Mengajak Si Kecil Tarowih ke Masjid. Iya atau Tidak?

by - Mei 31, 2017

Bulan Ramadhan mendapat nyinyiran, tuh, rasanya bikin puasa kurang sempurna, ya. Apalagi, nyinyiran itu datang dari para jama'ah lantaran Si Ibu membawa balita ke masjid atau mushola untuk ikut tarowih. Duuh...😂

Ini ngga terjadi di aku, sih. *jangan sampai* Cuma aku mendengar cerita dari seorang Ibu yang pernah dapat nyinyiran persis seperti yang aku tulis di atas. Sebenarnya kasihan. Karena kadang ada Si Kecil yang meminta untuk ke Masjid, bukan Ibu yang mengajaknya. 



Si Kecil yang Minta

Ya, seorang Ibu tentu sangat paham dengan tingkah laku Si Kecil, apalagi masih batita, dan lagi senang-senangnya jalan. Mereka belum paham betul kalau diminta untuk diam, atau sekadar duduk manis di samping Ibu. Mereka juga belum paham, masjid adalah tempat untuk ibadah. Mereka hanya tahu, banyak orang, ramai, dan tempatnya asyik untuk bermain.

Yakali, anak usia satu tahun diminta untuk duduk selama tarowih berlangsung pasti ngga betah. Mereka tertarik untuk tarowih mungkin karena melihat ramainya masjid, mendengar muadzin bersholawat, atau melihat anggota keluarganya hendak berangkat ke masjid. Makanya, sesampainya di masjid, Si Kecil pun bahagia. Terlebih banyak mbak-mbak yang menyambutnya dengan ramah. Bisa jadi, Si Kecil pun merasa diperhatikan, dan mempunyai banyak teman. Tambah bahagia tentunya, dong.

Belum lagi jika ada teman seusianya, atau usia ngga terpaut jauh. Si Kecil merasa ada teman untuk "jalan". Nah ini, repot banget kalau sudah bertemu dengan "jodoh". Terkecuali usia Si Kecil masuk dua atau tiga tahun, mereka sudah mulai paham jika diminta untuk duduk, dan pelan-pelan orang tua memberi pengertian.


Mengajak Si Kecil ke Masjid Butuh Keberanian

Sampai saat ini, aku belum punya keberanian untuk mengajak Yasmin Tarowih ke Masjid atau Mushala. Alasannya utama, tentunya aku khawatir, takut mengganggu kekhusyuk-an para jama'ah. Apalagi, Yasmin lagi senang jalan, dan mengeluarkan suara heboh. Sudah dipastikan akan mengganggu konsentrasi jama'ah.

Ramadhan kelima, dua kali Yasmin mengajakku Tarowih ke mushola. Sebenarnya aku kangen tarowih di mushola, tapi karena Yasmin masih labil, aku pun mengalah. Memilih untuk tarowih di rumah bersama suami, atau sendiri. Menunggu Yasmin bobok. Namun, hari kedua ramadhan, Yasmin minta ke mushola saat adzan isya berkumandang. 

Awalnya karena melihat Mbah Uti, dan Mbah Kung, bergegas ke mushola yang hanya lima langkah dari rumah. Dia rewel. Aku coba membawanya ke ruang tengah, tapi tambah rewel. Akhirnya, aku dan suami bismillaah untuk tarowih di mushola

Duuuh...ini membawa anak ke mushola udah kayak mau ijab qobul, dag dig dug kencang. Berani membawa ke mushola, berarti berani juga mendapat goncangan batin. 😂😂😂


Mungkin, Ini Solusinya

Dan betul, Yasmin di mushola bertemu dengan mbak-mbak yang hampir tiap hari menyapa. Dia pun langsung nyaman di mushola, sementara aku memang ngga bisa tenang. Masih was was. 

Aku langsung menempatkan diri di barisan paling belakang. Berjaga, siapa tahu Yasmin minta pulang lebih awal. Karena sudah di belakang, ruang geraknya juga terbatas karena tidak seluas bagian utama Mushala. Dengan memilih barisan paling belakang, harapannya agar Yasmin ngga mengganggu jalannya ibadah dengan jalan di depan para jama'ah. Selain itu, karena posisi mushala berada di dekat jalan raya, khawatir juga kalau Yasmin sampai keluar, sementara sholat belum usai.


Jadi, Iya atau Tidak?

Menurutku, ini tergantung kebijakan orang tua, dan kondisi anak. Jika dirasa aman, dan bisa dikendalikan, membawanya ke Masjid atau Mushala tidak begitu masalah. Namun, jika Si Kecil tipe anak yang hiperaktif, ada baiknya belajar sholat di rumah. Jika masih tetap minta ke Mushala, orang tua bisa mendampingi, tanpa atau dengan turut beribadah.

Sekalipun alasannya untuk belajar jama'ah, atau mengenalkan tempat ibadah kepada si kecil, tetap saja untuk yang satu ini penuh pertimbangan ya, Buuuk. 👭

Btw, makasih sudah mengajak Ibu tarowih di mushola ya, Mutkecemuut. 💃💃

You May Also Like

4 komentar

  1. Aku sih iya, bunda idah. Ranu sejak umur 1th selalu diajak jumatan. Walau bapaknya harus sambil gendong kalo solat. Alhamdulillah so far anaknya anteng. Klo gk digendong pun dia duduk tenang. Dasarnya anaknya pemalu jg sih klo liat org asing.

    Tetap semangat bunda, Yasmin smoga jd generasi yg selalu memakmurkan masjid kelak. Aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cakeep banget, Ranu. Yasmin ngga anteng kalau di mushala. ttep jalan. Hahaha. Aamiin. makasih doanya ya, Bund.

      Hapus
  2. Ini memang dilematis ya Dah ...
    Jujur saja. Satu dua kali dahi saya agak berkerut melihat dua atau tiga anak kecil berlarian sliwar-sliwer di depan saya ketika saya sedang sholat. Tidak bisa tidak konsentrasi saya kadang terganggu.(saya rasa jamaah lain juga begitu)

    so ... pertimbangkan masak-masak

    Salam saya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, Om. Dan itu yg bikin was was, sliwar-sliwer menginjak sajadah juga. Fufufuu

      Hapus

Haai...mohon dimaafkan kalau aku terlambat atau malah ngga balas komentar kalian, ya.