• Home
  • About
  • Jasmine
  • Wildan
  • Hiroku
  • Kesehatan
  • Tumbuh Kembang
  • Parenting
  • Jalan Jajan

7 Gadget yang Mempermudah Tugas New Parents - Kartu kredit ternyata dapat digunakan untuk mendukung new parents memiliki gadget yang berguna. Menjadi orang tua di masa modern memang penuh tantangan. Namun, perkembangan teknologi ternyata dapat memudahkan tugas dan mengurangi beban, terutama ketika beradaptasi menjadi new parents.

7 Gadget yang Mempermudah Tugas New Parents

Ada banyak gadget yang bisa kamu pilih dengan beragam manfaatnya. Gadget ini dapat kamu akses dengan mudah dan membantu mengawasi buah hati dengan aman, lho! Nah, apa saja sih gadget tersebut? Simak rekomendasinya di sini!

Gadget Terbaik untuk Perlengkapan Newborn, Miliki dengan Kartu Kredit!

Dunia yang serba digital memang memiliki manfaat positif, salah satunya dengan beragam gadget bermanfaat untuk membantu menjaga si kecil. Apakah new parents penasaran? Yuk, ketahui jenis dan kegunaannya!

  • Baby Monitor Camera

Baby monitor camera adalah alat yang sangat membantu bagi new parents serta memberikan rasa tenang saat merawat si kecil. 

Dengan teknologi ini, kamu bisa memantau bayi dari jarak jauh melalui smartphone atau tablet, sehingga tetap bisa melihat dan mendengar apa yang terjadi di kamar bayi tanpa harus selalu berada di sana. 

Fitur seperti penglihatan malam memungkinkan kamu untuk tetap melihat bayi meski dalam kondisi gelap, dan banyak model juga dilengkapi dengan audio dua arah, sehingga kamu bisa menenangkan bayi hanya dengan suara. 

Selain itu, beberapa baby monitor camera dilengkapi dengan sensor suhu dan gerakan yang memberikan informasi tambahan tentang kenyamanan bayi. Dengan semua kemudahan ini, baby monitor camera membantu kamu lebih fokus pada bonding dengan bayi, sambil tetap memastikan bahwa mereka aman.

  • Smart Baby Swing

Tidak kalah canggih, selanjutnya terdapat smart baby swing, inovasi yang sangat membantu bagi orang tua baru. Alat ini memberikan solusi untuk menenangkan dan menghibur si kecil. 

Dengan berbagai fitur canggih seperti gerakan ayunan yang dapat disesuaikan serta pilihan suara atau musik yang menenangkan, alat ini memungkinkan kamu untuk menjaga bayi tetap nyaman tanpa harus mengayun secara manual.

Beberapa model bahkan dilengkapi dengan teknologi otomatis yang dapat memantau dan merespons kebutuhan bayi.

Dengan menggunakan smart baby swing, new parents bisa memiliki waktu untuk beristirahat atau menyelesaikan tugas lain. Tentunya, gadget ini benar-benar membuat pengalaman menjadi orang tua baru menjadi lebih mudah dan menyenangkan!

  • Sterilisator Botol Elektrik

Sterilisator botol elektrik adalah alat yang sangat berguna bagi new parents untuk menjaga kebersihan dan kesehatan bayi dengan cara yang praktis dan efisien. Dengan menggunakan uap panas, sterilisator ini dapat membunuh kuman dan bakteri pada botol, dot, dan peralatan bayi lainnya dalam waktu singkat. 

Gadget ini juga dapat digunakan dengan mudah. Banyak model dilengkapi dengan fitur otomatis yang mematikan daya setelah siklus selesai, sehingga kamu bisa fokus pada hal lain tanpa khawatir. 

Dengan sterilisator botol elektrik, kamu bisa memberikan kebersihan peralatan si kecil dengan lebih mudah dan cepat. Alat ini dapat kamu miliki segera dengan kartu kredit online, lho!

  • Kulkas atau Freezer ASI

Freezer ASI adalah alat yang sangat untuk menyimpan ASI dengan aman dan praktis. Dengan kapasitas yang dirancang khusus untuk menyimpan susu ibu, kulkas ini memungkinkan kamu menyimpan ASI dalam jangka waktu yang lebih lama, sehingga bisa memberikan nutrisi terbaik untuk si kecil. 

Banyak model kulkas dan freezer dilengkapi dengan suhu yang dapat diatur sehingga ASI tetap dalam kondisi optimal. Dengan kemudahan ini, kamu bisa menjadwalkan waktu menyusui dan lebih tenang saat bekerja atau beraktivitas, tanpa khawatir kebutuhan ASI. 

  • Baby Nail Trimmer

Dengan desain yang lembut dan biasanya dilengkapi dengan fitur pengaman, trimmer ini memudahkan kamu untuk memotong kuku bayi yang halus tanpa takut melukai jari-jarinya. Banyak model juga memiliki lampu LED untuk membantu melihat dengan jelas bahkan dalam kondisi pencahayaan redup. 

Dengan baby nail trimmer, kamu bisa merawat kuku si kecil dengan cepat dan efisien, sehingga tidak perlu lagi khawatir tentang kuku yang terlalu panjang dan berisiko menggores kulitnya. 

  • Baby Scale

Baby scale adalah alat yang sangat berguna untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan si kecil dengan akurat. Dengan menggunakan timbangan ini, kamu dapat dengan mudah mengetahui berat badan bayi secara teratur, yang penting untuk memastikan mereka mendapatkan nutrisi yang cukup. 

Banyak model baby scale dirancang dengan fitur yang ramah bayi, seperti alas yang lembut dan desain yang stabil, sehingga membuat proses penimbangan menjadi lebih nyaman dan aman. 

  • Food Processor

Terakhir, terdapat food processor yang sangat membantu bagi orang tua baru, terutama saat mulai memperkenalkan makanan padat kepada bayi di atas 6 bulan. Meskipun baru akan dipakai saat bayi sudah program MPASI, tidak ada salahnya orang tua menyiapkan lebih awal agar nanti bisa fokus merawat bayi tanpa perlu memikirkan untuk membeli perlengkapan lagi.

Dengan kemampuannya untuk mencincang, menghaluskan, dan mencampur bahan makanan dengan cepat, food processor membuat proses persiapan makanan menjadi lebih efisien dan praktis. 

Kamu bisa dengan mudah membuat MPASI dari buah, sayuran, atau daging untuk si kecil. Banyak model juga dilengkapi dengan berbagai aksesori, seperti penggiling dan pengiris, sehingga kamu bisa menyiapkan beragam jenis makanan dan dapat menghemat waktu.

Gadget canggih di atas tentu bisa sangat membantu kamu dalam merawat si kecil, terutama dalam masa new parents. Ada banyak kemudahan di balik teknologi yang canggih. Namun, pastikan memilih produk berkualitas yang aman dan tentunya dapat bertahan lama, ya!

Memiliki perlengkapan canggih yang mendukung new parents kini lebih mudah dengan Apply Kartu Kredit Digital digibank by DBS. Ini adalah credit card yang wajib kamu pilih karena memiliki banyak keunggulan.

Credit card ini memiliki approval yang cerdik, hanya dalam 60 detik. Selain itu, kamu juga bisa mengubah transaksi menjadi cicilan sesukamu hingga 60 bulan di mana pun dan kapan pun lewat Aplikasi digibank by DBS.

Produk ini juga menjadi online credit card pertama di Indonesia. Tenang saja, proses Apply Kartu Kredit Gampang dilakukan, lho! Mari simak informasi lengkapnya di sini!

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Siapa sih yang suka sama sampah? Bau busuknya bikin mual, dan tampilannya juga selalu bikin kita merasa jijik. Nggak cuma bikin lingkungan jadi kotor dan bau, sampah juga mengancam kesehatan kita.

Sayang, kehadiran sampah di berbagai sudut tempat tinggal kita selalu menjadi pemandangan sehari-hari yang tak terelakkan. Tidak terkecuali di kota tempat tinggal saya di Banjarnegara, Jawa Tengah. Padahal, jika kita mau sedikit saja menaruh kepedulian. Masalah sampah akan bisa teratasi. Bayangkan saja, kalau lingkungan kita bersih, pasti lebih sehat dan menyenangkan untuk ditinggali, ya kan?

Arky Gilang Wahab yang Sukses Mengkonversi Sampah Organik untuk Ketahanan Pangan

Yuk, Mulai Pilah Sampah dari Rumah.

Seperti yang saya bilang di atas tadi. Sampah bukan sekedar masalah estetika, tapi juga merupakan ancaman serius bagi lingkungan dan kesehatan kita. Sudah saatnya kita bertindak! Jangan biarkan sampah merusak keindahan alam dan mengancam kehidupan kita. Tak perlu menunggu orang lain bertindak, karena kita bisa memulainya dari dari diri sendiri. Misalnya dengan membuang sampah pada tempatnya, atau mengurangi penggunaan plastik, atau dengan memilah sampah sejak dari rumah.

Di negara-negara yang modern dan bersih seperti Jepang, masyarakatnya sangat disiplin dalam memilah sampah sejak dari rumah. Mereka akan memisahkan sampah menjadi beberapa kategori. Mulai dari sampah organik yang bisa dibakar, sampah yang tidak bisa dibakar seperti logam atau plastik, sampah yang bisa didaur ulang seperti kertas dan botol hingga kaleng, serta sampah berbahaya seperti limbah baterai, lampu, maupun elektronik.

Memilah sampah dari rumah memang merupakan langkah awal yang sangat penting dalam pengelolaan sampah yang baik. Dengan memilah sampah dari rumah, secara tidak langsung kita ikut membantu mengelola sampah secara efisien dan mengurangi volume sampah di TPA. Tidak berhenti sampai di sana, jika kita memilah sampah dari rumah, sama saja kita turut membantu mencegah pencemaran lingkungan, memudahkan sampah didaur ulang, dan juga bisa membantu meningkatkan ekonomi masyarakat.

Ya, kamu tidak salah dengar. Mengolah sampah memang bisa membantu memulihkan bahkan meningkatkan ekonomi masyarakat, seperti yang telah dilakukan oleh Arky Gilang Wahab. Melalui kegiatan konversi sampah (limbah) organik, ia bisa membantu menciptakan ketahanan pangan bagi masyarakat disekitarnya, khususnya masyarakat di Desa Banjaranyar, Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Bagaimana kisahnya?

Arky Gilang Wahab Bantu Ketahanan Pangan dengan Program Konversi Sampah.

Seperti di banyak tempat lainnya di belahan bumi ini. Di Desa Banjaranyar, sampah yang menumpuk di berbagai tempat menimbulkan bau tak sedap dan sangat mengganggu pemandangan. Melihat pemandangan tak sedap ini, pada tahun 2018, Arky membentuk organisasi bernama Greenprosa untuk memberdayakan masyarakat dalam mengelola sampah di desanya, khususnya sampah organik.

Ketika baru memulai, ia mengelola sampah organik dengan menggunakan metode composting. Yaitu metode mengelola sampah organik (sisa makanan hingga potongan sayuran) menjadi pupuk kompos. Proses komposting ini biasanya dilakukan secara alami menggunakan mikroorganisme seperti bakteri, jamur, atau hewan-hewan kecil semisal cacing. Akan tetapi, pilihan metode ini ternyata membutuhkan lahan yang luas karena prosesnya dilakukan secara alami. Disamping itu, metode ini juga membutuhkan waktu yang relatif lama untuk mengubah sampah menjadi kompos siap pakai. Karena kelemahan metode tersebut, Arky kemudian mencoba mengatasi sampah organik dengan cara membudidayakan larva lalat (maggot). 

Pada percobaan pertama, ia mencoba membudidayakan 5 gram maggot yang ia beri makanan dari sampah organik hasil pengumpulan dari kampungnya. Dari percobaan tersebut, diketahui bahwa 1 ekor maggot bisa mengkonsumsi sampah organik sebanyak 3 kali berat tubuhnya dalam kurun waktu 24 jam. Itu artinya, 1 kg maggot rata-rata bisa menghabiskan 5 kg sampah organik dalam sehari. 

Metode ini jauh lebih efektif untuk mengelola sampah organik jika dibandingkan dengan metode komposting yang membutuhkan waktu berminggu-minggu. Tidak hanya membutuhkan waktu yang lebih singkat untuk membereskan sampah organik, produk turunan dari budidaya maggot ini juga bermanfaat bagi petani dan peternak. Baik maggot basah maupun maggot yang sudah dikeringkan, keduanya bisa dijadikan sebagai alternatif pupuk atau pakan ikan lele.

Arky Gilang Wahab yang Sukses Mengkonversi Sampah Organik untuk Ketahanan Pangan

Untuk mengolah sampah organik, Arki bekerja sama dengan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Sukaraja Kulon untuk mengelola budidaya maggot di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST). Selain menjalin kemitraan dengan BUMDES, Greenprosa juga bekerja sama dengan 12 kelompok swadaya masyarakat, pemerintah daerah Banyumas, dan berbagai lembaga maupun pihak lainnya untuk mengelola sampah organik dan budidaya maggot. 

Dari kegiatan ini, per Januari 2022 Arky dan organisasi yang dibentuknya bisa mengolah sampah sebanyak 12 ton per hari yang dikumpulkan dari sekitar 1550 rumah di 2 kecamatan. Sampah-sampah yang diambil dari rumah-rumah tersebut kemudian dipilah secara manual maupun dengan menggunakan mesin pemilah otomatis. 

Secara tidak langsung, kegiatan ini telah membantu membuka lapangan pekerjaan dan membantu ketahanan pangan bagi masyarakat yang terlibat. Hebatnya lagi, produk turunan maggot berupa pakan ternak maupun pupuk organik tidak hanya dipasarkan secara lokal tapi juga menjadi salah satu komoditas ekspor ke sejumlah negara. 

Program Konversi Sampah Organik Antarkan Arky Raih Penghargaan dari Astra.

Program sistem konversi sampah organik yang dicetuskan oleh Arky Gilang Wahab telah memberikan berbagai manfaat untuk alam dan juga orang-orang yang ada di sekitarnya. Atas prakarsanya tersebut, Arky Gilang Wahab terpilih menjadi salah satu penerima anugerah SATU Indonesia Awards pada tahun 2021 di kategori ‘lingkungan’ dengan kegiatan “Penggerak Program Sistem Konversi Limbah Organik untuk Menciptakan Ketahanan Pangan.”

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Kalau ditelusuri, kehadiran smartphone berbasis Android dan iOS di Indonesia sudah berlangsung lebih dari satu dekade. Tapi meski usianya tergolong cukup muda, namun penetrasinya di masyarakat justru luar biasa.

Menurut data dari Kompas.com, pada tahun 2023 lalu, setidaknya ada 354 juta ponsel atau handphone yang aktif di tanah air. Jumlah tersebut jauh melampaui jumlah total penduduk Indonesia yang pada saat itu berjumlah 278 juta jiwa.

Achmad Irfandi Pelopor Kampung Lali Gadget

Sebenarnya hal tersebut tidak begitu mengherankan mengingat, karena di era sekarang, bukan sesuatu yang aneh apabila seseorang punya satu atau dua hp. Masifnya penetrasi ponsel pintar di masyarakat turut berimbas pada penggunaan ponsel di kalangan anak-anak. Bukan cuma karena tren, tapi juga karena transformasi fungsi hp itu sendiri.

Gadget yang tadinya cuma dipakai untuk komunikasi, sekarang mulai lebih sering digunakan untuk mengakses informasi, belajar, bersosialisasi, bermain game, hingga mengakses hiburan. Karena itu, tidak heran apabila anak-anak sangat mudah kecanduan gadget.

Perjuangan Berat Emak-Emak Mencegah Anak-Anak Main Gadget.

Mencegah anak-anak agar tidak kecanduan gadget di era digital, nyaris seperti misi yang hampir mustahil (mission impossible).

Bukan cuma karena anak-anak sangat mudah kecanduan dengan berbagai permainan dan tontonan yang hadir di gadget, tapi juga karena kondisi ibu itu sendiri.

Sebagai seorang ibu, entah itu yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga ataupun wanita karir, terlebih jika ia punya beberapa anak, bisa dipastikan akan kesulitan untuk mengatur waktu dan energi mereka buat anak-anak.

Dalam kondisi tertentu, gadget seringkali dianggap sebagai “penyelamat.” Entah itu, untuk sekedar mendiamkan anak yang rewel atau untuk membuat anak agar nggak kemana-mana sehingga tidak perlu diawasi.

Aku yakin, banyak emak-emak di sini yang pasti sering memberikan anak-anak mereka gadget saat mereka sedang sibuk di dapur, saat butuh waktu untuk beristirahat, atau saat ingin konsentrasi pada aktivitas yang dilakukannya.

Lama kelamaan, anak-anak pun jadi kecanduan dan sulit dipisahkan dari gadget. Bahkan, tidak sedikit anak-anak yang sengaja merengek atau tantrum agar diberikan kesempatan bermain gadget.

Kondisi tersebut tentu saja sangat mengkhawatirkan. Mengingat, bermain gadget dapat memberikan dampak negatif bagi fisik maupun mental serta kemampuan bersosialisasi anak.

Anak-anak yang terlalu sering bermain gadget, akan lebih mudah mengalami gangguan pada kesehatan fisik mereka. misalnya, gangguan penglihatan, perubahan postur tubuh, dan dapat juga menyebabkan obesitas hingga resiko jantung di masa depan.

Nggak cuma itu, anak-anak yang kecanduan gadget juga seringkali mengalami gangguan pola tidur, perkembangan kognitifnya lambat kesulitan berkomunikasi, kurang empati dan bahkan bisa mengalami perkembangan moral dan emosional yang buruk akibat konten-konten dewasa yang mereka akses.

Achmad Irfandi Pelopor Kampung Lali Gadget

Melawan Kecanduan Gadget dengan Pendekatan Holistik.

Aku yakin, banyak emak-emak di luar sana yang sudah mencoba berbagai cara untuk mengurangi screen time anak-anak mereka agar tidak kecanduan gadget. Mungkin ada yang berhasil, tapi yang pasti, banyak juga yang gagal.

Nah, kalau merasa kesulitan untuk mengatasi masalah kecanduan gadget pada anak-anak, yuk cobain pendekatan holistik seperti yang dilakukan oleh Achmad Irfandi. Seorang pemuda asal Sidoarjo yang merasa gelisah melihat kondisi anak-anak di kampungnya yang lebih memilih nongkrong di warung kopi untuk nebeng wifi ketimbang bermain bersama teman-teman sebayanya.

Untuk mengalihkan perhatian anak-anak dari gadget, ia mencoba memperkenalkan berbagai permainan tradisional dengan menyiapkan tempat bermain khusus yang menyenangkan, yang ia sebut sebagai “Kampung Lali Gadget.”

Menghidupkan Kembali Kearifan Lokal di Era Digital Melalui Kampung Lali Gadget.

Jadi, alih-alih menawarkan solusi instan seperti “detox digital,” Achmad Irfandi yang akrab disapa Mas Irfandi justru mengedepankan kearifan lokal untuk mengobati kecanduan gadget pada anak-anak.

Menurutnya, budaya lokal dapat menjadi penyeimbang di tengah derasnya arus globalisasi digital.

Di Kampung Lali Gadget, anak-anak akan diajak mengenal dan memainkan berbagai permainan tradisional yang mungkin tidak pernah mereka temukan dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Mulai dari bermain egrang, engklek, lompat tali, bermain gasing, benteng-bentengan, bermain pasir, menangkap ikan di sawah, membuat layang-layang, bermain congklak, dan masih banyak permainan-permainan tradisional yang sebenarnya bisa mengalihkan perhatian anak-anak dari gadget.

Menghidupkan Kembali Kearifan Lokal di Era Digital Melalui Kampung Lali Gadget

Siapapun yang masuk ke Kampung Lali Gadget tidak boleh membawa gadget dalam bentuk apapun. Entah itu, hp, kamera, atau yang lainnya. Jadi, sebelum masuk, pengunjung wajib menitipkan gadget mereka di tempat penitipan yang telah disediakan.

Bukan berarti anak-anak diajari untuk menghindari teknologi, melainkan, mereka diarahkan agar tidak menjadikan gadget sebagai pusat kehidupan.

Melalui Kampung Lali Gadget, anak-anak tidak hanya dibantu untuk terlepas dari kecanduan gadget, tapi juga akan diajak mengenal berbagai kearifan lokal berupa budaya khas Indonesia yang mulai terlupakan karena perubahan zaman tanpa mereka sadari.

Perjalanan Achmad Irfandi Meraih SATU Indonesia Awards.

Berbekal lahan pinjaman, Mas Irfandi mulai membangun Kampung Lali Gadget (KLG). Pada awalnya, ia terpaksa harus mengundang anak-anak sekolah agar mau datang ke KGL.

Anak-anak yang datang ke KGL akan diajak untuk memainkan berbagai permainan tradisional yang seru dan mengasyikkan. Mereka juga akan diajak berkebun atau mengeksplorasi alam, serta melakukan berbagai aktivitas kreatif.

Seiring waktu, KGL semakin banyak dikenal dan semakin sering didatangi oleh anak-anak. Tidak hanya anak-anak kampung setempat, tapi juga anak-anak dari sekitaran Sidoarjo hingga luar daerah.

Dedikasi dan kerja kerasnya perlahan mulai menunjukan hasil yang menggembirakan. Tak hanya berhasil membantu anak-anak kembali menemukan dunia mereka tanpa gadget, tapi, Mas Irfandi juga berhasil menjadikan KLG sebagai pusat konservasi budaya.

Kehadiran KLG bahkan bisa memberikan dampak positif bagi masyarakat di sekitarnya. Di mana, semakin banyak masyarakat yang terlibat dan menjadikan kehadiran KLG sebagai peluang untuk memperoleh penghasilan tambahan.

Atas kontribusinya tersebut, Achmad Irfandi kemudian dianugerahi SATU Indonesia Awards oleh Astra. Penghargaan tersebut merupakan bentuk apresiasi Astra atas dedikasi Achmad Irfandi dalam mencetuskan solusi guna membantu anak-anak terlepas dari kecanduan gadget.

sumber foto: https://www.instagram.com/gnfi/

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Saat ini, bungkus makanan yang terbuat dari styrofoam adalah salah satu jenis kemasan sekali pakai yang paling banyak digunakan oleh masyarakat di samping kemasan berbahan mika, plastik, dan kertas karton.

Diantara alasan masyarakat memilih kemasan berbahan styrofoam, selain karena dianggap cukup ringan dan kuat serta praktis, adalah karena harganya yang sangat terjangkau dan ketersediaannya yang melimpah sehingga mudah diperoleh.

Rengkuh Banyu Mahandaru

Bahaya Styrofoam Bagi Lingkungan & Kesehatan.

Meski dikenal sebagai salah satu wadah makanan paling praktis, sayangnya limbah styrofoam yang terbuat dari bahan stirena dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan dan lingkungan.

Bahan baku stirena sendiri merupakan zat kimia yang bersifat karsinogen dan dapat memicu penyakit kanker. Bahan baku tersebut bisa mengkontaminasi makanan apabila terkena makanan yang panas dan berlemak. Selain menyebabkan kanker, paparan stirena dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan sistem saraf, sakit kepala, pusing, dan berbagai gejala lainnya termasuk kesulitan berkonsentrasi.

Tidak berhenti hingga di sana, stirena juga disinyalir dapat mengganggu sistem reproduksi dan perkembangan janin pada ibu hamil karena bisa melewati plasenta; dan dapat juga mencemari ASI apabila ibu mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi. Limbah styrofoam juga memiliki dampak yang sangat negatif terhadap lingkungan. Pasalnya, styrofoam tidak bisa diurai oleh mikroorganisme dalam tanah.

Dibutuhkan waktu sekitar 500 tahun hingga 1 juta tahun sampai styrofoam berubah menjadi mikroplastik, yang kemudian akan mencemari lingkungan. Itulah sebabnya mengapa limbah styrofoam dijuluki sebagai “sampah abadi.”

Sampah styrofoam juga berpotensi sampai ke laut dan membahayakan biota laut, karena banyak hewan laut yang akan mengira styrofoam sebagai makanan.

Kemasan Makanan Ramah Lingkungan.

Styrofoam adalah masalah lingkungan yang patut mendapatkan perhatian kita semua. Untuk menjaga kelestarian lingkungan, kita perlu mengurangi penggunaan styrofoam dan mencari alternatif yang lebih ramah lingkungan. Yakinlah! sekecil apapun tindakan yang kita lakukan untuk mengurangi penggunaan styrofoam, pasti akan memberikan dampak yang sangat positif bagi lingkungan.

Selain dengan mengurangi penggunaan styrofoam, kita juga bisa menyelamatkan lingkungan dengan mendaur ulang styrofoam, atau menggunakan kemasan makanan yang lebih ramah lingkungan, seperti kemasan-kemasan yang terbuat dari daun, kertas, bambu, atau berbagai bahan alami lainnya, termasuk pelepah pinang.

Rengkuh Banyu Mahandaru Membuat Kemasan Makanan Ramah Lingkungan dari Pelepah Pinang

Ngomong-ngomong soal kemasan makanan ramah lingkungan yang terbuat dari pelepah pinang, aku merasa perlu untuk mengenalkan salah seorang pemuda inspiratif bernama Rengkuh Banyu Mahandaru.

Mengenal Rengkuh Banyu Mahandaru Sang Inisiator Kemasan dari Pelepah Pinang.

Rengkuh Banyu Mahandaru adalah seorang pemuda yang peduli pada lingkungan dan dikenal sebagai pendiri (Co-Founder) sekaligus CEO perusahaan rintisan bernama Plépah.

Plépah memproduksi piring, mangkuk, dan berbagai kontainer makanan dari pelepah pinang yang merupakan limbah pertanian. Rengkuh mendapatkan inspirasi untuk membuat produk ini saat berkunjung ke Jaipur, India. Bagaimana kisahnya?

Yuk, baca terus artikel ini untuk mengetahui kisah perjalanan Rengkuh, si pemuda inspiratif, yang kini sukses mengolah pelepah Pinang menjadi berbagai macam kemasan.

Pria kelahiran Garut 26 Juli 1991 ini sudah bercita-cita untuk membuat produk ramah lingkungan sejak menekuni seni rupa dan desain di Institut Teknologi Bandung (ITB). Selama kuliah, ia terus mencari ide produk apa kiranya yang bisa diterima oleh semua kalangan, layaknya produk tusuk gigi yang sederhana namun dapat diterima oleh semua kalangan.

Kisah perjalanan Rengkuh hingga menemukan ide untuk membuat produk kemasan dari pelepah pinang dimulai ketika ia bekerja menjadi staf ahli Badan Ekonomi Kreatif di bidang penguatan kreativitas. Tugas pertamanya berlangsung di Wakatobi, Sulawesi Tenggara.

Pada tahun 2018, Rengkuh mendapatkan tawaran kerjasama di bidang pengembangan komunitas masyarakat pinggir hutan dari salah satu perusahaan asing (Inggris). Ketika itu, ia ditugaskan untuk mencegah masyarakat agar tidak merambah hutan dan sekaligus masyarakat agar tidak berkonflik dengan harimau.

Saat bertugas di Sumatera inilah Rengkuh melihat pelepah pohon pinang yang sangat melimpah, namun masih dianggap sebagai limbah pertanian oleh masyarakat. Saat itu, ia belum berpikir untuk memanfaatkan pelepah pinang untuk dijadikan sebagai kemasan.

Sampai pada bulan September di tahun 2018, ia berkunjung ke Jaipur, India. Di sana, Rengkuh mengamati aktivitas masyarakat yang memproduksi peralatan makan seperti mangkok dan piring yang mereka buat dari dedaunan. Ketika mengamati kegiatan masyarakat India memproduksi piring dan mangkok dari dedaunan tersebutlah, ia terinspirasi untuk mengolah pelepah pinang yang pernah ia lihat di Sumatera untuk dijadikan sebagai piring, mangkok, atau berbagai bentuk kemasan.

Rengkuh Banyu Mahandaru Membuat Kemasan Makanan Ramah Lingkungan dari Pelepah Pinang

Selain untuk mengurangi penggunaan kemasan berbahan plastik dan styrofoam yang tidak ramah lingkungan, tapi juga untuk membantu masyarakat agar bisa mendapatkan penghasilan tambahan.

Setelah memantapkan idenya pada tahun 2022 dan memperoleh dana dari BRI Venturer serta bantuan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Rengkuh kemudian membuat unik produksi kemasan makanan dari pelepah pinang. Unit produksi yang ia miliki pertama kali berlokasi di wilayah Cibinong, dan mampu memproduksi 160.000 kemasan per bulan. 

Bahan baku untuk kemasan tersebut didatangkan dari Sumatera Selatan dan Jambi. Karena pohon pinang di wilayah tersebut tumbuh subur dan banyak dibudidayakan. Di wilayah Sumatera Selatan sendiri diperkirakan terdapat 150.000 hektar pinang. Dari 2 sampai 3 hektar kebun pinang, rata-rata dapat menghasilkan antara 5 hingga 10 kg pelepah yang jatuh dari pohon setiap harinya.

Di pabrik Plepah, proses pembuatan berbagai kemasan (wadah) dari pelepah pinang dimulai dari tahap pembersihan menggunakan air dan pensterilan menggunakan sinar UV. Setelah itu, pelepah akan dicetak menggunakan pemanas sesuai dengan bentuk yang diinginkan.

Satu pelepah pinang dapat menghasilkan antara 3 hingga 4 pcs piring, lengkap dengan tutupnya. Atau, jika diolah menjadi kontainer makanan, satu pelepah bisa menghasilkan antara 2 hingga 3 kemasan.

Berbagai produk kemasan yang terbuat dari pelepah pinang ini akan dilepas ke pasar domestik dan luar negeri. Produk kemasan mereka dijual dengan harga sekitar Rp 2500 sampai dengan Rp 4500 per pcs. Harga tersebut tentu saja jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan kemasan berbahan styrofoam atau plastik yang lebih ekonomis.

Meski demikian, Plépah tetap menjual 20% produknya di dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan orang-orang yang peduli terhadap lingkungan. 80% sisanya diekspor ke luar negeri, terutama ke Jepang dan Australia.

Rengkuh Banyu Mahandaru Mendapatkan Apresiasi dari Astra.

Berkat inovasinya yang mampu mengubah limbah pertanian berupa pelepah pinang menjadi kemasan ramah lingkungan, Rengkuh Banyu Mahandaru pun terpilih menjadi salah satu finalis pada ajang Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia (SATU Indonesia Awards) pada tahun 2023.

Kemasan Makanan Ramah Lingkungan dari Pelepah Pinang

Bagi kalian yang belum tahu, penghargaan SATU Indonesia Awards merupakan bentuk apresiasi Astra Group terhadap anak bangsa yang memiliki dedikasi dan kontribusi positif bagi kemajuan Indonesia maupun kesejahteraan masyarakat, khususnya di bidang teknologi, kewirausahaan, kesehatan, lingkungan, dan pendidikan.

Saat ini, pabrik Plépah tidak hanya berlokasi di Cibinong, Jawa Barat, tapi juga ada di wilayah Jambi, dan Musi Banyuasin Sumatera Selatan.

Sumber foto:
https://bisnis.tempo.co/ dan https://www.instagram.com/rengkuh.banyu/

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Setiap daerah di Indonesia memiliki beragam budaya yang unik dan menarik, karena itulah Indonesia dikenal kaya akan budaya dan kerap menjadi destinasi wisata turis-turis mancanegara. Bahkan tak sedikit daerah di Indonesia yang lekat dengan budaya yang mengandung nilai historis. Seperti budaya kain Lantung khas Bengkulu misalnya.

Kehadiran kain Lantung sendiri tidak lepas dari kondisi kehidupan masyarakat Bengkulu pada zaman penjajahan Jepang. Di mana sebagian besar masyarakat berada di fase ekonomi yang sangat memprihatinkan. Sehingga untuk sekedar membeli pakaian pun mereka tak mampu.

Melestarikan Kain Kayu Lantung Bengkulu

Demi bisa memiliki pakaian, masyarakat pada masa itu mencoba untuk memanfaatkan alam. Salah satunya dalah dengan membuat kain dari kulit kayu. Beruntung, banyak kulit kayu di hutan Bengkulu yang bisa disulap menjadi kain. Mulai dari kulit pohon ibuh, kulit pohon kedui, kulit pohon karet, hingga kulit kayu terap atau sukun-sukunan yang juga dikenal dengan sebutan kayu lantung. Dari berbagai opsi tersebut, kulit kayu lantung adalah yang dianggap paling kuat, lentur, dan nyaman dijadikan sebagai bahan pakaian.

Meskipun zaman sudah modern dan ekonomi masyarakat Bengkulu sudah semakin mapan, namun masih ada masyarakat yang melestarikan kain lantung ini secara turun-temurun hingga sekarang. Pengrajin kain lantung tersebut, salah satunya dapat dijumpai di Desa Papahan, Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu. Di desa ini terdapat kurang lebih 20 keluarga yang berprofesi sebagai pengrajin kain lantung.

Namun karena desakan ekonomi dan minat masyarakat pada kain lantung yang terus menurun dari waktu ke waktu, membuat para pengrajin beralih profesi hingga hanya menyisakan 1 keluarga saja. Untungnya, seorang mompreneur bernama Alfira Oktaviani yang sejak awal memang punya kecintaan pada fashion berbasis ecoprint menjadikan kain Lantung sebagai salah satu produk unggulannya.

Profil Alfira Oktaviani Founder Semilir Ecoprint.

Alfira Oktaviani adalah seorang mompreneur yang terjun ke bisnis fashion dan fokus pada produk-produk berkelanjutan (sustainable). Sebelum mengenal kain Lantung, mbak Fira sapaan akrab Alfira Oktaviani terlebih dahulu menekuni bisnis ecoprint.

Dia mendirikan Semilir Ecoprint pada tahun 2018 sebagai wadah untuk menyalurkan hobinya sekaligus untuk memberdayakan ibu-ibu rumah tangga yang ada di sekitar komplek perumahan yang dia tinggali di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Selain mempekerjakan ibu-ibu rumah tangga di kompleks perumahannya, mompreneur inspiratif ini juga memberdayakan pemuda karang taruna guna mencari formulasi yang tepat untuk membuat berbagai macam motif alami di atas permukaan kain.

Hasilnya, mereka bisa memproduksi berbagai produk fashion seperti, tas, dompet, syal, dress, sajadah, masker, outer, dan berbagai macam dekorasi rumah, yang kesemuanya menggunakan motif ecoprint. Pada akhir 2019, mbak Fira mendapatkan sebuah hadiah unik dari Ayahandanya yakni kain Lantung Bengkulu. Saat itu, sang Ayah memintanya untuk mencoba menerapkan ecoprint di atas kain lantung tersebut.

Seperti biasa, sebelum menerapkan ecoprint pada sebuah kain, mbak Fira biasanya akan melakukan sejumlah riset untuk mengetahui karakteristik kain tersebut supaya hasilnya maksimal. Ketika melakukan riset inilah mbak Fira mengetahui berbagai informasi penting seputar kain Lantung. Mulai dari asal-usulnya, cara pembuatannya, pemasarannya, serta fakta bawah kain lantung telah ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia dari Provinsi Bengkulu pada tahun 2015 silam.

Setelah sukses menerapkan ecoprint pada kain Lantung. Mbak Fira kemudian membuat beberapa produk berbasis kain Lantung dan ecoprint. Setelah mencoba melakukan tes pasar. Tak dinyana, sambutan para customer sangat positif. Sejak itu, Mbak Fira tertarik untuk menjadikan kain lantung sebagai project khusus. Pasalnya, kain yang terbuat dari bahan alami ini, selain memiliki nilai historis, juga merupakan salah satu warisan budaya yang perlu dilestarikan, mengingat keberadaannya yang semakin langka.

Proses Pembuatan Kain Kayu Lantung.

Demi bisa mengetahui proses pembuatan kain kayu lantung, mbak Fira tak ragu untuk terbang langsung ke Bengkulu. Dari Kota Bengkulu, dia masih harus menempuh perjalanan sejauh 250 km agar bisa sampai di pusat pengrajin kain lantung yang berada di Desa Papahan, Kecamatan Kinal, Kabupaten Kaur.

Di sana ia menyaksikan sendiri bagaimana pengrajin membuat kain lantung. Mulai dari proses pencarian kulit kayu hingga produksi. Menurut cerita mbak Fira, untuk bisa menghasilkan selembar kain Lantung, para pengrajin terlebih dahulu harus mencari kulit pohon terap yang sudah berumur minimal 5 tahun di hutan.

Semakin tua umur pohon, maka kain yang dihasilkan akan semakin baik dan semakin ulet. Kulit kayu yang dikupas dari batang pohon terap selanjutnya akan ambil bagian tengahnya saja. Kulit kayu tersebut selanjutnya akan dipukul berulang kali dengan menggunakan alat yang disebut perikai--terbuat dari kayu atau tanduk kerbau. Proses pembuatan kulit kayu menjadi lembaran-lembaran tipis yang halus dan lembut ini umumnya dilakukan oleh para wanita.

Setelah menjadi lembaran yang tipis dan lebar serta lembut, kain kayu lantung ini selanjutnya akan diangin-anginkan sampai kering, sebelum siap untuk dijual.

Pengrajin Kain Lantung Semakin Langka.

Jumlah pengrajin kain Lantung di Bengkulu terus mengalami penurunan dari waktu ke waktu. Saat berkunjung ke Desa Papahan, mbak Fira menemukan kenyataan bahwa pengrajin kain Lantung yang tadinya berjumlah sekitar 20 keluarga, kini hanya tersisa 1 keluarga saja.

Langkanya pengrajin kain Lantung Bengkulu disebabkan oleh permintaan dan harga kain Lantung yang terus merosot dari waktu ke waktu. Jika tidak ada lagi yang menjadi pengrajin kayu Lantung, lambat laun kain khas ini pun akan punah dan tinggal sejarah. Karena itulah, mbak Fira menawarkan kerjasama untuk menggairahkan kembali semangat para pengrajin yang sebelumnya mulai terkikis.

Jika sebelumnya para pengrajin menggantungkan asa mereka pada toko online, kini mereka bisa langsung menjual hasil kerajinan kain lantung mereka ke Semilir Ecoprint di Yogyakarta dengan harga yang lebih menjanjikan. Setiap 3 bulan, para pengrajin akan mengirimkan hasil kain lantung buatan mereka antara 50 sampai dengan 100 lembar. Dengan adanya kerjasama ini, para pengrajin lagi merasa khawatir dengan pemasaran kain Lantung karena sudah ada Semilir Ecoprint yang siap membeli hasil kerajinan mereka.

Usaha Pelestarian Kayu Lantung.

Agar para pengrajin yang ada di desa Papahan tetap bisa menghasilkan kerajinan kain Lantung, mbak Fira melalui Semilir Ecoprint juga berusaha untuk menjalin kerjasama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI sebagai upaya untuk menyediakan bibit pohon kayu lantung.

Menerima Penghargaan SATU Indonesia Award.

Selain sukses mengenalkan kain Lantung dan ecoprint ke berbagai belahan dunia melalui berbagai macam produk Semilir Ecoprint, mbak Fira juga pada akhirnya terpilih sebagai salah satu finalis pada ajang SATU Indonesia Awards pada Tahun 2022 yang lalu.

Keberhasilan Alfira Oktaviani menyabet gelar bergengsi sebagai salah satu penerima penghargaan Award dari Astra International Tbk tersebut tidak lepas dari kegigihannya dalam menjaga warisan budaya kain Lampung khas Bengkulu. Plus, konsep sustainable fashion yang diusungnya dalam mendirikan Semilir Ecoprint turut meningkatkan perekonomian masyarakat di sekitarnya.

Nah, kalau kamu adalah salah satu anak bangsa yang punya Andil dalam memajukan masa depan bangsa di bidang teknologi, kesehatan, lingkungan, wirausaha, dan pendidikan, jangan ragu untuk mendaftarkan diri kamu sebagai calon finalis SATU Indonesia Awards selanjutnya di https://www.astra.co.id/satu-indonesia-awards.

sumber foto:
https://nasional.tempo.co/
https://www.goodnewsfromindonesia.id/


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

Cari Di sini

Perkenalkan...

Hai...perkenalkan, saya Idah. Ibuk dari dua anak dan satu-satunya admin di blog ini.

Rutinitas saya saat ini sebagai Ibu Rumah Tangga sekaligus Ibu Pekerja Kantoran. Kami sekarang tinggal di Kota Dawet Ayu, Banjarnegara, Jawa Tengah.

Oiya, jika ingin komunikasi, bisa melalui akun instagram kami @cerisfamily atau kontak langsung melalui email cerisfamily@gmail.com. Terima kasih.

On Youtube

Fans Page

CERIS Family

Blog Archive

  • ▼  2025 (14)
    • ▼  Juni (2)
      • 6 Perbedaan Cat Waterproofing Asli dan Palsu, Patu...
      • Menjadi Mata di Setiap Sudut Rumah: Insto Dry Eyes...
    • ►  Mei (5)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2024 (39)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (10)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2023 (28)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (4)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2022 (14)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2021 (12)
    • ►  September (2)
    • ►  Juni (3)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2020 (17)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2019 (42)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Mei (26)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2018 (37)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2017 (61)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (8)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2016 (62)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (7)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2015 (63)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (9)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (10)
    • ►  Juni (12)
    • ►  Mei (2)

Popular Posts

  • Biaya USG 4 Dimensi di RS Panti Nugroho
  • Tujuan Pemeriksaan HB dan HBsAG untuk Ibu Hamil
  • Tip Agar Jahitan Pasca Melahirkan Cepat Kering

recent posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Part Of Community


Blogger Perempuan
mamadaring
Seedbacklink

Follow Us!

Social Media

Facebook Twitter Instagram Youtube Blog Ibu

MageNet

0ccdff8bd3766e1e4fdd711a2ad08ee5151bd247

Created with by ThemeXpose