• Home
  • About
  • Jasmine
  • Wildan
  • Hiroku
  • Kesehatan
  • Tumbuh Kembang
  • Parenting
  • Jalan Jajan
Salah satu kegiatan yang menyenangkan di bulan suci Ramadan yaitu saat buka puasa bersama keluarga. Menyenangkan bagi semua anggota keluarga termasuk Ibu sekalipun dari siang hari bahkan masih pagi kadang otak sudah diajak berpikir keras untuk pilih-pilih sayuran, kudapan, minuman, untuk berbuka puasa. Iya kan, Bu? 😆



Dulu, saat saya masih hanya berdua dengan suami, memilih menu buka puasa begitu mudah. Kadang saya tidak menawarkan apa pun ke dia, terpenting saatnya berbuka sudah tersaji menu buka puasa di meja makan. Maklum, working mom kadang tidak sempat untuk berkreasi lebih kecuali saat libur kerja. Eh, tapi saat libur kerja pun kadang kami memilih untuk bersantai dengan jajan di luar. Hahaha.

Berbeda dengan sekarang, kami sudah berempat. Anak pertama kami, Jasmine sudah mulai ikut puasa sejak dia usia 5 tahun. Sekarang dia sudah SD, usianya saat ini 7 tahun. Kemudian anak kedua kami, Wildan meskipun usianya sekarang hampir 3 tahun di bulan Mei nanti, dia sudah mulai aktif membangunkan sahur dan ikut buka puasa sejak usia 2 tahun. Pokoknya dia adalah anggota yang paling heboh ketika adzan maghrib sudah berkumandang. Paling heboh juga saat mulai terdengar kotekan sebagai tradisi membangunkan sahur. 😆

Menyiapkan Menu Buka Puasa Saat Sudah Punya Anak.


Saat sudah berempat, menyiapkan menu buka puasa untuk keluarga tentu tidak sesimpel saat masih berdua. Anak-anak, khususnya Jasmine yang sudah mulai ikut puasa Ramadan kadang request minta menu makanan yang tidak biasa. Dia, tuh, sudah mulai bisa meminta menu ini itu karena kadang melihat makanan yang lewat di beranda sosial media atau youtube.

Saya masih beruntung karena menu-menu yang dia inginkan, tuh, jarang banget yang "aneh-aneh" atau ribet. Hanya sebatas makanan yang dia suka, lalu ditambah beberapa bahan dengan ditambah plating atau penyajian yang sesuai dengan apa yang dia lihat. Udah saus tiram tapi ditambah dengan jagung, misalnya. Karena dia memang doyan banget jagung, tapi jarang makan udang. Maklum, jauh dari jangkauan laut, sih. 🦐

Meyiapkan menu buka puasa saat sudah punya anak cukup banyak pertimbangan. Tentu pertimbangan ini buat anak-anak, orang tua kadang mengikuti saja. Lagi pula, menu yang mereka minta tidak failed banget jika dikonsumsi oleh orang tua. Malah justru kadang lebih bervariasi dan lebih enak juga. 🤭

Menu Favorit Keluarga Saat Buka Puasa Ramadan.

Meskipun sangat beragam pilihan menu buka puasa ramadan, kami punya menu favorit keluarga. FYI, saya terbiasa menyusun menu makanan untuk satu minggu ke depan. Ini sangat memudahkan saya dalam beraksi di dapur dan memudahkan juga dalam berbelanja kebutuhan. Yups, belanja sayur, buah, dan kebutuhan dapur juga terbiasa seminggu sekali. Ini saya lakukan juga saat Ramadan datang. Bedanya, saat Ramadan saya jarang banget masak mie instant sekalipun mie adalah makanan kesukaan anak-anak yang mana biasanya mereka konsumsi seminggu sekali tapi dari awal puasa saya sudah sampaikan kepada mereka bahwa tidak ada stok mie instant selama ramadan. 🤭

Nah, berikut saya bagikan menu favorit CERIS Family saat buka puasa di bulan ramadan.

1. Lauk Serba Crispy.
Sungguh kenikmatan tersendiri bagi seorang Ibu ketika lauk favorit buka puasa ramadan bisa dibuat dengan mudah. Contohnya adalah Ayam Crispy. Bukan hanya anak-anak, suami doyan banget ayam crispy. Yaa...mirip-mirip kentucky lah. Hanya saja saya lebih sering memasaknya bukan dalam keadaan utuh. Ayamnya sudah saya fillet terlebih dahulu dan mereka lebih suka karena lebih mudah menikmatinya. Lauk serba crispy lainnya yaitu ada tahu crispy, ikan cirspy, tempe crispy, sampai dengan telor crispy. Kentang goreng yang crispy juga fovorit banget. Cocok banget buat camilan saat berbuka puasa atau saat lagi leyeh-leyeh setelah tarawih. Pokoknya lauk pauk serba crispy favorit banget.

2. Masakan Berkuah.
Sebenarnya ini favorit Ibu, sih. Suka banget makan dengan masakan yang berkuah. Tapi karena Ibu sering banget masak masakan berkuah, suami dan anak-anak pun ikut suka. Apalagi Wildan, dia bisa nambah kalau saya masak sayur bobor. Yaa...meskipun Mbaknya tidak begitu suka dengan sayurnya, tapi kalau ada kuahnya dia sudah pasti ambil banyak kuah. Kuah sop menjadi fovoritnya, kadang sebagai penutup makan, dia ambil kuahnya untuk diserupuuuuut dari piringnya. 😆

3. Sup Buah.
Menu ketiga ini mungkin tidak hanya menjadi menu favorit di keluarga kami, tapi juga keluarga di seluruh Nusantara. 😂Setelah seharian menahan lapar, haus atau dahaga, sup buah bisa menjadi salah satu pilihan untuk melepaskan dahaga. Tentu selain air putih yang biasanya diminum untuk membatalkan puasa.

Kebetulan Jasmine, tuh, tidak semua buah bisa masuk. Jadi, saya harus meracik beberapa buah khusus buat dia kena kalau sudah dicamlur dengan buah yang lain (yang dia tidak suka), dia bakal protes yang berujung pada ngambek. 🤭 

Oiya, minuman khas puasa ramadan sebenarnya adalah kolak, ya. Tapi kami jarang membuatnya karena memang kurang suka. Manisnya tidak ada segar-segarnya. Beda dengan sup buah. Tanpa diberi es pun tetap segar.

Banyak banget pilihan menu buka puasa ramadan. Mulai dari menu makanan, minuman, sampai dengan takjil. Namun yang menjadi favorit kami bisa dibilang menu standard, sederhana, dan mudah dibuat. Meski demikian, menu favorit di atas bisa menjadi menjadi menu spesial bagi kami karena menikmatinya bersama keluarga. Terpenting dalam keadaan sehat, segala menu buka puasa ramadan insya Allah akan menjadi istimewa dan berkah. 💕

Omong-omong, apa menu favorit keluarga Ibu, nih? Boleh sharing, dong. Buat menambah daftar menu buka puasa ramadan.💃🏻



Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Hai, Parents! Mengajak anak-anak naik transportasi umum, tuh, rasanya nano-nano. Apalagi jika usianya masih balita, bakalan banyak dirasakan. Kadang muncul rasa khawatir anak merasa tidak nyaman, bakalan rewel. Kadang merasa tidak percaya diri atau bahkan takut jika anak nantinya bakalan mabok ketika naik kendaraan umum. Repot pastinya. Tapi orang tua bisa tahu reaksi anak akan seperti apa ketika naik transportasi umum, ya hanya dengan mengajak mereka menjajalnya. 😉

Manfaat Mengajak Anak Naik Transportasi Umum
pengalaman pertama Wildan naik kendaraan umum...

Tepatnya sejak pandemi, saya yang sebelumnya kerap mengajak anak untuk menjajal kendaraan umum, nyaris tidak pernah lagi mengajak anak-anak bepergian dengan mengendarai transportasi umum. Tahu sendiri, berita yang beredar tentang penyebaran virus Covid-19 saat itu membuat banyak orang khawatir bepergian dengan moda transportasi umum. Dan kami sekeluarga lebih memilih untuk tidak keluar rumah jika memang tidak urgent. Kami juga lebih memilih untuk naik kendaraan pribadi ketimbang transportasi umum karena sangat khawatir dengan paparan virus.

Tapi tahukah kalian, Buuu? Saya sangat rindu bepergian dengan naik kendaraan umum! Rindu melihat anak tidur lelap di dalam Bus sekalipun suasana di dalam bus tidak kondusif. 😆

Pengalaman Mengajak Anak Naik Transportasi Umum Sejak Usia Dini.

Saat Jasmine masuk usia 2 tahun, saya kerapa mengajaknya untuk naik kendaraan umum ketika bepergian, baik di dalam kota maupun luar kota. Dia sudah terbiasa naik transportasi umum sejak usia dini dan alhamdulillah dia tidak begitu banyak tingkah ketika sedang dalam perjalanan. Tentu saya merasa senang karena artinya dia bisa saya mengajaknya bertualang yang agak jauhan dengan menggunakan moda transportasi umum. Dan betul, saya pernah mengajaknya naik bus dan juga kereta ke Yogyakarta. Alhamdulillah semua aman, lancar dan sesuai dengan rencana.

pengalaman naik kereta dengan anak
pengalaman mengajak anak naik kereta api

Baca postingan tentang Melunasi Yogyakarta.

Saya mengira Jasmine akan terus aman jika diajak jalan bareng dengan moda transportasi umum ini. Tapi siapa sangka, ketika dia berusia 5 Tahun dan saya mengjaknya jalan-jalan ke Purwokerto dengan kendaraan umum, dia mabok! Hahaha. Dan sampai sekarang, dia kalau hendak bepergian dengan kendaraan, tuh, awalnya bahagia banget, terus sampai tengah perjalanan pasti ada drama. 🤣

Dan kali ini, saya sedang mulai membiasakan Wildan naik kendaraan umum. Tepatnya hari ini, dia mulai menjajal naik transportasi umum. Cerita dia untuk pertama kalinya naik kendaraan umum akan saya tulis terpisah, ya. Soalnya ada beberapa kesalahan saya dalam menciptakan momen naik bus untuk pertama kalinya. Menyedihkan. 🥲

Baca lagi postingan Naik Bus, Dari Quality Time Sampai Menikmati Hobi.

Manfaat Mengajak Anak Naik Transportasi Umum.

Saya mengajak anak-anak naik kendaraan umum tentu bukan semata-mata karena saya suka, lalu saya "turunkan" ke anak-anak, ya. Terlepas dari itu, karena ada banyak manfaat mengajak anak naik transportasi umum. Berikut beberapa manfaat yang sudah saya rasakan.

1. Membuat Anak Lebih Peka dan Lebih Perhatian.

Naik kendaraan umum berarti memungkinkan mereka bertemu dengan beragam macam orang. Mulai dari anak sebayanya, sampai orang tua. Anak akan memerhatikan keadaan dan mulai lebih peka terhadap sekitar. Mulai dari bagaimana cara berbagi, toleransi, tenggang rasa, dan juga tata karma terhadap orang yang belum pernah ia kenal sebelumnya. Selain itu, anak-anak juga berkesempatan untuk belajar bagaimana caranya menghormati orang lain dengan menjaga kebersihan transportasi umum. Mereka akan melihat bagaimana memperlakukan orang yang sudah tua, atau anak-anak. Anak juga akan melihat apa yang harus dilakukan saat kendaraan kosong atau penuh.

Pengalaman itu akan membawanya menjadi pribadi yang lebih peka. Jangan lupa untuk tetap memberi penjelasan atas kejadian dan keadaan yang mereka lihat.

2. Melatih Keberaniannya Dalam Bersosialisasi.

Saat naik kendaraan umum, kemungkinan mereka akan diajak berbicara dengan orang asing. Jika si Kecil termasuk anak yang tidak cepat akrab dengan orang lain, ini saat yang tepat untuk sekaligus membiasakannya. Karena biasanya, anak-anak punya magnet tersendiri yang membuat orang lain gemas dan ingin berbincang dengan mereka. Mungkin mereka akan sungkan pada awalnya, namun jika sudah terbiasa, bisa saja ia akan menikmati momen sosialisasi tersebut.

3. Belajar Tertib.

Satu hal yang tak kalah penting kala menggunakan transportasi umum adalah pelajaran agar menaati peraturan. Ibu dapat menjelaskan peraturan yang ada di transportasi umum tersebut. Apakah tidak boleh makan atau minum, dan sebagainya. Juga, jangan bosan untuk mengajarkan budaya antre dan tertib kepada anak-anak. Naik transportasi umum adalah sarana yang tepat untuk mengajarkan hal tersebut pada buah hati.

4. Melatih Kesabaran.

Berbeda dengan menggunakan kendaraan pribadi, saat menunggu angkutan umum, anak harus rela menunggu sambil kepanasan, bersinggungan dengan orang lain, bahkan mungkin mencium aroma yang berbeda dari kerndaraan milik orang tuanya. Sewaktu mengajak anak, saya sempat hampir putus asa karena ia cukup rewel mengeluh lelah dan panas. Namun, saya yakin jika terus dilatih, lama kelamaan ia akan terbiasa dan kesabarannya pun akan tumbuh seiring dengan berjalannya waktu.

5. Menciptakan Momen.

Kenangan yang indah tak melulu tentang liburan jauh dan mewah. Naik kendaraan umum bersama orang tersayangnya juga bisa jadi memori indah yang tak mudah dilupakan si Kecil. Jangan ragu mengajak mereka naik aneka kendaraan umum. Terlebih jika moda transportasinya menarik seperti bus tingkat, kereta api, atau MRT yang baru saja diluncurkan. Tentu ia akan punya segudang cerita yang bisa diceritakan pada teman-temannya.

Baca tentang Pengalaman Mengajak Anak Naik Kereta Api.

Mungkin ada yang bertanya, kapan sebaiknya anak-anak boleh diajak naik kendaraan umum? Menurut saya, tidak ada batasan umur minimal. Terlebih jika moda ini menjadi satu-satunya pilihan bagi keluarga. Namun, jika ada maksud dan tujuan mengajak anak naik transportasi umum, ada baiknya mengajaknya saat mereka sudah mulai mengenali sekitar, sehingga pengalamannya bisa terekam dengan baik. Ada momen yang dapat dia rasakan.

Jadi, kapan terakhir mengajak anak naik transpotasi umum, Bu?

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Hai, Bunda. Beberapa waktu lalu, anak perempuan saya, Jasmine pulang main dengan raut wajah yang kurang bahagia. Dia langsung menuju kamarnya untuk istirahat tanpa menyapa saya yang sedang menonton sinetron kesayangan. Tentu ini tidak biasa, dong. Ya...kalau memang ada teman yang nakal, kan biasanya sampai rumah menangis atau kesal, ya. Dan kalau capek karena main, biasanya dia tetap menyapa saya, lalu izin mau istirahat.

Bantu Anak Mencintai Dirinya akan banyak manfaatnya jika nanti dewasa

Kali ini memang lain. Terlihat ada yang membuatnya tidak nyaman. Jujur saya agak panik. Kalau menangis sekalian, sih, bisa langsung ditanya penyebabnya, ya. Tapi dia memilih untuk diam dan tidur. Saya masih beruntung karena pintu kamarnya tidak dikunci. Iyalah, anak usia tujuh tahun belum berpikiran mengunci pintu untuk mendapatkan ketenangan atau sekadar untuk istirahat. Saya pun mencoba mengintipnya, ternyata dia memang beneran tidur.

"Ah, ini pasti dia pura-pura memejamkan matanya." Saya sempat membatin seperti itu. Jadi, ketimbang penasaran, saya berdiri agak lama di samping pintu kamar sambil melihat dia yang dengan tenang memeluk guling. Masih tetap penasaran, saya mendekat, dong. Khawatir dia menangis tanpa suara atau meneteskan air mata. Ternyata dia memang memang tidur. Gulingnya aman, tidak basah.

Harusnya saya bisa merasa tenang ketika melihat anak tidur pulas. Tapi ternyata tidak. Saya malah berpikir yang buruk-buruk. Dasar emak-emak memang kadang ribet. Disuruh berpikir positif kadang susah benar. 😆

Ibu, Aku Salah Apa, ya?

Pukul 15.00 WIB, saya membangungkan Jasmine karena harus mengaji. Saat saya sedang membantu menyiapkan baju ganti, dia tiba-tiba tanya "Ibu, aku salah apa ke Wina, ya?" 

Mulai dari pertanyaan tersebut, akhirnya rasa penasaran saya pelan-pelan mulai terjawab. Sebut saja Wina. Dia ini teman sepermainannya. Singkat cerita, ternyata Wina tiba-tiba tidak mau main dengan Jasmine. Tanpa menjelaskan ada apa, Wina langsung pergi dengan teman lainnya. Ini sungguh masalah yang sangat umum terjadi di usia anak-anak ya, Bun. Tapi tidak tahu kenapa, saya merasa kasihan betul sama anak saya. Malah rasanya seperti sakit hati, mellow. Hahaha. Tapi kemudian saya ingat bahwa posisi saya saat ini adalah sebagai orang tua. Ada yang harus saya sembunyikan untuk sementara waktu demi "kesehatan" anak.

Dalam kondisi seperti ini, orang tua harus punya waktu khusus untuk ngobrol bersama anak. Yups, saya biasanya meminta waktu khusus buat ngobrol supaya saya tahu apa yang dirasakan anak, apa yang ada dipikiran anak, dan kemungkinan-kemungkinan kedepannya setelah anak merasa seperti patah hati.

Sebenarnya permasalahan seperti ini bisa diselesaikan sendiri di level anak-anak. Maksudnya, masalah anak-anak ya diselesaikan anak-anak juga. Paling sehari setelahnya bakalan main bareng lagi karena mood mereka memang kadang selabil itu. 🤭 Tapi saya memilih untuk deep talk karena menurut saya ini menjadi momen.

Mengajarkan Anak Untuk Mencintai Diri Sendiri.

Mencintai diri sendiri sepenuhnya, baik dalam mencintai kelebihan maupun kekurangan diri sendiri menjadi salah satu modal penting dalam kehidupan. Ketika ada teman yang tiba-tiba menjauh, anak tidak khawatir berlebihan karena dia sudah belajar mencintai diri sendiri sejak usia dini.

Bagi saja, mencintai diri sendiri itu bukan hanya soal penampilannya saja. Lebih dari itu, anak harus punya bekal kuat ketika nantinya dihadapkan dengan gagasan bahwa apa yang ada pada diri mereka itu buruk, mereka sudah punya rasa percaya diri dan siap menghadapi berbagai komentar negatif. 

Berikut beberapa cara mengajarkan anak untuk mencintai dirinya:

1. Mengajak Anak Bicara Positif Tentang Dirinya.

Bun, mungkin anak kerap berkata "Rambut aku kenapa jelek ya. Bun? Atau, kenapa aku kurus banget ya, Bun. Jadi jelek gini."

Orang tua harus memperhatikan betul ketika anak sudah mulai berkata negatif tentang dirinya. Ini bukan hal sepele lho, Bun. Melainkan hal serius karena khawatirnya akan menjadi kebiasaan nantinya. Yang harus dilakukan, Bunda dapat mengajarinya untuk mengubah kalimat negatif menjadi positif.

Saat anak mulai merasa kurang percaya diri, Bunda bisa mengajaknya berkaca di depan cermin sambil memegang tangannya dan pelan-pelan meyakinkan anak dengan kata-kata positif seperti "sayang tidak kurus, kok. udah pas, terpenting sehat!"

2. Memvalidasi Perasaan Anak Tentang Diri Mereka.

Anak-anak kadang masih suka terbawa dengan apa yang dikatakan oleh temannya tentang diri mereka. Ini menjadi salah satu yang membuat anak belum bisa mencintai dirinya. Di sini orang tua pelan-pelan dapat mulai memvalidasi perasaan anak tentang diri mereka karena kadang anak perlu didorong untuk melihat ke dalam diri mereka dan mencari tahu bagaimana perasaan mereka akan diri sendiri. 

3. Memvalidasi Rasa Tidak Percaya Diri Anak.

Nah, ketika anak mulai merasa tidak nyaman, atau tidak percaya diri mereka mungkin akan mulai menyampaikan hal-hal yang sekiranya membuat anak tidak percaya diri. Jika benar terjadi, orang tua harus memvalidasi perasaan anak. Setelah tervalidasi, baru bisa melakukan deepl tak dengan anak.

Proses belajar mencintai diri memang tidak mudah. Namun jika dari usia dini sudah bisa belajar mencintai dirinya, anak akan lebih mudah mengenali diri sendiri dan dapat dengan mudah menghargai orang lain. Konsisten dan sabar adalah kunci utama untuk mengajarkan anak belajar mencintai dirinya.💓

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Puluhan tahun silam, zaman masih gadis dan alay maksimal, bagi saya memanjangkan kuku menjadi hal yang sangat menyenangkan. Terlebih jemari saya ini termaduk tipe yang lentik dan kuku pun demikian. Dibiarkan panjang sedikit saja rasanya udah kece maksimal. Eh, mohon maaph kalau ternyata menjadi narsis. 🤣

Lanjut narsis, ya. 🤭Punya kuku panjang, pakai kutek, kemudian ujung kuku dibentuk setengah lingkaran. Subhanallaah...ini kuku tambah manis banget dan rasanya tidak rela jika tangan ini harus mencuci piring apalagi baju. Kenapa cobaaaa? Karena setelah cuci-cuci si kuku pasti lembek dan itu menjadi rawan patah. Pokoknya begitu sayangnya saya sama si kuku panjang yang kalau buat nyakar pasti sakit. 😝

memanjangkan kuku saat masih punya balita


Masa-masa Tidak Rela Kuku Sampai Patah.

Kuku yang sudah panjang, lentik, dan tiba-tiba  patah, tuh, bikin nyesek dan kesal. Saking tidak relanya, saya pernah menangis cuma gara-gara kuku patah setelah cuci baju. Dan anehnya, saya sempat marah-marah sama Ibu padahal yang saya cuci adalah baju saya sendiri. 😂 Eh, ini nyuci bajunya masih manual, ya. Belum pakai mesin cuci. 🤭

Sebenarnya kuku ini tidak begitu penting untuk sebuah penampilan. Tentu bukan buat penampilan seorang artis, dong. Karena mereka sudah pasti sangat memperhatikan penampilan dari ujung kepala sampai ujung kaki, detil banget. Namun, bagi sebagian orang yang punya kuku panjang, nail body yang juga panjang, bisa menambah tingkat percaya diri. Saya pernah mengalaminya selama beberapa bulan. Banyak yang memuji jemari ini lentik! Dan saya ke-GR-an, dong.💅

Namun Kondisi Berbalik 180° Saat Saya Punya Anak.
 
Ternyata perihal memanjangkan kuku itu punya masanya. Khususnya bagi saya. Tepatnya semenjak lulus kuliah, saya terbiasa dengan kuku pendek. Karena kebetulan kerjanya sering bersinggungan dengan ketik-ketik, rasanya lebuh nyaman punya kuku pendek. Terasa ada ikatan tersendiri dengan keyboard. Hahaha. Lanjut berkeluarga dan punya Syaquita, saya risih banget kalau kuku sampai panjang meskipun hanya sedikit. Makanya, sata sering potong kuku minimal seminggu sekali.

Menjadi seorang Ibu ada banyak hal yang musti diperhatikan, salah satunya yaitu menjaga kebersihan kuku. Yups, Ibu menjadi salah satu orang yang sering merawat si kecil. Mulai dari memandikan, mengoleskan minyak kayu putih, sampai dengan membersihkan kotoran di telinga. 

Tidak terbayang jika saya masih suka memanjangkan kuku, pasti akan susah merawat si kecil untuk aktivitas tertentu. Rasa-rasanya akan kurang maksimal. Dan yang perlu diperhatikan banget, tuh, ketika Ibu tetap membiarkan atau menginginkan kukunya panjang saat masih punya bayi atau balita. Ini dapat membahayakan, ada kemungkinan membuat kulit si kecil lecet.

Btw, kamu punya cerita tentang memanjangkan kuku? Yuukkk...bagikan di sini!


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Hello, Parents! Melihat anak yang punya potensi atau minat berbisnis sejak usia dini, tuh, rasanya latto-latto. Eh, maksudnya nano-nano alias banyak rasa. 🤭Tidak hanya bahagia saja, tapi juga bingung, khawatir, sampai takut. Iya, takut kalau nantinya anak akan sangat menikmati kegiatan barunya, lalu lupa akan kewajibannya, khususnya sebagai pelajar. Ini yang saya rasakan ketika anak meminta izin untuk mulai jualan aksesori dan alat tulis.

Belajar Bisnis untuk Anak-Anak

Saya dan suami sama-sama kaget ketika Jasmine meminta izin kepada kami untuk belajar jualan aksesori. Awal mulanya, dia meminta kepada saya untuk dibelikan ikat rambut yang lucu-lucu untuk dipakai setiap harinya. Tanpa berpikir lama, saya pun memberikan akses kepadanya untuk memilih beberapa macam ikat rambut di e-commerce kesayangannya. Setelah selesai memilih, dia meminta kepada saya untuk mengecek satu per satu barang yang telah dipilihnya. Dan saya kaget pas melihat keranjang belanja, dong. Beli ikat rambut sampai 100 ribuan! Ini beli ikat rambut atau ikatan cinta, ya. 😂

Ibu, Aku Boleh Jualan?

Tadinya saya pikir karena ongkos kirimnya yang mahal, ternyata pilihannya juga banyak. Daaan, yang paling bikin saya kaget, dia punya maksud lain atas belanja ikat rambut yang jumlahnya tidak sedikit, yaitu menjual kembali barang-barang yang sudah dibeli. FYI, yang dia beli tidak hanya ikat rambut saja, tapi juga ada beberapa alat tulis yang lucu-lucu. Mulai dari pensil, bolpoin, sampai mini notes. Pantas saja setelah saya centang semua habisnya lumayan banyak. Di luar dugaan banget karena saya kira dia paling membeli ikat rambut satu atau dua macam saja.

Tidak hanya kaget saat melakukan check out, tapi saya juga kaget karena tiba-tiba anak pertama kami minta izin untuk berbisnis. Iya, barang-barang yang sudah dia beli beberapa akan dijual. Mulut ini rasanya ingin langsung meng-iya-kan permintaannya, langsung mengizinkannya. Tapi tidak tahu kenapa, tiba-tiba hati ini berkata lain. *tsaahh. Bola mata kami pun saling beradu. Tidak hanya saya dan suami, tapi juga dengan Jasmine. Kami bertiga saling memandang dengan tatapan penuh tanda tanya. 😆

Dari lubuk hati yang paling dalam, saya ingin langusung mengizinkan Jasmine untuk berjualan aksesori. Apalagi mengingat saya dan suami sama-sama punya jiwa bisnis meskipun tipis-tipis. Rasanya tidak ada alasan untuk menolak niat baiknya untuk belajar berjualan.

Saya merasa bahagia dan bangga ketika anak punya niat untuk berjualan tanpa kami minta. Namun ada banyak pertimbangan ketika kami betul-betul mengizinkan Jasmine yang saat ini kelas satu SD untuk mulai jualan. Setelah berdiskusi cukup lama, akhirnya saya dan suami bersepakat untuk mengizinkan Jasmine jualan aksesori dan alat tulis dengan beberapa catatan. Ini catatannya khusus untuk dia, bukan untuk orang tuanya.😄

5 Hal yang Harus Disampaikan Kepada Anak Ketika Akan Mulai Berbisnis.

Tujuan orang dewasa ketika berbisnis yaitu untuk menghasilkan cuan, cuan. cuan dan cuan! Terlebih bagi mereka yang memang berprofesi sebagai pebisnis. Nyaris setiap hari yang ada di otaknya yaitu bagaimana caranya supaya dapat menghasilkan banyak cuan dalam bisnis yang sedang dijalani. Berbeda dengan anak-anak, khususnya bagi mereka yang masih duduk di bangku sekolah. Untuk mulai menjalankan bisnis harus betul-betul disusun sebuah strategi yang tepat supaya tidak mengganggu kegiatan sekolah, bersosialisasi dengan teman-teman, dan kegiatan lainnya agar tidak menghambat tumbuh kembang anak-anak sesuai usianya.

Berikut 5 hal yang saya sampaikan kepada Jasmine ketika akan mulai belajar bisnis.

  • Sampaikan Bahwa Saat Ini Dia Adalah Pelajar.

Sebelum Jasmine mulai aktif berjualan, saya menyampaikan kalau saat ini dia adalah pelajar, bukan pebisnis. Ini saya lakukan supaya dia tidak terlalu serius dalam berjualan. Yakali, anak masih usia tujuh tahun sudah mau fokus berbisnis. Mungkin di luar sana ada anak-anak yang sudah mulai fokus dengan bisnis sejak usia dini. Tidak masalah karena itu juga pilihan. Namun bagi saya, penting dalam memberikan pemahaman bahwa untuk saat ini fokusnya adalah sebagai pelajar dan kewajibannya adalah belajar. 

Jasmine sudah paham hal ini. Dan ketika saya bertanya tentang pelajarannya di sekolah, termasuk ada pekerjaan rumah atau tidak, dia langsung menghentikan aktivitas packing barang atau merapihkan uang hasil jualannya. 
  • Bisnis Itu Bukan Sekadar Cari Untung.
Ini wajib banget disampaikan kepada anak karena khawatirnya yang ada dalam pikirannya ketika mulai belajar bisnis yaitu cuan cuan cuan! Meskipun masih belajar dan tidak tahu nantinya bakal konsisten atau tidak, saya memberikan pengertian kepada Jasmine bahwa dalam menjalankan bisnis itu bukan sakadar mencari untung, tapi ada banyak hal yang harus diperhatikan, salah satunya yaitu pembeli. Saya merasa dia harus tahu bagaimana caranya melayani pembeli atau memberikan perhatian kepada pembeli dengan cara berkomunikasi dengan baik. Lebih dari itu, saya juga menyampaikan bahwa bisnis dengan cara berjualan, tuh, capek. Apalagi jika berjualan dengan cara door to door, butuh banyak tenaga.

  • Penting Untuk Mengenalkan Cara Berjualan.
Saat sedang berdiskusi, saya sempat tanya-tanya kepada Jasmine, kira-kira di mana dia akan berjualan. Dengan penuh semangat, dia menjawab kalau akan mulai berjualan di sekolah saat jam istirahat. Dia juga katanya akan berjualan di TPQ saat sebelum atau sesudah mengaji. Dududuh...langsung was was hati Ibun. Hahaha. Khawatir nanti dapat teguran dari Guru atau Ustadzah, repot juga, ya. Apalagi kalau sampai dapat teguran dari wali murid, tambah repot. Tapi tidak apa karena semua hal positif memang harus dicoba supaya tahu reaksinya nanti. 😄

Terlepas dari niatnya yang ingin berjualan di Sekolah dan TPQ, saya mengenalkan dua cara berjualan yaitu cara online dan offline. Namun untuk kali ini, saya lebih mengarahkan cara bejualan secara offline karena sasaran konsumennya saat ini adalah teman dekat dan teman sepermainannya.

  • Sampaikan Juga Kendala-Kendala yang Bakal Dihadapi.
Ini karena saya terlalu khawatir dia bakal down saat teman-temannya ternyata kurang berminat dengan apa yang dia jual. Hahaha. Rasanya tidak terbayang patah hatinya seperti apa ketika sedang mulai belajar bisnis tapi ternyata barangnya tidak diminati teman-temannya. Makanya dari awal saya berusaha untuk menguatkan mental dia dan juga menyampaikan kendala-kendala yang bakal dihadapi nantinya saat berjualan seperti malu ketika hendak mulai menawarkan jualannya. Atau, ada teman yang menawar dengan harga rendah.

  • Memberikan Contoh Pengalaman Bisnis.
Pada blog post tentang Ide Bisnis Untuk Anak-Anak, saya menuliskan kalau Jasmine kerap membantu saya packing bisnis oleh-oleh khas Banjarnegara by Dipayuda. Saya pun memberikan contoh dan gambarannya tidak jauh-jauh, cukup dari pengalaman saya berbisnis yang mana tidak setiap hari ada yang beli. Dan yang paling bikin senang, tuh, kalau ada pesanan. Terus, kalau lagi tidak ada pesanan, apa yang bisa dilakukan? Cari ide baru untuk mempromosikan jualannya. Bisa juga dengan memberikan promo atau diskon supaya lebih menarik. Terpenting promo yang diberikan tidak membuat rugi. 😆

Pengetahuan dia tentang berjualan, tuh, sudah cukup luas. Saya tahu saat sedang ngobrol-ngobrol. Dan selain ikat rambut, dia juga ingin jualan mainan anak yang lucu-lucu buat kado ulang tahun, katanya.

Pengalaman Mengizinkan Anak Berbisnis.

Katanya, sekarang harus pandai-pandai menangkap peluang bisnis. Ketika anak-anak sudah mulai tertarik dalam dunia bisnis, ya kenapa tidak diizinkan dan didampingi untuk belajar berbisnis, ya. Karena saya sendiri sangat yakin, ketika sejak usia dini sudah tertarik dengan dunai bisnis maka saat dewasa nanti bisa jadi akan melanjutkan belajar berbisnis dengan bekal pengalaman berbisnis saat masih duduk dibangku SD atau SMP.

Perihal hasil berupa untung, orang tua bisa mulai menyampaikan pelan-pelan kepada anak. Ya...itung-itung sambil belajar Matematika dan belajar mengelola uang. Jangan lupa untuk membekali mental kepada anak ya, Bunda. Supaya mereka sedikit tahu dan paham risiko-risiko berbisnis.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

Cari Di sini

Perkenalkan...

Hai...perkenalkan, saya Idah. Ibuk dari dua anak dan satu-satunya admin di blog ini.

Rutinitas saya saat ini sebagai Ibu Rumah Tangga sekaligus Ibu Pekerja Kantoran. Kami sekarang tinggal di Kota Dawet Ayu, Banjarnegara, Jawa Tengah.

Oiya, jika ingin komunikasi, bisa melalui akun instagram kami @cerisfamily atau kontak langsung melalui email cerisfamily@gmail.com. Terima kasih.

On Youtube

Fans Page

CERIS Family

Blog Archive

  • ▼  2025 (17)
    • ▼  Juli (2)
      • Family Trip Naik Vespa, Bali Jadi Lebih Mesra
      • Dari BRT Trans Jateng, Kami Pulang Membawa Banyak ...
    • ►  Juni (3)
    • ►  Mei (5)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2024 (39)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (10)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2023 (28)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (4)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2022 (14)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2021 (12)
    • ►  September (2)
    • ►  Juni (3)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2020 (17)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2019 (42)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Mei (26)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2018 (37)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2017 (61)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (8)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2016 (62)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (7)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2015 (63)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (9)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (10)
    • ►  Juni (12)
    • ►  Mei (2)

Popular Posts

  • Biaya USG 4 Dimensi di RS Panti Nugroho
  • Tujuan Pemeriksaan HB dan HBsAG untuk Ibu Hamil
  • Tip Agar Jahitan Pasca Melahirkan Cepat Kering

recent posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Part Of Community


Blogger Perempuan
mamadaring
Seedbacklink

Follow Us!

Social Media

Facebook Twitter Instagram Youtube Blog Ibu

MageNet

0ccdff8bd3766e1e4fdd711a2ad08ee5151bd247

Created with by ThemeXpose