• Home
  • About
  • Jasmine
  • Wildan
  • Hiroku
  • Kesehatan
  • Tumbuh Kembang
  • Parenting
  • Jalan Jajan

Outing Class ala Omah CERIS - Hello, Parents! Melakukan kegiatan bersama anak-anak, tuh, selalu seru. Apalagi jika ide kegiatannya datang dari mereka, semangatnya lebih terasa. Sebagai orang tua, sudah pasti saya sangat mendukung selagi kegiatannya positif. Seperti yang dilakukan pada akir pekan ini, anak saya dan teman sepermainannya punya ide membuat puding cokelat. Kebetulan mereka bertiga satu suara, semua ingin membuat puding cokelat. Jadi, saya pun tidak perlu menyiapkan banyak bahan. 😂

Kabar baiknya, saya sudah punya bahan-bahannya, lengkap. Di rumah sudah ada bubuk puding dan cup karena saya cukup sering membuat puding untuk anak-anak. Maklum mereka suka banget puding. Apalagi Wildan, sekali makan bisa lahap sampai empat cup. Tidak hanya puding cokelat saja, dia hampir suka semua rasa termasuk rasa buah. Dan yang saya suka, puding ini lumayan bikin kenyang. So, anak-anak kadang lupa buat jajan. Alhamdulillah...🤭

Outing Class di Omah CERIS

Behind The Story Outing Class di Omah CERIS

November bagi saya adalah bulan yang penuh deadline. Akhir pekan yang biasanya saya manfaatkan untuk quality time, dengan sangat terpaksa hari Minggu saya tetap membuka laptop untuk menyelesaikan deadline. Ehem...anak pertama saya, Wita sekarang sudah bisa mulai protes, dong. Dia meminta waktu saya untuk bermain bersama. Ketimbang drama, akhirnya saya menjanjikan untuk cooking time dengan syarat setelah pekerjaan saya selesai. 🙈 

Saya beruntung karena pada hari itu mood dia dalam keadaan bagus banget. Dia pun sama sekali tidak mendekati saya. Betul, dia sangat menikmati bermain peran bersama adiknya. Hebatnya, mereka yang biasanya mondar-mandir ke ruang kerja saya, kali ini mereka fokus bermain. Artinya, mereka memang ingin pekerjaan saya cepat terselesaikan. Dengan bantuan kekuatan dewa api ala Pororo, alhamdulillah pekerjaan saya bisa selesai tepat waktu yaitu pukul 14.00 WIB, sesuai dengan yang saya janjikan kepada anak-anak.

Berasa lega, plong ketika pekerjaan selesai. Sayangnya siang itu anak-anak sudah terlihat lelah dan tampak kantuk. Pada akhirnya kegiatan yang sudah kami rencanakan terpaksa tidak terlaksama karena mereka minta ke kamar untuk ditemani tidur siang. Hyaah...cooking time pun gagal. Sedih banget. Tapi Mbak Wita minta untuk minggu depan jadi cooking time. Pilihannya antara masak perkedel tahu atau membuat puding cokelat. 

Kebetulan minggu ini kami tidak ada agenda keluar rumah karena Senin Wita sudah mulai Ujian Akhir Semester (UAS). Setidaknya dengan melakukan kegiatan di rumah tidak menyisakan lelah atau capek yang berlebih, ya. Nah, karena teman sepermainannya datang ke rumah, Wita langsung menagih janji untuk "bermain" di dapur. Kali ini pilihannya jatuh pada membuat puding cokelat seperti yang sudah saya tulis di awal. 😂

Outing Class Ala Omah CERIS.

Outing Class adalah kegiatan belajar mengajar yang diadakan di luar kelas. Outing Class ini merupakan media yang paling efektif dan efisien dalam menyampaikan pembelajaran yang bukan didasarkan dari teori saja tapi juga pembuktian di lapangan secara langsung. Seserius ini pengertiannya, ya. Membaca sekilas tentang outing class, saya jadi merasa salah mengambil judul. Mau ubah judul artikel, tapi saya merasa judul ini paling cocok digunakan. Hahaha.

Outing Class ala Omah CERIS ini bukan outing class sungguhan ya, Bun. Kami hanya melakukan kegiatan bersama anak-anak untuk happy-happy saja. Dan Omah CERIS ini saya tandai di Google Maps sebagai tempat tinggal saya bersama keluarga. Jadi, untuk kegiatan outing class untuk mereka, kemungkinan akan bertempat di rumah Wita atau Omah CERIS. 🤭

Ini kali pertama anak saya bersama Keisha dan Al melakukan outing claas di Omah CERIS degan melakukan kegiatan bersama di dapur. Mereka cukup sering main di rumah kami. Saya pun menjadi paham betul karakter masing-masing. Sampai hafal gerak gerik mereka ketika salah satu mulai sudah tidak nyaman. Ada yang kadang langsung pamit pulang, ada yang melaporkan, ada yang tiba-tiba nangis, ada juga yang memilih untuk diam di pojokan seperti sedang menenangkan diri. Ah...tiga anak ini sudah seperti pelangi, rupa-rupa warnanya. Hahaha.

Sekali lagi, outing class ala Omah CERIS merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan anak-anak di luar kesibukannya belajar di sekolah. Outing class ini juga masih suka-suka, ya. Tapi siapa tahu bisa rutin minimal tiap dua minggu sekali, kalau lagi senggang boleh lah mencontoh tema outing class seperti yang ada di Sekolah. Eh..tapi berat ya, Bun. Pilih yang ringan-ringan saja, yang berat biar Dilan saja yang merasakan. 🤣

Seperti apa keseruan outing class ala Omah CERIS di sesi pertama? Nantikan di aritkel berikutnya, ya. 😉
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Memiliki orang tua yang peduli dengan kekuatan baik dari dalam (inner strength) anak adalah salah satu anugerah yang tak ternilai dalam hidup. Apalagi ketika orang tua juga paham betul tentang fitrah bakat pada anak, mungkin tidak ada anak yang sampai merasa takut karena tidak mendapatkan peringkat di kelasnya. Anak-anak pun akan lebih semangat menjalankan rutinitas harian dan mengerjakan hal-hal baik karena mendapatkan support penuh dari orang tuanya.

Ngomongin tentang inner strength, saya merasa beruntung dan bangga memiliki orang tua yang sangat peduli dengan kekuatan baik dari dalam diri anak-anaknya. Mereka tidak pernah mengharuskan kami mendapatkan nilai bagus ketika tiba waktunya pelaksanaan Ujian Akhir Semester (UAS). Mereka adalah orang tua yang paling bisa menerima ketika kami belum bisa naik ke jilid berikutnya di Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA). Mereka tidak pernah marah-marah sekalipun kami melakukan kesalahan. Dan yang terus lekat dalam ingatan ini, mereka terus mengarahkan pada hal-hal baik, memberi pilihan ketika kami mulai terlihat bimbang akan suatu hal, dan selalu hadir di tengah-tengah kami.

Orang Tua Sebagai Pemeran Utama Dalam Menumbuhkan Inner Strength

Orang Tua Sebagai Pemeran Utama Dalam Menumbuhkan Kekuatan Baik Dari Dalam (Inner Strength) Anak.

Saya masih ingat betul ketika duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), ada teman yang suka berulah dan mengganti nama semau sendiri dengan maksud mengejek. Kalau terjadi pada saat ini, bisa masuk kategori bully, ya. Awalnya saya biarkan saja dia ngomong sampai capek. Saya juga tidak memberikan respon apapun. Tapi lama-lama saya kesal dan memilih untuk pulang padahal masih di jam istirahat.

Bapak saya yang saat itu di teras, kaget ketika melihat saya lari dalam keadaan menangis. Sambil terisak-isak, saya menceritakan apa yang telah terjadi di Sekolah. Bapak saat itu hanya memberikan senyuman dan memangku saya. Kedua tangannya menggenggam tangan saya yang basah karena baru mengelap air mata. Bapak belum menyampaikan apapun, tetapi genggaman tangannya seolah berbicara dan seperti sedang mentransfer kekuatan. 

Banyak pelajaran berharga yang saya dapatkan dari orang tua saya. Makanya ketika saya menjadi orang tua, banyak hal-hal baik yang pernah saya dapatkan dari mereka kemudian saya bagikan kepada Kecemut dan Wildan. Saya juga cukup sering menerapkan pola asuh mereka untuk anak-anak saya, karena saya merasa sangat nyaman, aman, dan bahagia memiliki orang tua yang terus memberikan rasa sayang dan menumbuhkan rasa percaya diri. Dan alhamdulillah...meskipun mendapatkan pelajarannya pulan tahun silam, tapi untuk penerapan saat ini masih sangat bisa diterima oleh anak-anak saya.

Orang tua memang sebagai pemeran utama dalam menumbuhkan kekuatan yang baik dari dalam atau yang disebut dengan inner strength. Dan orang tua paling bisa menggerakkan hati anak-anak dengan berbagai macam cara. Salah satunya yaitu dengan sentuhan kasih sayang yang sering bikin melting. Meskipun kekuatan baik dari dalam adalah bawaan sejak lahir, tapi setidaknya orang tua bisa mendukung anak untuk terus menumbuhkan kekuatan tersebut sampai pada akhirnya anak dapat mewujudkan mimpi dengan inner strength yang dimilikinya.

Yuk, Wujudkan Mimpi Anak Dengan Inner Strength yang Dimilikinya.

Kekuatan baik dari dalam (inner strength) anak adalah kekuatan mental yang tercerminkan oleh kekuatan karakter pada setiap anak. Contohnya seperti Percaya Diri, Pemberani, Tangguh, dan Baik Hati. Saya terbayang betapa hebatnya anak-anak jika orang tua dapat mendukung inner strength yang mereka miliki sejak usia dini. Orang tua dapat memberikan dukungan dalam menumbuhkan kekuatan baik dari dalam dengan berbagai macam cara untuk dapat mewujudkan mimpinya. Sudah pasti sangat seru, bukan.

Anak renang tanpa didampingi orang tua

Teman saya yang saat ini berprofesi sebagai guru SD pernah memberikan pesan kepada saya. Intinya, jika saya punya dana lebih untuk pendidikan anak, maka anggarkan untuk les bakat atau minat sesuai dengan potensi yang dimiliki anak. Jika orang tua belum tahu bakat anak di bidang non akademik, maka bisa memberikan stimulus atau melakukan observasi pada jenis kegiatan yang dapat membuat anak senang ketika melakukannya. Dia juga menambahkan, bahwa belajar di bidang akademik pada dasarnya cukup di bangku sekolah dengan ditambah pendampingan dari orang tua saat di rumah.

Kali ini saya sepakat!

Dan siapa sangka, keberanian Kecemut pergi ke Cangkring ternyata dapat membuka jalan untuk mewujudkan mimpinya. Iya, setelah sekian tahun saya terus menggali potensi yang dimiliki oleh Kecemut, ternyata dia sangat menikmati kegiatan olahraga renang. Saya dapat melihatnya ketika dia akan pergi ke kolam renang. Semangatnya luar biasa. Sesampainya di lokasi, dia adalah orang pertama yang meminta saya untuk cepat-cepat membeli tiket masuk. Antusiasnya begitu tinggi, dia tidak sabar untuk terjun dan menggerakkan tangan dan kakinya di dalam air.

Dari usia dua tahun, kami sudah mulai mengenalkan olahraga renang kepada Kecemut. Saat itu, kami memilih Serayu Park sebagai tempat pertamanya mengenal kolam renang. Namun, kami tidak menyangka dia bisa ada pada titik ini. Meskipun belum lancar karena masih belajar berasama pelatihnya, saya sangat mengapresiasi keberaniannya untuk mencoba olahraga ini. Dan saya juga mulai melihat rasa percaya dirinya ketika berada di dalam kolam. Gerakannya mulai teratur. Dia juga sudah berani mengajak Ayahnya untuk balapan renang padahal belum saatnya. Masya Allah!

Wujudkan Mimpi Anak Dengan Inner Strength yang Dimilikinya.

Berbeda dengan Kecemut, anak kedua saya, Wildan suka beberapa jenis olahraga. Usianya saat ini 2.5 tahun. Tapi dia sangat menikmati ketika saya ajak lari-lari. Meskipun hanya berputar mengelilingi lapangan, tapi semangatnya terlihat. Selain lari, dia juga senang main sepak bola bersama Ayahnya. Menurut suami, dia terlihat ada bakat dalam sepak bola. Di usia yang masih sangat dini, tapi dia terlihat sangat fokus dalam menendang dan menangkap bola. Gerakannya pun terlihat beraturan, tidak asal menendang.

Terlepas kelak akan menekuni olahraga bola atau tidak, terpenting kami sudah membelikan bola dan mendampinginya bermain saat dia terlihat ingin bermain bola. Kalau ngomongin harapan, sih, ketika bakat main sepak bola terus telihat, kami pasti akan mendukungnya. Boleh lah ikutan Biskuat Academy.

Yuk, Ajak Anak Mengikuti Biskuat Academy 2022 dan Menjadi Generasi Tiger Indonesia.

Biskuat Academy adalah rangkaian acara tahunan dari Biskuat untuk memberikan pembelajaran olahraga bagi anak Indonesia. Sementara #GenerasiTiger merupakan gerakan yang diluncurkan oleh Biskuat untuk mendorong orang tua memberikan dukungan penuh terhadap pengembangan kekuatan dari dalam. Jujur, melihat anak berprestasi di bidang akademis pasti membuat orang tua bangga. Namun, sebagai orang tua juga harus memahami potensi fitrah bakat anak. Dengan mengenali bakat anak dengan baik akan membantunya di masa depan untuk menemukan peran hidupnya.


Biskuat mengajak para orang tua, guru, pemerintah, serta masyarakat Indonesia untuk bersama-sama menciptakan Generasi Tiger Indonesia. Melalui gerakan ini, Biskuat berharap agar anak tidak hanya mengandalkan kekuatan fisik, nilai akademis, perolehan medali dalam kompetisi tetapi juga kekuatan dari dalam anak yang sesungguhnya. Biskuat juga mengajak orang tua Indonesia untuk menciptakan #GenerasiTiger, generasi yang memiliki karakter tangguh, baik hati, pemberani, dan percaya diri.

FYI, Biskuat Academy telah mendukung kekuatan baik dari dalam anak Indonesia sejak 2019. Nah, untuk dapat mengikuti Biskuat Academy 2022, kalian cukup membeli produk Biskuat dan mengirimkan pesan melalui aplikasi WhatsApp ke nomor 0812 1222 5919. Biskuat menghadirkan dua varian rasa yaitu original dan cokelat. Biskuit dari Biskuat ini dilengkapi dengan 9 Vitamin dan 6 Mineral. Kalian bebas mau beli rasa apa, sesuka kalian. Mau beli di mana saja, terpenting pilih Biskuat yang kemasannya khusus, yaitu yang ada gambar bolanya. 

Keterangan selengkapnya tentang cara mengikuti Biskuat Academy 2022 bisa baca di info grafis berikut ini. Atau, kalian bisa langsung menuju laman web https://www.biskuatacademy.com/.

Ajak Anak Mengikuti Biskuat Academy 2022

Dengan bergabung di Biskuat Academy 2022 artinya kalian mempunyai kesempatan untuk memenangkan tur ke stadion Internasional. Hayo, orang tua mana yang tidak bangga ketika melihat anak-anaknya dapat mewujudkan mimpi dengan inner strength yang dimilikinya? 

 "Artikel ini diikutsertakan pada lomba KEB X Biskuat Academy"
Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar

Hello, Bunda! Salah satu yang menjadi dilema bagi Ibu yang mempunyai peran ganda yaitu perihal pola asah dan asuh anak. Terlebih bagi mereka yang nyaris menghabiskan separuh waktunya untuk melakukan aktivitas di luar rumah. Kadang ada kekhawatiran yang mendalam jika perkembangan anak tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya. 

Banyak orang tua yang menginginkan anak dapat berkembang sesuai dengan apa yang sudah menjadi angan-angannya dalam versi yang tebaik. Terus, kalau ternyata hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan angan-angan, seorang Ibu biasanya akan menyalahkan diri sendiri. Terutama bagi Ibu bekerja kadang bisa menyebabkan burnout, merasa semua ini terjadi karena Ibu tidak bisa mendampingi anak-anak secara maksimal, sampai muncul perasaan bahwa telah menjadi orang tua yang gagal.

Dulu, saya kerap mengkambinghitamkan pekerjaan, lho. Demi apa, coba. Padahal saya sangat menikmati gajian untuk belanja segala kebutuhan saya dan keluarga. Rasanya tidak adil, bukan? Dan ketika kondisi hati saya tidak dalam keadaan baik-baik saja, ini sangat berpengaruh pada tumbuh kembang anak-anak. Ketika orang tua mudah marah, anak pun bisa lebih sensitif dari orang tua.

Kenapa Dapat Terjadi Kebiasaan Buruk Pada Anak

Kenapa Kebiasaan Buruk Dapat Terjadi Pada Anak?

Ada banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan anak, salah satunya yaitu dari cara mendidik anak. Bisa saja pola asah dan asuh yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari tidak satu pemahaman antara orang tua dan orang yang setiap harinya berada di dekat anak-anak. Misalnya, karena orang tua harus bekerja, mereka menitipkan anak-anak kepada Asisten Rumah Tangga (ART).

Setiap orang tua pasti akan berusaha mendidik anaknya dengan benar. Harapannya, anak akan tumbuh dan berkembang menjadi anak baik, sesuai fitrahnya. Namun ketika orang tua tidak bisa membersamai anak 24 jam karena suatu hal. Kemudian memilih untuk menitipkan anak kepada ART, Mbah, atau tempat penitipan anak, kadang ada kebiasaan baik yang pelan-pelan sirna.

Perbadaan pola asuh menjadi hal yang sangat wajar karena batas toleransi setiap orang pasti berbeda. Saya dan suami mempunyai prinsip, anak-anak harus bisa merapikan tempat tidur masing-masing. Bahkan, setiap membersihkan kamar pun kami berusaha selalu melibatkan anak-anak meskipun di rumah ada ART. Namun ternyata ART atau Mbah nyaris tidak pernah meminta anak-anak untuk membersihkan kamar tidur. Alasannya karena ada ART, semua pekerjaan rumah bisa dilakukan oleh ART. Salah? Tidak, dong. Tapi ini bisa menjadi salah satu penyebab kebiasaan buruk pada anak.

Nah, kalau sudah seperti ini, harus ada komunikasi dengan ART atau orang yang selalu berada di dekat anak-anak. Memberikan pemahaman langsung, tidak cukup hanya dengan menggerutu karena tidak akan menyelesaikan masalah.

Lalu, apakah ada faktor internal lainnya? Banyak, Bund! Diantaranya yaitu karena anak-anak melihat kebiasaan buruk yang dilakukan oleh orang tua atau orang-orang yang ada di sekitarnya. Nah, kalau ini koreksinya cukup mudah ya, Bun. Mudah tapi juga tidak gampang karena harus sama-sama berjuang menjadi role model buat anak-anak. Hahaha.

Faktor eksternal atau yang datang dari luar rumah juga bisa menjadi penyebab anak melakukan kebiasaan buruk. Faktor ini bisa menjadi susah untuk dikendalikan karena orang tua tidak mempunyai kontrol penuh pada anak-anak ketika mereka berada di luar rumah. Namun, orang tua masih bisa mendapatkan akses untuk berkomunikasi dengan anak-anak dan memberikan dukungan untuk terus menjadi anak baik. 

5 Kebiasaan Baik yang Dapat Mendukung Pertumbuhan Anak-anak.

Membangun anak memiliki karakter yang positif menjadi idaman bagi setiap orang tua. Banyak pakar parenting yang berpendapat bahwa perkembangan anak pada masa golden age dapat memberikan efek berkelanjutan. Mereka juga mengharapkan para orang tua, pendidik, dan pengasuh dapat mendampingi anak secara maksimal pada masa ini sehingga anak dapat memiliki kemampuan kognitif dan perkembangan fisik yang baik.

5 Kebiasaan Baik yang Mendukung Pertumbuhan Anak-anak.

Nah, berikut beberapa kebiasaan baik yang dapat mendukung pertumbuhan anak-anak:

1. Belajar Moral Sejak Dini.

Saya pernah mengajak Kecemut, anak pertama saya silaturahim ke rumah rumah saudara dari suami. Baru singgah beberapa menit, dia rewel minta pulang. Saya pikir, ini hal biasa karena anak-anak kadang tidak betah di rumah orang lain. Tapi ternyata kejadian seperti ini tidak hanya terjadi satu kali.

Saat itu usia Kecemut masuk 3 tahun. Dia sudah bisa diajak berkomunikasi, ngobrol, bahkan kadang dia juga memberikan pilihan ketika kami meminta pendapatnya. Mulai dari sini, saya dan suami mulai memberikan pengertian perihal bertamu. Apa yang harus dilakukan dan apa saja yang tidak boleh dilakukan ketika sedang berada di rumah orang lain.

Mengajarkan tentang moral sejak dini bisa dilakukan dengan cara-cara yang menyenangkan, seperti diambil dari buku cerita, storytelling dengan boneka atau robot-robotan. Ada banyak manfaat ketika memberikan pelajaran moral dari setiap permainan yang dilakukan bersama, salah satunya yaitu mengembangkan kecerdasan emosional (EQ). Anak-anak pun dapat memiiliki kepribadian dan karakter yang positif. 

2. Tidak Membuang Sampah Sembarangan. 

Wildan, anak kedua saya kebetulan jarang jajan di warung. Tidak seperti Mbaknya yang sejak usia dua tahun sudah kenal permen yipi yupi hai. Hahaha. Uniknya, nih, Wildan cukup susah diarahkan untuk tidak membuang sampah sembarangan sekalipun sedang di rumah yang mana saya menyediakan beberapa tempat sampah di sekitar rumah.

Kami beruntung karena Mbaknya sudah terlatih membuang sampah sejak dini. Jadi, selain saya dan suami, ada Kecemut yang terus mengingatkan Wildan untuk membuang sampah ketika dia selesai makan jajan. Selain bentuk kebiasaan baik, ini dapat melatih anak untuk bertanggung jawab yang mana sikap ini juga bisa menjadi kebiasaan baik.

Selain rajin mengingatkan untuk tidak membuang sampah sembarangan, kita juga bisa menyampaikan kepada anak-anak tentang dampak negatif membuang sampah tidak pada tempatnya. Seperti dapat membuat orang lain terpleset, ketika dia membuang kulit pisang sembarangan.

3. Mengonsumsi Makanan Gizi Seimbang.

Kebiasaan baik yang nomor tiga ini berat banget, Bun. Apalagi jika tidak dilakukan sejak dini. Karena pada usia dua tahun ke atas, anak-anak sudah bisa memilih makanan yang mereka suka padahal belum tentu dibutuhkan oleh tubuh.

Membiasakan konsumsi makanan dengan gizi seimbang memang tidak mudah. Ada baiknya orang tua mengenalkan manfaat atau kandungan makanan yang akan dikonsumsi anak-anak. Paling tidak, mereka paham dengan makanan dan minuman yang menjadi tubuh lebih sehat, begitu pun sebaliknya. 

4. Istirahat yang Cukup.

Menerapkan kebiasaan baik dengan melakukan istirahat yang cukup akan mempengaruhi kondisi fisik anak-anak. Bahkan, anak-anak yang kualitas tidurnya kurang menjadi sering rewel karena timbul emosi negatif. Berbeda dengan poin nomor 3, orang tua dapat menerapkan kebiasaan nomor 4 ini dengan mudah asalkan anak-anak diberitahu tentang jadwal istirahatnya. Seperti jam tidur siang, jam tidur malam, sampai dengan bangun pagi. Dan ketika sudah menjadi kebiasaan, mempunyai kebiasaan bangun pagi pun banyak manfaatnya buat mereka.

Istirahat yang cukup bisa dibilang sebuah investasi karena efeknya dapat dirasakan oleh jiwa dan juga raga. Jadi, jangan lupa masukkan ke dalam list kebiasaan baik ya, Bun.

5. Menjaga Kebersihan dan Kerapian.

Memulai aktivitas pagi hari dengan mandi dan gosok gigi menjadi contoh dari kebiasaan baik menjaga kebersihan. Kemudian, sebelum sarapan usahakan untuk dibiasakan cuci tangan yang merupakan bagian dari menjaga kebersihan. 

Yups, pada pagi hari, ada banyak kegiatan terkait menjaga kebersihan. Terbayang kalau sudah menjadi kebiasaan kan, Bun. Ada banyak kegiatan baik yang dapat dilakukan anak-anak. Belum lagi jika anak-anak sudah bisa membantu Ibu mencuci piring. Di usia lima tahun, kami mulai melibatkan Kecemut untuk turut mencuci piring dan menyapu. Alhamdulillah dia menjadi anak yang peka. Bahkan sesekali dia mulai bisa mengajak adiknya untuk menyapu. Atau, kegiatan paling sederhana yang membuat ruang makan tampak lebih rapi yaitu dengan kembali memasukkan kursi yang telah dipakai. Dan jujur, ini membuat saya bahagia ketika melihatnya.

Menerapkan Kebiasaan Baik Kepada Anak Sejak Dini.

Buat Ibun dan Ayah yang sehari-hari harus bekerja seperti saya dan suami, tetap optimis perihal pola asah dan asuh anak. Kita masih tetap bisa memperlihatkan atau memberikan contoh kebiasaan baik kepada anak-anak di sela-sela waktu yang kita miliki. Apalagi hal ini dapat mendukung pertumbuhan anak.

Lebih dari itu, dalam hal menitipkan anak, orang tua memang harus betul-betul pasrah. Pasrah ini tidak hanya kepada ART, Mbah, atau tempat penitipan anak. Tapi juga menyerahkan sepenuhnya kepada Allah. Sebagai orang tua, kadang saya tidak sengaja lupa bahwa apa pun yang akan terjadi nantinya, semua atas kehendak Allah. Tiba-tiba anak punya keinginan untuk ke kolam renang Cangkring tanpa pendampingan orang tua, misalnya. Itu sudah menjadi kehendakNya meskipun sebagai orang tua tetap merasa syok karena merasa tidak pernah mengajari anak untuk pergi jauh tanpa pendampingan orang tua.

Orang tua akan merasa lebih ringan ketika kebiasaan baik mulai diajarkan kepada anak sejak dini. Karena jika penerapannya bisa dilakukan secara terus menerus, dampak positif juga akan terasa hingga nanti. Makanya, tidak heran ketika anak-anak yang masih dalam usia emas ini sangat mudah untuk "diajak ke mana saja". Orang tua yang sudah paham akan hal ini, pasti akan sangat memanfaatkan momen usia emas dengan memberikan arahan baik kepada anak-anak, mengajarkan hal-hal baik termasuk menerapkan kebiasaan baik kepada anak. 

Yups, mereka betul-betul memanfaatkan fase golden age yaitu pada usia 0-5 tahun karena pada fase ini pertumbuhan anak berkembang begitu pesat.

Share
Tweet
Pin
Share
4 komentar
Hai, Parents! Akhir pekan di minggu pertama bulan November, saya merasa bahagia ketika melihat anak pertama kami, Kecemut terlihat semangat berkolaborasi dengan Ayahnya mengerjakan tugas dari gurunya. Ya...demi apa sudah waktunya buat jeda dari rutinitas sekolah, tapi semangat dia masih terjaga. Saya melihatnya bukan sisa-sisa semangat, melainkan semangat yang masih utuh. Alhamdulillah. ❤️

Hati Ibun tiba-tiba melting. Saking bahagianya, terus bergumam "duh...jadi ingin rasanya memberikan reward kepada Kecemut, nih."

Iya, hati seorang Ibu memang kadang selemah itu. Eh...bukan lemah, sih. Tapi mudah tersentuh. Apalagi ditambah dengan tingkah laku anak kedua kami, Wildan yang kerap menambah energi positif bagi kami. Rasanyaaa....melihat anak-anak melakukan kebaikan sedikit saja ingin mengajaknya kencan, makan es krim bareng, membelikan aksesori baru, mainan baru, atau apa lah yang sekiranya membuat mereka bahagia.

Namun tidak lama kemudian, mungkin masih dalam menit yang sama, ada bisikan entah dari mana arahnya. Kira-kira bisikannya seperti ini "Eh...sepertinya berlebihan. Anak-anak menyelesaikan tugas dari gurunya adalah hal yang wajar, bukan? Dan itu memang sudah menjadi kewajibannya sebagai siswa." 

Hmmm...perasaan seorang Ibu memang kadang suka berubah-ubah secepat kilat. Tapi tidak usah heran, ya. Mungkin kalian pernah melihat dengan mata kepala sendiri ketika seorang Ibu sedang melakukan tawar menawar suatu barang. Sudah hampir deal, tiba-tiba membatalkan penawarannya dan memilih untuk balik badan atau putar arah. 🤣 

rekomendasi reward untuk anak-anak usia 7-12 tahun

Tanyakan Apa yang Sedang Dibutuhkan Anak.

Anak-anak yang saya maksud di sini adalah early childhood (anak kecil) dengan usia antara 1-6 tahun, dan later childhood (anak besar) dengan rentang usia antara 6-12 tahun. Jadi, buat yang mencari rekomendasi untuk anak usia 12 tahun ke atas, bisa di-skip, ya. Khawatir tidak related. 🤭 

Saya adalah tipe Ibun yang jarang memberikan kejutan untuk anak-anak dan juga suami. Saya lebih sering "meraba-raba" apa yang sekiranya sedang mereka butuhkan, lalu mengkonfirmasikan apakah ilmu penerawangan saya ada yang menyerempet sekalipun judulnya adalah hadiah. Saya merasa lebih klop jika memberikan sesuai dengan kebutuhan, bukan keinginan. Karena nilai manfaatnya akan lebih terasa.

Jadi, tidak ada salahnya untuk bertanya kepada anak-anak apa yang sekiranya sedang mereka butuhkan. Tapi, sesekali memberikan hadiah untuk mereka tanpa konfirmasi terlebih dahulu boleh lah. Karena Ibu biasanya memang paling tahu. Eh, paling tahu atau sok tahu, sih? 😆

Orang Tua Dapat Memberikan Penawaran Atau Rekomendasi.

"Pengen hadiah apa dari Ibun, nih?" Anak-anak disodorin pertanyaan seperti ini girang bukan main. Otak langsung merespon, kemudian keluar lah satu per satu barang yang mungkin selama ini sudah menjadi waiting list. Dulu, saya pernah merasakan demikian saat orang tua saya menawarkan hadiah.

"Duh...sepeda atau tas baru, ya? Bingung!" 🤭

Nah, saat anak belum punya gambaran atau masih bingung dengan pilihannya, orang tua bisa memberikan penawaran atau rekomendasi hadiah. Berikut 5 rekomendasi reward yang cocok buat anak-anak:

5 rekomendasi reward untuk anak-anak

🖐🏻Playground Menjadi Alternatif Bagi Anak-anak.

Lima hari kerja bagi Ibun, enam hari kerja bagi Ayah, dan anak menjalani rutinitas sebagai pelajar selama enam hari dalam seminggu. Setelah berjibaku dengan rutinitas harian yang kerap menguras tenaga dan pikiran, memberikan reward bagi untuk bersenang-senang di playground dapat menjadi alternatif. Playground atau tempat bermain dapat menjadi rekomendasi hadiah bagi anak-anak. Hormon Dopamin sudah pasti menyapa anak-anak. Dan orang tua pun dapat merasakan kebahagiaan ketika melihat mereka bahagia.

🖐🏻 Mengajak Anak-anak Ke Toko Buku.

Kedua anak kami kebetulan suka bercerita. Setiap malam sebelum tidur saya membacakan dongeng buat mereka. Buku cerita yang kami punya belum banyak. Makanya tidak heran jika ada beberapa buku yang mereka sudah hafal ceritanya. Untuk menambah koleksi buku bacaan, orang tua dapat memberikan penawaran untuk membeli buku sebagai bentuk reward.

🖐🏻Memilihkan Mainan Sesuai Dengan Kebutuhannya.

Menawarkan mainan menjadi salah satu rekomendasi hadiah untuk anak-anak. Ini sudah dipastikan anak-anak merasa senang. Selain mainan bertambah, mereka bisa "cuci mata" melihat mainan-mainan yang dipajang di etalase toko mainan. Iya, kami lebih memilih membeli mainan di toko offline supaya mereka dapat melihat dengan nyata "surga mainan". 😂 Ada baiknya orang tua memberikan rekomendasi mainan sesuai dengan kebutuhan anak, bukan sesuai dengan keinginan. Ya...tahu sendiri, anak-anak kalau sudah lihat mainan kadang suka lupa diri. Sebelas dua belas dengan Ibun kalau sudah lihat kosmetik. 

🖐🏻Mengajak Anak-anak ke Sunday Morning.

Penawaran kali ini cukup unik. Tahu sunday morning a.k.a Sunmor kan, Bun? Semacam pasar kuliner yang digelar tiap minggu pagi. Biasanya kegiatan ini dibarengi dengan Car Free Day (CFD). Di kota tempat saya tinggal, Sunmor yang sempat redup saat pandemi, sekarang sudah kembali ramai. Saya menjadikan ini sebagai bentuk hadiah karena mereka dapat memilih apa saja yang mereka inginkan. Bukan lagi yang mereka butuhkan. Ya...kan tinggal di desa jajanan yang ada cuma itu-itu saja.😂 Jadi, kami membiarkan mereka memilih jajan sesuai seleranya, terepenting cocok buat mereka.

Ada surga mainan, ini di Sunmor ada surga jajanan dan aksesori, ya. Gass pol pokoknya!

🖐🏻Mengizinkan Anak-anak Untuk Melakukan Kegiatan Apa Saja. Asalkan.... 🤭

Eh...masih ada kata asalkan. Seperti tidak niat memberikan hadiah, ya. Hahaha. Tidak bermaksud demikian, kok. Anak-anak boleh melakukan kegiatan apa saja asalkan di rumah atau di tempat yang masih dalam jangkauan orang tua. Terbayang ketika memberikan izin kepada anak-anak untuk dapat melakukan kegiatan apa saja, tapi ternyata mereka pergi ke Cangkring. Duh...ini namanya bukan hadiah, tapi musibah. 😩

Reward untuk melakukan apa saja salah satunya kami manfaatkan untuk memberikan akses bermain gadget sampai anak-anak lelah dengan sendirinya. Iya, mereka setiap harinya kami batasi untuk bermain gadget. Jadi, pas kami menawarkan hadiah untuk memainkan smartphonenya sudah pasti bahagia.

Sebenarnya Tidak Ada yang Berlebihan. Namun, Waktu Bisa Menjawab.

Kapan terakhir Ibun dan Ayah memberikan reward kepada anak-anak? Ini dapat menjadi patokan ketika orang tua akan memberikan hadiah kepada anak. Kalau memang sudah lama tidak memberikan penghargaan kepada anak-anak atas sebuah prestasi, kenapa tidak memberikannya. Satu yang menjadi catatan bagi saya, bahwa prestasi itu tidak melulu soal juara. Ya terbayang, kalau anak-anak memang tidak bisa mendapatkan kesempatan untuk menjadi juara di sekolah atau di tempat mereka mengaji, berarti susah untuk mendapatkan reward dari orang tua, bukan?

rekomendasi hadiah untuk anak-anak

Dan memang, tidak ada yang berlebihan. Ketika orang tua merasa kagum dengan sikap yang ditunjukkan anak-anak, saat itu juga orang tua bisa memberikan hadiah. Apalagi jika sudah lama tidak memberikan reward, tidak usah berpikir lama. Langsung saja sampaikan kepada anak-anak tentang kekagumannya dan sampaikan juga kalau ingin memberikan hadiah. Ya...sebelum ada bisikan yang datangnya entah dari mana. 😆

Semoga setelah membaca tulisan ini sudah tidak bingung lagi mau ngasih reward apa untuk anak-anak ya, Parents. Ibun atau Ayah boleh banget menambahkan rekomendasi hadiah untuk anak-anak di kolom komentar, lho. Silakan. 🤗
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Hai, Bun! Apa kabar hari ini? Semoga dalam keadaan sehat wal afiat, ya. Sudah masuk musim hujan, nih. Nyaris setiap hari di Banjarnegara hujan, nih. Setiap hendak pulang kerja pun, saya pasti kehujanan. Betul-betul harus menjaga stamina agar tetap strong! ❤️

Akhir-akhir ini, entah sudah berapa kali saya mengucapkan terima kasih kepada diri sendiri atas pencapaian-pencapaian yang sungguh di luar dugaan. Banyak pekerjaan di bulan ini yang alhamdulillah bisa saya selesaikan tepat waktu. Pekerjaan kantor, pekerjaan sebagai Bloger, alhamdulillah dapat berjalan berdampingan. Sungguh nikmat luar biasa dapat menjalankan dua passion dengan aman meskipun masih menjadi pejuang deadline. Ah...enggak masalah, ya. Terpenting ada niat baik untuk menyelesakannya. 🤣

Lalu, di sela-sela rutinitas sebagai Ibu Bekerja, alhamdulillah saya masih bisa hadir untuk keluarga khususnya anak-anak yang selalu setia menunggu Ibun pulang.

Pengalaman Menyapih Anak Kedua

Memandikan anak, menyiapkan bekal sekolah untuk Kecemut, bercerita tentang aktivitas harian, main mobil-mobilan bersama Wildan, ngobrol-ngobrol cantik bareng suami. Meskipun sesederhana itu, ini nikmat luar biasa bagi saya seorang Ibu Bekerja yang berangkat pagi pulang sore. 🤗 Sesederhana apa pun itu, bisa hadir di tengah-tengah mereka dalam keadaan sehat, tuh, rasanya bahagia tak terkira.

Alhamdulillah...Bisa Kembali Merasakan Nikmatnya Menyapih.

Lebih dari itu, alhamdulillah tahun ini, saya dapat merampungkan salah satu kewajiban saya sebagai Ibu Menyusui yang tak lain adalah memberikan Air Susu Ibu (ASI) kepada anak kedua saya selama 2 tahun penuh. Tepatnya bulan Mei lalu saya bisa kembali merasakan nikmatnya menyapih. Ini juga termasuk pencapaian luar biasa. Apalagi jika ingat perjuangan memberikan ASI Perah (ASIP) kepada anak-anak, banyak godaan yang jika tidak segera saya patahkan mungkin saya tidak bisa memberikan ASI ekslusif sampai anak usia 6 bulan. Dan mungkin, saya juga tidak akan meneruskan aktivitas memerah ASI di tempat kerja untuk memenuhi kebutuhan nutrisi Wildan. Sangat menyedihkan kalau pemberian ASI sampai berhenti sebelum saatnya. 😩

Kini anak kedua saya, Wildan sudah tidak menyusu. Usianya saat ini 2 tahun 5 bulan per Oktober. Saya tidak pernah menyangka akan mendapatkan dua pengalaman berbeda untuk momen menyapih anak-anak. Saya kira pengalaman menyapih anak kedua bakal sama dengan pengalaman menyapih anak pertama. Ternyata tidak. 

Memang, sih, tiap anak itu punya keunikan masing-masing. Selalu ada cerita tersendiri dalam tumbuh kembangnya. Ketika punya lima anak mungkin juga akan mendapatkan lima pengalaman menyapih. Begitu, Bun? 🤭

Belajar Dari Pengalaman Menyapih Anak Pertama.

Punya anak untuk pertama kalinya, tuh, jujur banyak bingungnya. Pada awal-awal anak lahir, saya kerap merasa tidak tega membangunkan dari tidur lelapnya. Kadang sampai tanya kepada diri sendiri, ini anak tidurnya nyenyak banget, kalau dibangunin marah enggak, ya? Terus, saat anak menangis yang tanpa jeda, merintih setelah imunisasi. Kalau sudah lelah, kadang juga sampai menangis dan sempat berucap "apa yang harus saya lakukan?" 

Lalu, sudah saatnya diberikan makanan pendamping ASI, apa saja yang boleh diberikan sebagai pengenalan MPASI. Memilih buah yang paling bagus, eh ternyata anak belum berminat buat mencobanya. Sayur apa saja yang bisa diberikan ke anak untuk tahap pengenalan, browsing-browsing sampai mumet sendiri. Hahaha. 

Lanjut, sudah dua tahun, seharusnya saya setop pemberian ASI tapi saya belum tega, apa yang harus saya lakukan? Bingung lagi, kan. 🤣 Berbagi pengalaman dengan teman menjadi alternatif sebelum otak penuh dengan tanda tanya. Termasuk sharing tentang menyapih anak pertama yang banyak dramanya. 🤭

Saya pernah hendak menyapih anak pertama tapi gagal terus. Ini terjadi karena saya belum siap menyapih anak. Dalam hati dan pikiran saya, kadang bermunculan prasangka-prasangka buruk yang pada akhirnya membuat saya tidak yakin untuk menyapih anak. Pesan saya dari hati yang paling dalam 🤭, meskipun ada rasa khawatir atau bahkan rasa kangen memberikan ASI kepada anak, Ibun harus ikhlas dan yakin bahwa anak sudah siap untuk tidak menyusu Ibunya ketika sudah usia 2 tahun. 

Ibun juga harus lebih realistis tapi tetap melibatkan hati, sih. Karena jika terus mengulur waktu menyapih, ini tidak akan membuat anak dan Ibun lebih baik. Karena pada usia dua tahun, anak akan mulai belajar mandiri. Banyak aktivitas seru yang akan dikenalkan kepada anak. Terbayang saat Ibun masih mempertahankan untuk memberikan ASI dengan usia 2 tahun atau bahkan lebih. Bisa jadi maunya nempel terus sama Ibunnya, nempel karena pingin ngempeng. 🤣

cara menyapih anak dengan benar

Memberikan Pengertian Sejak Dini.

Saya masih punya simpanan artikel yang berjudul 2 Tahun Wildan. Pada artikel tersebut, saya menceritakan tentang momen ulang tahun kedua anak laki-laki saya. Momen ulang tahun kedua saya jadikan patokan untuk dia tidak menyusu Ibun.

"Mamas, nanti kalau udah ulang tahun, berarti Mamas sudah tidak nenen Ibun." Pengertian ini terus menerus saya sampaikan kepada Wildan.

Saya tidak pernah bosan untuk memberikan pengertian dan pemahaman tentang setop menyusu kepada Wildan. Saat menyampaikan hal itu, hati ini ada nyeri-nyeri, sih. Tapi memang harus disampaikan supaya anak semakin paham dan tidak kaget ketika Ibun tidak membuka akses enen. 😆

Manfaatkan Momen Ulang Tahun.

Saya mencoba menerjemahkan raut wajah Wildan ketika saya menyampaikan perihal menyapih, mungkin momen ulang tahun menjaadi momen yang sangat tidak ditunggu-tunggu atau sangat tidak diinginkan oleh Wildan. Saya pun merasa kalau dia tidak begitu antusias ketika saya membelikan kue ulang tahun untuknya. Kejadian ini sangat berbeda dengan Mbaknya yang mana dia selalu menunggu momen ulang tahunnya padahal sebelumnya sudah saya sampaikan bahwa setelah ulang tahun kedua, Mbak sudah tidak boleh menyusu Ibun lagi. Tapi memang beda.🤭

Namun saya tidak patah semangat. Saya merasa jika momen ulang tahun kedua dapat dimanfaatkan sebagai cara untuk sounding kepada anak ketika akam disapih. Ini baru saya coba sekali, sih. Jadi meskipun belum yakin 100%, paling tidak ada komunikasi yang pasti dan tidak setengah-setengah. Besok saya coba lagi untuk anak ketiga, ya. Siapa tahu tips yang satu ini tingkat keberhasilannya 80%. Eh...Insya Alloh otw anak ketiga. 😆

Lebih "Seru" Menyapih Anak Pertama atau Kedua?

Pengalaman saya, lebih sabar menyapih anak pertama. Ibun lebih baper dan kesiapan menyapih belum maksimal. Sekalipun suami dan orang terdekat sudah mendukung, tapi jika Ibun memang betul-betul belum siap, yang terjadi adalah "anda belum beruntung atau anda belum berhasil, silakan coba lagi." 🤭

Menyapih anak pertama memang harus kuat mental. Berbeda dengan anak kedua. Tetap harus menyiapkan mental yang tangguh, tapi kali kedua ini berbeda. Sudah lebih siap dan sudah paham bagaimana mengatasi emosional pada diri sendiri dan juga anak. Saya merasa sudah lebih siap menyapih untuk anak kedua.

Bagaimana dengan pengalaman Bunda saat menyapih anak? Boleh lah sharing penglaman seru menyapih anak-anak. 😉
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

Cari Di sini

Perkenalkan...

Hai...perkenalkan, saya Idah. Ibuk dari dua anak dan satu-satunya admin di blog ini.

Rutinitas saya saat ini sebagai Ibu Rumah Tangga sekaligus Ibu Pekerja Kantoran. Kami sekarang tinggal di Kota Dawet Ayu, Banjarnegara, Jawa Tengah.

Oiya, jika ingin komunikasi, bisa melalui akun instagram kami @cerisfamily atau kontak langsung melalui email cerisfamily@gmail.com. Terima kasih.

On Youtube

Fans Page

CERIS Family

Blog Archive

  • ▼  2025 (9)
    • ▼  Mei (2)
      • "Si Manis" yang Mengintai: Cerita di Balik Jajanan...
      • Pet-Loving Dads Edition: Custom Gifts Featuring Th...
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2024 (39)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (10)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2023 (28)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (4)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2022 (14)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2021 (12)
    • ►  September (2)
    • ►  Juni (3)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2020 (17)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2019 (42)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Mei (26)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2018 (37)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2017 (61)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (8)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2016 (62)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (7)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2015 (63)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (9)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (10)
    • ►  Juni (12)
    • ►  Mei (2)

Popular Posts

  • Biaya USG 4 Dimensi di RS Panti Nugroho
  • Tujuan Pemeriksaan HB dan HBsAG untuk Ibu Hamil
  • Tip Agar Jahitan Pasca Melahirkan Cepat Kering

recent posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Part Of Community


Blogger Perempuan
mamadaring
Seedbacklink

Follow Us!

Social Media

Facebook Twitter Instagram Youtube Blog Ibu

MageNet

0ccdff8bd3766e1e4fdd711a2ad08ee5151bd247

Created with by ThemeXpose