• Home
  • About
  • Jasmine
  • Wildan
  • Hiroku
  • Kesehatan
  • Tumbuh Kembang
  • Parenting
  • Jalan Jajan

Hello, Parents! Sebagai orang tua yang anaknya sudah masuk dunia pendidikan pasti tidak asing dengan kegiatan market day, ya. Saat ini, banyak sekolah yang mengadakan kegiatan tersebut yang mana memiliki tujuan untuk menumbuhkan jiwa entrepreneurship pada anak-anak. Kabar bahagianya, kegiatan ini mulai dilakukan di bangku Sekolah Dasar (SD), tidak hanya dilakukan oleh anak-anak SMP atau SMA.

Ide Belajar Bisnis Untuk Anak-Anak

Selain pro dan kontra tentang anak dijadikan konten, mengajak anak belajar berbisnis di usia dini bisa juga menimbulkan pro dan kontra, lho. Tentu kontra ini terjadi di luar kegiatan sekolah, dong. Maksudnya, saat sekolah sedang tidak melaksanakan kegiatan market day tapi ada anak yang membawa barang ke sekolah dengan maksud untuk dijual. Bisa jadi ada beberapa orang tua yang memberikan komentar tidak menyenangkan hati. Misalnya, masih kecil sudah disuruh cari uang. Atau, bukannya sekolah disuruh fokus belajar malah disuruh sambil jualan. Orang tua macam apa! Hahaha.

Ya...kira-kira komentar-komentar "sedap" seperti di atas kadang menjadi perbincangan hangat di kalangan orang tua atau wali murid yang melihat langsung ada anak sedang belajar berbisnis di sela sela jam istirahat atau saat pulang sekolah. Mungkin bisa juga menjadi perbincangan tetangga atau saudara ketika melihat anak-anak usia dini berjualan di sekitar rumah. Duh...anak-anak bisa patah hati, nih, kalau sampai dengar cap cis cus dari orang-orang yang tidak tahu atau tidak paham tujuan mereka berjualan. 😆

Saya akan menulis perihal tips sukses belajar bisinis untuk anak-anak pada postingan berikutnya, ya. Sekarang, saya mau sharing ide belajar bisnis untuk anak-anak. Ide bisnis ini saya khususkan untuk anak usia dini atau SD sesuai dengan pengalaman saya yang mengizinkan Jasmine belajar berbisnis sejak dia mulai masuk SD. Tapi ide-ide yang saya bagikan bisa juga dieksekusi oleh anak SMP atau SMA karena sangat memungkinkan.

Mendukung Anak Belajar Bisnis.

Saya tidak pernah menyangka Jasmine tertarik untuk belajar bisnis sejak usia dini. Iya, masih SD tapi sudah tertarik untuk berbisnis. Padahal jika saya melihat potensi yang ada dalam dirinya, tuh, seperti belum tampak jiwa-jiwa kewirausahaan. Iya, jiwa seorang wirausaha yang saya tahu, tuh, salah satunya yaitu punya rasa percaya diri. Sementara dia anaknya masih pemalu, persis seperti Ibuknya. Hahaha. Jadi wajar saja kalau saya agak kaget ketika dia meminta izin untuk berjualan aksesori di sekolahnya.

Awal mula dia punya keinginan berjualan aksesori, tuh, karena dia kerap membuat kerajinan tangan sederhana yang memang belum sempurna. Membuat dompet dari kertas, misalnya. Dia kerap memberikan hasil kerajinan tangannya kepada saya atau Ayahnya untuk kemudian dinilai. Awalnya hanya sekadar nilai seperti seorang guru yang menilai hasil pekerjaan siswa. Namun, lama-lama dia meminta pendapat kepada kami tentang kelayakan jual. Tentu kami bingung, dong. Secara hasil karyanya memang masih jauh dari kata sempurna dan saya pun yakin tidak ada seorang pun yang mau membelinya. Hahaha. Ya mohon maaph ya, sayang. Bukan berarti Ibuk tidak menghargai.

Hampir setiap hari anak perempuan saya ini menghabiskan satu sampai dua pack kertas origami yang saya belikan. Eh, lama-lama hasil karyanya diberi label harga, lho. Yang menurutnya adalah dompet padahal belum berbentuk dompet, tuh, diberi harga Rp 1.000,-. Saya spontan tertawa, dong. Apalagi saat ditodong buat membelinya. Asli, geli banget rasanya. Tertawa sampai perut sakit. Pun dengan suami. Beruntung Jasmine tidak tersinggung dengan kespontanan kami ini. Dia tetap dengan percaya diri menawarkan hasil karyanya yang sudah dibuat seharian saat kami bekerja.

Pada akhirnya, kami pun hampir setiap hari membeli hasil kerja kerasnya mulai dari harga Rp 500 sampai dengan Rp 2.000,-. Gemas, bukan? Dan kami pun terus membelinya sesuai dengan harga yang tertera. Sesekali kami melakukan penawaran dan kadang langsung dia setujui, kadang juga dia tetap pada pendiriannya. Tidak ada promo, tidak ada diskon. Hahaha. No problem karena kami menganggap ini sebagai bentuk dukungan atau apresiasi buat dia yang sedang belajar membuat sebuah karya. Itung-itung buat nambahin uang jajannya atau menambah uang tabungannya, ya. Hahaha.

3 Ide Belajar Bisnis Untuk Anak-Anak.

Di usia dini, anak-anak memang sangat disarankan untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan baginya. Bermain menjadi aktivitas yang dapat membuat moodnya bagus. Namun bukan hanya bermain saja, jika sudah mulai masuk SD tidak ada salahnya anak mencoba hal-hal baru seperti belajar berbisnis.

Jasmine ada ketertarikan berbisnis mungkin karena melihat keseharian orang tuanya saat di rumah sibuk dengan gadgetnya untuk berjualan online. Iya, kebetulan suami aktif berjualan sebagai reseller baju anak-anak. Kemudian, Jasmine kadang ikut membantu saya packing olah-oleh khas Banjarnegara yang dipesan secara online melalui Dipayuda. Mulai dari sini, mungkin dia juga ingin punya aktivitas bisnis.

Karena masih usia dini, ada baiknya mengenalkan bisnis kepada anak-anak, tuh, yang sederhana saja. Iya, tidak perlu mengajarkan bisnis yang sulit kepada anak. Cukup gunakan kreativitas yang dimiliki oleh anak dan biarkan ia bermain dengan bisnisnya sendiri. Namun, ketika anak mulai merasa kesulitan atau mendapatkan masalah, orang tua bisa membimbingnya.

Nah, berikut 3 ide belajar bisnis untuk anak-anak usia dini.

1. Bisnis Aksesori.

Ide belajar bisnis untuk anak-anak di urutan pertama yaitu bisnis aksesori. Ngomongin aksesori, tuh, identik dengan anak perempuan, ya. Kebetulan anak pertama saya yang mulai senang berbisnis ini perempuan. Rekomendasi ide bisnis aksesori pun menjadi pilihan Jasmine ketika belajar berbisnis.

Ada banyak macam aksesori yang dapat dijual. Aksesorinya ini bisa buat sendiri atau bisa juga beli. Misalnya, ikat rambut, bros, bando, gelang persahabatan, dan lain-lain. Membuat aksesori ini modalnya tidak besar. Kalau saya memilih untuk membeli di e-commerce untuk kembali dijual lagi. Modal awalnya kira-kira Rp 50 ribu, pelan-palan saja terpenting anak merasa enjoy. 

2. Bisnis Makanan dan Minuman.

Nah, ide bisnis nomor dua ini sangat mungkin dilakukan dan banyak potensi cuan kalau yang dijual sesuai selera anak-anak. Hahaha. Orang tua yang punya hobi membuat snack, bisa banget kolaborasi dengan anaknya untuk turut memasarkan dagangannya, lho. Apalagi saat ini, tuh, anak-anak dilarang jajan di luar sekolah kecuali jika sudah jam pulang. Selain membawa bekal dari rumah, anak-anak diperbolehkan jajan di kantin sekolah. Tapi kalau di kelasnya ada yang membawa makanan atau minuman, banyak kemungkinan teman-temannya join buat beli.

3. Bisnis Alat Tulis yang Lucu-Lucu!

Ide bisnis yang terakhir ini juga dilakukan oleh anak saya. Dia kerap scroll toko online untuk memilih alat tulis yang lucu-lucu, lho. Mulai dari pensil, pulpen, rautan, buku catatan, sampai dengan spidol warna-warni yang saat ini lagi hits banget di TikTok. Hahaha. Emang kalau udah punya jiwa bisnis, tuh, apa saja dijadikan peluang ya, Bun. Lihat barang lucu menurutnya langsung saja diviralkan di kelas, lalu pada order. Ya ampuunn! Ini yang pesan tidak hanya teman cewek saja, lho. Kadang ada juga temen cowoknya pesan. 

Belajar Bisnis Sejak Usia Dini, Kenapa Tidak?

Katanya, sekarang harus pandai-pandai menangkap peluang bisnis. Ketika anak-anak sudah mulai tertarik dalam dunia bisnis, ya kenapa tidak diizinkan dan didampingi untuk belajar berbisnis, ya. Karena saya sendiri sangat yakin, ketika sejak usia dini sudah tertarik dengan dunai bisnis maka saat dewasa nanti bisa jadi akan melanjutkan belajar berbisnis dengan bekal pengalaman berbisnis saat masih duduk dibangku SD atau SMP.

Perihal hasil berupa untung, orang tua bisa mulai menyampaikan pelan-pelan kepada anak. Ya...itung-itung sambil belajar Matematika dan belajar mengelola uang. Jangan lupa untuk membekali mental kepada anak ya, Bunda. Supaya mereka sedikit tahu dan paham risiko-risiko berbisnis.

Parents punya ide belajar bisnis untuk anak-anak? Bolehlah menambahkan di kolom komentar.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Hampir sebulan ini, hidupku tidak tenang karena kehadiran jerawat yang muncul dengan tiba-tiba di pipi dan dalam jumlah yang tidak sedikit. Sedih banget ketika hendak membersihkan wajah atau berdandan, jemari ini menyentuh jerawat. 

Zoom dan lihatlah jerawatnya! 😂

Sakit, gatal, ini yang aku rasakan. Selebihnya yaitu rasa tidak percaya diri dan risih. Ya gimana lagi, aku terbiasa dengan wajah yang bersih tanpa jerawat. Aku bilang bersih lho, ya, bukan mulus. 🙊 N
geselinnya, nih, jerawat yang datang ini adalah tipe jerawat batu. Wujudnya besar, keras, dan mengumpul di bagian tengah pipi. 😢

Karena ini pertama kalinya aku jerawatan dan langsung parah, bingung banget mau mulai dari mana menyembuhkannya. Langsung pergi ke dokter? Facial? Pakai obat oleh? Pakai cream jerawat? Banyak yang terlintas dalam pikiran. Aku pun sempat sharing ke Tante perihal jerawat dan cara mengobatinya karena Tante lebih berpengalaman dengan jerawat. Hahaha. Jika ada tanda-tanda jerawat mulai muncul, biasanya aku cukup pakai obat oles dari Nourish Skin. Tapi kali ini obat oles tersebut tidak manjur dan malah menambah jerawat.

Perihal wajah berjerawat ini lebih bikin pusing ketimbang deadline pekerjaan kantor yang  akhir-akhir ini menumpuk. Sedikit nganggur saja yang dipegang jerawat. Bercermin abis wudhu atau mau mandi, yang dilihat jerawat. Aku jadi tahu perasaan para perempuan yang  kerap bermasalah dengan jerawat. Tiap waktu nyaris sibuk dengan jerawat.

Visit dokter sudah ada dalam agenda yaitu pada akhir pekan. Sambil menunggu akhir pekan, aku melakukan perawatan yang intensif untuk menghilangkan jerawat batu ini. Oiya, munculnya jerawat batu ini kan karena disebabkan beberapa faktor, ya. Nah, jerawat batu punyaku ini muncul karena aku sering terlambat membersihkan make up. Biasanya kalau sampai terlambat gini, jerawat bakal muncul tapi paling satu atau dua. Lha ini, langsung banyaaak bangett. 😐

Harusnya visit dokter aku lakukan minggu lalu, tapi karena ada acara keluarga, terpaksa aku batalin. Nah, sambil menunggu akhir pekan, aku selalu melakukan ritual rutin untuk membersihkan wajah dengan harapan jerawat cepat hilang!

Pertama yaitu rajin membersihkan make up selepas kerja.

Aku masih ingat, beberapa waktu lalu, kurang lebih enam bulan, aku punya kegiatan rutin tiap minggu dengan teman-teman komunitas. Kegiatan tersebut begitu menguras waktu dan tenaga, alhasil setelah pulang kegiatan aku langsung tepar tanpa bebersih muka. Ini menjadi salah satu pemicu tumbuhnya jerawat batu! Benciii bangett rasanyaaa, ih! Yaa...meski kegiatannya seminggu sekali, tetap saja menurutku menjadi salah satu penyebabnya. 

Alhamdulillaah sekarang aku sudah non aktif di kegiatan tersebut. Dan rutin membersihkan wajah mulai dengan remover, sampai cuci muka, sekarang kerap aku lakukan selepas kerja. Dulu, sih, udah rajin. Cuma ya biasa saja. Sekarang makin getoooool. 😂

Kedua yaitu tidak menggunakan make up!

Beraaaat! Sebenarnya ini berat banget buatku. Tapi untuk menetralisir siapa tahu ada pengaruh dari kosmetik, aku memilih untuk tidak menggunakan cream, bedak, atau apapun yang menempel di wajah. Pucat? Pasti. Menjadi tidak cantik? Itu relatif. Hahaha.

Make up wajah bagiku tidak begitu penting. Asal sudah pakai lipstik, dunia lebih berwarna. Dan setelah kurang lebih seminggu tidak menggunakan make up wajah, alhamdulillaah jerawat yang tadinya udah kayak nantang bangettt saking kerasnya, sekarang mengering. 

Ketiga yaitu menggunakan jeruk nipis.

Aku tahu cara pengobatan menggunakan jeruk nipis ketika baca-baca artikel tentang jerawat batu. Yaudah, karena mudah dicari, aku pun membelinya. Jeruk nipis aku potong menjadi dua dan aku peras. Kemudian airnya aku oleskan ke jerawat. Perih! Ini saat pertama kali aku mengobati jerawat. Tapi karena untuk kesembuhan, aku nikmatin saja. Toh aku merasakan manfaatnya yaitu jerawat tidak menambah lagi. 💃

Wajahku yang pada dasarnya tidak berpotensi jerawat, tiba-tiba tumbuh jerawat, syok bangettt. Tapi aku menyikapi ini dengan sedikit tenang dan penuh pertimbangan ketika akan melangkah untuk pengobatan. Visit Dokter, misalnya. Ketika konsultasi atau bahkan melakukan perawatan, aku tidak ingin menggunakan produk-produk rangkaian yang biasanya ditawarkan, gitu. Aku hanya ingin wajahku kembali bersih tanpa jerawat, tidak perlu GLOWING. Hahaha.

Alhamdulillaah...saat ini jerawat batu di wajah sudah layu dan mengering. Tapi aku tetap pingin ke Dokter untuk facial atau apalah, gitu. Soalnya selama enam bulan aku tidak pernah ke salon sama sekali. UWUUUW BANGETTT KAAAAN!
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Aku kerap menjumpai dalam sebuah status maupun tulisan di blig bahwa, si kecil adalah tempat kita belajar. Dan aku seratus persen setuju karena memang benar adanya. Ketika sedang di dekat si kecil, stok kesabaran orang tua musti lebih banyak lagi. Ada banyak tingkah dan kejadian yang diciptakan si kecil secara instant. Saat sedang belajar toilet training, misalnya. Ada banyak kejadian yang akan membuat orang tua mudah kesal, mudah marah, gitu. Dan kadang anak manis menjadi korban alih-alih belajar toilet training sedini mungkin.



Aku suka gemas ketika melihat Ibu-ibu yang  suka berikrar bahwa, anak adalah tempat kita belajar, tapi pada akhirnya hobi megan pipi si kecil, kemudian menjepit dengan ibu jari dan telunjuk. Atau, megang telinga si kecil, kemudian diputar ke atas. Aku ngga begitu paham ini terjadi karena spontan, atau memang kecil perlu mendapat pelajaran semacam itu. 😭

Tentang toilet training, lagi-lagi aku juga kerap membaca tentang belajar toilet training sedini mungkin di beberapa artikel. Untuk yang satu ini, banyak orang tua dan para ahli yang menyarankan untuk mengajarkan toilet training sedini mungkin kepada si kecil. Ini sah-sah saja, lho.

Dalam kehidupan, antara teori dan praktik, tuh, kadang susah sejalan. Banyak teori yang disajikan oleh para ahli tentang toilet training. Namun pada praktiknya, sebagai orang tua kadang ngga bisa menjalankan teori secara utuh. Dan ini yang aku rasa saat mulai belajar toilet training untuk Yasmin.

Siapa, sih, orang tua yang ngga bangga dan bahagia karena si kecil bisa lepas diapers atau clodi ketika usianya baru 12 bulan atau 15 bulan. Aku yakin ada hal yang akan dibanggakan. Tapi ketika si kecil belum bisa diajak belajar toilet training karena komunikasi masih susah, sementara orang tua ingin sekali si kecil segera lepas diapers atau ke kamar mandi, apa yang terjadi?

Telapak tangan melayang sampai pantat? Ini paling sering aku lihat. Ibu marah-marah? Bisa jadi. Telinga si kecil diputar seperti lagi mutar oreo? Hanya karena pipis di celana, adegan-adegan tersebut bisa banget terjadi.

Untuk toilet training, aku ngga punya keinginan muluk-muluk untuk Yasmin dan ngga mengajarkan toilet training sedini mungkin. Ada banyak hal yang menjadi pertimbangan, salah satunya yaitu tingkat kesabaran aku yang rendah. Dikhawatirkan, saat mendapati Yasmin pipis beberapa kali di sembarang tempat, aku bakal naik darah. 😂 Tapi bukan berarti ngga mengajak dia untuk belajar toilet training. Aku hanya ngga ingin ada marah-marah di antara kami hanya karena ompol atau pipis di sembarang tempat. 🙈

Belajar terus belajar, mulai dari ngga dipakaikan diapers saat siang hari, sampai belajar ngga pakai diapers saat malam hari, dan akhirnya dia merasa risih ketika pakai diapers dalam kesehariannya. Aku juga terus melakukan sounding, memberi pengertian. Yaaa...meski saat siang hari kadang masih suka dipakaikan clodi atau diapers karena kasihan sama Mbah Uti harus ngepel-ngepel muluuuu. 🙊*emaknya ngga kosisten*

Bahagianya saat usia Yasmin masuk delapan belas bulan, dia sudah mulai bisa diajak komunikasi dan mulai paham dengan apa yang aku sampaikan. Ketika siang hari ingin buang air kecil, dia sudah bisa ke kamar mandi sendiri. Namun saat malam hari belum bisa dikondisikan. Sudah pipis sebelum bobok, kadang tetap ngompol. Tapi ya kadang lolos sampai pagi ngga basah-basaaaaaahan. Goalnya tuh saat ini, di usianya 2 tahun 3 bulan, Kecemut sudah bisa lepas dari diapers saat di rumah. Tidur malam hari pun sudah ngga pakai diapers, dia bakal menolak jika dipakaikan diapers.🙊

Belajar toilet training sedini mungkin, jika orang tua siap lahir batin, tak masalah. Tapi jika belum siap, jangan banyak berekspektasi yang indah-indah, ya. Karena dalam hal ini, krang tua musti sabar banget. Jangan hanya karena toilet training, orang tua  sampai membandingkan si kecil dengan anak lain. Duhh...menyakitkaaan. 🤸‍♀️
Share
Tweet
Pin
Share
3 komentar
Sepulang dari Puskesmas, kami bahagia banget karena Allah memudahkan segala urusan persalinan. Termasuk proses kelahiranku yang cukup menunggu dua jam dari pembukaan awal.

"Uuuuh...akhirnyaaaa aku menjadi seorang Ibu!" Ucapku waktu itu di depan suami, sembari mencium Jasmine yang tidur lelap dalam gendonganku.


Akhirnyaa...dapat memelukmu yang di layar ini... :D
"Alhamdulillaah...akhirnya sudah sampai rumah lagi ya, Bu. Sini Jasmine ditidurkan."

Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
Sebentar lagi, masa libur sekolah anak tiba. Libur semester ditambah dengan libur hari raya Natal, dan Tahun Baru. Beuuh...udah kebayang riuhnya tempat wisata seperti apa, ya. Apalagi, tempat wisata tertentu yang menjadi "pemburuan". Wisata Pantai, misalnya.

Seusia Jasmine, 9 bulan, memang belum cocok diajak wisata ke pantai. Selain tempat wisata pantai cukup jauh dari tempat tinggal kami, rencana untuk mengenalkan pantai kepada si kecil insya allah akan kami mulai jika si kecil masuk usia tiga atau empat tahun.



Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Perlengkapan Traveling bayi yang hendak dibawa, erat kaitanya dengan jenis wisata beserta destinasinya. Dengan tahu tujuan wisatanya, minimal Si INEM, kepala suku rempong-rempong bahagia, bisa nyiapin perlengkapan buat si Princess! Hihihi 

Bayi yang aku maksud di sini bukan bayi yang baru lahir jebrol. Melainkan bayi yang usianya enam bulan sampai dua belas bulan. Yang mana pada usia tersebut si kecil belum bisa gabung untuk kebutuhannya, baik dengan orang lain, maupun sesama bayi. Kecuali kalau memang sudah mefeeet biyaangeets.

"Boleh minta tisu basahnya, Buk? Saya lupa membawanya". Seperti itu, misalnya. Perlengkapan yang tidak individu banget macam pakaian.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
2016 menjadi tahun pertamaku menjalankan kewajiban ibadah puasa ramadhan dengan status sebagai Ibu Menyusui.

Aku sempat was was ketika memutuskan untuk ikut menjalankan ibadah puasa wajib. Bismillaah.

Tidak hanya itu, aku kerap dihantui rasa takut. Takut ASI tidak lancar seperti hari biasanya saat tidak puasa. Secara, saat puasa, seseorang menahan napsu dan dahaga, tidak makan suatu apa sampai adzan maghrib berkumandang.
Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar
Tips Naik Transportasi Umum Bersama Bayi - Awal berniat mengajak Jasmine naik transportasi umum, yang dalam hal ini adalah angkutan kota, aku bimbang. Perasaan itu muncul melebihi saat sedang memilih pakaian untuk kondangan bersama suami. *pakai baju warna apa* *yang ini udah ngga muat* *yang ini bikin badan kelihatan makin lebar*

Ada banyak pengandaian tidak sedap di dalam benakku. Ngeselinnya, pengandaian tersebut jarang ada yang positif.

Andai ini itu ita tui ito, gimana, ya? Duuhh...
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Komunikasi yang aku lakukan dengan Jasmine tidak hanya komunikasi secara terang-terangan, bersuara lantang, saat dia sedang berceloteh atau diam. Ada saatnya aku cukup samar-samar, berbisik.

Bila Jasmine sedang aktif berceloteh, aku selalu mengikuti intonasi yang ia keluarkan. Tentunya suaraku harus lebih "merdu" darinya. Lebih meliuk-liuk, keras, jelas. Hihihi

Saat Jasmin diam, aku pun mengajaknya ngobrol. Tapi melihat kondisinya terlebih dahulu, sih. Jika diamnya karena udah mau merem, alias mengantuk, tidak mungkin aku ajak ngobrol, dong. Takut kalau tiba-tiba ia berceloteh: YANG IBU LAKUIN KE AKU, JAHAT!

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Satu yang paling aku tunggu saat kehamilanku masuk usia 37 minggu adalah belanja baju anak!

Kenapa harus menunggu sampai 37 minggu? Bagiku ngga ada keharusan. Tapi, aku punya orang tua yang berdarah Jawanisme di mana beliau ngga mengijinkanku membeli keperluan bayi jika belum masuk usia kandungan sembilan bulan. Harap maklum, ya. Hahaha

Ambil hikmahnya saja, ternyata ada manfaatnya, lho. Mampu menekan rupiah yang keluar dari dompet. Khususnya uang belanja baju. Kok bisa? Ya bisa! Karena, semakin bertambahnya usia kandungan, ada yang lebih diprioritaskan. Ngga melulu soal sandang untuk anak. Iya, kan?
Share
Tweet
Pin
Share
3 komentar
Older Posts

Cari Di sini

Perkenalkan...

Hai...perkenalkan, saya Idah. Ibuk dari dua anak dan satu-satunya admin di blog ini.

Rutinitas saya saat ini sebagai Ibu Rumah Tangga sekaligus Ibu Pekerja Kantoran. Kami sekarang tinggal di Kota Dawet Ayu, Banjarnegara, Jawa Tengah.

Oiya, jika ingin komunikasi, bisa melalui akun instagram kami @cerisfamily atau kontak langsung melalui email cerisfamily@gmail.com. Terima kasih.

On Youtube

Fans Page

CERIS Family

Blog Archive

  • ▼  2025 (14)
    • ▼  Juni (2)
      • 6 Perbedaan Cat Waterproofing Asli dan Palsu, Patu...
      • Menjadi Mata di Setiap Sudut Rumah: Insto Dry Eyes...
    • ►  Mei (5)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2024 (39)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (10)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2023 (28)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (4)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2022 (14)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2021 (12)
    • ►  September (2)
    • ►  Juni (3)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2020 (17)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2019 (42)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Mei (26)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2018 (37)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2017 (61)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (8)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2016 (62)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (7)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2015 (63)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (9)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (10)
    • ►  Juni (12)
    • ►  Mei (2)

Popular Posts

  • Biaya USG 4 Dimensi di RS Panti Nugroho
  • Tujuan Pemeriksaan HB dan HBsAG untuk Ibu Hamil
  • Tip Agar Jahitan Pasca Melahirkan Cepat Kering

recent posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Part Of Community


Blogger Perempuan
mamadaring
Seedbacklink

Follow Us!

Social Media

Facebook Twitter Instagram Youtube Blog Ibu

MageNet

0ccdff8bd3766e1e4fdd711a2ad08ee5151bd247

Created with by ThemeXpose