• Home
  • About
  • Jasmine
  • Wildan
  • Hiroku
  • Kesehatan
  • Tumbuh Kembang
  • Parenting
  • Jalan Jajan
Dear Kecemut Ibu yang kini sudah 2 tahun lebih 4 bulan...

Nak, semoga kamu masih ingat saat pertama kali menginjakan kaki di atas pasir Pantai Parangtritis, ya. Pasir pantai yang seharian kena terik matahari, dan panasnya masih membekas meski kita sampai Pantai jam 16.00 WIB lebih dikit. Kaki mungilmu berjalan di atas pasir tanpa alas. Telapak kaki Ibu saja merasakan panas yang luar biasa, apalagi kamu. Kamu yang pada dasarnya lebih suka jalan, akhirnya minta gendong karena mungkin telapak kaki ngga tahan menginjak pasir terus-terusan. Selain panas, mungkin bagimu terasa geli.

"Panas, Bu. Geliiii, Bu. Panaass. Gendong, Bu." Teriakmu sore itu. Namun Ibu ngga bisa menggendongmu karena membawa tas yang berisi mainan dan mencangking sandal Ibu supaya ngga kena pasir.

Andai Pantai itu dekat dengan rumah kita ya, Nak. Tiap hari ginian... Hahaha
Sungguh, kita bisa sampai pantai bukan hanya karena keinginan Ibu semata atau keegoisan Ibu yang sudah lama ngga melihat desiran ombak. Namun ada beberapa hal yang ingin Ibu kenalkan ke kamu, yaitu tentang isi alam ini. Sesuai keinginan Ibu, bukan janji tapi Ibu selalu berusaha memberi pengetahuan baru. Setidaknya apa yang telah kamu lihat di buku yang tiap hari, televisi atau media belajar lainnya, dapat dinikmati secara langsung.

Nak, bermain pasir sepuasnya di pantai, ini adalah salah satu mimpi kita. Ya, kita yang biasanya mainan pasir amat terbatas di samping rumah, sore itu kita mengumpulkan pasir tanpa bingung mau mengeruk di mana lagi, lalu mencetaknya berjejer. Persis seperti yang telah kita lakukan jika main pasir di rumah.

Betapa bahagianya Ibu melihat kamu begitu semangat memasukan pasir ke dalam wadah, lalu menumpahkannya membentuk tabung. 🛢 Sesekali kamu melihat beberapa delman bersliweran di pinggir pantai. Kamu juga sempat meminta untuk naik delman menyusuri tepian pantai. Tapi karena sore itu hari makin gelap, Ibu ngga memenuhi keingnan kamu. Ingat pesan Mbah Uti, kan? Bahwa, kita musti lebih berhati-hati bila bedug tiba. Mungkin lain waktu, ya.

Agaknya kagum dengan ombak yang ada di depanmu...
Nampaknya kamu ngga akan bosan bermain seharian di pantai. Belum lagi ombak yang beberapa kali menghampirimu saat sedang mengambil pasir. Ekspresi kamu saat itu antara kaget, ingin lari, dan mengikuti arus ombak. Sayang banget, matahari makin menjauh. Ibu harus segera menggendongmu, menyudahi permainan ini. Angin sore ngga menyehatkan, apalagi Ibu harus membersihkan seluruh tubuhmu yang terkena pasir. 🏖

Nak, semoga Ibu bisa mengajak kamu main ke pantai lagi, beda obyek, dan beda jenis pasir. Kalau ngga ke Pantai Pink, ya Pantai Menganti. Pinginnya, sih, pantai yang ada banana boatnya atau speed boat, biar kita bisa ngeng-ngeng di atas pantai. 🤹‍♀️
Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
Akhir-akhir ini aku lagi was was dengan tumbuh kembang Kecemut perihal warna. Semenjak usianya 15 bulan, aku mulai mengenalkan warna kepada Kecemut dengan membelikannya bola warna-warni yang dijadikan untuk media mandi bola. Selain sebagai pegangan, rangsangan, aku sering mengenalkan warna kepadanya melalui bola. Saat itu, bola menjadi media yang cukup tepat, ngga terlalu bahaya. Memang belum ada interaksi, sih. Pikirku, sambil merangsang motoriknya, gitu.

Iki yo warna-warniii...
Makin bertambah usia, dengan media yang berbeda tentunya, aku kira dia sudah paham betul dengan warna. Namun ternyata belum. Tepatnya usia 20 bulan, aku mulai membelikan spidol warna-warna untuk coret-coret. Eeeh, kok membeli, sih. Niatnya emang mau beli, tapi malah dikasih sama Budhe Lia, yaudah alhamdulillaah. 🙊

Dalam lembaran kertas, kami belajar menggambar. Kadang aku yang menggambar, lalu minta tolong kepada Kecemut untuk memberi warna.

"Coba ini diwarnai biru, Taaa." Aku mencoba pemanasan, melihat antusias dia juga. Tak lama kemudian, yang dia ambil bukan spidol warna biru tapi langsung digunakan untuk mewarnai.

"Duhh...ini belum jadi, nih." Batinku saat itu. Merasa ingin memberi tahu kalau dia salah memilih warna, aku pun mengambil spidol warna biru, lalu aku tunjukan kepada Kecemut.

"Itu warna merah, Mbak. Kalau ini warba biru." Akupun mengulurkan spidol warna biru  dan Yasmin langsung menggunakannya.

Puncaknya kemarin ini, saat usianya 2 tahun lebih 2 bulan, dia meminta balon yang akan digunakan untuk launching tempat wisata. Di situ hanya ada 2 warna balon yaitu merah dan putih. Uniknya, dia minta balon kuning. Pikirku, dia pingin balon tapi memang yang warnanya kuning. Aku jawab ngga ada, terus dia nunjuk ke arah balon-balon itu, dong. Ternyata yang dia maksud adalah balon warna merah. 🤸‍♀️
Bola gini, lho. . .
Duuh...tambah was was ini. Ada praduga-praduga negatif dalam benak Ibuk. Fufufufu. Agaknya ngga percaya anak dua tahun belum paham warna sama sekali kecuali hitam dan putih. Yaudah, sekarang tiap hari, tiap kami lagi bareng, sesekali pasti belajar warna. Entah bentuknya tebak-tebakan, atau minta tolong untuk mengambil barang apapun yang berwarna.

Sekarang yang lagi agak mendidih dalam benak, sebenarnya kapan anak paham warna? Beberapa kali tanya sama teman-teman, ada yang sudah lupa, ada yang memang juga belum paham betul warna. Mereka ya rata-rata seusia Yasmin. Pingin dibuat selow, tapi kok tetap ada rasa was was, ya. Hahahaha.

Percayalah, akan ada keajaiban datang, ya. Percaya saja, Buk. *ini menyemangati diri* 🤹‍♀️
Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
Aku kerap menjumpai dalam sebuah status maupun tulisan di blig bahwa, si kecil adalah tempat kita belajar. Dan aku seratus persen setuju karena memang benar adanya. Ketika sedang di dekat si kecil, stok kesabaran orang tua musti lebih banyak lagi. Ada banyak tingkah dan kejadian yang diciptakan si kecil secara instant. Saat sedang belajar toilet training, misalnya. Ada banyak kejadian yang akan membuat orang tua mudah kesal, mudah marah, gitu. Dan kadang anak manis menjadi korban alih-alih belajar toilet training sedini mungkin.



Aku suka gemas ketika melihat Ibu-ibu yang  suka berikrar bahwa, anak adalah tempat kita belajar, tapi pada akhirnya hobi megan pipi si kecil, kemudian menjepit dengan ibu jari dan telunjuk. Atau, megang telinga si kecil, kemudian diputar ke atas. Aku ngga begitu paham ini terjadi karena spontan, atau memang kecil perlu mendapat pelajaran semacam itu. 😭

Tentang toilet training, lagi-lagi aku juga kerap membaca tentang belajar toilet training sedini mungkin di beberapa artikel. Untuk yang satu ini, banyak orang tua dan para ahli yang menyarankan untuk mengajarkan toilet training sedini mungkin kepada si kecil. Ini sah-sah saja, lho.

Dalam kehidupan, antara teori dan praktik, tuh, kadang susah sejalan. Banyak teori yang disajikan oleh para ahli tentang toilet training. Namun pada praktiknya, sebagai orang tua kadang ngga bisa menjalankan teori secara utuh. Dan ini yang aku rasa saat mulai belajar toilet training untuk Yasmin.

Siapa, sih, orang tua yang ngga bangga dan bahagia karena si kecil bisa lepas diapers atau clodi ketika usianya baru 12 bulan atau 15 bulan. Aku yakin ada hal yang akan dibanggakan. Tapi ketika si kecil belum bisa diajak belajar toilet training karena komunikasi masih susah, sementara orang tua ingin sekali si kecil segera lepas diapers atau ke kamar mandi, apa yang terjadi?

Telapak tangan melayang sampai pantat? Ini paling sering aku lihat. Ibu marah-marah? Bisa jadi. Telinga si kecil diputar seperti lagi mutar oreo? Hanya karena pipis di celana, adegan-adegan tersebut bisa banget terjadi.

Untuk toilet training, aku ngga punya keinginan muluk-muluk untuk Yasmin dan ngga mengajarkan toilet training sedini mungkin. Ada banyak hal yang menjadi pertimbangan, salah satunya yaitu tingkat kesabaran aku yang rendah. Dikhawatirkan, saat mendapati Yasmin pipis beberapa kali di sembarang tempat, aku bakal naik darah. 😂 Tapi bukan berarti ngga mengajak dia untuk belajar toilet training. Aku hanya ngga ingin ada marah-marah di antara kami hanya karena ompol atau pipis di sembarang tempat. 🙈

Belajar terus belajar, mulai dari ngga dipakaikan diapers saat siang hari, sampai belajar ngga pakai diapers saat malam hari, dan akhirnya dia merasa risih ketika pakai diapers dalam kesehariannya. Aku juga terus melakukan sounding, memberi pengertian. Yaaa...meski saat siang hari kadang masih suka dipakaikan clodi atau diapers karena kasihan sama Mbah Uti harus ngepel-ngepel muluuuu. 🙊*emaknya ngga kosisten*

Bahagianya saat usia Yasmin masuk delapan belas bulan, dia sudah mulai bisa diajak komunikasi dan mulai paham dengan apa yang aku sampaikan. Ketika siang hari ingin buang air kecil, dia sudah bisa ke kamar mandi sendiri. Namun saat malam hari belum bisa dikondisikan. Sudah pipis sebelum bobok, kadang tetap ngompol. Tapi ya kadang lolos sampai pagi ngga basah-basaaaaaahan. Goalnya tuh saat ini, di usianya 2 tahun 3 bulan, Kecemut sudah bisa lepas dari diapers saat di rumah. Tidur malam hari pun sudah ngga pakai diapers, dia bakal menolak jika dipakaikan diapers.🙊

Belajar toilet training sedini mungkin, jika orang tua siap lahir batin, tak masalah. Tapi jika belum siap, jangan banyak berekspektasi yang indah-indah, ya. Karena dalam hal ini, krang tua musti sabar banget. Jangan hanya karena toilet training, orang tua  sampai membandingkan si kecil dengan anak lain. Duhh...menyakitkaaan. 🤸‍♀️
Share
Tweet
Pin
Share
3 komentar
Aaah...jangankan memandikan Kecemut, nyiapin sarapan buat suami saja ngga aku lakukan. Udah beberapa minggu ini, usai sholat subuh, aku kembali tarik selimut, kemudian tidur dan bangun jam 06.30 WIB. Mandi, sarapan sudah tersaji, lengkap bergizi. Terima kasih mbah uti. ~sebuah pengakuan dari seorang Ibu muda, manis, yang anaknya baru satu~

Wajah memelas...
Sudah beberapa minggu ini, tepatnya semenjak pimpinan memutuskan untuk ikut akreditasi terkini bagi kantor. Jam kerja yang dimulai pukul 08.00 WIB sampai jam 17.00 WIB, selama itu aku terus bekerja. Kadang sampai lupa jam istirahat. Kadang jam 13.00 WIB belum ishoma, dan tau-tau sudah jam kerja lagi. Sungguh, sejauh ini adalah perjuangan paling berat semasa bekerja. Sampai pada puncaknya, tapi belum puncak banget, aku kerap lembur untuk menyelesaikan dokumen-dokumen pendukung akreditasi.

"Emang kerja sendirian?"

Ngga! Tapi karena aku pekerja paling muda dalam satu bagian, dan sisanya dua tahun lagi pada pensiun,  tahu sendiri lah, ya. Lempoh tiada tara. Capeknya udah luar dalam, sampa tiap pagi dibangunin anak dan suami, aku memilih untuk tetap memejamkan mata. Mata rasanya masih berat, kepala kadang belum sehat, pun dengan tubuh ini. Masih lunglai.

Jam 06.30 atau 07.00 WIB, saat mereka kompak membangunkan aku, "Ibu bangun, lihat sudah jam berapa tuh?", aku belum juga goyah. Masih merem. Dan aku baru melek ketika mendengar klakson motornya Pak Timin, penjual jamu keliling Desa yang sampai depan rumah selalu on time jam 07.00 WIB.

Melek, lalu melihat anak dan suami lagi sibuk mainan berdua. Betapa sempurnanya Ibu muda ini, ya. Serasa masih perawan. Tunggu Ibu, ya. Pasti kembali, kok. ❤ 

Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar
Newer Posts
Older Posts

Cari Di sini

Perkenalkan...

Hai...perkenalkan, saya Idah. Ibuk dari dua anak dan satu-satunya admin di blog ini.

Rutinitas saya saat ini sebagai Ibu Rumah Tangga sekaligus Ibu Pekerja Kantoran. Kami sekarang tinggal di Kota Dawet Ayu, Banjarnegara, Jawa Tengah.

Oiya, jika ingin komunikasi, bisa melalui akun instagram kami @cerisfamily atau kontak langsung melalui email cerisfamily@gmail.com. Terima kasih.

On Youtube

Fans Page

CERIS Family

Blog Archive

  • ►  2025 (14)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (5)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2024 (39)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (10)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2023 (28)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (4)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2022 (14)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2021 (12)
    • ►  September (2)
    • ►  Juni (3)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2020 (17)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2019 (42)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Mei (26)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ▼  2018 (37)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (5)
    • ▼  April (4)
      • Pantai Parangtritis, Yogyakarta
      • Usia Berapa Anak Paham Warna?
      • Toilet Training Sedini Mungkin, Yakin?
      • Ibu Bangun. Lihat Jam Berapa, tuh?
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2017 (61)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (8)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2016 (62)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (7)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2015 (63)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (9)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (10)
    • ►  Juni (12)
    • ►  Mei (2)

Popular Posts

  • Biaya USG 4 Dimensi di RS Panti Nugroho
  • Tujuan Pemeriksaan HB dan HBsAG untuk Ibu Hamil
  • Tip Agar Jahitan Pasca Melahirkan Cepat Kering

recent posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Part Of Community


Blogger Perempuan
mamadaring
Seedbacklink

Follow Us!

Social Media

Facebook Twitter Instagram Youtube Blog Ibu

MageNet

0ccdff8bd3766e1e4fdd711a2ad08ee5151bd247

Created with by ThemeXpose