• Home
  • About
  • Jasmine
  • Wildan
  • Hiroku
  • Kesehatan
  • Tumbuh Kembang
  • Parenting
  • Jalan Jajan
Bulan Ramadhan mendapat nyinyiran, tuh, rasanya bikin puasa kurang sempurna, ya. Apalagi, nyinyiran itu datang dari para jama'ah lantaran Si Ibu membawa balita ke masjid atau mushola untuk ikut tarowih. Duuh...😂

Ini ngga terjadi di aku, sih. *jangan sampai* Cuma aku mendengar cerita dari seorang Ibu yang pernah dapat nyinyiran persis seperti yang aku tulis di atas. Sebenarnya kasihan. Karena kadang ada Si Kecil yang meminta untuk ke Masjid, bukan Ibu yang mengajaknya. 



Si Kecil yang Minta

Ya, seorang Ibu tentu sangat paham dengan tingkah laku Si Kecil, apalagi masih batita, dan lagi senang-senangnya jalan. Mereka belum paham betul kalau diminta untuk diam, atau sekadar duduk manis di samping Ibu. Mereka juga belum paham, masjid adalah tempat untuk ibadah. Mereka hanya tahu, banyak orang, ramai, dan tempatnya asyik untuk bermain.

Yakali, anak usia satu tahun diminta untuk duduk selama tarowih berlangsung pasti ngga betah. Mereka tertarik untuk tarowih mungkin karena melihat ramainya masjid, mendengar muadzin bersholawat, atau melihat anggota keluarganya hendak berangkat ke masjid. Makanya, sesampainya di masjid, Si Kecil pun bahagia. Terlebih banyak mbak-mbak yang menyambutnya dengan ramah. Bisa jadi, Si Kecil pun merasa diperhatikan, dan mempunyai banyak teman. Tambah bahagia tentunya, dong.

Belum lagi jika ada teman seusianya, atau usia ngga terpaut jauh. Si Kecil merasa ada teman untuk "jalan". Nah ini, repot banget kalau sudah bertemu dengan "jodoh". Terkecuali usia Si Kecil masuk dua atau tiga tahun, mereka sudah mulai paham jika diminta untuk duduk, dan pelan-pelan orang tua memberi pengertian.


Mengajak Si Kecil ke Masjid Butuh Keberanian

Sampai saat ini, aku belum punya keberanian untuk mengajak Yasmin Tarowih ke Masjid atau Mushala. Alasannya utama, tentunya aku khawatir, takut mengganggu kekhusyuk-an para jama'ah. Apalagi, Yasmin lagi senang jalan, dan mengeluarkan suara heboh. Sudah dipastikan akan mengganggu konsentrasi jama'ah.

Ramadhan kelima, dua kali Yasmin mengajakku Tarowih ke mushola. Sebenarnya aku kangen tarowih di mushola, tapi karena Yasmin masih labil, aku pun mengalah. Memilih untuk tarowih di rumah bersama suami, atau sendiri. Menunggu Yasmin bobok. Namun, hari kedua ramadhan, Yasmin minta ke mushola saat adzan isya berkumandang. 

Awalnya karena melihat Mbah Uti, dan Mbah Kung, bergegas ke mushola yang hanya lima langkah dari rumah. Dia rewel. Aku coba membawanya ke ruang tengah, tapi tambah rewel. Akhirnya, aku dan suami bismillaah untuk tarowih di mushola. 

Duuuh...ini membawa anak ke mushola udah kayak mau ijab qobul, dag dig dug kencang. Berani membawa ke mushola, berarti berani juga mendapat goncangan batin. ðŸ˜‚😂😂


Mungkin, Ini Solusinya

Dan betul, Yasmin di mushola bertemu dengan mbak-mbak yang hampir tiap hari menyapa. Dia pun langsung nyaman di mushola, sementara aku memang ngga bisa tenang. Masih was was. 

Aku langsung menempatkan diri di barisan paling belakang. Berjaga, siapa tahu Yasmin minta pulang lebih awal. Karena sudah di belakang, ruang geraknya juga terbatas karena tidak seluas bagian utama Mushala. Dengan memilih barisan paling belakang, harapannya agar Yasmin ngga mengganggu jalannya ibadah dengan jalan di depan para jama'ah. Selain itu, karena posisi mushala berada di dekat jalan raya, khawatir juga kalau Yasmin sampai keluar, sementara sholat belum usai.


Jadi, Iya atau Tidak?

Menurutku, ini tergantung kebijakan orang tua, dan kondisi anak. Jika dirasa aman, dan bisa dikendalikan, membawanya ke Masjid atau Mushala tidak begitu masalah. Namun, jika Si Kecil tipe anak yang hiperaktif, ada baiknya belajar sholat di rumah. Jika masih tetap minta ke Mushala, orang tua bisa mendampingi, tanpa atau dengan turut beribadah.

Sekalipun alasannya untuk belajar jama'ah, atau mengenalkan tempat ibadah kepada si kecil, tetap saja untuk yang satu ini penuh pertimbangan ya, Buuuk. ðŸ‘­

Btw, makasih sudah mengajak Ibu tarowih di mushola ya, Mutkecemuut. ðŸ’ƒðŸ’ƒ
Share
Tweet
Pin
Share
4 komentar
Mendapati Si Kecil rewel pada malam hari, tuh, sukses membuat orang tua, dan seisi rumah turut bingung. Terlebih, jika masih bayi, anak pertama, dan itu bukan dikarenakan demam. Beuuuh...aku pernah mengalaminya.

Saat itu usia Yasmin sebelas bulan. Aku mengajak Yasmin ke Boyolali untuk menghadiri acara perpisahan teman kantor. Sepanjang perjalanan sampai lokasi, dia cukup menikmati. Pun saat perjalanan pulang, dia lebih tenang karena mungkin sudah capek. Namun sesampainya di rumah, drama mulai terjadi, dan itu tengah malam. 


Memberi ASI, menggendongnya, mengajaknya keluar kamar, menepuk-nepuk pahanya, dan masih banyak cara yang telah kami lakukan supaya dia lebih tenang, dan kembali tidur. Namun sayangnya tidak ada yang berhasil. 

Drama sepulang dari Boyolali pernah aku tulis. Betul-betul membutuhkan tenaga ekstra untuk menangani hal ini. Setidaknya drama tersebut menjadi pelajaran berharga buat kami untuk selalu memperhatikan Si Kecil sebelum tidur malam hari. 

Maka dari itu, sebelum istirahat malam, ada baiknya orang tua memperhatikan kenyamanan Si Kecil. Berikut ada enam tips bayi agar tidak rewel pada malam hari:

😊 Ganti popok sebelum tidur.
Salah satu yang kerap terjadi yaitu tidak nyaman karena popok basah. Masih bayi, dan belum menggunakan popok sekali pakai, jika popok basah pasti bayi tidak nyaman. Dia akan bangun, dan biasanya rewel.

Pastikan sebelum bayi tertidur orang tua sudah menggantinya, karena dalam semalam bayi akan pipis beberapa kali.

😊 Perhatikan baju tidurnya.
Sama hal nya orang dewasa, bayi tidak akan merasa nyaman dengan pakaian yang ketat karena membuat bayi kurang bebas gerakannya. Makanya, orang tua harus memastikan baju tidur yang dikenakan cukup menghangatkan tubuh, namun jangan terlalu tebal. Bisa jadi, bayi merasa sumuk, dan itu akan timbul masalah lagi. Bahan katun bisa menjadi pilihan karena lebih adem.

😊 Perhatikan suhu ruangan.
Jagalah kebersihan tempat tidur, pastikan suhu ruangan pas, tidak panas dan juga tidak dingin. Ada baiknya tidak menggunakan AC atau kipas angin secara berlebih, karena dikhawatirkan bayi kedinginan.

😊 Segera hampiri jika terbangun.
Tentu bayi ada alasan tertentu saat terbangun di malam hari, segeralah menghampiri bayi ketika terbangun atau menangis. Seringkali bayi yang menangis, dan tidak segera dihampiri, dia merasa jengkel. Dan kadang tangisannya akan susah berhenti.

😊 Perhatikan kebiasaan Si Kecil.
Yasmin punya kebiasaan tidur tanpa selimut. Ini berlaku juga saat tidur malam. Sedingin apapun, dia tidak nyaman memakai selimut. Dan kalau aku memaksakan untuk menyelimutinya, Yasmin tidak akan nyenyak tidur. Selimut terus dipancal. Makanya, memperhatikan kebiasaan si kecil itu penting.


Mengurus bayi memang bukan perkara yang mudah, ya. Orang tua harus aktif dalam hal apapun. Termasuk aktif mencari informasi mengenai permasalahan, atau tips-tips bayi. Salah satu contohnya adalah tips di atas.

Jika si kecil tidur nyenyak, orang tua pun turut nyenyak tidurnya. Iyaa kan, BuIbuuuuu? ^-*
Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
Notes: Artikel ini cukup fulgar. Silakan mencari pendamping terlebih dahulu sebelum membacanya, ya. 😂

Segala kebutuhan perihal paska melahirkan, ternyata pernah menjadi obrolan yang menarik bagi aku dan suami. Ya, usai mempersiapkan segala kebutuhan untuk menyambut kelahiran Yasmin, ada beberapa hal yang mendadak serius kami bicarakan. Salah satunya adalah Keluarga Berencana (KB) setelah melahirkan.

Penting banget, yaaaaak! Jelaaaaaas. 😂



Kami bukan termasuk keluarga yang taat pada ajakan pemerintah untuk merasa cukup dengan punya dua anak. Karena rencana kami lebih dari itu. Namun, bukan berarti kami ngga KB, dong. Ndredeeel anake laah.

Kami tetap merencanakan KB, meski saat itu pernah bingung, deg-degan, was was, setelah mendengar testimoni dari beberapa saudara, dan juga teman yang pernah atau masih menggunakan alat kontrasepsi.

Duuuh...sebenarnya KB yang aman setelah melahirkan pakai apa, sih?

Saat usia Yasmin dua bulan, aku sempat mengikuti kelas menyusui. Pemateri pernah menyampaikan bahwa semua alat KB itu aman. Satu hal yang menjadi catatan, Ibu memberikan ASI penuh atau ngga kepada bayinya. Karena ada KB yang dapat menyebabkan pengurangan kuantitas ASI. Yaitu KB suntik bulanan. Sementara alat KB lainnya seperti Pil, IUD, Spiral, Suntik Tiga Bulanan, Kondom, amaaan.

Segala alat KB yang aku sebutin itu, semuanya berisiko. KB Pil, misalnya. Ini rentan banget dengan sifat manusia yang kadang pelupa. Nah, kalau sampai lupa minum pil KB, harus tau trik jitu supaya KB tetap berhasil. Ada, lho, triknya. Tapi aku ngga paham karena aku ngga pakai KB ini. 😂

Lalu, aku KB apa setelah melahirkan?

Adalah IUD (Intra Uterine Device) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR). Ini pilihan kami, dan kami yakin insya allah aman. Meski banyak rumor menakutkan yang bertebaran di masyarakat, aku tetap maju tak gentar. Tentunya denga support suami, dong. 

Beberapa rumor yang sempat menghantuiku sebelum akhirnya memilih IUD diantaranya:
  • IUD kurang aman, karena tau-tau bisa kebobolan. Ini ngeri banget. Ngebayangin baru punya bayi usia tujuh bulan, lalu hamil lagi.
  • IUD kurang aman, karena bisa "lari" atau hilang entah kemana. Ini lebih ngeri. Lari atau hilangnya IUD pasti ada penyebabnya. Bisa jadi karena saat awal pemasangan kurang tepat. IUD dapat hilang sewaktu-sewaktu saat darah haid sedang banyak. Secara alami, ia lepas dari dinding rahim, dan tanpa sadar turut di dalam darah.
  • IUD membuat suami tersiksa. Waaainii...yang mengalami seperti ini, pasti kalian bohong. Jangan nakut-nakutin deh. Kami sampai sekarang aman nyaman asyik sejahtera, kok. Japri aja kalau ngga percaya. 😂
Aaah...rumor yang bedebah banget. Emang ya, paling jago biat nakutin orang. Untung aku pemeberani. 😂


"Mbak, mau langsung pasang IUD?"

Bu Bidan yang membantu proses kelahiran di Puskesmas langsung menawarkan pemasangan IUD setelah Yasmin lahir. Ya, mereka menawarkan karena sebelum proses kelahiran, aku sempat meminta untuk langsung pasang KB IUD. Karena kondisiku saat itu alhamdulillaah sehat, IUD pun langsung dipasang. Mungkin sebelum proses jahit menjahit. 😂

Keuntungan KB IUD ini memang bisa langsung dipasang setelah bayi lahir. Tanpa menunggu jeda. Keuntungan lain yang kurasa:
  • Karena termasuk non hormonal, insya allah aman untuk kesehatan. Kalau saat ini aku semok, itu karena aku banyak makan. Bukan karena IUD. Catet, ya. 😂
  • Karena cuma pasang satu kali untuk jangka waktu tertentu, maksimal 8 tahun. Ngga ada jadual bulanan ke dokter atau bidan seperti KB Pil atau Suntik. Ke Dokter cuma setahun sekali untuk mengetahui posisi IUD dengan cara USG.
  • Biaya lebih terjangkau. Iyaa, bayar cuma sekali pas pasang. Untuk harga, tergantung pemilihan model IUD: model Y atau T. Sementara untuk USG, satu tahun sekali USG dengan membayar Rp 100.000. Eeh, Pil KB dan Suntik lebih murah, ya?
Ada keuntungan, rasanya kurang adil kalau ngga membagikan kelemahannya, ya. 😂 Kelemahan IUD bagiku itu cuma satu, yaitu saat cek pertama kali paska melahirkan atau H+40. Duuuuh...bikin nyeri. Apalagi kalau benangnya terlalu panjang, dan mengganggu. Duuuh...

Etapi sekarang sudah ada inovasi, lho. Yaitu saat pemasangan IUD, benang sudah benar-benar pendek, tanpa mengurangi keamanan. Ngga usah merinding, ya. Biasa saja. Melahirkan saja berani, masa cuma pasang IUD ngga berani.

Ingat, kalian pemberani, lho. 😘

Beberapa temanku ada yang kaget saat tahu aku langsung pakai KB paska melahirkan. Banyak yang berpendapat, baiknya pasang KB setelah usia bayi tiga bulan. Lebih aman untuk kesehatan Ibu dan Bayi. Tapi ternyata itu ngga berlaku untuk KB IUD. 😛


Ada juga yang berpendapat, selama Ibu memberikan ASI kepada anak, itu termasuk KB, dan Ibu ngga perlu pakai alat KB. Semisal BuIbu pada yakin dengan ini, lakukan. Tapi kalau ngga yakin, pakai alat KB saja, ya. Daripada ragu, dan nanti malah timbul kebobolan. 😂

Jadi, buat BuIbu yang lagi bingung memilih KB paska melahirkan, terpenting yakin dengan pilihan KBnya. Karena keyakinan ini lah yang membuat BuIbu lebih percayadiri. Jangan lupa atas pengetahuan suami juga, ya. 😉
Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
Main ke Curug Pitu disponsori oleh Abang Hosea. 😄

Hosea, sepupuku yang kini usianya empat tahun, suka banget mainan air. Yang bikin gemas, mainan airnya tuh ngga mandang tempat. Kalau hanya di dalam kamar mandi, air nya jelas bersih, ya. Lha ini, kadang mainan air di kali, atau kolam. 😂

Tanpa takut, tanpa beban, dia begitu santai bermain air. Meski pada akhirnya pasti kena marah orang tua, dia tetap menikmatinya selagi orang tua belum tahu. Makanya, saat diajak ke orang tuanya ke Air Terjun, dia sangat antusias.


Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar
Newer Posts
Older Posts

Cari Di sini

Perkenalkan...

Hai...perkenalkan, saya Idah. Ibuk dari dua anak dan satu-satunya admin di blog ini.

Rutinitas saya saat ini sebagai Ibu Rumah Tangga sekaligus Ibu Pekerja Kantoran. Kami sekarang tinggal di Kota Dawet Ayu, Banjarnegara, Jawa Tengah.

Oiya, jika ingin komunikasi, bisa melalui akun instagram kami @cerisfamily atau kontak langsung melalui email cerisfamily@gmail.com. Terima kasih.

On Youtube

Fans Page

CERIS Family

Blog Archive

  • ►  2025 (14)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (5)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2024 (39)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (10)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2023 (28)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (4)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2022 (14)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2021 (12)
    • ►  September (2)
    • ►  Juni (3)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2020 (17)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2019 (42)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Mei (26)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2018 (37)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (3)
  • ▼  2017 (61)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Juni (6)
    • ▼  Mei (4)
      • Mengajak Si Kecil Tarowih ke Masjid. Iya atau Tidak?
      • Tips Agar Si Kecil Tidak Rewel Pada Malam Hari
      • Apa KB yang Aman Setelah Melahirkan?
      • Main Ke Curug Pitu, Jasmine Ngga Begitu Aktif
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (8)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2016 (62)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (7)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2015 (63)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (9)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (10)
    • ►  Juni (12)
    • ►  Mei (2)

Popular Posts

  • Biaya USG 4 Dimensi di RS Panti Nugroho
  • Tujuan Pemeriksaan HB dan HBsAG untuk Ibu Hamil
  • Tip Agar Jahitan Pasca Melahirkan Cepat Kering

recent posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Part Of Community


Blogger Perempuan
mamadaring
Seedbacklink

Follow Us!

Social Media

Facebook Twitter Instagram Youtube Blog Ibu

MageNet

0ccdff8bd3766e1e4fdd711a2ad08ee5151bd247

Created with by ThemeXpose