• Home
  • About
  • Jasmine
  • Wildan
  • Hiroku
  • Kesehatan
  • Tumbuh Kembang
  • Parenting
  • Jalan Jajan
Ketika mendengar kata poligami, sebagai perempuan aku kadang merespon dengan pertanyaan: kenapa poligami? Ini bukan karena kepo lho, ya. Cuma penasaran dan pingin tahu dowang. Hahaha. Pastinya akan ada banyak jawaban dan alasan dari laki-laki untuk itu. Tapi ternyata tak banyak dari mereka yang berani untuk mengajukan poligami secara hukum. Kira-kira kenapa, ya?🙊


Kita bareng-bareng terus, yaa.

Tema #KEBloggingCollab kelompok Najwa Shihab kali ini memang rada berat dan sensitif. Karena usia pernikahan yang masih tergolong dini dan belum banyak pengetahuan tentang poligami, aku pun ngga bisa menulis terlalu dalam tentang poligami meski aku kerja di sebuah badan peradilan agama. Gimana enaknya ini, ya? Main tebak-tebakan saja, yuk! 😂

Baca tulisan Mak Aya: Ada Apa dengan Poligami?

Kembali lagi pada alasan poligami. Kenapa poligami? Aku kembali bertanya. Pertanyaan itu aku tujukan untuk diri sendiri, berharap supaya pola pikir lebih terbuka, tidak menyalahkan satu kaum saja kecuali memang alasan mereka tak masuk akal. Apalagi saat ini banyak beredar pemberitaan tentang poligami lewat media digital. Entah yang hanya sebatas isue, atau memang diketahui sudah menikah lagi. Uuuwh...miris.

Mungkin ada permasalahan dalam rumah tangganya.

Masalah yang muncul dalam rumah tangga tuh sangat beragam. Sementara yang menjadi pemicu untuk berpoligami lebih pada urusan keinginan lebih. Sudah lama menikah tapi belum juga dikaruniai momongan, misalnya. Dalam hal ini, betapa makhluk Tuhan sedang diuji kesetiaannya.

Dalam rumah tangga, kehadiran si kecil memang sangat dinanti. Betapa anak dapat menjadikan kehidupan orang tuanya lebih bahagia. Namun, ketika seorang perempuan belum bisa memberi keturunan, tak harus laki-laki berpoligami. Masih banyak cara untuk mendapat keturunan. Mengadopsi, misalnya. Dalam hal ini, keduanya memang harus ikhlas dan punya tekad yang tinggi untuk dapat menerimanya, menyayangi si kecil secara utuh, merawatnya dengan sepenuh hati, meski bukan anak kandungnya. Mungkin ini terlalu berat dan aku yakin ngga mudah. Namun kebahagiaan sesungguhnya adalah ketika bisa hidup bersama pasangan pertama yang dinikahinya sampai akhir khayat. Terlepas dari kata jodoh dan poligami memang dibolehkan oleh Islam. 🙊

Awwh...betapa dangkal pemikiranku tentang alasan poligami ini, ya. 😂 Dan ini baru satu satu alasan. Padahal masih banyak alasan lain untuk berpoligami. Entah alasan itu datang dari laki-laki, maupun perempuan. Tapi ya begitulah, pemkiranku masih dangkal. Maklumin saja, ya. 🙊

Omong-omong, aku setuju banget dengan paragraf penutup dari tulisan Mak Aya di post trigger di web KEB.
"Kejujuran adalah salah satu sikap adil bagi suami dan istri. Apapun yang terjadi komunikasikan segala hal dengan pasangan. Jika memang baik dan lebih banyak manfaatnya, tentulah kedua belah pihak akan sama-sama menghargai keputusan yang diambil untuk kelanjutan rumahtangganya."
Jadi, rawatlah komunikasi dalam rumah tangga, ya. Menjadi baik atau sebaliknya, terpenting sudah dikomunikasikan. #selfreminder. 
Share
Tweet
Pin
Share
12 komentar
"Jiwo ngga takut binatang!"

"Ya ngapain takut, kan?"

Celotehan antara Anak dan Ibu terdengar begitu renyah. Si kecil berjalan santai sambil digendeng Ibunya. Ada banyak celotehan-celotehan mereka yang terekam di otak ini. Beberapa celotehan ringan yang kudengar pun menyisakan pertanyaan. 


Di Taman Limbangan

"Syaquita bakal kayak gitu juga ngga, ya. Pas seusia Jiwo, kelak. Sepanjang perjalanan selalu saja ada yang dibahas."


Ini bukan berarti aku membandingkan atau berkeinginan Syaquita akan seperti Jiwo. Aku paham, bahwa tiap anak itu punya kelebihan dan keunikan masing-masing. Namun ada sebuah harapan, bahwa nanti akan ada komunikasi yang asyik antara aku dan Syaquita saat sedang jalan-jalan.

Siang itu, aku bersama beberapa teman Blogger Banyumas dan Blogger Wonosobo main ke TRMS Serulingmas. Sebuah taman rekreasi margasatwa di Banjarnegara yang di dalamnya terdapat beragam satwa. Mulai dari satwa yang menggemaskan seperti burung, sampai yang membuat deg-degan tiap melihatnya seperti si Raja Hutan, Singa.

Ini bukan kali pertama aku mengajaknya ke Serulingmas. Dulu, saat usianya belum genal satu tahun, aku mengajaknya main ke Serulingmas. Dia cukup tertarik melihat beragam satwa yang berada di dalam kandang. Namun, kunjungan kali ini berbeda.

"Takuuuut. Takuut!"

Di depan Syaquita ada seekor Onta yang sedang asyik keliling kandangnya. Onta ngga bakal keluar kandang, apalagi ia sedang makan siang. Tapi Syaquita betul-betul ketakutan. Kedua tangannya meremas lenganku, wajahnya berpaling dari Onta dan kepanya ndusel ke dada. Takut, dia betul-betul takut. Akupun kembali mengajaknya jalan. Kali ini menuju kandang Orang utan.

"Takuut. Takuut, Bu. "

Syaquita kembali teriak dan kali ini terlihat lebih takut daripada tadi saat aku ajak melihat Onta. Aku langsung menggendongnya, mendekapnya, karena dia nyaris menangis. Sambil jalan pelan, aku berusaha untuk menenangkannya. 

Rute jalan aku putar ke area permainan. Syaquita minta turun dan jalan sendiri karena melihat kereta mini, komedi putar, dan permaianan anak kecil lainnya. Sayangnya saat itu, permainan sedang tidak beroperasi. Yaudah, kami hanya melihat dan sesekali menyentuh pagar permainan. Alhamdulillaah...mood dia kembali membaik. 

Berjalan kurang lebih lima ratus meter, ada kandang Beruang. Syaquita pun kembali teriak takut dan aku langsung mendekapnya. Ngga semua binatang dia takuti. Ada ayam, cicak, semut, kerbau, mereka adalah binatang yang tak ditakutinya. Mungkin Singa, Onta, adalah hewan yang baru baginya. Butuh perkenalan dahulu untuk bisa berinteraksi atau sekadar memandangnya.

Syaquita, 19 bulan, dia belum bisa menatap hewan, apalagi bersahabat. Dia belum bisa menikmati atraksi hewan, apalagi berkomunikasi. Tenang sayang, suatu saat nanti, Ibu akan mengajakmu ke TRMS Serulingmas lagi untuk melihat koleksi hewan. Mungkin tepatnya saat usiamu dua tahun lebih, atau seusia Jiwo, anak sulung Bunda Pungky. Mungkin di usia itu, kamu sudah dapat berinteraksi atau sekadar menyapa hewan-hewan yang ada di dalam kandang. 😘

Adakah yang mengalami hal serupa dengan anakku, BuIbuu? 🙆
Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
"Berilah makanan yang mudah lumat saat awal MPASI sebagai perkenalan."

Informasi di atas pernah kubaca di buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) halaman 46 yang berisi tentang cara memberikan (MPASI) makanan pendukung ASI pertama bagi si kecil. Bagiku, buku ini selalu menjadi rujukan. Isinya lengkap, sesuai dengan kebutuhan harian Ibu dan Anak.



Pisang dan bubur adalah dua contoh menu utama untuk awal-awal MPASI si kecil. Aku pun kerap memberikan dua menu tersebut kepada Syaquita pada awal MPASInya. Alasan utama memilihnya, tak lain karena dua menu tersebut sangat mudah dicerna oleh bayi dan dapat meminimalisir masalah pencernaan pada si kecil.


PISANG
Pisang merupakan buah yang kaya nutrisi. Di dalamnya terdapat vitamin B6, vitamin C, serat, kalium, zat besi, vitamin A, biotin, dan nutrisi lainnya. Sebagai perkenalan, pisang yang diberikan kepada si kecil tidak utuh. Artinya, pisang dikerik terlebih dahulu agar dia dapat dengan mudah menelannya.

Tidak ada keharusan untuk memberikan Pisang jenis tertentu. Namun, sebagian besar orang tua memilih pisang ambon. Pemberian pisang jenis ini dirasa lebih aman dan lebih banyak nutrisinya buat si kecil. Pemberian pisang secara teratur sebagai MPASI dapat membantu bayi terhindar dari masalah buang air besar. 

Baca juga: MPASI Pertama dan Pisang Emas

Yaaa...seperti yang BuIbu tahu, susah (BAB) buang air besar pada si kecil menjadi salah satu masalah berat bagi orang tua. Melihat si kecil BAB sampai ngeden tuh bikin sedih. Asli. Makanya,  kalau anak sampai susah BAB, kadang diminta untuk konsumsi buah pisang matang yang dihaluskan karena akan membantu memadatkan feses bayi.


BUBUR
Awal pemberian MPASI, aku rajin banget membuat variasi bubur. Mulai dari bubur susu yang direkomendasikan oleh buku KIA, sampai bubur sum-sum yang diberi sedikit gula jawa. Nyaris tiap hari, aku membuatkannya bubur. Syaquita lebih suka bubur sum-sum tanpa gula. Artinya, dia lebih suka rasa asin gurih. Tapi, aku tetap berusaha membuatkannya bubur susu. Ya...buat penyeimbang rasa meski dia udah dapat rasa manis dari ASI.

Baca juga: Bubur Ayam Alun-alun Banjarnegara

Selain bubur buatan sendiri, sesekali aku memberinya bubur siap saji seperti Cerelac bubur susu. Aku memberinya bubur instant jika gugup karena harus berangkat kerja lebih pagi atau kalau lagi malas. 😂 Beruntungnya, Syaquita tidak begitu mempermasalahkan untuk menu bubur. Mau diberi yang instant atau buatan Ibunya, dia tetap menikmatinya. 😎

Bu Ibu, tanya dong! Apa menu utama yang diberikan untuk  si kecil? Apakah termasuk Pisang dan Bubur?
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Tiap manusia itu unik. Ngga ada yang sama baik dari sisi fisik, apalagi kepribadian. Selalu saja ada yang beda, sekalipun anak kembar. Perbedaan-perbedaan seperti itu pernah menggoyahkan hati dan membuatku sedikit stress. Tepatnya saat aku memutuskan untuk menerima lamaran dari laki-laki yang sekarang telah menjadi suamiku. Eh, ini kayaknya kena syndrome pra nikah, ya. 😂



Tuhan telah menciptakan laki-laki dan perempuan, menciptakan manusia berpasang-pasangan. Ini tentang jodoh dan aku selalu mempercayainya. Namun ketika mulai masuk dalam obrolan pernikahan, ternyata nyaliku tak cukup besar. Banyak pertanyaan yang harus aku jawab sendiri karena tentang keyakinan. Banyak hal-hal sepele yang sempat membuatku maju mundur untuk menikah. Salah satunya yaitu tentang perbedaan kepribadian.

Banyak yang bilang, jodoh adalah cerminan diri. Artinya, ketika perilaku seseorang baik, maka dia akan berjodoh dengan orang baik. Dan ini berlaku sebaliknya. Merinding ngga? 🙊Terlebih, bagi mereka yang menginginkan pernikahan cukup sekali seumur hidup. Pasti milih pasangannya hati-hati dan pelan-pelan banget. Ngga memilih yang perfect, tapi yang terbaik. Entah terbaik versi sendiri, maupun Tuhan.

Sekian tahun bersama dalam ikatan pacar, ngga menjamin saat menikah nanti keduanya harmonis dengan alasan sudah lama kenal, saling paham kepribadian satu sama lain. Baru kenal beberapa bulan, pun ngga menjamin keduanya bakal pisah cepat karena perkenalannya kurang. Ngrrr...serius amat, yaaa. Behiiiks...

Menikah, bagiku adalah tentang bagaimana bisa menghargai, bagaimana bisa menjaga komunikasi, bagaimana bisa menyikapi dua kepribadian dengan bijak, dan bagaimana bisa mencari solusi untuk segala perbedaan yang ada pada dua sisi. Masak sih, sampai sini dowang? Ooo...tentu saja ngga. Masih banyak argument dan jika aku tulis mungkin akan tambah panjang postingan ini. 😂



Saat aku menulis postingan ini, Si Kecil dan Suami sudah lelap. Mereka tidur berhadapan. Telapak tangan kiri Syaquita berada di atas telapak tangan kiri Ayahnya. Betapa dua makhluk kesayanganku ini begitu dekat. Banyak aktivitas yang kerap mereka lakukan bersama sebelum pada akhirnya tertidur. Pun saat sedang jalan-jalan, mereka nampak menikmati jalan berdua. Sementara aku, ada di belakang mereka atau di sampingnya. 

Sebagai Ibu, apakah aku iri?

Ngga! Aku suka melihat kedekatan mereka. Waktu yang dimiliki suami untuk Syaquita ngga sebanyak waktuku. Aku membiarkan mereka jalan berdua, bermain berdua, ngobrol berdua, sampai akhirnya tercipta komunikasi yang baik.

Sampai di sini, kadang aku masih suka ngga percaya, bahwa aku diberi suami yang begitu baik. Bahwa aku bisa hidup sebahagia ini karena memiliki suami yang perhatian. Seperti sore ini, perut masih terasa ngga enak. Seneb, mual, karena mungkin kemarin salah makan. Kayak keracunan makanan, gitu. Ngga enak blas. Sampai akhirnya, sepulang kerja aku langsung tiduran sambil nenenin Syaquita, dan ngobrol ke suami kalau perutku masih ngga enak.



"Aku beliin kelapa muda, ya. Minum sampai habis biar racun-racunnya melebur, terus ilang."

"Belinya dimana? Jauh ngga?"

"Ngga. Di dekat PIKAS ada, kok."

"Oooh...oke."

Dia pun keluar kamar dan bergegas menyalakan motornya. Ya Tuhan, betapa suamiku ini baik banget. Kadang aku malu, karena perhatian yang dia berikan kepadaku porsinya lebih banyak ketimbang perhatian yang kuberikan kepadanya. 🙈 Asli, aku beruntung banget diberi lelaki yang spesial ini. Ini baru secuil kebaikannya, ya. Lebih merinding lagi, saat dia mendukung penuh hobiku sebagai Blogger yang suka piknik. Aku merasakan ketangguhan, kesiapan, dan perhatiannya yang ngga tanggung-tanggung!

Dia selalu tahu apa yang musti dilakukan. Membawa dua wanita yang dia sayangi dengan mengendarai sepeda motor, melewati jalan rusak sekalipun bakal dia jabanin jika dirasa masih dalam batas aman dan bisa dikendalikan. Belum lagi jika medannya cukup menantang, Syaquita akan sepenuhnya dalam gendongannya! 😍

Sampai sini, tak henti-hentinya bersyukur karena telah diberi suami yang begitu sabar dan bertanggung jawab. Aku sering mengutarakan kepada Suami, bahwa kesabarannya melebihi batas kesabaran yang aku punya. Namun dia selalu membantah.


"Mau gimanapun, seorang Ibu jauh lebih sabar ketimbang seorang Ayah." Begitu katanya. Aku ngga tahu dia dapat rumus dari mana. Padahal, jelas-jelas aku lebih sering snewen, lho. 😂

Pernah aku tanya saat dalam perjalanan menuju Makam Ki Ageng Giring. Saat itu, kami menghadiri acara nyadran gede di Desa Gumelem. Wajahnya nampak ngga asyik, dia juga terlihat ngga nyaman saat tiba di lokasi. Ini ngga seperti biasanya, akupun meledeknya.

"Kamu lapar, ya? Duuuh...padahal waktu makan masih lama."

Iya, yang aku tanyakan pertama kali adalah lapar atau ngga. Karena kalau sampai kelaparan, dia akan lemas dan bakal hilang konsentrasinya. 😂Dia hanya senyum, duduk, lalu mengutarakan kecemasannya bahwa waktu yang dia punya ngga banyak karena harus sampai kantor tepat jam 14.00 WIB. Ya, dia harus kerja, sementara jam 11.00 WIB masih di Makam. 🙊 Ini sungguh memaksa, ya. Tapi gimana lagi, aku sudah mengurungkan niat ikut ke Makam, tapi dia pingin melihat tradisi nyadran gede yang hanya dilakukan setahun sekali. 😀

Sampai di sini, lelaki yang tiap pagi selalu bantuin aku gantiin diapers Syaquita, layak diberi reward setinggi-tingginya berupa hastag #hiroku di blog ini. Hahaha. Rewardnya ini dowang? Ya ngga lah! Tapi yang kalian tahu cukup reward ini. Ngga usah kepoh. Mungkin tiap bulan akan ada satu postingan yang menceritakan tentang Ayah Syaquita. 

Hidiiw...penting banget, ya. Demi apaaaaa?



Demi mendapat layanan pijit gratis tiap malam! 😆😆 Yoooi, suamiku ini rajin banget mijit akikaaa dan mijitnya tuh minimal satu jam. Cuamiquwh kewren banget, yaaa! Eh, kalian ngga usah heran apalagi syok kalau  di sini menjumpai pekerjaan yang harusnya dikerjakan perempuan, tiba-tiba dikerjakan laki-laki, ya . Menjemur baju, misalnya. Karena di keluarga kami sangat menjunjung tinggi nilai gotong royong. Hokyaaaa, #hiroku, #myhiro.💃💃

Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar
Aku kaget saat melihat Yasmin mengembalikan satu jajanan yang sudah dibeli kepada Mbak Kham, pemilik warung belakang rumah kami. Kaget karena dia minta ditukar dengan Wira, jajanan gurih mirip kerupuk. Anak usia 19 bulan udah bisa minta jajan dengan meyebut nama produk. Padahal di tangannya sudah ada wafer dan roti. 😂 Jajanan ini harganya Rp 500, dan dia hanya mau beli ini di warung Mbak Kham. Karena di warung lain, ternyata dia udah punya jajan favorit juga. 🙉 Jajanan yang bernama Jetz, misalnya 


"Ya ampun...ini anak udah kenal dengan jajan warung. Udah paham dan tahu namanya pula." Batinku saat itu. 

Selain warung Mbak Kham, ada satu warung lagi yang kerap dia kunjungi. Adalah warungnya Mbak Olin. Sejak awal kenal warung Mbak Olin, dia cuma tertarik dengan Jetz. Jajanan stick yang dilapisi cokelat, gitu. Menurutku, Jetz lebih aman ketimbang Wira karena kandungan micinnya ngga begitu banyak. Aku yang membelikannya pun sedikit tenang. Tiap kali ke warung Mbak Oline, meski hanya sekadar main, pasti Yasmin minta Jetz. Harga jajanan ini Rp 1000, dan isinya dikit banget. 😂

Dari awal dia mulai bisa minta jajan, aku ngga membiasakan dia untuk mencoba jajanan baru di warung. Aku mengajaknya jajan ke tempat sayur Uwa Saonah atau tempat Mbok Mugi. Di sana ada jajan bocah juga, cenderung basahan dan kadar micinnya ngga berlebih. Lapis, Apem, misalnya. Soalnya, aku agak was was kalau nantinya bakal ketagihan jajan warung, padahal masih di bawah umur banget. Lagipula aku yakin, saat usianya masuk tiga atau empat tahun, nanti dia cukup minta uang, ngga mau didampingi, dan memilih jajan sesuka hati. Sepertinya ini menjadi hal pasti, ya. 🙊

Soal camilan buat Yasmin, bisa dibilang aku termasuk Ibu yang cukup ketat dalam memilih dan memberikan camilan. Kalau bukan buatan sendiri, aku bakal pikir ulang untuk memberikannya. Semisal memang ngga membuat jajan, aku lebih memilih buah ketimbang jajan siap makan yang dibeli di warung atau supermarket, gitu. Tapi ini dulu, cuma bertahan sampai usia Yasmin 13 bulan. 🙊

Kira-kira, apa penyebab gugurnya prinsip yang sok higienis itu? 😂

Alasan yang paling kuat yaitu makin bertambahnya akal si Kecemut. Misalnya nih ya, dia melihat teman mainnya membeli jajan di warung. Pelan-pelan dia mengajak Ibu atau Ayahnya ke warung dan membeli jajan. Terlebih saat pas diajak Mbah Uti ke warung, dia pasti minta jajan yang biasanya dipajang. Hasilnya, Mbah Uti kalah sama cucunya, dong. Meski sudah ditahan sekuat apapun, tetap saja luluuuuuh. 🙊

Was was memang, tapi mau gimana lagi. Soalnya ini kan semacam siklus yang dilewati anak-anak. (((siklus))) Aku merasa beruntung karena punya keluarga yang bisa diajak kompromi soal pemberian jajan di luar. Alhamdulillaah ngga banyak jajan warung yang dikenalkan kepada Yasmin. 🤗
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

Cari Di sini

Perkenalkan...

Hai...perkenalkan, saya Idah. Ibuk dari dua anak dan satu-satunya admin di blog ini.

Rutinitas saya saat ini sebagai Ibu Rumah Tangga sekaligus Ibu Pekerja Kantoran. Kami sekarang tinggal di Kota Dawet Ayu, Banjarnegara, Jawa Tengah.

Oiya, jika ingin komunikasi, bisa melalui akun instagram kami @cerisfamily atau kontak langsung melalui email cerisfamily@gmail.com. Terima kasih.

On Youtube

Fans Page

CERIS Family

Blog Archive

  • ▼  2025 (14)
    • ▼  Juni (2)
      • 6 Perbedaan Cat Waterproofing Asli dan Palsu, Patu...
      • Menjadi Mata di Setiap Sudut Rumah: Insto Dry Eyes...
    • ►  Mei (5)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2024 (39)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (10)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2023 (28)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (4)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2022 (14)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2021 (12)
    • ►  September (2)
    • ►  Juni (3)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2020 (17)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2019 (42)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Mei (26)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2018 (37)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2017 (61)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (8)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2016 (62)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (7)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2015 (63)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (9)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (10)
    • ►  Juni (12)
    • ►  Mei (2)

Popular Posts

  • Biaya USG 4 Dimensi di RS Panti Nugroho
  • Tujuan Pemeriksaan HB dan HBsAG untuk Ibu Hamil
  • Tip Agar Jahitan Pasca Melahirkan Cepat Kering

recent posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Part Of Community


Blogger Perempuan
mamadaring
Seedbacklink

Follow Us!

Social Media

Facebook Twitter Instagram Youtube Blog Ibu

MageNet

0ccdff8bd3766e1e4fdd711a2ad08ee5151bd247

Created with by ThemeXpose