• Home
  • About
  • Jasmine
  • Wildan
  • Hiroku
  • Kesehatan
  • Tumbuh Kembang
  • Parenting
  • Jalan Jajan

Kalau ditelusuri, kehadiran smartphone berbasis Android dan iOS di Indonesia sudah berlangsung lebih dari satu dekade. Tapi meski usianya tergolong cukup muda, namun penetrasinya di masyarakat justru luar biasa.

Menurut data dari Kompas.com, pada tahun 2023 lalu, setidaknya ada 354 juta ponsel atau handphone yang aktif di tanah air. Jumlah tersebut jauh melampaui jumlah total penduduk Indonesia yang pada saat itu berjumlah 278 juta jiwa.

Achmad Irfandi Pelopor Kampung Lali Gadget

Sebenarnya hal tersebut tidak begitu mengherankan mengingat, karena di era sekarang, bukan sesuatu yang aneh apabila seseorang punya satu atau dua hp. Masifnya penetrasi ponsel pintar di masyarakat turut berimbas pada penggunaan ponsel di kalangan anak-anak. Bukan cuma karena tren, tapi juga karena transformasi fungsi hp itu sendiri.

Gadget yang tadinya cuma dipakai untuk komunikasi, sekarang mulai lebih sering digunakan untuk mengakses informasi, belajar, bersosialisasi, bermain game, hingga mengakses hiburan. Karena itu, tidak heran apabila anak-anak sangat mudah kecanduan gadget.

Perjuangan Berat Emak-Emak Mencegah Anak-Anak Main Gadget.

Mencegah anak-anak agar tidak kecanduan gadget di era digital, nyaris seperti misi yang hampir mustahil (mission impossible).

Bukan cuma karena anak-anak sangat mudah kecanduan dengan berbagai permainan dan tontonan yang hadir di gadget, tapi juga karena kondisi ibu itu sendiri.

Sebagai seorang ibu, entah itu yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga ataupun wanita karir, terlebih jika ia punya beberapa anak, bisa dipastikan akan kesulitan untuk mengatur waktu dan energi mereka buat anak-anak.

Dalam kondisi tertentu, gadget seringkali dianggap sebagai “penyelamat.” Entah itu, untuk sekedar mendiamkan anak yang rewel atau untuk membuat anak agar nggak kemana-mana sehingga tidak perlu diawasi.

Aku yakin, banyak emak-emak di sini yang pasti sering memberikan anak-anak mereka gadget saat mereka sedang sibuk di dapur, saat butuh waktu untuk beristirahat, atau saat ingin konsentrasi pada aktivitas yang dilakukannya.

Lama kelamaan, anak-anak pun jadi kecanduan dan sulit dipisahkan dari gadget. Bahkan, tidak sedikit anak-anak yang sengaja merengek atau tantrum agar diberikan kesempatan bermain gadget.

Kondisi tersebut tentu saja sangat mengkhawatirkan. Mengingat, bermain gadget dapat memberikan dampak negatif bagi fisik maupun mental serta kemampuan bersosialisasi anak.

Anak-anak yang terlalu sering bermain gadget, akan lebih mudah mengalami gangguan pada kesehatan fisik mereka. misalnya, gangguan penglihatan, perubahan postur tubuh, dan dapat juga menyebabkan obesitas hingga resiko jantung di masa depan.

Nggak cuma itu, anak-anak yang kecanduan gadget juga seringkali mengalami gangguan pola tidur, perkembangan kognitifnya lambat kesulitan berkomunikasi, kurang empati dan bahkan bisa mengalami perkembangan moral dan emosional yang buruk akibat konten-konten dewasa yang mereka akses.

Achmad Irfandi Pelopor Kampung Lali Gadget

Melawan Kecanduan Gadget dengan Pendekatan Holistik.

Aku yakin, banyak emak-emak di luar sana yang sudah mencoba berbagai cara untuk mengurangi screen time anak-anak mereka agar tidak kecanduan gadget. Mungkin ada yang berhasil, tapi yang pasti, banyak juga yang gagal.

Nah, kalau merasa kesulitan untuk mengatasi masalah kecanduan gadget pada anak-anak, yuk cobain pendekatan holistik seperti yang dilakukan oleh Achmad Irfandi. Seorang pemuda asal Sidoarjo yang merasa gelisah melihat kondisi anak-anak di kampungnya yang lebih memilih nongkrong di warung kopi untuk nebeng wifi ketimbang bermain bersama teman-teman sebayanya.

Untuk mengalihkan perhatian anak-anak dari gadget, ia mencoba memperkenalkan berbagai permainan tradisional dengan menyiapkan tempat bermain khusus yang menyenangkan, yang ia sebut sebagai “Kampung Lali Gadget.”

Menghidupkan Kembali Kearifan Lokal di Era Digital Melalui Kampung Lali Gadget.

Jadi, alih-alih menawarkan solusi instan seperti “detox digital,” Achmad Irfandi yang akrab disapa Mas Irfandi justru mengedepankan kearifan lokal untuk mengobati kecanduan gadget pada anak-anak.

Menurutnya, budaya lokal dapat menjadi penyeimbang di tengah derasnya arus globalisasi digital.

Di Kampung Lali Gadget, anak-anak akan diajak mengenal dan memainkan berbagai permainan tradisional yang mungkin tidak pernah mereka temukan dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Mulai dari bermain egrang, engklek, lompat tali, bermain gasing, benteng-bentengan, bermain pasir, menangkap ikan di sawah, membuat layang-layang, bermain congklak, dan masih banyak permainan-permainan tradisional yang sebenarnya bisa mengalihkan perhatian anak-anak dari gadget.

Menghidupkan Kembali Kearifan Lokal di Era Digital Melalui Kampung Lali Gadget

Siapapun yang masuk ke Kampung Lali Gadget tidak boleh membawa gadget dalam bentuk apapun. Entah itu, hp, kamera, atau yang lainnya. Jadi, sebelum masuk, pengunjung wajib menitipkan gadget mereka di tempat penitipan yang telah disediakan.

Bukan berarti anak-anak diajari untuk menghindari teknologi, melainkan, mereka diarahkan agar tidak menjadikan gadget sebagai pusat kehidupan.

Melalui Kampung Lali Gadget, anak-anak tidak hanya dibantu untuk terlepas dari kecanduan gadget, tapi juga akan diajak mengenal berbagai kearifan lokal berupa budaya khas Indonesia yang mulai terlupakan karena perubahan zaman tanpa mereka sadari.

Perjalanan Achmad Irfandi Meraih SATU Indonesia Awards.

Berbekal lahan pinjaman, Mas Irfandi mulai membangun Kampung Lali Gadget (KLG). Pada awalnya, ia terpaksa harus mengundang anak-anak sekolah agar mau datang ke KGL.

Anak-anak yang datang ke KGL akan diajak untuk memainkan berbagai permainan tradisional yang seru dan mengasyikkan. Mereka juga akan diajak berkebun atau mengeksplorasi alam, serta melakukan berbagai aktivitas kreatif.

Seiring waktu, KGL semakin banyak dikenal dan semakin sering didatangi oleh anak-anak. Tidak hanya anak-anak kampung setempat, tapi juga anak-anak dari sekitaran Sidoarjo hingga luar daerah.

Dedikasi dan kerja kerasnya perlahan mulai menunjukan hasil yang menggembirakan. Tak hanya berhasil membantu anak-anak kembali menemukan dunia mereka tanpa gadget, tapi, Mas Irfandi juga berhasil menjadikan KLG sebagai pusat konservasi budaya.

Kehadiran KLG bahkan bisa memberikan dampak positif bagi masyarakat di sekitarnya. Di mana, semakin banyak masyarakat yang terlibat dan menjadikan kehadiran KLG sebagai peluang untuk memperoleh penghasilan tambahan.

Atas kontribusinya tersebut, Achmad Irfandi kemudian dianugerahi SATU Indonesia Awards oleh Astra. Penghargaan tersebut merupakan bentuk apresiasi Astra atas dedikasi Achmad Irfandi dalam mencetuskan solusi guna membantu anak-anak terlepas dari kecanduan gadget.

sumber foto: https://www.instagram.com/gnfi/

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Saat ini, bungkus makanan yang terbuat dari styrofoam adalah salah satu jenis kemasan sekali pakai yang paling banyak digunakan oleh masyarakat di samping kemasan berbahan mika, plastik, dan kertas karton.

Diantara alasan masyarakat memilih kemasan berbahan styrofoam, selain karena dianggap cukup ringan dan kuat serta praktis, adalah karena harganya yang sangat terjangkau dan ketersediaannya yang melimpah sehingga mudah diperoleh.

Rengkuh Banyu Mahandaru

Bahaya Styrofoam Bagi Lingkungan & Kesehatan.

Meski dikenal sebagai salah satu wadah makanan paling praktis, sayangnya limbah styrofoam yang terbuat dari bahan stirena dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan dan lingkungan.

Bahan baku stirena sendiri merupakan zat kimia yang bersifat karsinogen dan dapat memicu penyakit kanker. Bahan baku tersebut bisa mengkontaminasi makanan apabila terkena makanan yang panas dan berlemak. Selain menyebabkan kanker, paparan stirena dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan sistem saraf, sakit kepala, pusing, dan berbagai gejala lainnya termasuk kesulitan berkonsentrasi.

Tidak berhenti hingga di sana, stirena juga disinyalir dapat mengganggu sistem reproduksi dan perkembangan janin pada ibu hamil karena bisa melewati plasenta; dan dapat juga mencemari ASI apabila ibu mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi. Limbah styrofoam juga memiliki dampak yang sangat negatif terhadap lingkungan. Pasalnya, styrofoam tidak bisa diurai oleh mikroorganisme dalam tanah.

Dibutuhkan waktu sekitar 500 tahun hingga 1 juta tahun sampai styrofoam berubah menjadi mikroplastik, yang kemudian akan mencemari lingkungan. Itulah sebabnya mengapa limbah styrofoam dijuluki sebagai “sampah abadi.”

Sampah styrofoam juga berpotensi sampai ke laut dan membahayakan biota laut, karena banyak hewan laut yang akan mengira styrofoam sebagai makanan.

Kemasan Makanan Ramah Lingkungan.

Styrofoam adalah masalah lingkungan yang patut mendapatkan perhatian kita semua. Untuk menjaga kelestarian lingkungan, kita perlu mengurangi penggunaan styrofoam dan mencari alternatif yang lebih ramah lingkungan. Yakinlah! sekecil apapun tindakan yang kita lakukan untuk mengurangi penggunaan styrofoam, pasti akan memberikan dampak yang sangat positif bagi lingkungan.

Selain dengan mengurangi penggunaan styrofoam, kita juga bisa menyelamatkan lingkungan dengan mendaur ulang styrofoam, atau menggunakan kemasan makanan yang lebih ramah lingkungan, seperti kemasan-kemasan yang terbuat dari daun, kertas, bambu, atau berbagai bahan alami lainnya, termasuk pelepah pinang.

Rengkuh Banyu Mahandaru Membuat Kemasan Makanan Ramah Lingkungan dari Pelepah Pinang

Ngomong-ngomong soal kemasan makanan ramah lingkungan yang terbuat dari pelepah pinang, aku merasa perlu untuk mengenalkan salah seorang pemuda inspiratif bernama Rengkuh Banyu Mahandaru.

Mengenal Rengkuh Banyu Mahandaru Sang Inisiator Kemasan dari Pelepah Pinang.

Rengkuh Banyu Mahandaru adalah seorang pemuda yang peduli pada lingkungan dan dikenal sebagai pendiri (Co-Founder) sekaligus CEO perusahaan rintisan bernama Plépah.

Plépah memproduksi piring, mangkuk, dan berbagai kontainer makanan dari pelepah pinang yang merupakan limbah pertanian. Rengkuh mendapatkan inspirasi untuk membuat produk ini saat berkunjung ke Jaipur, India. Bagaimana kisahnya?

Yuk, baca terus artikel ini untuk mengetahui kisah perjalanan Rengkuh, si pemuda inspiratif, yang kini sukses mengolah pelepah Pinang menjadi berbagai macam kemasan.

Pria kelahiran Garut 26 Juli 1991 ini sudah bercita-cita untuk membuat produk ramah lingkungan sejak menekuni seni rupa dan desain di Institut Teknologi Bandung (ITB). Selama kuliah, ia terus mencari ide produk apa kiranya yang bisa diterima oleh semua kalangan, layaknya produk tusuk gigi yang sederhana namun dapat diterima oleh semua kalangan.

Kisah perjalanan Rengkuh hingga menemukan ide untuk membuat produk kemasan dari pelepah pinang dimulai ketika ia bekerja menjadi staf ahli Badan Ekonomi Kreatif di bidang penguatan kreativitas. Tugas pertamanya berlangsung di Wakatobi, Sulawesi Tenggara.

Pada tahun 2018, Rengkuh mendapatkan tawaran kerjasama di bidang pengembangan komunitas masyarakat pinggir hutan dari salah satu perusahaan asing (Inggris). Ketika itu, ia ditugaskan untuk mencegah masyarakat agar tidak merambah hutan dan sekaligus masyarakat agar tidak berkonflik dengan harimau.

Saat bertugas di Sumatera inilah Rengkuh melihat pelepah pohon pinang yang sangat melimpah, namun masih dianggap sebagai limbah pertanian oleh masyarakat. Saat itu, ia belum berpikir untuk memanfaatkan pelepah pinang untuk dijadikan sebagai kemasan.

Sampai pada bulan September di tahun 2018, ia berkunjung ke Jaipur, India. Di sana, Rengkuh mengamati aktivitas masyarakat yang memproduksi peralatan makan seperti mangkok dan piring yang mereka buat dari dedaunan. Ketika mengamati kegiatan masyarakat India memproduksi piring dan mangkok dari dedaunan tersebutlah, ia terinspirasi untuk mengolah pelepah pinang yang pernah ia lihat di Sumatera untuk dijadikan sebagai piring, mangkok, atau berbagai bentuk kemasan.

Rengkuh Banyu Mahandaru Membuat Kemasan Makanan Ramah Lingkungan dari Pelepah Pinang

Selain untuk mengurangi penggunaan kemasan berbahan plastik dan styrofoam yang tidak ramah lingkungan, tapi juga untuk membantu masyarakat agar bisa mendapatkan penghasilan tambahan.

Setelah memantapkan idenya pada tahun 2022 dan memperoleh dana dari BRI Venturer serta bantuan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Rengkuh kemudian membuat unik produksi kemasan makanan dari pelepah pinang. Unit produksi yang ia miliki pertama kali berlokasi di wilayah Cibinong, dan mampu memproduksi 160.000 kemasan per bulan. 

Bahan baku untuk kemasan tersebut didatangkan dari Sumatera Selatan dan Jambi. Karena pohon pinang di wilayah tersebut tumbuh subur dan banyak dibudidayakan. Di wilayah Sumatera Selatan sendiri diperkirakan terdapat 150.000 hektar pinang. Dari 2 sampai 3 hektar kebun pinang, rata-rata dapat menghasilkan antara 5 hingga 10 kg pelepah yang jatuh dari pohon setiap harinya.

Di pabrik Plepah, proses pembuatan berbagai kemasan (wadah) dari pelepah pinang dimulai dari tahap pembersihan menggunakan air dan pensterilan menggunakan sinar UV. Setelah itu, pelepah akan dicetak menggunakan pemanas sesuai dengan bentuk yang diinginkan.

Satu pelepah pinang dapat menghasilkan antara 3 hingga 4 pcs piring, lengkap dengan tutupnya. Atau, jika diolah menjadi kontainer makanan, satu pelepah bisa menghasilkan antara 2 hingga 3 kemasan.

Berbagai produk kemasan yang terbuat dari pelepah pinang ini akan dilepas ke pasar domestik dan luar negeri. Produk kemasan mereka dijual dengan harga sekitar Rp 2500 sampai dengan Rp 4500 per pcs. Harga tersebut tentu saja jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan kemasan berbahan styrofoam atau plastik yang lebih ekonomis.

Meski demikian, Plépah tetap menjual 20% produknya di dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan orang-orang yang peduli terhadap lingkungan. 80% sisanya diekspor ke luar negeri, terutama ke Jepang dan Australia.

Rengkuh Banyu Mahandaru Mendapatkan Apresiasi dari Astra.

Berkat inovasinya yang mampu mengubah limbah pertanian berupa pelepah pinang menjadi kemasan ramah lingkungan, Rengkuh Banyu Mahandaru pun terpilih menjadi salah satu finalis pada ajang Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia (SATU Indonesia Awards) pada tahun 2023.

Kemasan Makanan Ramah Lingkungan dari Pelepah Pinang

Bagi kalian yang belum tahu, penghargaan SATU Indonesia Awards merupakan bentuk apresiasi Astra Group terhadap anak bangsa yang memiliki dedikasi dan kontribusi positif bagi kemajuan Indonesia maupun kesejahteraan masyarakat, khususnya di bidang teknologi, kewirausahaan, kesehatan, lingkungan, dan pendidikan.

Saat ini, pabrik Plépah tidak hanya berlokasi di Cibinong, Jawa Barat, tapi juga ada di wilayah Jambi, dan Musi Banyuasin Sumatera Selatan.

Sumber foto:
https://bisnis.tempo.co/ dan https://www.instagram.com/rengkuh.banyu/

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Setiap daerah di Indonesia memiliki beragam budaya yang unik dan menarik, karena itulah Indonesia dikenal kaya akan budaya dan kerap menjadi destinasi wisata turis-turis mancanegara. Bahkan tak sedikit daerah di Indonesia yang lekat dengan budaya yang mengandung nilai historis. Seperti budaya kain Lantung khas Bengkulu misalnya.

Kehadiran kain Lantung sendiri tidak lepas dari kondisi kehidupan masyarakat Bengkulu pada zaman penjajahan Jepang. Di mana sebagian besar masyarakat berada di fase ekonomi yang sangat memprihatinkan. Sehingga untuk sekedar membeli pakaian pun mereka tak mampu.

Melestarikan Kain Kayu Lantung Bengkulu

Demi bisa memiliki pakaian, masyarakat pada masa itu mencoba untuk memanfaatkan alam. Salah satunya dalah dengan membuat kain dari kulit kayu. Beruntung, banyak kulit kayu di hutan Bengkulu yang bisa disulap menjadi kain. Mulai dari kulit pohon ibuh, kulit pohon kedui, kulit pohon karet, hingga kulit kayu terap atau sukun-sukunan yang juga dikenal dengan sebutan kayu lantung. Dari berbagai opsi tersebut, kulit kayu lantung adalah yang dianggap paling kuat, lentur, dan nyaman dijadikan sebagai bahan pakaian.

Meskipun zaman sudah modern dan ekonomi masyarakat Bengkulu sudah semakin mapan, namun masih ada masyarakat yang melestarikan kain lantung ini secara turun-temurun hingga sekarang. Pengrajin kain lantung tersebut, salah satunya dapat dijumpai di Desa Papahan, Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu. Di desa ini terdapat kurang lebih 20 keluarga yang berprofesi sebagai pengrajin kain lantung.

Namun karena desakan ekonomi dan minat masyarakat pada kain lantung yang terus menurun dari waktu ke waktu, membuat para pengrajin beralih profesi hingga hanya menyisakan 1 keluarga saja. Untungnya, seorang mompreneur bernama Alfira Oktaviani yang sejak awal memang punya kecintaan pada fashion berbasis ecoprint menjadikan kain Lantung sebagai salah satu produk unggulannya.

Profil Alfira Oktaviani Founder Semilir Ecoprint.

Alfira Oktaviani adalah seorang mompreneur yang terjun ke bisnis fashion dan fokus pada produk-produk berkelanjutan (sustainable). Sebelum mengenal kain Lantung, mbak Fira sapaan akrab Alfira Oktaviani terlebih dahulu menekuni bisnis ecoprint.

Dia mendirikan Semilir Ecoprint pada tahun 2018 sebagai wadah untuk menyalurkan hobinya sekaligus untuk memberdayakan ibu-ibu rumah tangga yang ada di sekitar komplek perumahan yang dia tinggali di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Selain mempekerjakan ibu-ibu rumah tangga di kompleks perumahannya, mompreneur inspiratif ini juga memberdayakan pemuda karang taruna guna mencari formulasi yang tepat untuk membuat berbagai macam motif alami di atas permukaan kain.

Hasilnya, mereka bisa memproduksi berbagai produk fashion seperti, tas, dompet, syal, dress, sajadah, masker, outer, dan berbagai macam dekorasi rumah, yang kesemuanya menggunakan motif ecoprint. Pada akhir 2019, mbak Fira mendapatkan sebuah hadiah unik dari Ayahandanya yakni kain Lantung Bengkulu. Saat itu, sang Ayah memintanya untuk mencoba menerapkan ecoprint di atas kain lantung tersebut.

Seperti biasa, sebelum menerapkan ecoprint pada sebuah kain, mbak Fira biasanya akan melakukan sejumlah riset untuk mengetahui karakteristik kain tersebut supaya hasilnya maksimal. Ketika melakukan riset inilah mbak Fira mengetahui berbagai informasi penting seputar kain Lantung. Mulai dari asal-usulnya, cara pembuatannya, pemasarannya, serta fakta bawah kain lantung telah ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia dari Provinsi Bengkulu pada tahun 2015 silam.

Setelah sukses menerapkan ecoprint pada kain Lantung. Mbak Fira kemudian membuat beberapa produk berbasis kain Lantung dan ecoprint. Setelah mencoba melakukan tes pasar. Tak dinyana, sambutan para customer sangat positif. Sejak itu, Mbak Fira tertarik untuk menjadikan kain lantung sebagai project khusus. Pasalnya, kain yang terbuat dari bahan alami ini, selain memiliki nilai historis, juga merupakan salah satu warisan budaya yang perlu dilestarikan, mengingat keberadaannya yang semakin langka.

Proses Pembuatan Kain Kayu Lantung.

Demi bisa mengetahui proses pembuatan kain kayu lantung, mbak Fira tak ragu untuk terbang langsung ke Bengkulu. Dari Kota Bengkulu, dia masih harus menempuh perjalanan sejauh 250 km agar bisa sampai di pusat pengrajin kain lantung yang berada di Desa Papahan, Kecamatan Kinal, Kabupaten Kaur.

Di sana ia menyaksikan sendiri bagaimana pengrajin membuat kain lantung. Mulai dari proses pencarian kulit kayu hingga produksi. Menurut cerita mbak Fira, untuk bisa menghasilkan selembar kain Lantung, para pengrajin terlebih dahulu harus mencari kulit pohon terap yang sudah berumur minimal 5 tahun di hutan.

Semakin tua umur pohon, maka kain yang dihasilkan akan semakin baik dan semakin ulet. Kulit kayu yang dikupas dari batang pohon terap selanjutnya akan ambil bagian tengahnya saja. Kulit kayu tersebut selanjutnya akan dipukul berulang kali dengan menggunakan alat yang disebut perikai--terbuat dari kayu atau tanduk kerbau. Proses pembuatan kulit kayu menjadi lembaran-lembaran tipis yang halus dan lembut ini umumnya dilakukan oleh para wanita.

Setelah menjadi lembaran yang tipis dan lebar serta lembut, kain kayu lantung ini selanjutnya akan diangin-anginkan sampai kering, sebelum siap untuk dijual.

Pengrajin Kain Lantung Semakin Langka.

Jumlah pengrajin kain Lantung di Bengkulu terus mengalami penurunan dari waktu ke waktu. Saat berkunjung ke Desa Papahan, mbak Fira menemukan kenyataan bahwa pengrajin kain Lantung yang tadinya berjumlah sekitar 20 keluarga, kini hanya tersisa 1 keluarga saja.

Langkanya pengrajin kain Lantung Bengkulu disebabkan oleh permintaan dan harga kain Lantung yang terus merosot dari waktu ke waktu. Jika tidak ada lagi yang menjadi pengrajin kayu Lantung, lambat laun kain khas ini pun akan punah dan tinggal sejarah. Karena itulah, mbak Fira menawarkan kerjasama untuk menggairahkan kembali semangat para pengrajin yang sebelumnya mulai terkikis.

Jika sebelumnya para pengrajin menggantungkan asa mereka pada toko online, kini mereka bisa langsung menjual hasil kerajinan kain lantung mereka ke Semilir Ecoprint di Yogyakarta dengan harga yang lebih menjanjikan. Setiap 3 bulan, para pengrajin akan mengirimkan hasil kain lantung buatan mereka antara 50 sampai dengan 100 lembar. Dengan adanya kerjasama ini, para pengrajin lagi merasa khawatir dengan pemasaran kain Lantung karena sudah ada Semilir Ecoprint yang siap membeli hasil kerajinan mereka.

Usaha Pelestarian Kayu Lantung.

Agar para pengrajin yang ada di desa Papahan tetap bisa menghasilkan kerajinan kain Lantung, mbak Fira melalui Semilir Ecoprint juga berusaha untuk menjalin kerjasama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI sebagai upaya untuk menyediakan bibit pohon kayu lantung.

Menerima Penghargaan SATU Indonesia Award.

Selain sukses mengenalkan kain Lantung dan ecoprint ke berbagai belahan dunia melalui berbagai macam produk Semilir Ecoprint, mbak Fira juga pada akhirnya terpilih sebagai salah satu finalis pada ajang SATU Indonesia Awards pada Tahun 2022 yang lalu.

Keberhasilan Alfira Oktaviani menyabet gelar bergengsi sebagai salah satu penerima penghargaan Award dari Astra International Tbk tersebut tidak lepas dari kegigihannya dalam menjaga warisan budaya kain Lampung khas Bengkulu. Plus, konsep sustainable fashion yang diusungnya dalam mendirikan Semilir Ecoprint turut meningkatkan perekonomian masyarakat di sekitarnya.

Nah, kalau kamu adalah salah satu anak bangsa yang punya Andil dalam memajukan masa depan bangsa di bidang teknologi, kesehatan, lingkungan, wirausaha, dan pendidikan, jangan ragu untuk mendaftarkan diri kamu sebagai calon finalis SATU Indonesia Awards selanjutnya di https://www.astra.co.id/satu-indonesia-awards.

sumber foto:
https://nasional.tempo.co/
https://www.goodnewsfromindonesia.id/


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Gadis Timor Leste Menjadi WNI: Perjalanan Diana Cristiana Dacosta Ati Mengubah Nasib Anak-anak Papua Lewat Pendidikan - Diana Cristiana Dacosta Ati merupakan gadis kelahiran Dili, Timor Leste. Namun, karena ia tumbuh besar di wilayah Atambua, NTT, maka ia pun memutuskan untuk menjadi warga negara Indonesia (WNI).

Gadis yang akrab disapa dengan nama “Diana” ini pernah mengenyam pendidikan S1 FKIP Prodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Universitas Nusa Cendana di Kupang, dan Pendidikan Profesi Guru di Universitas Widya Dharma Klaten. Kecintaannya pada dunia pendidikan kemudian membawa langkahnya menuju daerah terpencil di Kabupaten Mappi, yang merupakan salah satu daerah pelosok di Papua Selatan pada tahun 2018.

Perjalanan Diana Cristiana Dacosta Ati Mengubah Nasib Anak-anak Papua Lewat Pendidikan


Sebagai informasi, Program Guru Penggerak di Kabupaten Mappi adalah salah satu program Bupati Mappi, Kristosimus Yohanes Agawemu, yang menjabat pada periode 2017 s/d 2022. Program guru penggerak ini bisa terwujud berkat kerjasama antara Bupati Mappi dan Universitas Gadjah Mada (UGM).

Kala itu, Bupati Kristosimus menginisiasi program pendidikan ini dengan merekrut sekitar 500 guru guna mencerdaskan anak-anak papua yang tinggal di wilayah terpencil. Para guru ini diikat dengan sistem kontrak selama dua tahun, dengan peluang perpanjangan jika guru yang bersangkutan menginginkan dan Dinas Pendidikan Kabupaten Mappi menyetujuinya.

Diantara ratusan guru tersebut, Diana adalah salah satunya. Pertama kali bertugas, Diana ditempatkan di Kampung Kaibusene yang berada di Distrik Haju. Setelah kontraknya berakhir pada tahun 2020. Diana memutuskan untuk rehat sejenak. Lalu, kembali lagi pada tahun 2021. Namun kali ini, ia ditempatkan di Kampung Atti, yang berlokasi di Distrik Minyamur.

Lokasi Kampung Atti bisa dibilang sangat terpelosok. Dibutuhkan waktu sekitar 2 hari perjalanan dari Distrik Keppi untuk menjangkau kampung ini. Untuk bisa sampai di Kampung ini, kita tidak hanya akan melalui perjalanan darat, melainkan juga harus menempuh perjalanan menggunakan perahu motor dengan biaya sewa mencapai Rp 500 ribu.

Di Kampung Atti, hanya terdapat satu sekolah yaitu Sekolah Dasar (SD) saja. Sekolah tersebut sempat ditutup selama kurang lebih 2 tahun sejak covid 19 melanda. Sekolah ini kembali dibuka pada tahun 2021 saat Diana dan 2 rekannya (Fransisca E Berre dan Oktobianus Halla) ditugaskan oleh Bupati Mappi sebagai guru penggerak di Kampung Atti.

Di kampung ini terdapat kurang lebih 200 kepala keluarga. Sehari-hari, laki-laki dewasa akan pergi ke hutan untuk berburu atau mencari pohon gaharu. Para wanitanya akan mengolah (memangkur) sagu. Sedangkan anak-anak pada umumnya akan mencari ikan dengan cara memancing.

Tantangan Mengajar di Kampung Atti.

Ada banyak tantangan yang ditemui oleh Diana dan rekan-rekannya saat pertama kali menginjakkan kaki di kampung Atti.

Tantangan pertama adalah kondisi ruang belajar mengajar (sekolah) yang tidak memadai. SDN Atti hanya memiliki 3 ruang kelas dengan jumlah meja dan kursi yang sangat terbatas.

Tantangan kedua yang ditemui oleh Diana saat menjadi guru di pedalaman Papua ini adalah alat tulis yang sangat terbatas. Tidak hanya karena ketersediaannya saja yang terbatas, tapi kemampuan orang tua siswa untuk membeli alat tulis juga sangat minim. Mengingat, mereka jarang memiliki uang.

tantangan menajar di papua

Pada tahun pertama bertugas, di wilayah ini juga tidak ada jaringan seluler. Sehingga, untuk bisa mengakses internet atau berkomunikasi dengan perangkat genggam, ia terpaksa harus pergi ke kota Mappi.

Hal lainnya yang menjadi tantangan adalah sumber air bersih yang sangat langka. Tak heran apabila, di tahun pertamanya saja, Diana sampai 3 kali mengalami Infeksi Saluran Kemih (ISK). Namun tantangan terberat yang dialami Diana ada pada mindset masyarakat Kampung Atti yang menganggap pendidikan tidak penting. Bahwa mereka sudah bisa mencari makan dan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari tanpa perlu belajar atau bersekolah.

Namun berkat kerja kerasnya untuk memberikan pemahaman, perlahan, semakin banyak warga yang menyadari pentingnya arti sebuah pendidikan bagi generasi muda.

Misi Memberantas Buta Huruf di Kampung Atti.

Kemampuan membaca, menulis, dan berhitung anak-anak di Kampung Atti sangat rendah. Bahkan, bukan sesuatu yang aneh apabila siswa kelas 5 dan kelas 6 di SDN Atti belum lancar membaca dan menulis ataupun berhitung.

Agar para siswa bisa mengejar ketertinggalan, Diana berinisiatif untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis serta berhitung siswa melalui pelajaran bahasa Indonesia dan matematika. Setelah para siswa lancar membaca dan menulis serta menguasai dasar-dasar berhitung, barulah Diana memberikan mata pelajaran yang dapat membantu para siswa agar layak melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi.

Cara Diana Mengatasi Kendala Belajar Mengajar.

Untuk mengatasi kendala belajar-mengajar Diana mengkampanyekan gerakan donasi untuk kesetaraan pendidikan di Bumi Cendrawasih.

Mereka tidak menerima uang, melainkan lebih suka menerima alat tulis, buku, atau berbagai barang yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas belajar-mengajar, termasuk gawai seperti yang pernah didonasikan oleh PT Astra International Tbk.

Di samping itu, para siswa yang berstatus yatim piatu juga akan dicarikan orang tua asuh, tidak hanya dari Indonesia tapi juga dari luar negeri.

Berkat usaha dan kerja kerasnya untuk memajukan pendidikan dan memberantas buta huruf di Papua, Diana dinobatkan sebagai penerima apresiasi dari Astra di bidang Pendidikan berupa SATU Indonesia Award pada tahun 2023.

Sebagai bentuk apresiasi, para penerima penghargaan SATU Indonesia Awards akan diberikan dukungan finansial sebesar Rp 65.000.000. Selain itu, mereka juga akan memperoleh kesempatan untuk berkolaborasi dalam program-program sosial berkelanjutan Astra, seperti Kampung Berseri Astra dan Desa Sejahtera Astra.

Perjalanan Diana Cristiana Dacosta Ati Mengubah Nasib Anak-anak Papua

Siapapun bisa meraih penghargaan SATU Indonesia Awards, baik individu atau kelompok. Asalkan memiliki inisiatif yang memberikan dampak sosial signifikan, inovatif, berkelanjutan, dan berpotensi besar untuk dikembangkan.

Itulah beberapa kriteria yang ditetapkan bagi para penerima. Jadi, kalau kalian merasa memenuhi kriteria tersebut, segera daftarkan diri kalian di website astra.co.id guna mengikuti proses seleksi yang meliputi penilaian proposal dan presentasi yang mungkin sifatnya opsional.

sumber foto: https://puslapdik.kemdikbud.go.id/

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Keuangan syariah merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat di Indonesia. Namun, pengembangan literasi keuangan syariah masih menghadapi berbagai tantangan dan peluang yang perlu diatasi untuk mencapai inklusi keuangan yang lebih luas. Artikel ini akan membahas tantangan dan peluang dalam pengembangan literasi keuangan syariah, serta bagaimana hal ini relevan bagi generasi muda.

Keuangan syariah merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat di Indonesia.

Tantangan dalam Pengembangan Literasi Keuangan Syariah.

1. Kurangnya Pengetahuan dan Pemahaman

Banyak masyarakat, termasuk generasi muda, masih kurang memahami prinsip-prinsip dasar keuangan syariah. Hal ini disebabkan oleh kurangnya informasi yang mudah diakses dan dipahami. Keuangan syariah memiliki konsep yang berbeda dengan keuangan konvensional, seperti larangan riba (bunga), dan prinsip bagi hasil. Kurangnya pemahaman ini menjadi penghalang utama dalam menarik minat masyarakat terhadap produk keuangan syariah.

2. Akses Informasi yang Terbatas

Akses terhadap informasi mengenai keuangan syariah masih terbatas. Informasi yang tersedia seringkali hanya berada pada level akademik atau terlalu teknis sehingga sulit dipahami oleh orang awam. Media massa dan platform edukasi online belum secara maksimal mengkampanyekan literasi keuangan syariah secara menyeluruh.

3. Kurangnya Edukasi Formal

Di banyak institusi pendidikan, materi mengenai keuangan syariah belum menjadi bagian dari kurikulum wajib. Pendidikan formal yang memasukkan literasi keuangan syariah masih sangat minim, baik di tingkat sekolah menengah maupun perguruan tinggi. Hal ini mengakibatkan banyak lulusan yang tidak memiliki pemahaman yang cukup tentang keuangan syariah.

4. Persepsi Negatif dan Miskonsepsi

Terdapat persepsi negatif dan miskonsepsi di kalangan masyarakat tentang keuangan syariah. Beberapa orang menganggap bahwa produk keuangan syariah lebih mahal atau rumit dibandingkan dengan produk keuangan konvensional. Persepsi ini diperkuat oleh kurangnya kampanye yang efektif dalam mengubah pandangan tersebut.

Peluang dalam Pengembangan Literasi Keuangan Syariah.

1. Potensi Pasar yang Besar

Indonesia dengan mayoritas penduduk muslim merupakan pasar potensial yang sangat besar bagi keuangan syariah. Kesadaran akan pentingnya menjalankan prinsip syariah dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam keuangan, semakin meningkat di kalangan masyarakat. Potensi ini dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan produk keuangan syariah yang lebih inovatif dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

2. Dukungan Pemerintah dan Regulasi

Pemerintah Indonesia telah menunjukkan komitmennya dalam mendukung pengembangan keuangan syariah melalui berbagai regulasi dan kebijakan. Salah satu contohnya adalah penerapan roadmap pengembangan keuangan syariah yang bertujuan untuk meningkatkan inklusi keuangan. Dukungan ini menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan literasi keuangan syariah.

3. Teknologi dan Digitalisasi

Era digital membuka peluang besar bagi pengembangan literasi keuangan syariah. Penggunaan teknologi dalam edukasi keuangan dapat menjangkau lebih banyak orang dengan cara yang lebih efektif dan efisien. Platform edukasi online, aplikasi mobile, dan media sosial dapat digunakan untuk menyebarkan informasi dan pengetahuan tentang keuangan syariah kepada generasi muda.

4. Kolaborasi dengan Lembaga Keuangan

Kolaborasi antara lembaga keuangan syariah dengan institusi pendidikan dan organisasi masyarakat dapat meningkatkan literasi keuangan syariah. Program-program edukasi, seminar, workshop, dan kampanye literasi keuangan yang dilakukan bersama dapat meningkatkan pemahaman dan minat masyarakat terhadap produk keuangan syariah.

Strategi Pengembangan Literasi Keuangan Syariah untuk Generasi Muda.

1. Edukasi melalui Media Sosial

Generasi muda sangat aktif di media sosial. Oleh karena itu, platform ini bisa dimanfaatkan untuk edukasi keuangan syariah. Konten yang menarik, seperti infografis, video pendek, dan artikel ringan bisa menjadi cara efektif untuk meningkatkan literasi keuangan syariah di kalangan anak muda.

2. Kurikulum Pendidikan Formal

Memasukkan materi keuangan syariah dalam kurikulum pendidikan formal merupakan langkah penting. Hal ini dapat dimulai dari sekolah menengah hingga perguruan tinggi. Edukasi yang dimulai sejak dini akan membentuk pemahaman yang kuat tentang keuangan syariah di kalangan generasi muda.

3. Pelatihan dan Workshop

Mengadakan pelatihan dan workshop mengenai keuangan syariah dapat meningkatkan pemahaman praktis di kalangan generasi muda. Program-program ini dapat diadakan oleh lembaga keuangan, institusi pendidikan, dan organisasi masyarakat.

4. Literasi Keuangan Syariah di Lingkungan Keluarga

Peran keluarga dalam mengajarkan literasi keuangan syariah sangat penting. Orang tua dapat mulai mengenalkan prinsip-prinsip keuangan syariah kepada anak-anak sejak dini melalui kegiatan sehari-hari, seperti menabung dan berinvestasi.

Pengembangan literasi keuangan syariah di Indonesia menghadapi berbagai tantangan, namun juga memiliki peluang besar yang dapat dimanfaatkan. Generasi muda sebagai bagian penting dari masyarakat perlu diberikan edukasi yang memadai tentang keuangan syariah agar dapat berpartisipasi aktif dalam sektor ini.

Melalui strategi yang tepat, seperti edukasi melalui media sosial, pelatihan, dan kolaborasi antara berbagai pihak, literasi keuangan syariah dapat ditingkatkan dan memberikan manfaat bagi seluruh masyarakat. Nah, untuk meningkatkan pengetahuan soal ekonomi syariah, kita bisa mengunjungi Sharia Knowledge Centre (SKC) dari Prudential Syariah.

Sharia Knowledge Centre (SKC)  adalah pusat edukasi yang berfokus pada ekonomi dan keuangan syariah. Mereka menyediakan berbagai materi pembelajaran seperti e-learning, berita, artikel, fatwa, regulasi, serta kajian dan riset terkait ekonomi syariah.

SKC juga mengadakan diskusi tentang topik-topik syariah dan memiliki roadmap untuk pengembangan ekonomi syariah di Indonesia dengan utama untuk meningkatkan pemahaman dan penerapan prinsip-prinsip syariah dalam sektor ekonomi dan keuangan. Yuk, kunjungi Sharia Knowledge Centre!

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

Cari Di sini

Perkenalkan...

Hai...perkenalkan, saya Idah. Ibuk dari dua anak dan satu-satunya admin di blog ini.

Rutinitas saya saat ini sebagai Ibu Rumah Tangga sekaligus Ibu Pekerja Kantoran. Kami sekarang tinggal di Kota Dawet Ayu, Banjarnegara, Jawa Tengah.

Oiya, jika ingin komunikasi, bisa melalui akun instagram kami @cerisfamily atau kontak langsung melalui email cerisfamily@gmail.com. Terima kasih.

On Youtube

Fans Page

CERIS Family

Blog Archive

  • ▼  2025 (14)
    • ▼  Juni (2)
      • 6 Perbedaan Cat Waterproofing Asli dan Palsu, Patu...
      • Menjadi Mata di Setiap Sudut Rumah: Insto Dry Eyes...
    • ►  Mei (5)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2024 (39)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (10)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2023 (28)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (4)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2022 (14)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2021 (12)
    • ►  September (2)
    • ►  Juni (3)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2020 (17)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2019 (42)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Mei (26)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2018 (37)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2017 (61)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (8)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2016 (62)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (7)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2015 (63)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (9)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (10)
    • ►  Juni (12)
    • ►  Mei (2)

Popular Posts

  • Biaya USG 4 Dimensi di RS Panti Nugroho
  • Tujuan Pemeriksaan HB dan HBsAG untuk Ibu Hamil
  • Tip Agar Jahitan Pasca Melahirkan Cepat Kering

recent posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Part Of Community


Blogger Perempuan
mamadaring
Seedbacklink

Follow Us!

Social Media

Facebook Twitter Instagram Youtube Blog Ibu

MageNet

0ccdff8bd3766e1e4fdd711a2ad08ee5151bd247

Created with by ThemeXpose