• Home
  • About
  • Jasmine
  • Wildan
  • Hiroku
  • Kesehatan
  • Tumbuh Kembang
  • Parenting
  • Jalan Jajan
Tentang ruam popok ini asli bikin drama. Peradangan pada kulit bayi di area yang tertutup popok, dan umumnya terjadi pada bokong. Dan jika cewek, biasanya juga terjadi pada enok (istilah Yasmin untuk menyebut daerah kewanitaan). Kulit yang mengalami ruam akan tampak kemerahan. Ruam popok biasanya terjadi karena reaksi kulit setelah terus menerus bersentuhan dengan urine dan tinja. Popok sudah penuh dan orang tua ngga menyadarinya. Si kecil pun terus berlaian ke sana sini dengan gesit karena belum paham jika popok sebenarnya udah hampir luber


Kecemut masih bayiik...
Aku kira ruam popok hanya terjadi jika si kecil menggunakan diapers atau popok sekali pakai. Makanya semenjak usia enam bulan dan kerap diajak main, aku lebih memilih clodi atau popok kain. Seperti saat jalan-jalan ke Borobudur, aku membawa beberapa clodi buat ganti. Dan ternyata salah. Memakai clodi pun bisa juga mengakibatkan ruam popok. Apalagi jika daya serap clodinya rendah. Sangat memungkinkan untuk cepat kena ruam. 😣

"Duuh...makanya pilih clodi yang ada leg gussetnya."

Uwh...sudah, dong. Aku juga memilih yang inner gussetnya lebih bagus supaya urine ngga cepat luber. Tapi kesensitifan kulit si kecil kan beda-beda, ya. Dan kulit Kecemutku termasuk yang cukup sensitif. Makanya, jika menggunakan diapers, kami harus sering-sering mengontrolnya. Kadang sampai telat ganti popok, bakal terjadi ruam di daerah enok dan selakangan, gitu. Ruamnya ngga langsung yang parah gitu, sih. Tapi aku ngelihatnya, tuh, bikin periiiiiih. Nah, kalau udah sampai kena ruam, maka pertama kali yang kena marah adalah GUE, IBUnya. 🙋‍♀️


Udah milih yang terbaeeeeek, gaaaais...
Ini kena marahnya ngga cukup sekali, lho. Tiap kali sedang mengganti celana dalam si kecil (kalau udah ruam, ngga bakal pakai diapers lagi, pakainya celana dalam), kembali dihujat sodara-sodara, Mbah Uti Yasmin pasti marah-marah, gitu. Mbah Kakungnya juga. 😂 Kalau suami mah, selooow. 🙊

Nah, supanya ngga kena terlalu sering kena ruam pokok, ganti diapersnya lebih rajin. Aku biasanya per tiga atau empat jam, jika sedang dalam perjalanan atau traveling. Ngga menunggu diapersnya penuh. Yaa...ketimbang kena marah orang sejagat raya, mending lebih rajin menggantik diapers, dong. 🙊

Dan pada akhirnya, aku acungkan dua jempol buat kalian yang punya baby, dan sama sekali belum pernah merasakan si kecil kena ruam popok. Kalian hebat, ngga kayak aku! 😂

Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar
Aaah...jangankan memandikan Kecemut, nyiapin sarapan buat suami saja ngga aku lakukan. Udah beberapa minggu ini, usai sholat subuh, aku kembali tarik selimut, kemudian tidur dan bangun jam 06.30 WIB. Mandi, sarapan sudah tersaji, lengkap bergizi. Terima kasih mbah uti. ~sebuah pengakuan dari seorang Ibu muda, manis, yang anaknya baru satu~

Wajah memelas...
Sudah beberapa minggu ini, tepatnya semenjak pimpinan memutuskan untuk ikut akreditasi terkini bagi kantor. Jam kerja yang dimulai pukul 08.00 WIB sampai jam 17.00 WIB, selama itu aku terus bekerja. Kadang sampai lupa jam istirahat. Kadang jam 13.00 WIB belum ishoma, dan tau-tau sudah jam kerja lagi. Sungguh, sejauh ini adalah perjuangan paling berat semasa bekerja. Sampai pada puncaknya, tapi belum puncak banget, aku kerap lembur untuk menyelesaikan dokumen-dokumen pendukung akreditasi.

"Emang kerja sendirian?"

Ngga! Tapi karena aku pekerja paling muda dalam satu bagian, dan sisanya dua tahun lagi pada pensiun,  tahu sendiri lah, ya. Lempoh tiada tara. Capeknya udah luar dalam, sampa tiap pagi dibangunin anak dan suami, aku memilih untuk tetap memejamkan mata. Mata rasanya masih berat, kepala kadang belum sehat, pun dengan tubuh ini. Masih lunglai.

Jam 06.30 atau 07.00 WIB, saat mereka kompak membangunkan aku, "Ibu bangun, lihat sudah jam berapa tuh?", aku belum juga goyah. Masih merem. Dan aku baru melek ketika mendengar klakson motornya Pak Timin, penjual jamu keliling Desa yang sampai depan rumah selalu on time jam 07.00 WIB.

Melek, lalu melihat anak dan suami lagi sibuk mainan berdua. Betapa sempurnanya Ibu muda ini, ya. Serasa masih perawan. Tunggu Ibu, ya. Pasti kembali, kok. ❤ 

Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar
Katanya, bayi yang masih dalam kandungan sudah dapat diajak kerja sama. Ibu ngeluh dikit, si jabang bayi bisa ngertiin. Ibu lagi bahagia, si jabang bayi ikut loncat-loncat di dalam. Ini aku udah ngerasain beberapa kali saat hamil Yasmin, dan itu benar adanya. Makanya, lima hari sebelum menyapih Kecemut, aku kerap menyampaikan kepadanya bahwa, tak lama lagi dia ngga nenen karena usianya sudah dua tahun. Setelah nanti ada acara tiup lilin, berarti si enen digembok otomatis. Dengan melakukan komunikasi seperti ini aku berharap, tepat diusianya dua tahun yaitu tanggal 15 Januari 2018, dia sudah siap.

Dan pada praktiknya...


Yang udah disapih...
Aku punya rencana ngajak Kecemut main ke Yogya. Ini seperti kado ulang tahun, gitu. Ya meski sebenarnya Mamaknya yang pingin main (juga), sih. Hahaha. Suatu malam, saat aku sedang mengusap pipinua, ada setan yang menggodaku.

"Kamu yakin mau menyapih? Bisa-bisa nanti travelingnya ngga nyaman lho." Ini bisikan setan yang maut banget sumpah! 

Lalu aku kembali berpikir untuk menyapih. Karena memang ada rasa takut kalau dia akan rewel saat diajak main, aku ngga mau nanggung risiko. Ya kalau di penginapan nantinya dia bisa kalem, semisal sebaliknya? Sumpah, godaan setan terkutuk itu berat banget.

Akhirnya aku putuskan untuk menyapih Kecemut seminggu setelah pertambhan usianya. Dasar Ibu-ibu ngga PD-an, ya. Hahaha.

Lanjut...

Januari hampir berakhir, tapi aku belum juga bertekad untuk kembali menyapih Kecemut. Apalagi saat itu aku bersama teman-teman GenPI Banyumasan punya rencana untuk menghadiri undangan Featival di Cilacap pada penghujung bulan. Haaaah! Godaan kembali datang. Aku pun ngga berani berniat untuk menyapih nya (lagi).  Takut di Cilacap dia rewel, ngga tenang. Hampir dua minggu pasca ulang tahum, enen pun kembali aku berikan, kembali diisap. 🙈

Ini kenapa ngga beraninya dengan alasan yang sama, sih? Pergi ke luar kota menjadi alasan terus-menerus!

Duuuh, secara ya, dia ngusel ketek sambil nenen dalam hitungan menit pasti langsung tertidur. Ini sudah dipastikan. Pokoknya ketek Ibunya udah mirip bius lokal. Jadi pikirku, ketika nanti dia rewel tinggal dikasih bius lokal saja, beres! Makanya, aku gagal menyapih saat usia Yasmin tepat dua tahun. Padahal rencananya, aku dan suami kompak banget menyapih Kecemut di usia dua tahun. 

Ini karena Ibunya pingin menang sendiri, nih. Pingin enak sendiri, terlalu banyak alasan, dan terlalu banyak ketakutan. 🙈

Ternyata alasan seperti ini sungguh tidak indah BukIbu dan Pak Bapak. Semakin menunda si kecil untuk menyapih, semakin dia nyaman untuk terus enen, seperti keranjingan, gitu. Ya...meski ada metode yang namanya WWL (Weaning With Love), tapi sebagai Ibu ingin segera menyapih anaknya ketika dia sudah masuk usia duat tahun. Eh, atau ini cuma aku dowang, ya.

Jadi, dari pengalaman aku menyapih, ternyata kalau belum niat banget buat menyapih, si kecil juga bakal ikut setengah-setengah menerima instruksi untuk ngga nenen. Selain itu, jika Ibunya belum ikhlas menyapih, biasanya ngga diberi kemudahan untuk menyapihnya. Fufufu. Betul-betul niat dan ikhlas, ini kunci utama menyapih bagi aku.
Share
Tweet
Pin
Share
4 komentar
Puteri kecilku sepertinya ngga rela jika aku pergi terlalu jauh, dan dia ngga ikut. Pergi ke luar kota, khususnya. Ya, pergi yang tak cukup hanya dalam hitungan jam, membutuhkan waktu ber hari-hari dan dipastikan menginap. Namun karena keadaan yang ngga memungkinkan, aku memilih untuk ngga mengajaknya.

Seperti biasa, sebelum aku go, jauh hari sudah melakukan sounding dengan memberi sedikit pengertian bahwa, aku akan ada acara bareng teman kantor atau Blogger dan menginap untuk beberapa hari. Aku pun menjelaskan kalau dalam waktu satu atau dua hari ngga ada di dekat Kecemutku. Tiap kali memberi pengeritan, dia selalu paham. Bisa dibilang, dia sudah dewasa. Kalau kata suami, level dewasanya udah melebihi Ayahnya. 😂


"Ibu pergi, Syaquita main sama Mak Yem. Bobo sama Mbah Uti."

Ini bukan aku yang mengucap, melainkan Kecemutku. Cukup dewasa, bukan? Dia ngga merengek sama sekali. Saat aku mau berangkat pun, dia melambaikan tangan, dadah-dadah, dan memberi kiss bye.

Dulu, saat hendak ke Malang untuk acara kantor, usianya baru 18 bulan. Aku memilih untuk ngga mengajaknya karena bagiku, Malang terlalu jauh baginya. Apalagi saat itu transportasinya menggunkan Bus. Duuuh...kalau dia bisa anteng sepanjang jalan ngga masalah, ya. Nah kalau rewel dan tiba-tiba minta turun atau bahkan pulang? Apa kabar, Buk? Luar biasa!

Namanya batita, sifat-sifat yang kadang bikin Ibu tegang tuh susah diprediksi. Lahir bisa menerima untuk ditinggal beberapa, tapi nyatanya dia demam! 😂 Esok harinya aku go, malam harinya dia demam. Sepanjang malam aku kasih nenen, biasanya kalau panas, aku kasih enen full, paginya kembali sehat. Tapi ini spesial, udah dikasih enen, paracetamol, tetap saja panas belum mau turub. Sayang banget sama Ibunya, ya. 🙈Pada akhirnya, aku gagal ke Malang saat itu karena benar-benar tidak memungkinkan untuk meninggalkan Kecemut. #AkuRapopo

Saat aku menulis blog post ini, aku sedang dalam perjalanan keJakarta karena ada acara bareng teman-teman WB. Seperti biasa, aku dan si kecil sudah berdamai, aku belajar ikhlas. Tapi si dia kembali mendadak deman di malam hari. 😂 Kali ini aku ngga memberi ASI karena usianya sudah dua tahun. Aku juga ngga memberikan paracetamol. Pikirku, paling pagi harinya sembuh.

Paginya aku tinggal ke kantor sampai siang, eeeh si Om memberi kabar kalau panasnya makin menjadi. Duuh...ngga ada angin, ngga ada hujan, hari sebelumnya sehat-sehat saja. Dudduuh...bikin deg-degan. Tiket sudah di tangan, cuy!

"Beliin jajan, apa yang dia suka."

Pesan Mbah Uti sebelum aku meluncur ke Apotek untuk membeli obat penurun panas. Mbah Uti juga sudah membuatkan puding cokelat kesukaannya. Tapi aku bingung mau membelikan apa karena untuk saat ini dia cuma suka puding dan Yupi. Karena waktu sudah mepet, aku cuma membeli paracetamol. Tanpa beli jajan. 🙊

Paracetamol kali ini agaknya berbeda dari yang biasa aku beli. Ini dosisnya cukup tinggi,16 mg kalau ngga salah,tapi aman kok buat anak-anak. Paracetamol rasa anggur tapi pahitnya masya allah. 😍 Pelan-pelan aku memberikan paracetamol. Kasihan, pahitnya menjadi banget banget. Alhamdulillaah, saat aku hendak pergi, panasnya sudah turun. Uuuwh...harusnya dari malam, ya. 😂

Bocahku unik banget, ya. Tiap aku mau pergi untuk beberapa hari dan dia ngga ikut, mendadak demam. Semoga ini terakhir mendadak demam ya, Nak. 😗

Share
Tweet
Pin
Share
3 komentar
Bunyi petasan dan kembang api yang dinyalakan saat malam pergantian tahun, sukses membuatku pedih. Ya, saat sebagian orang merasa bahagia menyambut pergantian tahun dengan menyalakan petasan atau melepas lampion, aku malah sedih sambil ngekepin Kecemut, nyiumin lehernya sampai tak terasa air mataku menetes. Dududu...melow amat, ya. 😢

"Tuhan, benarkah ini sudah masuk tanggal 1 Januari 2018? Benarkah?" 😏😏

Rasa-rasanya belum juga percaya kalau kemarin adalah malam pergantian tahun. Aku juga belum percaya kalau hari ini sudah masuk tanggal 2 Januari. Rasanya baru kemarin aku berjuang menjadi Ibu Perah yang tiap lima jam musti ke ruang laktasi untuk memerah ASI. Tiap malam mencuci botol ASIP, lalu mensterilkannya. Mencuci dot dan juga pompa ASI. Rasanya belum lama, tapi ternyata usia Kecemut sebentar lagi masuk 24 bulan. Artinyaaaaa......😭😭

Ibu kok lama, yaa...
Pedih itu makin menjadi tiap hendak pulang kerja. Ditemani Mbah Uti, hampir tiap sore Kecemut menjemputku di Tandon. Kalau lagi jodoh, kami sama-sama sok histeris saat berjumpa. Seperti pasangan yang LDR-an setahun, lalu berjumpa. *dyaaaaar* Sebaliknya, misal aku pulang terlambat, kami berjumpa di rumah.

"Ibu pulaaaaaang...Ibuuuuuu...Ibuuuuu, mau sama Ibuuu."

Mesin kendaraan masih menyala, dan dia langsung naik motor di bagian depan. Dada ini rasanya plong. Belum lagi kalau dia lanjut minta keliling kampung, lelah karena pekerjaan kantor pun rasanya hilang saat itu juga. 🤗


"Ayoooo Ibuu, eneen. Ayoooo...!"

Ini yang dia minta setelah keliling kampung. Dia ngga mau tahu aku masih pakai baju kerja. Ngga peduli dengan aroma tubuhku yang harumnya bikin orang sampai metot hidung atau bersin. Pokoknya, langsung gasss. 🤣🤣🤣

Pulang kerja sampai rumah pukul 16.30 WIB. Ekspektasiku, sesampainya di rumah bakal mainan sama dia. Atau ngeledekin dia sampai ketawa riang, bahkan menangis. Tapi kenyataanya, baru nempel mabelas menit, dia sudah tepar. Kena bius lokal yang paling ajib. Dududu...dan ini nyaris tiap hari terjadi. Ngga banyak waktu untuk sekadar melihat senyumnya dan sifat ngeyelnya yang kata Mbah Uti makin pinter. 😗

Pokoke tak gendong kemana-mana...
Dear Syaquita, Wita, Yasmin, Kecemut (banyak amat panggilannya, ya). 😎

Saat ini Ibu sedang resah. Ibu terus bertanya-tanya dalam hati, kalau kamu sudah ngga enen lagi, apakah nanti masih menunggu Ibu di Tandon? Apa yang ditunggu dari Ibu ketika nanti kamu sudah ngga enen? Pasti Ibu akan rindu dengan kebiasaan tidurmu. Tidur di atas dada Ibu setelah enen atau malah sambil enen. 😭😭

Duuuh...kenapa melow amat, sih. Mau ngucapin tahun baru saja ngga kuasa rasanya. Aah...selamat tahun baru, Kawans. Semoga tambah segalanya yang baik-baik, ya. Doakan aku kuat. Mau nyapih aja sedihnya gini amat. 😭😭😭

Ps. Ketakutan paling mendalam saat nanti berhasil disapih adalah tentang kedekatan. Aku takut Kacemut jadi cuek sama akooooooh, Ibunya. 😢😢

Share
Tweet
Pin
Share
7 komentar
Sabtu, 24 Desember 2016. Ibu kembali memutuskan untuk mengajakmu mengikuti kegiatan orang dewasa, Nak. Kegiatan kali ini tidak seperti biasanya. Adalah kegiatan resmi. Mengantar Pak Mustofa yang telah purna tugas ke kediaman beliau di Boyolali.
Bus warna putih bertuliskan PO. Kalimanah membawa kami, rombongan kantor tempatku bekerja, menuju Boyolali. Perjalanan dari Banjarnegara menuju Boyolali ditempuh kurang lebih lima jam.

Ya, cukup lima jam. Meski sabtu itu libur panjang, namun jalan tidak macet parah. Alhamdulillaah.



Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
Older Posts

Cari Di sini

Perkenalkan...

Hai...perkenalkan, saya Idah. Ibuk dari dua anak dan satu-satunya admin di blog ini.

Rutinitas saya saat ini sebagai Ibu Rumah Tangga sekaligus Ibu Pekerja Kantoran. Kami sekarang tinggal di Kota Dawet Ayu, Banjarnegara, Jawa Tengah.

Oiya, jika ingin komunikasi, bisa melalui akun instagram kami @cerisfamily atau kontak langsung melalui email cerisfamily@gmail.com. Terima kasih.

On Youtube

Fans Page

CERIS Family

Blog Archive

  • ▼  2025 (9)
    • ▼  Mei (2)
      • "Si Manis" yang Mengintai: Cerita di Balik Jajanan...
      • Pet-Loving Dads Edition: Custom Gifts Featuring Th...
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2024 (39)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (10)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2023 (28)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (4)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2022 (14)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2021 (12)
    • ►  September (2)
    • ►  Juni (3)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2020 (17)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2019 (42)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Mei (26)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2018 (37)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2017 (61)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (8)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2016 (62)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (7)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2015 (63)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (9)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (10)
    • ►  Juni (12)
    • ►  Mei (2)

Popular Posts

  • Biaya USG 4 Dimensi di RS Panti Nugroho
  • Tujuan Pemeriksaan HB dan HBsAG untuk Ibu Hamil
  • Tip Agar Jahitan Pasca Melahirkan Cepat Kering

recent posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Part Of Community


Blogger Perempuan
mamadaring
Seedbacklink

Follow Us!

Social Media

Facebook Twitter Instagram Youtube Blog Ibu

MageNet

0ccdff8bd3766e1e4fdd711a2ad08ee5151bd247

Created with by ThemeXpose