• Home
  • About
  • Jasmine
  • Wildan
  • Hiroku
  • Kesehatan
  • Tumbuh Kembang
  • Parenting
  • Jalan Jajan
Hello, Parents! Banyak orang tua yang berpendapat kalau traveling bersama anak, tuh, bakal repot. Mungkin karena banyak barang yang harus dibawa saat traveling, makanya kesan repot, rempong, ribet, dan sejenisnya kerap menjadi pertimbangan mengajak anak traveling. Sebenarnya tidak repot, sih, kalau bisa mengubah mindset. Iya, soalnya pola pikir biasanya akan berpengaruh pada apa yang akan dikerjakan.

Coba yang masih punya mindset traveling bersama anak, tuh, banyak repotnya, sekarang diubah menjadi traveling besama anak selalu memberikan pengalaman baru bagi orang tua. Mulai dari sini, orang tua dapat melibatkan anak untuk menyiapkan segala hal yang dibutuhkan saat traveling, termasuk barang yang harus dibawa.

Yups! Menyiapkan barang yang harus dibawa saat hendak traveling atau packing sangat menyenang kan, Bun. Anak diberi kebebasan untuk membawa barang yang sekiranya dibutuhkan. Mulai dari sini, diskusi kecil-kecilan sudah pasti terjadi. Seperti harus membawa baju berapa, pakain dalam, harus bawa sisir atau tidak, dan obrolan-obrolan lain yang membutuhkan pertimbangan orang tua.

barang yang harus dibawa saat traveling bersama anak

Memisahkan Barang Sebelum Semua Masuk Ke Dalam Tas Atau Koper.

Artikel ini saya tulis ketika anak pertama saya berusia hampir 7 tahun di bulan Januari tahun depan, dan anak kedua berusia 2.5 tahun. Jadi, traveling bareng anak yang saya maksud tentu adalah anak-anak yang masih usia dini. Bukan anak SMP apalagi anak SMA. Disclaimer dulu, nih. 😆 Penting banget disclaimer padahal namanya traveling bersama anak, asalkan masih usia anak-anak, barang yang dibawa hampir sama. Hanya beda beberapa saja. 🤭

Saya selalu mengingatkan kepada anak-anak untuk memisahkan beberapa barang bawaan sebelum semua masuk bagasi. Iya, supaya di jalan tidak terjadi drama ingin ambil barang ini itu padahal sudah ditatuh di bagasi. Masih terjangkau, sih. Hanya saja jika membuka tas atau koper kadang harus merapikan kembali. Ya...kalau ditaruh di bagian atas, sih, aman. Kalau di bagian bawah, memakan waktu pastinya, kan.

Makanya, barang yang dibawa dan akan dinikmati di sepanjang perjalanan udah fix tidak boleh masuk tas atau koper. Supaya lebih tertib, sebelum semua masuk ke dalam tas, saya pasti cek ulang barang-barang bawaan mereka, khususnya mainan, smartphone, dan obat-obatan. Packingnya tidak boleh dicampur dengan tas isi pakaian untuk memudahkan akses pengambilan barang tersebut.

da barang-barang yang masuk pada tas khusus, tidak dicampur dengan tas yang berisi baju ganti atau barang lain yang dipergunakannya tidak.

Traveling Bersama Anak

Traveling Bersama Anak, Ini 5 Barang yang Harus Dibawa.

Masing-masing dari kami terbiasa membawa tas jika traveling. Dan di dalam tas yang kami bawa tentu isinya berbeda-beda. Kebutuhan darurat anak dan orang tua sudah pasti beda, kan. Saya yang penting di ransel ada charger atau power bank. Sementara anak-anak yang penting ada mainan. Kalau suami paling santai, tidak membawa ransel buat barang pribadi, cukup nitip di Ibuk saja karena paling hanya bawa dompet saja. Beda dengan Ibuk-ibuk yang kemana-mana selain smartphone, harus membawa make up buat touch up kalau luntur. 🤣

Nah, berikut daftar barang yang harus dibawa saat traveling bersama anak.

1. Pakaian Ganti Seperangkat Dengan Pernak Perniknya.

Traveling dengan agenda menginap atau tidak, saya selalu membawa baju ganti untuk anak-anak beserta pernak perniknya seperti minyak telon, hand sainitizer, parfume, dan issue. Usia anak-anak, kadang susah diprediksi. Anak sedang dalam keadaan kalem, tiba-tiba tidak sengaja bajunya ketumpahan ari minum yang sedang diminum Ayahnya. Bagaiman tidak tumpah, ya, sedang khusyuk minum digangguin anak-anak. Atau, kaget ditepuk bahunya sama istrinya dari belakang, dan dengan sengaja. Jahil amat, ya.  🤣

Bawa baju ganti secukupnya saja disesuaikan dengan rencana menginap supaya semua pakaian digunakan, tidak ada yang mubadzir. Bawa baju meskipun satu set bikin sesak, euy.

2. Mainan Anak. Jangan Dibawa Semua, yang Penting Favoritnya.

Barang ini paling urgent dan harus banget dibawa ketika bepergian bersama anak. Bawalah mainan secukupnya. Jangan dibawa semua, yang penting ada, dan usahakan adalah mainan favoritnya supaya enggan melepaskan. Mainan ini sangat membantu saat sedang dalam perjalanan terus tiba-tiba bosan. Orang tua dapat mengalihkannya dengan cara mengajak anak bermain. Tahu sendiri, orang tua yang sudah punya banyak mainan di handphonenya saja kadang bisa sampai bosan, apalagi anak-anak. Jadi, orang tua bisa mendampingi anak-anak atau ikut terlibat dalam bermain bersama anak di mobil.

3. Camilan dan Minuman Favorit.

Saat melakukan perjalanan traveling sudah pasti membutuhkan minuman. Ini pasti akan ditanyakan oleh anak-anak. Dan ketika orang tua membawakan camilan atau minuman favoritnya, sudah pasti mereka merasa lebih semangat dan no rewel-rewel club. Barang berupa camilan dan minuman bisa menjadi "senjata", lho. Apalagi kalau sudah mulai bosan. Orang tua harus punya cara supaya anak-anak dapat menikmati perjalanan sambil ngemil.

4. Obat-Obatan Standard Wajib Bawa!

Saya pernah punya pengalaman kurang menyenangkan saat traveling bersama anak. Yaitu lupa membawa obat standard seperti obat turun panas. Kebetulan saat itu kami sedang menghadiri event. Sesampainya homestay, tiba-tiba Syaquita demam dan aku lupa tidak membawa obat penurun demam. Ini menjadi pelajaran penting bagi saya karena dengan keteledoran ini pada akhirnya merepotkan orang lain.

Obat-obatan standar yang wajib dibawa diantaranya: obat penurun demam, obat masuk angin, obat mual, sampai dengan obat diare. Namanya dalam perjalanan kadang makan atau ngemil yang ternyata bikin perut tidak nyaman. Kalau saya harus membawa minyak angin dalam bentuk roll karena itu sangat membantu bagi Ibu-ibu usia 30+ seperti saya. 🤭

5. Modem MiFi Supaya Perjalanan Jauh Dari Drama.
Salain menciptakan bonding bersama anak, masih banyak manfaat traveling untuk anak-anak. Makanya, saya harus pandai-pandai menjaga perasaan atau mood anak agar terus stabil mulai dari rumah sampai tiba di lokasi. Dan jujur, kadang yang membuat anak bad mood adalah ketika waktunya ingin main game online atau bersentuhan dengan gadget, tapi kualitas internet tidak mendukung. Kadang anak mengalami badmood secara tiba-tiba. Makanya barang nomor lima yang mustinya dibawa saat traveling adalah Modem MiFi.

Tentu saya tidak ingin ketika sedang dalam perjalanan ada drama hanya karena smartphone Ibuk baterai habis, sehingga harus dicharge dulu supaya bisa digunakan untuk berbai koneksi internet melalui tethering. Terbayang kalau anak-anak sampai menangis, mood bakal kacau.  Tidak hanya mood anak saja, tapi juga orang tua.😂
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Hai, Parents! Merayakan hari lahir selalu menyenangkan. Bahkan, ini menjadi momen yang sangat ditunggu-tunggu khususnya oleh anak pertama kami, Wita. Baru beberapa bulan merayakan ulang tahunnya saja, dia kembali tanya "Ibu, Wita ulang tahunnya berapa hari lagi?" Ya ampun, Nak. 🤣

Sebegitu exitednya dengan ulang tahun. Padahal saya tidak pernah mengadakan perayaan ulang tahun yang mewah untuk anak-anak. Biasanya hanya sekadar ritual tiup lilin bersama keluarga. Tapi siapa sangka menjadi momen yang istimewa bagi mereka. Wita sampai hafal momen pertambahan usianya mulai dari satu tahun sampai lima tahun. Iya, dengan melihat birthday photos yang saya simpan di handphonenya, dia sering membukanya dan sesekali bertanya tentang perayaan ulang tahun yang pernah dilaluinya.

Menyatukan momen ulang tahun anak

Pada usia satu tahun, misalnya. Dia ulang tahun dengan mengenakan baju yang bikin gemas, sepatu centil warna pink, dan mengenakan turban. Nah, pada usia lima tahun, dia bertanya tentang turban yang dulu ia pakai saat ulang tahun pertama. Tentu turbannya masih saya simpan, hanya saja harus mencari di kardus tumpukan yang mana. 😂 Yaiya, lima tahun memang bukan waktu yang lama. Tapi untuk tumbuh kembang anak yang normal, sudah pasti mengalami perubahan yang cukup signifikan. Terbayang kalau baju-baju tetap disimpan di almari. Bisa jebol. 🤭

Memaknai Hari Ulang Tahun.

Ulang tahun identik dengan perayaan, kado, makanan enak, sampai dengan liburan. Namun sebelum ciri khas itu memberikan makna yang beda bagi anak-anak, ada baiknya orang tua memberitahukannya sejak anak usia dini bahwa merayakan pertambahan usia bukan sekadar pesta-pesta atau ritual tiup lilin. Iya, pada momen ini orang tua dapat memberikan pengertian dan makna atas pertambahan usia.

Berikut beberapa makna yang bisa disampaikan kepada anak-anak saat perayaan ulang tahunnya.

1. Menjadi Pribadi Lebih Baik.

Mungkin poin pertama terbaca klise ya, Bun. Namun anak-anak memang harus tahu ketika usia bertambah setidaknya ada perubahan dalam tumbuh kembanya. Mulai dari usia satu tahun yang apa-apa masih harus dibantu oleh orang tuanya. Kemudian lanjut ke usia dua tahun dan seterusnya pelan-pelan dapat berjalan, lari, membantu pekerjaan orang tua di rumah, dan melakukan aktivitas lainya. 

Orang tua dapat memberitahukan kepada anak bahwa di usia sekian tahun anak dapat belajar tentang hal-hal baik seperti kedisiplinan, tanggung jawab, kerjasama, dan sikap baik lainnya. Artinya, perubahan sikap dan sifat dapat tumbuh sejak usia dini sebagai bekal menjadi pribadi yang lebih baik.

2. Bersyukur Atas Pertambahan Usia.

Memberi pengertian kepada anak-anak perihal bersyukur atas pertambahan usia kadang masih belum bisa diterima. Apalagi buat anak usia dua tahun, belum paham betul arti bersyukur. Tapi tidak ada salahnya orang tua terus memberikan pengertian tentang bersyukur atas pertambahan usia.

"Alhamdulillah...usia tambah satu tahun, Mamas semakin hebat, sehat, dan tambah pintar. Ucapin terima kasih kepada Allah, ya."

Ketika anak-anak berterima kasih kepada Allah disertai dengan berdoa, rasa syukur pun mulai tumbuh. Saya pun menyampaikan untuk terus bersyukur kepada Allah atas apa-apa yang telah diberikan Allah, seperti kesehatan.

3. Berbagi Kebahagiaan Dengan Orang Lain Lewat Memberi.

Merayakan ulang tahun dengan membuat pesta, tuh, tidak apa. Selagi mampu, tidak masalah. Namun yang kerap dilakukan pada umumnya, memberi kebahagiaan dengan orang lain saat momen ulang tahun ini baru sebatas dengan keluarga, tetangga, atau teman sepermainan. Memberikan momen kebahagiaan lewat memberi ini juga bisa dilakukan dengan abang becak, anak-anak di pinggir jalan, anak yatim, dhuafa, dan mereka orang-orang yang kurang mampu. 

Berbagi kebahagiaan pada momem ulang tahun salah satunya dengan cara memberi atau berbagi dengan sesama, bebagi dengan mereka yang kurang beruntung. Ada banyak hati yang turut merasakan kebahagiaan, tidak hanya diri sendiri, tapi juga orang lain. Seperti yang dilakukan JNE sebagai perusahaan logistik dan ekspedisi barang di Indonesia yang pada 26 November lalu merayakan ulang tahunnya ke-32. Banyak hal-hal baik yang diberikan JNE saat perayaan hari jadinya.

JNE 32 Tahun, Kobarkan Semangat Bangkit Bersama.

Usia kepala tiga bisa dibilang usia matang ya, Bun. Makanya dalam menjalankan bisnisnya, JNE sudah tidak diragukan lagi karena sudah sangat berpengalaman. Iya, didirikan sejak 32 tahun silam tentu banyak hal yang sudah dilaluinya. Mulai dari merintis usahanya, jatuh bangun saat mendirikan usaha, sampai dengan sekarang semakin berkembang dan selalu menginspirasi untuk sesama.

Kegiatan-kegiatan sosial yang dilakukan oleh JNE memang selalu menginspirasi. Mereka selalu menanam benih baik dan menebar manfaat. Tidak heran, saat ulang tahun ke-32, JNE menyelenggarakan banyak kegiatan berbagi untuk kebahagiaan sesama sesuai dengan tagline-nya "Connecting Happiness".

Salah satu kegiatannya yaitu shopping bareng yatim dan dhuafa. Kegiatan ini sangat menarik, ada 20 yayasan yatim piatu di Jabodetabek dan dilakukan juga di cabang JNE. Kemudian ada kegiatan lomba foto, lomba video, khataman pembacaan Al-Qur’an, acara tasyakuran dan potong tumpeng, serta ziarah ke makam pendiri JNE Alm. H. Soeprapto Soeparno.

Ulang tahun JNE


Tidak hanya itu, JNE juga menggelar kuis dan giveaway untuk seluruh masyarakat Indonesia. Ada Games Si Joni dan giveaway produk lokal bersama UMKM unggulan. Acara ini dapat diikuti di sosial media JNE. Kalian ada yang ikutan? 💃🏻

Spesial untuk member JNE Loyalty Card (JLC), pada periode 21 - 30 November 2022 dapat menukarkan sebanyak 32 poin menjadi e - voucher ongkir Rp. 32.000, serta ada promo diskon ongkos kirim sebesar 32% pada 26 - 27 November 2022 untuk kiriman service Regular ke seluruh tujuan di Indonesia.

Lebih dari itu, JNE berkolaborasi dengan Tab Space asal Bandung, yaitu studio komunitas seniman disabilitas untuk mendesain merchandise khusus HUT JNE ke 32 tahun. Dengan kolaborasi seperti ini, artinya JNE peduli dan memberikan dukungan agar seniman disabilitas memiliki ruang berkarya dan Bangkit Bersama untuk menunjukkan kemampuan karya-karya terbaik mereka sehingga dapat dikenal di masyarakat. 

Acara puncak HUT JNE ke-32 dilaksanakan secara hybrid di Taman Yatim Piatu Tunanetra (Yatuna), pada Minggu 27 November 2022 pukul 09.00 WIB. Disiarkan juga melalui Channel Youtube JNE. Kali ini acaranya meriah banget karena ada Kangen Band sebagai bintang tamu, MC Rico Ceper dan Bea Aprilia Sabt yang memandu acara digital army dari Karyawan JNE. Ada beberapa karyawan dari cabang didatangkan turut melakukan liputan acara di sosial media mereka. Kalian juga bisa update kegiatan JNE melalu portal resminya di https://jnewsonline.com/.

Kebagaiaan kembali menyelimuti Karyawan JNE karena ada doorprize dan grandprize sebagai apresiasi kepada karyawan. Puluhan sepeda motor dan hadiah utama berupa 2 unit rumah untuk karyawan yang beruntung, serta ribuan hadiah menarik lainnya, dan juga dilakukan pemilihan karyawan terbaik dari pusat dan cabang. 

Menyatukan Momen Ulang Tahun Anak.

Tahun ini, kami bersenang-senang atas ulang tahun anak-anak dengan menyatukan ulang tahun mereka di hari yang sama. 🤭 Padahal mereka lahir di bulan yang agak berjauhan. Januari dan Mei, selisih empat bulan. Enggak terbayang yang lahir di Januari, ya. Pasti terasa sangat lama menantikannya. 😂

Kami yakin, ulang tahun kali ini akan menjadikan pengalaman yang tak terlupakan bagi mereka. Terlebih Wildan karena ini menjadi momen ulang tahun pertamanya di usianya yang kedua tahun. Setelah ulang tahun langsung disapih, dong. ✌🏻

Sebagai orang tua yang punya lebih dari satu anak, apakah kalian pernah menyatukan momen ulang tahun anak?

Share
Tweet
Pin
Share
9 komentar

Outing Class ala Omah CERIS - Hello, Parents! Melakukan kegiatan bersama anak-anak, tuh, selalu seru. Apalagi jika ide kegiatannya datang dari mereka, semangatnya lebih terasa. Sebagai orang tua, sudah pasti saya sangat mendukung selagi kegiatannya positif. Seperti yang dilakukan pada akir pekan ini, anak saya dan teman sepermainannya punya ide membuat puding cokelat. Kebetulan mereka bertiga satu suara, semua ingin membuat puding cokelat. Jadi, saya pun tidak perlu menyiapkan banyak bahan. 😂

Kabar baiknya, saya sudah punya bahan-bahannya, lengkap. Di rumah sudah ada bubuk puding dan cup karena saya cukup sering membuat puding untuk anak-anak. Maklum mereka suka banget puding. Apalagi Wildan, sekali makan bisa lahap sampai empat cup. Tidak hanya puding cokelat saja, dia hampir suka semua rasa termasuk rasa buah. Dan yang saya suka, puding ini lumayan bikin kenyang. So, anak-anak kadang lupa buat jajan. Alhamdulillah...🤭

Outing Class di Omah CERIS

Behind The Story Outing Class di Omah CERIS

November bagi saya adalah bulan yang penuh deadline. Akhir pekan yang biasanya saya manfaatkan untuk quality time, dengan sangat terpaksa hari Minggu saya tetap membuka laptop untuk menyelesaikan deadline. Ehem...anak pertama saya, Wita sekarang sudah bisa mulai protes, dong. Dia meminta waktu saya untuk bermain bersama. Ketimbang drama, akhirnya saya menjanjikan untuk cooking time dengan syarat setelah pekerjaan saya selesai. 🙈 

Saya beruntung karena pada hari itu mood dia dalam keadaan bagus banget. Dia pun sama sekali tidak mendekati saya. Betul, dia sangat menikmati bermain peran bersama adiknya. Hebatnya, mereka yang biasanya mondar-mandir ke ruang kerja saya, kali ini mereka fokus bermain. Artinya, mereka memang ingin pekerjaan saya cepat terselesaikan. Dengan bantuan kekuatan dewa api ala Pororo, alhamdulillah pekerjaan saya bisa selesai tepat waktu yaitu pukul 14.00 WIB, sesuai dengan yang saya janjikan kepada anak-anak.

Berasa lega, plong ketika pekerjaan selesai. Sayangnya siang itu anak-anak sudah terlihat lelah dan tampak kantuk. Pada akhirnya kegiatan yang sudah kami rencanakan terpaksa tidak terlaksama karena mereka minta ke kamar untuk ditemani tidur siang. Hyaah...cooking time pun gagal. Sedih banget. Tapi Mbak Wita minta untuk minggu depan jadi cooking time. Pilihannya antara masak perkedel tahu atau membuat puding cokelat. 

Kebetulan minggu ini kami tidak ada agenda keluar rumah karena Senin Wita sudah mulai Ujian Akhir Semester (UAS). Setidaknya dengan melakukan kegiatan di rumah tidak menyisakan lelah atau capek yang berlebih, ya. Nah, karena teman sepermainannya datang ke rumah, Wita langsung menagih janji untuk "bermain" di dapur. Kali ini pilihannya jatuh pada membuat puding cokelat seperti yang sudah saya tulis di awal. 😂

Outing Class Ala Omah CERIS.

Outing Class adalah kegiatan belajar mengajar yang diadakan di luar kelas. Outing Class ini merupakan media yang paling efektif dan efisien dalam menyampaikan pembelajaran yang bukan didasarkan dari teori saja tapi juga pembuktian di lapangan secara langsung. Seserius ini pengertiannya, ya. Membaca sekilas tentang outing class, saya jadi merasa salah mengambil judul. Mau ubah judul artikel, tapi saya merasa judul ini paling cocok digunakan. Hahaha.

Outing Class ala Omah CERIS ini bukan outing class sungguhan ya, Bun. Kami hanya melakukan kegiatan bersama anak-anak untuk happy-happy saja. Dan Omah CERIS ini saya tandai di Google Maps sebagai tempat tinggal saya bersama keluarga. Jadi, untuk kegiatan outing class untuk mereka, kemungkinan akan bertempat di rumah Wita atau Omah CERIS. 🤭

Ini kali pertama anak saya bersama Keisha dan Al melakukan outing claas di Omah CERIS degan melakukan kegiatan bersama di dapur. Mereka cukup sering main di rumah kami. Saya pun menjadi paham betul karakter masing-masing. Sampai hafal gerak gerik mereka ketika salah satu mulai sudah tidak nyaman. Ada yang kadang langsung pamit pulang, ada yang melaporkan, ada yang tiba-tiba nangis, ada juga yang memilih untuk diam di pojokan seperti sedang menenangkan diri. Ah...tiga anak ini sudah seperti pelangi, rupa-rupa warnanya. Hahaha.

Sekali lagi, outing class ala Omah CERIS merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan anak-anak di luar kesibukannya belajar di sekolah. Outing class ini juga masih suka-suka, ya. Tapi siapa tahu bisa rutin minimal tiap dua minggu sekali, kalau lagi senggang boleh lah mencontoh tema outing class seperti yang ada di Sekolah. Eh..tapi berat ya, Bun. Pilih yang ringan-ringan saja, yang berat biar Dilan saja yang merasakan. 🤣

Seperti apa keseruan outing class ala Omah CERIS di sesi pertama? Nantikan di aritkel berikutnya, ya. 😉
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Memiliki orang tua yang peduli dengan kekuatan baik dari dalam (inner strength) anak adalah salah satu anugerah yang tak ternilai dalam hidup. Apalagi ketika orang tua juga paham betul tentang fitrah bakat pada anak, mungkin tidak ada anak yang sampai merasa takut karena tidak mendapatkan peringkat di kelasnya. Anak-anak pun akan lebih semangat menjalankan rutinitas harian dan mengerjakan hal-hal baik karena mendapatkan support penuh dari orang tuanya.

Ngomongin tentang inner strength, saya merasa beruntung dan bangga memiliki orang tua yang sangat peduli dengan kekuatan baik dari dalam diri anak-anaknya. Mereka tidak pernah mengharuskan kami mendapatkan nilai bagus ketika tiba waktunya pelaksanaan Ujian Akhir Semester (UAS). Mereka adalah orang tua yang paling bisa menerima ketika kami belum bisa naik ke jilid berikutnya di Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA). Mereka tidak pernah marah-marah sekalipun kami melakukan kesalahan. Dan yang terus lekat dalam ingatan ini, mereka terus mengarahkan pada hal-hal baik, memberi pilihan ketika kami mulai terlihat bimbang akan suatu hal, dan selalu hadir di tengah-tengah kami.

Orang Tua Sebagai Pemeran Utama Dalam Menumbuhkan Inner Strength

Orang Tua Sebagai Pemeran Utama Dalam Menumbuhkan Kekuatan Baik Dari Dalam (Inner Strength) Anak.

Saya masih ingat betul ketika duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), ada teman yang suka berulah dan mengganti nama semau sendiri dengan maksud mengejek. Kalau terjadi pada saat ini, bisa masuk kategori bully, ya. Awalnya saya biarkan saja dia ngomong sampai capek. Saya juga tidak memberikan respon apapun. Tapi lama-lama saya kesal dan memilih untuk pulang padahal masih di jam istirahat.

Bapak saya yang saat itu di teras, kaget ketika melihat saya lari dalam keadaan menangis. Sambil terisak-isak, saya menceritakan apa yang telah terjadi di Sekolah. Bapak saat itu hanya memberikan senyuman dan memangku saya. Kedua tangannya menggenggam tangan saya yang basah karena baru mengelap air mata. Bapak belum menyampaikan apapun, tetapi genggaman tangannya seolah berbicara dan seperti sedang mentransfer kekuatan. 

Banyak pelajaran berharga yang saya dapatkan dari orang tua saya. Makanya ketika saya menjadi orang tua, banyak hal-hal baik yang pernah saya dapatkan dari mereka kemudian saya bagikan kepada Kecemut dan Wildan. Saya juga cukup sering menerapkan pola asuh mereka untuk anak-anak saya, karena saya merasa sangat nyaman, aman, dan bahagia memiliki orang tua yang terus memberikan rasa sayang dan menumbuhkan rasa percaya diri. Dan alhamdulillah...meskipun mendapatkan pelajarannya pulan tahun silam, tapi untuk penerapan saat ini masih sangat bisa diterima oleh anak-anak saya.

Orang tua memang sebagai pemeran utama dalam menumbuhkan kekuatan yang baik dari dalam atau yang disebut dengan inner strength. Dan orang tua paling bisa menggerakkan hati anak-anak dengan berbagai macam cara. Salah satunya yaitu dengan sentuhan kasih sayang yang sering bikin melting. Meskipun kekuatan baik dari dalam adalah bawaan sejak lahir, tapi setidaknya orang tua bisa mendukung anak untuk terus menumbuhkan kekuatan tersebut sampai pada akhirnya anak dapat mewujudkan mimpi dengan inner strength yang dimilikinya.

Yuk, Wujudkan Mimpi Anak Dengan Inner Strength yang Dimilikinya.

Kekuatan baik dari dalam (inner strength) anak adalah kekuatan mental yang tercerminkan oleh kekuatan karakter pada setiap anak. Contohnya seperti Percaya Diri, Pemberani, Tangguh, dan Baik Hati. Saya terbayang betapa hebatnya anak-anak jika orang tua dapat mendukung inner strength yang mereka miliki sejak usia dini. Orang tua dapat memberikan dukungan dalam menumbuhkan kekuatan baik dari dalam dengan berbagai macam cara untuk dapat mewujudkan mimpinya. Sudah pasti sangat seru, bukan.

Anak renang tanpa didampingi orang tua

Teman saya yang saat ini berprofesi sebagai guru SD pernah memberikan pesan kepada saya. Intinya, jika saya punya dana lebih untuk pendidikan anak, maka anggarkan untuk les bakat atau minat sesuai dengan potensi yang dimiliki anak. Jika orang tua belum tahu bakat anak di bidang non akademik, maka bisa memberikan stimulus atau melakukan observasi pada jenis kegiatan yang dapat membuat anak senang ketika melakukannya. Dia juga menambahkan, bahwa belajar di bidang akademik pada dasarnya cukup di bangku sekolah dengan ditambah pendampingan dari orang tua saat di rumah.

Kali ini saya sepakat!

Dan siapa sangka, keberanian Kecemut pergi ke Cangkring ternyata dapat membuka jalan untuk mewujudkan mimpinya. Iya, setelah sekian tahun saya terus menggali potensi yang dimiliki oleh Kecemut, ternyata dia sangat menikmati kegiatan olahraga renang. Saya dapat melihatnya ketika dia akan pergi ke kolam renang. Semangatnya luar biasa. Sesampainya di lokasi, dia adalah orang pertama yang meminta saya untuk cepat-cepat membeli tiket masuk. Antusiasnya begitu tinggi, dia tidak sabar untuk terjun dan menggerakkan tangan dan kakinya di dalam air.

Dari usia dua tahun, kami sudah mulai mengenalkan olahraga renang kepada Kecemut. Saat itu, kami memilih Serayu Park sebagai tempat pertamanya mengenal kolam renang. Namun, kami tidak menyangka dia bisa ada pada titik ini. Meskipun belum lancar karena masih belajar berasama pelatihnya, saya sangat mengapresiasi keberaniannya untuk mencoba olahraga ini. Dan saya juga mulai melihat rasa percaya dirinya ketika berada di dalam kolam. Gerakannya mulai teratur. Dia juga sudah berani mengajak Ayahnya untuk balapan renang padahal belum saatnya. Masya Allah!

Wujudkan Mimpi Anak Dengan Inner Strength yang Dimilikinya.

Berbeda dengan Kecemut, anak kedua saya, Wildan suka beberapa jenis olahraga. Usianya saat ini 2.5 tahun. Tapi dia sangat menikmati ketika saya ajak lari-lari. Meskipun hanya berputar mengelilingi lapangan, tapi semangatnya terlihat. Selain lari, dia juga senang main sepak bola bersama Ayahnya. Menurut suami, dia terlihat ada bakat dalam sepak bola. Di usia yang masih sangat dini, tapi dia terlihat sangat fokus dalam menendang dan menangkap bola. Gerakannya pun terlihat beraturan, tidak asal menendang.

Terlepas kelak akan menekuni olahraga bola atau tidak, terpenting kami sudah membelikan bola dan mendampinginya bermain saat dia terlihat ingin bermain bola. Kalau ngomongin harapan, sih, ketika bakat main sepak bola terus telihat, kami pasti akan mendukungnya. Boleh lah ikutan Biskuat Academy.

Yuk, Ajak Anak Mengikuti Biskuat Academy 2022 dan Menjadi Generasi Tiger Indonesia.

Biskuat Academy adalah rangkaian acara tahunan dari Biskuat untuk memberikan pembelajaran olahraga bagi anak Indonesia. Sementara #GenerasiTiger merupakan gerakan yang diluncurkan oleh Biskuat untuk mendorong orang tua memberikan dukungan penuh terhadap pengembangan kekuatan dari dalam. Jujur, melihat anak berprestasi di bidang akademis pasti membuat orang tua bangga. Namun, sebagai orang tua juga harus memahami potensi fitrah bakat anak. Dengan mengenali bakat anak dengan baik akan membantunya di masa depan untuk menemukan peran hidupnya.


Biskuat mengajak para orang tua, guru, pemerintah, serta masyarakat Indonesia untuk bersama-sama menciptakan Generasi Tiger Indonesia. Melalui gerakan ini, Biskuat berharap agar anak tidak hanya mengandalkan kekuatan fisik, nilai akademis, perolehan medali dalam kompetisi tetapi juga kekuatan dari dalam anak yang sesungguhnya. Biskuat juga mengajak orang tua Indonesia untuk menciptakan #GenerasiTiger, generasi yang memiliki karakter tangguh, baik hati, pemberani, dan percaya diri.

FYI, Biskuat Academy telah mendukung kekuatan baik dari dalam anak Indonesia sejak 2019. Nah, untuk dapat mengikuti Biskuat Academy 2022, kalian cukup membeli produk Biskuat dan mengirimkan pesan melalui aplikasi WhatsApp ke nomor 0812 1222 5919. Biskuat menghadirkan dua varian rasa yaitu original dan cokelat. Biskuit dari Biskuat ini dilengkapi dengan 9 Vitamin dan 6 Mineral. Kalian bebas mau beli rasa apa, sesuka kalian. Mau beli di mana saja, terpenting pilih Biskuat yang kemasannya khusus, yaitu yang ada gambar bolanya. 

Keterangan selengkapnya tentang cara mengikuti Biskuat Academy 2022 bisa baca di info grafis berikut ini. Atau, kalian bisa langsung menuju laman web https://www.biskuatacademy.com/.

Ajak Anak Mengikuti Biskuat Academy 2022

Dengan bergabung di Biskuat Academy 2022 artinya kalian mempunyai kesempatan untuk memenangkan tur ke stadion Internasional. Hayo, orang tua mana yang tidak bangga ketika melihat anak-anaknya dapat mewujudkan mimpi dengan inner strength yang dimilikinya? 

 "Artikel ini diikutsertakan pada lomba KEB X Biskuat Academy"
Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar

Hello, Bunda! Salah satu yang menjadi dilema bagi Ibu yang mempunyai peran ganda yaitu perihal pola asah dan asuh anak. Terlebih bagi mereka yang nyaris menghabiskan separuh waktunya untuk melakukan aktivitas di luar rumah. Kadang ada kekhawatiran yang mendalam jika perkembangan anak tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya. 

Banyak orang tua yang menginginkan anak dapat berkembang sesuai dengan apa yang sudah menjadi angan-angannya dalam versi yang tebaik. Terus, kalau ternyata hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan angan-angan, seorang Ibu biasanya akan menyalahkan diri sendiri. Terutama bagi Ibu bekerja kadang bisa menyebabkan burnout, merasa semua ini terjadi karena Ibu tidak bisa mendampingi anak-anak secara maksimal, sampai muncul perasaan bahwa telah menjadi orang tua yang gagal.

Dulu, saya kerap mengkambinghitamkan pekerjaan, lho. Demi apa, coba. Padahal saya sangat menikmati gajian untuk belanja segala kebutuhan saya dan keluarga. Rasanya tidak adil, bukan? Dan ketika kondisi hati saya tidak dalam keadaan baik-baik saja, ini sangat berpengaruh pada tumbuh kembang anak-anak. Ketika orang tua mudah marah, anak pun bisa lebih sensitif dari orang tua.

Kenapa Dapat Terjadi Kebiasaan Buruk Pada Anak

Kenapa Kebiasaan Buruk Dapat Terjadi Pada Anak?

Ada banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan anak, salah satunya yaitu dari cara mendidik anak. Bisa saja pola asah dan asuh yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari tidak satu pemahaman antara orang tua dan orang yang setiap harinya berada di dekat anak-anak. Misalnya, karena orang tua harus bekerja, mereka menitipkan anak-anak kepada Asisten Rumah Tangga (ART).

Setiap orang tua pasti akan berusaha mendidik anaknya dengan benar. Harapannya, anak akan tumbuh dan berkembang menjadi anak baik, sesuai fitrahnya. Namun ketika orang tua tidak bisa membersamai anak 24 jam karena suatu hal. Kemudian memilih untuk menitipkan anak kepada ART, Mbah, atau tempat penitipan anak, kadang ada kebiasaan baik yang pelan-pelan sirna.

Perbadaan pola asuh menjadi hal yang sangat wajar karena batas toleransi setiap orang pasti berbeda. Saya dan suami mempunyai prinsip, anak-anak harus bisa merapikan tempat tidur masing-masing. Bahkan, setiap membersihkan kamar pun kami berusaha selalu melibatkan anak-anak meskipun di rumah ada ART. Namun ternyata ART atau Mbah nyaris tidak pernah meminta anak-anak untuk membersihkan kamar tidur. Alasannya karena ada ART, semua pekerjaan rumah bisa dilakukan oleh ART. Salah? Tidak, dong. Tapi ini bisa menjadi salah satu penyebab kebiasaan buruk pada anak.

Nah, kalau sudah seperti ini, harus ada komunikasi dengan ART atau orang yang selalu berada di dekat anak-anak. Memberikan pemahaman langsung, tidak cukup hanya dengan menggerutu karena tidak akan menyelesaikan masalah.

Lalu, apakah ada faktor internal lainnya? Banyak, Bund! Diantaranya yaitu karena anak-anak melihat kebiasaan buruk yang dilakukan oleh orang tua atau orang-orang yang ada di sekitarnya. Nah, kalau ini koreksinya cukup mudah ya, Bun. Mudah tapi juga tidak gampang karena harus sama-sama berjuang menjadi role model buat anak-anak. Hahaha.

Faktor eksternal atau yang datang dari luar rumah juga bisa menjadi penyebab anak melakukan kebiasaan buruk. Faktor ini bisa menjadi susah untuk dikendalikan karena orang tua tidak mempunyai kontrol penuh pada anak-anak ketika mereka berada di luar rumah. Namun, orang tua masih bisa mendapatkan akses untuk berkomunikasi dengan anak-anak dan memberikan dukungan untuk terus menjadi anak baik. 

5 Kebiasaan Baik yang Dapat Mendukung Pertumbuhan Anak-anak.

Membangun anak memiliki karakter yang positif menjadi idaman bagi setiap orang tua. Banyak pakar parenting yang berpendapat bahwa perkembangan anak pada masa golden age dapat memberikan efek berkelanjutan. Mereka juga mengharapkan para orang tua, pendidik, dan pengasuh dapat mendampingi anak secara maksimal pada masa ini sehingga anak dapat memiliki kemampuan kognitif dan perkembangan fisik yang baik.

5 Kebiasaan Baik yang Mendukung Pertumbuhan Anak-anak.

Nah, berikut beberapa kebiasaan baik yang dapat mendukung pertumbuhan anak-anak:

1. Belajar Moral Sejak Dini.

Saya pernah mengajak Kecemut, anak pertama saya silaturahim ke rumah rumah saudara dari suami. Baru singgah beberapa menit, dia rewel minta pulang. Saya pikir, ini hal biasa karena anak-anak kadang tidak betah di rumah orang lain. Tapi ternyata kejadian seperti ini tidak hanya terjadi satu kali.

Saat itu usia Kecemut masuk 3 tahun. Dia sudah bisa diajak berkomunikasi, ngobrol, bahkan kadang dia juga memberikan pilihan ketika kami meminta pendapatnya. Mulai dari sini, saya dan suami mulai memberikan pengertian perihal bertamu. Apa yang harus dilakukan dan apa saja yang tidak boleh dilakukan ketika sedang berada di rumah orang lain.

Mengajarkan tentang moral sejak dini bisa dilakukan dengan cara-cara yang menyenangkan, seperti diambil dari buku cerita, storytelling dengan boneka atau robot-robotan. Ada banyak manfaat ketika memberikan pelajaran moral dari setiap permainan yang dilakukan bersama, salah satunya yaitu mengembangkan kecerdasan emosional (EQ). Anak-anak pun dapat memiiliki kepribadian dan karakter yang positif. 

2. Tidak Membuang Sampah Sembarangan. 

Wildan, anak kedua saya kebetulan jarang jajan di warung. Tidak seperti Mbaknya yang sejak usia dua tahun sudah kenal permen yipi yupi hai. Hahaha. Uniknya, nih, Wildan cukup susah diarahkan untuk tidak membuang sampah sembarangan sekalipun sedang di rumah yang mana saya menyediakan beberapa tempat sampah di sekitar rumah.

Kami beruntung karena Mbaknya sudah terlatih membuang sampah sejak dini. Jadi, selain saya dan suami, ada Kecemut yang terus mengingatkan Wildan untuk membuang sampah ketika dia selesai makan jajan. Selain bentuk kebiasaan baik, ini dapat melatih anak untuk bertanggung jawab yang mana sikap ini juga bisa menjadi kebiasaan baik.

Selain rajin mengingatkan untuk tidak membuang sampah sembarangan, kita juga bisa menyampaikan kepada anak-anak tentang dampak negatif membuang sampah tidak pada tempatnya. Seperti dapat membuat orang lain terpleset, ketika dia membuang kulit pisang sembarangan.

3. Mengonsumsi Makanan Gizi Seimbang.

Kebiasaan baik yang nomor tiga ini berat banget, Bun. Apalagi jika tidak dilakukan sejak dini. Karena pada usia dua tahun ke atas, anak-anak sudah bisa memilih makanan yang mereka suka padahal belum tentu dibutuhkan oleh tubuh.

Membiasakan konsumsi makanan dengan gizi seimbang memang tidak mudah. Ada baiknya orang tua mengenalkan manfaat atau kandungan makanan yang akan dikonsumsi anak-anak. Paling tidak, mereka paham dengan makanan dan minuman yang menjadi tubuh lebih sehat, begitu pun sebaliknya. 

4. Istirahat yang Cukup.

Menerapkan kebiasaan baik dengan melakukan istirahat yang cukup akan mempengaruhi kondisi fisik anak-anak. Bahkan, anak-anak yang kualitas tidurnya kurang menjadi sering rewel karena timbul emosi negatif. Berbeda dengan poin nomor 3, orang tua dapat menerapkan kebiasaan nomor 4 ini dengan mudah asalkan anak-anak diberitahu tentang jadwal istirahatnya. Seperti jam tidur siang, jam tidur malam, sampai dengan bangun pagi. Dan ketika sudah menjadi kebiasaan, mempunyai kebiasaan bangun pagi pun banyak manfaatnya buat mereka.

Istirahat yang cukup bisa dibilang sebuah investasi karena efeknya dapat dirasakan oleh jiwa dan juga raga. Jadi, jangan lupa masukkan ke dalam list kebiasaan baik ya, Bun.

5. Menjaga Kebersihan dan Kerapian.

Memulai aktivitas pagi hari dengan mandi dan gosok gigi menjadi contoh dari kebiasaan baik menjaga kebersihan. Kemudian, sebelum sarapan usahakan untuk dibiasakan cuci tangan yang merupakan bagian dari menjaga kebersihan. 

Yups, pada pagi hari, ada banyak kegiatan terkait menjaga kebersihan. Terbayang kalau sudah menjadi kebiasaan kan, Bun. Ada banyak kegiatan baik yang dapat dilakukan anak-anak. Belum lagi jika anak-anak sudah bisa membantu Ibu mencuci piring. Di usia lima tahun, kami mulai melibatkan Kecemut untuk turut mencuci piring dan menyapu. Alhamdulillah dia menjadi anak yang peka. Bahkan sesekali dia mulai bisa mengajak adiknya untuk menyapu. Atau, kegiatan paling sederhana yang membuat ruang makan tampak lebih rapi yaitu dengan kembali memasukkan kursi yang telah dipakai. Dan jujur, ini membuat saya bahagia ketika melihatnya.

Menerapkan Kebiasaan Baik Kepada Anak Sejak Dini.

Buat Ibun dan Ayah yang sehari-hari harus bekerja seperti saya dan suami, tetap optimis perihal pola asah dan asuh anak. Kita masih tetap bisa memperlihatkan atau memberikan contoh kebiasaan baik kepada anak-anak di sela-sela waktu yang kita miliki. Apalagi hal ini dapat mendukung pertumbuhan anak.

Lebih dari itu, dalam hal menitipkan anak, orang tua memang harus betul-betul pasrah. Pasrah ini tidak hanya kepada ART, Mbah, atau tempat penitipan anak. Tapi juga menyerahkan sepenuhnya kepada Allah. Sebagai orang tua, kadang saya tidak sengaja lupa bahwa apa pun yang akan terjadi nantinya, semua atas kehendak Allah. Tiba-tiba anak punya keinginan untuk ke kolam renang Cangkring tanpa pendampingan orang tua, misalnya. Itu sudah menjadi kehendakNya meskipun sebagai orang tua tetap merasa syok karena merasa tidak pernah mengajari anak untuk pergi jauh tanpa pendampingan orang tua.

Orang tua akan merasa lebih ringan ketika kebiasaan baik mulai diajarkan kepada anak sejak dini. Karena jika penerapannya bisa dilakukan secara terus menerus, dampak positif juga akan terasa hingga nanti. Makanya, tidak heran ketika anak-anak yang masih dalam usia emas ini sangat mudah untuk "diajak ke mana saja". Orang tua yang sudah paham akan hal ini, pasti akan sangat memanfaatkan momen usia emas dengan memberikan arahan baik kepada anak-anak, mengajarkan hal-hal baik termasuk menerapkan kebiasaan baik kepada anak. 

Yups, mereka betul-betul memanfaatkan fase golden age yaitu pada usia 0-5 tahun karena pada fase ini pertumbuhan anak berkembang begitu pesat.

Share
Tweet
Pin
Share
4 komentar
Hai, Parents! Akhir pekan di minggu pertama bulan November, saya merasa bahagia ketika melihat anak pertama kami, Kecemut terlihat semangat berkolaborasi dengan Ayahnya mengerjakan tugas dari gurunya. Ya...demi apa sudah waktunya buat jeda dari rutinitas sekolah, tapi semangat dia masih terjaga. Saya melihatnya bukan sisa-sisa semangat, melainkan semangat yang masih utuh. Alhamdulillah. ❤️

Hati Ibun tiba-tiba melting. Saking bahagianya, terus bergumam "duh...jadi ingin rasanya memberikan reward kepada Kecemut, nih."

Iya, hati seorang Ibu memang kadang selemah itu. Eh...bukan lemah, sih. Tapi mudah tersentuh. Apalagi ditambah dengan tingkah laku anak kedua kami, Wildan yang kerap menambah energi positif bagi kami. Rasanyaaa....melihat anak-anak melakukan kebaikan sedikit saja ingin mengajaknya kencan, makan es krim bareng, membelikan aksesori baru, mainan baru, atau apa lah yang sekiranya membuat mereka bahagia.

Namun tidak lama kemudian, mungkin masih dalam menit yang sama, ada bisikan entah dari mana arahnya. Kira-kira bisikannya seperti ini "Eh...sepertinya berlebihan. Anak-anak menyelesaikan tugas dari gurunya adalah hal yang wajar, bukan? Dan itu memang sudah menjadi kewajibannya sebagai siswa." 

Hmmm...perasaan seorang Ibu memang kadang suka berubah-ubah secepat kilat. Tapi tidak usah heran, ya. Mungkin kalian pernah melihat dengan mata kepala sendiri ketika seorang Ibu sedang melakukan tawar menawar suatu barang. Sudah hampir deal, tiba-tiba membatalkan penawarannya dan memilih untuk balik badan atau putar arah. 🤣 

rekomendasi reward untuk anak-anak usia 7-12 tahun

Tanyakan Apa yang Sedang Dibutuhkan Anak.

Anak-anak yang saya maksud di sini adalah early childhood (anak kecil) dengan usia antara 1-6 tahun, dan later childhood (anak besar) dengan rentang usia antara 6-12 tahun. Jadi, buat yang mencari rekomendasi untuk anak usia 12 tahun ke atas, bisa di-skip, ya. Khawatir tidak related. 🤭 

Saya adalah tipe Ibun yang jarang memberikan kejutan untuk anak-anak dan juga suami. Saya lebih sering "meraba-raba" apa yang sekiranya sedang mereka butuhkan, lalu mengkonfirmasikan apakah ilmu penerawangan saya ada yang menyerempet sekalipun judulnya adalah hadiah. Saya merasa lebih klop jika memberikan sesuai dengan kebutuhan, bukan keinginan. Karena nilai manfaatnya akan lebih terasa.

Jadi, tidak ada salahnya untuk bertanya kepada anak-anak apa yang sekiranya sedang mereka butuhkan. Tapi, sesekali memberikan hadiah untuk mereka tanpa konfirmasi terlebih dahulu boleh lah. Karena Ibu biasanya memang paling tahu. Eh, paling tahu atau sok tahu, sih? 😆

Orang Tua Dapat Memberikan Penawaran Atau Rekomendasi.

"Pengen hadiah apa dari Ibun, nih?" Anak-anak disodorin pertanyaan seperti ini girang bukan main. Otak langsung merespon, kemudian keluar lah satu per satu barang yang mungkin selama ini sudah menjadi waiting list. Dulu, saya pernah merasakan demikian saat orang tua saya menawarkan hadiah.

"Duh...sepeda atau tas baru, ya? Bingung!" 🤭

Nah, saat anak belum punya gambaran atau masih bingung dengan pilihannya, orang tua bisa memberikan penawaran atau rekomendasi hadiah. Berikut 5 rekomendasi reward yang cocok buat anak-anak:

5 rekomendasi reward untuk anak-anak

🖐🏻Playground Menjadi Alternatif Bagi Anak-anak.

Lima hari kerja bagi Ibun, enam hari kerja bagi Ayah, dan anak menjalani rutinitas sebagai pelajar selama enam hari dalam seminggu. Setelah berjibaku dengan rutinitas harian yang kerap menguras tenaga dan pikiran, memberikan reward bagi untuk bersenang-senang di playground dapat menjadi alternatif. Playground atau tempat bermain dapat menjadi rekomendasi hadiah bagi anak-anak. Hormon Dopamin sudah pasti menyapa anak-anak. Dan orang tua pun dapat merasakan kebahagiaan ketika melihat mereka bahagia.

🖐🏻 Mengajak Anak-anak Ke Toko Buku.

Kedua anak kami kebetulan suka bercerita. Setiap malam sebelum tidur saya membacakan dongeng buat mereka. Buku cerita yang kami punya belum banyak. Makanya tidak heran jika ada beberapa buku yang mereka sudah hafal ceritanya. Untuk menambah koleksi buku bacaan, orang tua dapat memberikan penawaran untuk membeli buku sebagai bentuk reward.

🖐🏻Memilihkan Mainan Sesuai Dengan Kebutuhannya.

Menawarkan mainan menjadi salah satu rekomendasi hadiah untuk anak-anak. Ini sudah dipastikan anak-anak merasa senang. Selain mainan bertambah, mereka bisa "cuci mata" melihat mainan-mainan yang dipajang di etalase toko mainan. Iya, kami lebih memilih membeli mainan di toko offline supaya mereka dapat melihat dengan nyata "surga mainan". 😂 Ada baiknya orang tua memberikan rekomendasi mainan sesuai dengan kebutuhan anak, bukan sesuai dengan keinginan. Ya...tahu sendiri, anak-anak kalau sudah lihat mainan kadang suka lupa diri. Sebelas dua belas dengan Ibun kalau sudah lihat kosmetik. 

🖐🏻Mengajak Anak-anak ke Sunday Morning.

Penawaran kali ini cukup unik. Tahu sunday morning a.k.a Sunmor kan, Bun? Semacam pasar kuliner yang digelar tiap minggu pagi. Biasanya kegiatan ini dibarengi dengan Car Free Day (CFD). Di kota tempat saya tinggal, Sunmor yang sempat redup saat pandemi, sekarang sudah kembali ramai. Saya menjadikan ini sebagai bentuk hadiah karena mereka dapat memilih apa saja yang mereka inginkan. Bukan lagi yang mereka butuhkan. Ya...kan tinggal di desa jajanan yang ada cuma itu-itu saja.😂 Jadi, kami membiarkan mereka memilih jajan sesuai seleranya, terepenting cocok buat mereka.

Ada surga mainan, ini di Sunmor ada surga jajanan dan aksesori, ya. Gass pol pokoknya!

🖐🏻Mengizinkan Anak-anak Untuk Melakukan Kegiatan Apa Saja. Asalkan.... 🤭

Eh...masih ada kata asalkan. Seperti tidak niat memberikan hadiah, ya. Hahaha. Tidak bermaksud demikian, kok. Anak-anak boleh melakukan kegiatan apa saja asalkan di rumah atau di tempat yang masih dalam jangkauan orang tua. Terbayang ketika memberikan izin kepada anak-anak untuk dapat melakukan kegiatan apa saja, tapi ternyata mereka pergi ke Cangkring. Duh...ini namanya bukan hadiah, tapi musibah. 😩

Reward untuk melakukan apa saja salah satunya kami manfaatkan untuk memberikan akses bermain gadget sampai anak-anak lelah dengan sendirinya. Iya, mereka setiap harinya kami batasi untuk bermain gadget. Jadi, pas kami menawarkan hadiah untuk memainkan smartphonenya sudah pasti bahagia.

Sebenarnya Tidak Ada yang Berlebihan. Namun, Waktu Bisa Menjawab.

Kapan terakhir Ibun dan Ayah memberikan reward kepada anak-anak? Ini dapat menjadi patokan ketika orang tua akan memberikan hadiah kepada anak. Kalau memang sudah lama tidak memberikan penghargaan kepada anak-anak atas sebuah prestasi, kenapa tidak memberikannya. Satu yang menjadi catatan bagi saya, bahwa prestasi itu tidak melulu soal juara. Ya terbayang, kalau anak-anak memang tidak bisa mendapatkan kesempatan untuk menjadi juara di sekolah atau di tempat mereka mengaji, berarti susah untuk mendapatkan reward dari orang tua, bukan?

rekomendasi hadiah untuk anak-anak

Dan memang, tidak ada yang berlebihan. Ketika orang tua merasa kagum dengan sikap yang ditunjukkan anak-anak, saat itu juga orang tua bisa memberikan hadiah. Apalagi jika sudah lama tidak memberikan reward, tidak usah berpikir lama. Langsung saja sampaikan kepada anak-anak tentang kekagumannya dan sampaikan juga kalau ingin memberikan hadiah. Ya...sebelum ada bisikan yang datangnya entah dari mana. 😆

Semoga setelah membaca tulisan ini sudah tidak bingung lagi mau ngasih reward apa untuk anak-anak ya, Parents. Ibun atau Ayah boleh banget menambahkan rekomendasi hadiah untuk anak-anak di kolom komentar, lho. Silakan. 🤗
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Hai, Bun! Apa kabar hari ini? Semoga dalam keadaan sehat wal afiat, ya. Sudah masuk musim hujan, nih. Nyaris setiap hari di Banjarnegara hujan, nih. Setiap hendak pulang kerja pun, saya pasti kehujanan. Betul-betul harus menjaga stamina agar tetap strong! ❤️

Akhir-akhir ini, entah sudah berapa kali saya mengucapkan terima kasih kepada diri sendiri atas pencapaian-pencapaian yang sungguh di luar dugaan. Banyak pekerjaan di bulan ini yang alhamdulillah bisa saya selesaikan tepat waktu. Pekerjaan kantor, pekerjaan sebagai Bloger, alhamdulillah dapat berjalan berdampingan. Sungguh nikmat luar biasa dapat menjalankan dua passion dengan aman meskipun masih menjadi pejuang deadline. Ah...enggak masalah, ya. Terpenting ada niat baik untuk menyelesakannya. 🤣

Lalu, di sela-sela rutinitas sebagai Ibu Bekerja, alhamdulillah saya masih bisa hadir untuk keluarga khususnya anak-anak yang selalu setia menunggu Ibun pulang.

Pengalaman Menyapih Anak Kedua

Memandikan anak, menyiapkan bekal sekolah untuk Kecemut, bercerita tentang aktivitas harian, main mobil-mobilan bersama Wildan, ngobrol-ngobrol cantik bareng suami. Meskipun sesederhana itu, ini nikmat luar biasa bagi saya seorang Ibu Bekerja yang berangkat pagi pulang sore. 🤗 Sesederhana apa pun itu, bisa hadir di tengah-tengah mereka dalam keadaan sehat, tuh, rasanya bahagia tak terkira.

Alhamdulillah...Bisa Kembali Merasakan Nikmatnya Menyapih.

Lebih dari itu, alhamdulillah tahun ini, saya dapat merampungkan salah satu kewajiban saya sebagai Ibu Menyusui yang tak lain adalah memberikan Air Susu Ibu (ASI) kepada anak kedua saya selama 2 tahun penuh. Tepatnya bulan Mei lalu saya bisa kembali merasakan nikmatnya menyapih. Ini juga termasuk pencapaian luar biasa. Apalagi jika ingat perjuangan memberikan ASI Perah (ASIP) kepada anak-anak, banyak godaan yang jika tidak segera saya patahkan mungkin saya tidak bisa memberikan ASI ekslusif sampai anak usia 6 bulan. Dan mungkin, saya juga tidak akan meneruskan aktivitas memerah ASI di tempat kerja untuk memenuhi kebutuhan nutrisi Wildan. Sangat menyedihkan kalau pemberian ASI sampai berhenti sebelum saatnya. 😩

Kini anak kedua saya, Wildan sudah tidak menyusu. Usianya saat ini 2 tahun 5 bulan per Oktober. Saya tidak pernah menyangka akan mendapatkan dua pengalaman berbeda untuk momen menyapih anak-anak. Saya kira pengalaman menyapih anak kedua bakal sama dengan pengalaman menyapih anak pertama. Ternyata tidak. 

Memang, sih, tiap anak itu punya keunikan masing-masing. Selalu ada cerita tersendiri dalam tumbuh kembangnya. Ketika punya lima anak mungkin juga akan mendapatkan lima pengalaman menyapih. Begitu, Bun? 🤭

Belajar Dari Pengalaman Menyapih Anak Pertama.

Punya anak untuk pertama kalinya, tuh, jujur banyak bingungnya. Pada awal-awal anak lahir, saya kerap merasa tidak tega membangunkan dari tidur lelapnya. Kadang sampai tanya kepada diri sendiri, ini anak tidurnya nyenyak banget, kalau dibangunin marah enggak, ya? Terus, saat anak menangis yang tanpa jeda, merintih setelah imunisasi. Kalau sudah lelah, kadang juga sampai menangis dan sempat berucap "apa yang harus saya lakukan?" 

Lalu, sudah saatnya diberikan makanan pendamping ASI, apa saja yang boleh diberikan sebagai pengenalan MPASI. Memilih buah yang paling bagus, eh ternyata anak belum berminat buat mencobanya. Sayur apa saja yang bisa diberikan ke anak untuk tahap pengenalan, browsing-browsing sampai mumet sendiri. Hahaha. 

Lanjut, sudah dua tahun, seharusnya saya setop pemberian ASI tapi saya belum tega, apa yang harus saya lakukan? Bingung lagi, kan. 🤣 Berbagi pengalaman dengan teman menjadi alternatif sebelum otak penuh dengan tanda tanya. Termasuk sharing tentang menyapih anak pertama yang banyak dramanya. 🤭

Saya pernah hendak menyapih anak pertama tapi gagal terus. Ini terjadi karena saya belum siap menyapih anak. Dalam hati dan pikiran saya, kadang bermunculan prasangka-prasangka buruk yang pada akhirnya membuat saya tidak yakin untuk menyapih anak. Pesan saya dari hati yang paling dalam 🤭, meskipun ada rasa khawatir atau bahkan rasa kangen memberikan ASI kepada anak, Ibun harus ikhlas dan yakin bahwa anak sudah siap untuk tidak menyusu Ibunya ketika sudah usia 2 tahun. 

Ibun juga harus lebih realistis tapi tetap melibatkan hati, sih. Karena jika terus mengulur waktu menyapih, ini tidak akan membuat anak dan Ibun lebih baik. Karena pada usia dua tahun, anak akan mulai belajar mandiri. Banyak aktivitas seru yang akan dikenalkan kepada anak. Terbayang saat Ibun masih mempertahankan untuk memberikan ASI dengan usia 2 tahun atau bahkan lebih. Bisa jadi maunya nempel terus sama Ibunnya, nempel karena pingin ngempeng. 🤣

cara menyapih anak dengan benar

Memberikan Pengertian Sejak Dini.

Saya masih punya simpanan artikel yang berjudul 2 Tahun Wildan. Pada artikel tersebut, saya menceritakan tentang momen ulang tahun kedua anak laki-laki saya. Momen ulang tahun kedua saya jadikan patokan untuk dia tidak menyusu Ibun.

"Mamas, nanti kalau udah ulang tahun, berarti Mamas sudah tidak nenen Ibun." Pengertian ini terus menerus saya sampaikan kepada Wildan.

Saya tidak pernah bosan untuk memberikan pengertian dan pemahaman tentang setop menyusu kepada Wildan. Saat menyampaikan hal itu, hati ini ada nyeri-nyeri, sih. Tapi memang harus disampaikan supaya anak semakin paham dan tidak kaget ketika Ibun tidak membuka akses enen. 😆

Manfaatkan Momen Ulang Tahun.

Saya mencoba menerjemahkan raut wajah Wildan ketika saya menyampaikan perihal menyapih, mungkin momen ulang tahun menjaadi momen yang sangat tidak ditunggu-tunggu atau sangat tidak diinginkan oleh Wildan. Saya pun merasa kalau dia tidak begitu antusias ketika saya membelikan kue ulang tahun untuknya. Kejadian ini sangat berbeda dengan Mbaknya yang mana dia selalu menunggu momen ulang tahunnya padahal sebelumnya sudah saya sampaikan bahwa setelah ulang tahun kedua, Mbak sudah tidak boleh menyusu Ibun lagi. Tapi memang beda.🤭

Namun saya tidak patah semangat. Saya merasa jika momen ulang tahun kedua dapat dimanfaatkan sebagai cara untuk sounding kepada anak ketika akam disapih. Ini baru saya coba sekali, sih. Jadi meskipun belum yakin 100%, paling tidak ada komunikasi yang pasti dan tidak setengah-setengah. Besok saya coba lagi untuk anak ketiga, ya. Siapa tahu tips yang satu ini tingkat keberhasilannya 80%. Eh...Insya Alloh otw anak ketiga. 😆

Lebih "Seru" Menyapih Anak Pertama atau Kedua?

Pengalaman saya, lebih sabar menyapih anak pertama. Ibun lebih baper dan kesiapan menyapih belum maksimal. Sekalipun suami dan orang terdekat sudah mendukung, tapi jika Ibun memang betul-betul belum siap, yang terjadi adalah "anda belum beruntung atau anda belum berhasil, silakan coba lagi." 🤭

Menyapih anak pertama memang harus kuat mental. Berbeda dengan anak kedua. Tetap harus menyiapkan mental yang tangguh, tapi kali kedua ini berbeda. Sudah lebih siap dan sudah paham bagaimana mengatasi emosional pada diri sendiri dan juga anak. Saya merasa sudah lebih siap menyapih untuk anak kedua.

Bagaimana dengan pengalaman Bunda saat menyapih anak? Boleh lah sharing penglaman seru menyapih anak-anak. 😉
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Hello, Parents! Orang tua mana yang tega melepaskan anak usia 6 tahun pergi renang sendirian? Sepertinya jarang, ya. Sekalipun ada orang dewasa yang membersamainya, tapi banyak orang tua yang merasa belum tega dan pastinya banyak hal yang menjadi bahan pertimbangan. Keselamatan anak, misalnya. Atau, ada juga orang tua yang merasa buah hatinya belum sepenuhnya bisa mandiri di usia tersebut.
 
Anak Usia 6 Tahun Pergi Renang Tanpa Orang Tua

Tolak ukur sikap mandiri anak memang tidak tergantung pada usia. Orang tua dapat melihat kemandiriannya pada kesiapan anak ketika akan bepergian. Bagaimana anak sudah dapat memahami arah, sudah mampu berkomunikasi dengan orang lain, memahami rambu-rambu lalu lintas, dan teliti terhadap barang bawaannya. Paling tidak dengan identifikasi tersebut, orang tua sudah punya sedikit keyanikan untuk mengizinkan anak bepergian sendiri.
 

Kronologi Anak Usia 6 Tahun Pergi Renang Tanpa Orang Tua. 

Jum'at, 19/6/2022 pukul 13.30. Siang itu saya baru saja pulang dari dinas dalam kota. Baru saja duduk dan merasakan kenyamanan, saya menerima telepon dari Bapak. Beliau mengabarkan bahwa cucu kesayangannya sudah lama tidak terlihat di sekitar rumah. Dari penyampaiannya, Bapak khawatir sekali. Sampai saya yang biasanya selalu berusaha menyikapi telepon dengan tenang, kali ini ikut khawatir.

Jujur, tubuh ini masih membutuhkan istirahat mengingat baru melakukan perjalanan yang cukup jauh dengan medan yang tidak biasa. Namun tentu saja saya tidak bisa kembali merasakan kenyamanan duduk di kursi. Terlebih saat saya kembali menerima telepon dari Bapak dan menerima update informasi kalau Kecemut pergi bersama teman baiknya dengan mengendarai angkutan umum menuju arah Cangking, sebuah obyek wisata wahana air yang jaraknya kurang lebih 15 km dari rumah dan harus naik angkutan umum 2 kali untuk sampai lokasi.

Suami yang saat itu masih kerja, langsung saya kabari dan shock banget, sama seperti saya ketika mendengar kabar yang membuat lutut lemas seketika. Saking was wasnya, saya langsung ambil kontak sepeda motor untuk bergegas menyusul ke Cangkring. Baru keluar dari ruangan, hujan turun dan langsung deras. Terbayang hati ini seperti apa, Bun?

Mengulang Kesalahan yang Sama. Namun, Kali Ini Lebih Astgahfirullahal'adzim. 


Kejadian ini tidak hanya sekali. Setelah Jum'at Kecemut renang bersama seorang teman baiknya, Minggunya dia kembali melakukan hal yang sama. Kali ini dia ke Cangkring tidak hanya bersama satu teman, namun bersama lima temannya dan yang paling besar adalah usia 9 tahun. FYI, ini bukan kali pertama Kecemut pergi ke Cangkring. Kami sekeluarga sering renang di sana. Bisa dibilang, tempat renang ini menjadi kolam renang favorit karena airnya jernih alama dan aroma kaporitnya tidak begitu terasa.

Terlalu khawatir amarah saya akan meledak saat bertemu dengan Kecemut di Jum'at sore, saya dan suami memilih untuk sama-sama menenangkan hati. Kami tanya jawab dengan santai meskipun sebenarnya ingin sekali meninggikan volume suara. Kami memberikan pengertian dan meminta tolong kepada Kecemut untuk tidak mengulangi kesalahan-kesalahan lagi. 

Hati ini rasanya tidak rela atas pengambilan keputusan Kecemut untuk pergi bersama temannya. Tapi saya merasa harus punya waktu khusus untuk menumpahkan semuanya sampai tuntas dengan harapan Kecemut lebih paham lagi. Belum sampai tumpah, kejadian yang sama kembali terulang pada hari Minggu. Artinya, masih dalam minggu yang sama, Kecemut melakukan kesalahan yang sama.

Sampai di sini, mungkin ada yang bertanya-tanya, "Bagaimana anak-anak yang masih di bawah umur bisa sampai Cangkring? Berapa uang yang mereka bawa untuk dapat menikmati wahana air? Apakah mereka bisa menyeberang jalan? Apakah di angkutan umum mereka baik-baik saja?"

Saya speechless! Apalagi ketika tahu mereka ke Cangkring membawa uang saku 100 ribu yang mana uang tersebut didapat dari Kecemut. Hiks...Kecemut memberanikan diri mengambil uang lembaran berwarna merah yang saya simpan di lemari. Kebetulan tersisa satu lembar. Memang tidak terlihat, tapi mungkin dia tahu tempat saya menyimpan uang. Dan ini kali pertama dia mengambil uang orang tuanya tanpa izin.

Sebagai orang tua, shock banget rasanya. Hati ini patah rasanya, se patah-patahnya. Bukan hanya lutut saja yang lemas, tubuh ini serasa tak bertulang. 

Anak Memang Seorang Peniru Ulung.

Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Pepatah yang sering kita baca dan dengar ini dipakai untuk mengacu pada adanya kemiripan sikap, perilaku, dan pola pikir antara orang tua dengan anak-anak. Pun dengan istilah anak adalah seorang peniru ulung. Peran Ayah Ibun atau orang di sektiar anak dalam memberikan stimulus sangatlah penting, karena sikap, perilaku dan kata-kata yang baik atau buruk yang keluar dari mulut akan sangat mudah di tiru oleh anak.

Terkadang ada orang tua yang lupa akan pribadinya yang sekarang atau saat sudah menjadi orang tua. Anak-anak setiap hari bersama kita, mulai dari bangun tidur, hingga kembali tidur pada malam hari. Mereka dapat melihat, mengamati, bahkan meniru apa saja yang kita lakukan. Dan sudah menjadi hal biasa ketika anak melakukan kesalahan kususnya dari sisi perilaku pasti akan dihubungkan dengan orang tuanya.

Dalam konteks kesalahan yang dilakukan Kecemut, tidak sedikit orang yang berkomentar kalau perilakunya sama persis dengan Ibunya saat masih kecil. Iya, kali ini obyeknya adalah Ibunya, bukan Ayahnya. Hahaha.

Anak Memang Seorang Peniru Ulung


Menurut mereka, dulu saat saya masih kecil suka bepergian sampai membuat orang tua bingung harus mencari ke mana. Komentar ini langsung saya patahkan, dong. Ibu saya pun tidak membenarkannya. Karena faktanya, saya mulai sering jarang pulang karena Traveling, tuh, sejak lulus kuliah dan menjadi seorang Ibu.

Kecemut menjadi lebih berani dibanding teman-teman lain yang seusianya karena mungkin sering melihat saya pergi bersama teman-teman meskipun hanya melihat dalam bentuk dokumentasi. Dia juga tahu kalau saya lebih memilih naik angkutan umum ketika bepergian. Dia paham betul karena sering saya ikutkan. 

Jadi, dia melihat seluruh aktivitas saya ketika sedang bepergian bersama teman-teman atau rekan kerja. Mungkin mulai dari sini, dia pelan-pelan belajar meniru untuk bepergian dengan transportasi umum. Yang membuat saya shock, kenapa ini terjadi disaat usianya masih sangat dini di mana tingkat keamanan transportasi umum, khususnya angkutan dalam kota di tempat saya tinggal belum semua aman, ramah dan nyaman untuk anak-anak.

Anak Adalah Tempat Belajar Bagi Para Orang Tua.

Satu yang menjadi catatan kami, khususnya saya yang lebih sering mengajak anak-anak bepergian kerap lupa menyampaikan informasi penting seperti kapan anak-anak boleh mulai naik transportasi umum. Saya seringnya hanya menyampaikan, "nanti kalau sudah besar, nanti kalau sudah berani, nanti kalau sudah punya uang, nanti nanti dan banyak nantinya", tanpa menyertakan detailnya. 

Kejadian ini menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi saya. Dan memang benar, orang tua bisa belajar banyak dari anak-anak. Ya...barangkali pesan yang disampaikan kurang tepat atau bahkan tidak tepat. Entah dari cara penyampaiannya, penggunaan bahasa, istilah, atau hal lainnya. 

Berkomunikasi atau menyampaikan pesan kepada anak-anak yang sekiranya memiliki risiko memang harus disampaikan secara penuh termasuk "do and don't", tidak boleh setengah-setengah.

"Nanti kalau sudah besar, yaa...kira-kira saat Mbak sudah SMP, baru bisa mulai naik angkutan umum. Itu pun kalau Mbak sudah merasa berani." Mungkin komunikasi tepatnya seperti ini. Ada kejelasan karena kadang anak-anak juga tidak bertanya balik.

Lebih lengkap lagi, sampaikan alasan kenapa baru bisa melakukannya saat sudah besar, saat sudah SMP. Termasuk risiko-risikonya tanpa ada maksud menakut-nakuti. Harus pandai-pandai dalam mengambil angle saat berkomunikasi dengan anak-anak. Pelan, fokus, jangan terburu-terburu ketika sedang mulai bercakap penting dengan anak-anak dan harus sampai tuntas tidak meninggalkan keraguan atau pertanyaan.

Malam itu, tepatnya setelah kejadian kedua Kecemut pergi ke Cangkring, saya dan suami ngbrol sampai dini hari karena kemi merasa keberanian Kecemut kali ini sudah tidak bisa ditoleransi lagi. Obrolan kami mengalir begitu saja sampai tak terasa air mata ini sesekali menetes saking sedihnya. Apalagi hampir semua orang di desa kami tahu kejadian yang melibatkan lima anak.

kolam renang cangkring

Bisa dibilang, kejadian ini sempat viral di Desa tempat kami tinggal. Kira-kira selama sepekan. Hampir setiap berpapasan dengan orang, mereka menyapa Kecemut dengan bercandaan "Ayo ke Cangkring lagi". Mereka bercanda, sih, tapi melihat ekspresi Kecemut kasihan juga. Kami berharap semoga dia paham dengan kesalahannya dan tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Tarik nafas, sekian curhatan Ibun kali ini, ya. xixixi
Share
Tweet
Pin
Share
7 komentar
Newer Posts
Older Posts

Cari Di sini

Perkenalkan...

Hai...perkenalkan, saya Idah. Ibuk dari dua anak dan satu-satunya admin di blog ini.

Rutinitas saya saat ini sebagai Ibu Rumah Tangga sekaligus Ibu Pekerja Kantoran. Kami sekarang tinggal di Kota Dawet Ayu, Banjarnegara, Jawa Tengah.

Oiya, jika ingin komunikasi, bisa melalui akun instagram kami @cerisfamily atau kontak langsung melalui email cerisfamily@gmail.com. Terima kasih.

On Youtube

Fans Page

CERIS Family

Blog Archive

  • ►  2025 (14)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (5)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2024 (39)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (10)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2023 (28)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (4)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (3)
  • ▼  2022 (14)
    • ▼  Desember (2)
      • Traveling Bersama Anak, Ini 5 Barang yang Harus Di...
      • Menyatukan Momen Ulang Tahun Anak
    • ►  November (4)
      • Outing Class Ala Omah CERIS
      • Dorong Inner Strength Anak Untuk Mewujudkan Mimpinya
      • Menerapkan Kebiasaan Baik Kepada Anak Sejak Usia Dini
      • Bingung Mau Ngasih Reward Apa Untuk Anak? Yuk, Bac...
    • ►  Oktober (4)
      • Pengalaman Menyapih Anak Kedua
      • Anak Usia 6 Tahun Pergi Renang Tanpa Orang Tua. La...
    • ►  Agustus (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2021 (12)
    • ►  September (2)
    • ►  Juni (3)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2020 (17)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2019 (42)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Mei (26)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2018 (37)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2017 (61)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (8)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2016 (62)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (7)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2015 (63)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (9)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (10)
    • ►  Juni (12)
    • ►  Mei (2)

Popular Posts

  • Biaya USG 4 Dimensi di RS Panti Nugroho
  • Tujuan Pemeriksaan HB dan HBsAG untuk Ibu Hamil
  • Tip Agar Jahitan Pasca Melahirkan Cepat Kering

recent posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Part Of Community


Blogger Perempuan
mamadaring
Seedbacklink

Follow Us!

Social Media

Facebook Twitter Instagram Youtube Blog Ibu

MageNet

0ccdff8bd3766e1e4fdd711a2ad08ee5151bd247

Created with by ThemeXpose