5151bd247

Created with by ThemeXpose