• Home
  • About
  • Jasmine
  • Wildan
  • Hiroku
  • Kesehatan
  • Tumbuh Kembang
  • Parenting
  • Jalan Jajan

Beberapa waktu lalu, banyak media massa yang memberitakan terjadinya kebakaran area TPA di berbagai daerah. Bahkan, salah satu berita yang cukup menarik perhatian adalah ketika sampah-sampah menggunung di pinggir jalanan protokol sekitar Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kelola Sampah dengan Memanfaatkan Teknologi Digital
sumber foto: https://www.indonesiana.id/

Keberadaan sampah memang menjadi momok tersendiri, baik masyarakat secara umum hingga para aktivis lingkungan. Hal serupa juga mengusik Edwin Fernanda Abhipraya. Beliau membuat terobosan dalam pengelolaan sampah dengan memanfaatkan digitalisasi dalam proses sortirnya. Gagasan yang menarik ini, sukses mengantarnya menjadi salah satu penerima penghargaan SATU Indonesia dari Astra pada tahun 2022 silam di bidang Teknologi.

Aplikasi digital sistem pengelolaan sampah ini bermula di Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur. Aplikasi yang dikembangkan oleh Edwin Fernanda Abhipraya sendiri diberi nama Teman Ubah. Pada suatu kesempatan, Edwin menyatakan bahwa ide pengembangan aplikasi bank sampah digital ini bertujuan untuk memudahkan pembaruan data yang selalu terkini dan dapat diakses secara real-time. Hal ini tentu saja sangat memudahkan pihak pengelola sekaligus masyarakat untuk memantau kondisi sampah yang dikelola oleh Edwin dan timnya.

Untuk mengintegrasikan 168 kelompok bank sampah yang tersebar di 28 kecamatan dan 419 desa di Bojonegoro, Edwin membentuk sebuah tim digitalisasi bank sampah yang terdiri dari tujuh anggota. Bayangkan saja, menurut data kinerja pengelolaan sampah yang tercatat dalam SIPSN Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2022, total timbulan sampah di Indonesia mencapai 20.719.586,43 ton, sementara penanganan sampah yang telah dilakukan baru mencapai 10.245.755,34 ton.

Berdasarkan data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), pada tahun 2020, Kabupaten Bojonegoro hanya berhasil mengelola 23,8% sampah, dan angka tersebut mengalami penurunan menjadi 23,1% pada tahun 2021.

Menurut data dari SIPSN, timbulan sampah di Kabupaten Bojonegoro menunjukkan tren fluktuasi dari tahun ke tahun. Pada 2019, Kabupaten Bojonegoro menghasilkan 185.688 ton sampah, yang kemudian meningkat menjadi 189.402 ton pada 2020. Angka tersebut sempat naik lagi menjadi 195.823 ton pada 2021, sebelum akhirnya turun signifikan menjadi 137.271 ton pada 2022.

Apa yang sukses dilakukan Edwin, juga memiliki campur tangan pihak pemerintah. Dalam sebuah kesempatan, pihak pemerintah juga mengatakan bahwa ide yang digagas Edwin seolah menjadi oase di padang pasir.Hal ini tidak lain, karena masyarakat Kabupaten Bojonegoro sendiri masih sangat awam dalam hal pengelolaan sampah sendiri. Itulah mengapa, gagasan Edwin mendapatkan sambutan dan dukungan penuh dari pemerintah dan tentu saja kalangan masyarakat.

Saat ini, aplikasi yang digagas oleh Edwin telah diterapkan untuk mengelola sampah anorganik di berbagai bank sampah yang ada di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.

Edwin Semakin Dekat dengan Masyarakat untuk Sukseskan Programnya.

Edwin menjelaskan bahwa program ini pada awalnya dirancang untuk mendukung inisiatif Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, yang telah mengalokasikan dana miliaran rupiah untuk menyediakan kendaraan roda tiga yang dipinjamkan kepada kelompok Bank Sampah.

Mengingat dampak positif yang sangat besar, kita semua berharap agar program digitalisasi yang digagas oleh Edwin, dengan dukungan penuh dari Pemkab Bojonegoro, dapat menjadi contoh bagi kabupaten-kabupaten lainnya. Apresiasi serta dukungan dari berbagai pihak juga sangat penting untuk mendorong lebih banyak perubahan positif di daerah-daerah di Indonesia.

Kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah semakin meningkat. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak pelaku usaha yang terlibat dalam sektor pengelolaan sampah. Bisnis yang dijalankan tidak hanya berfokus pada keuntungan, tetapi juga mengedepankan kepedulian terhadap lingkungan serta melibatkan berbagai elemen masyarakat. Berbagai inovasi pun bermunculan, dengan pemanfaatan platform digital yang semakin banyak diupayakan.

Teman Ubah

Dalam mewujudkan sistem aplikasi bank sampah ini, Edwin tentu tidak bisa bekerja sendirian. Apalagi secara geografis, Kabupaten Bojonegoro memiliki daerah yang cukup luas dengan jumlah populasi masyarakat yang cukup besar. Pada mulanya, Edwin Fernanda Abhipraya bersama bapak Eddy Siswanto mulai mengumpulkan data bank sampah dari 164 desa dan berasal dari 168 kelompok bank sampah yang tersebar di 19 kecamatan di kabupaten Bojonegoro. Jumlah jangkauan ini tentu diharapkan mengalami peningkatan jumlah seiring berjalannya waktu, termasuk di tahun 2024 ini.

Ide Cemerlang Mengantarkan Teman Ubah Mendapatkan Pengahargaan dari Astra.

Menariknya lagi, ide cemerlang ini terinspirasi dari mesin ATM setor tunai. Meskipun jarak masing-masing daerah berjauhan, tetapi masyarakat tetap dapat mengirimkan sampahnya melalui teller bank sampah. Data yang diinput pada bank sampah sendiri by name by address. Sehingga ketika dipantau secara online dan real time, data yang tampil adalah data valid.

Edin dan semua timnya telah membagikan berbagai link Google Form yang dapat diperbarui segera setelah mendapatkan kiriman sampah daur ulang dari masyarakat. Maka, jika sebelumnya data hanya bisa diperbarui seminggu sekali, kini pihak pengelola aplikasi Teman Ubah dapat memasukkan semua data baru setiap hari. Perubahan kecil yang ternyata berdampak besar di masyarakat dan tata kelola pemerintah, maka tidak heran jika hadirnya Teman Ubah ini mendapatkan pengahargaan dari Astra di bidang teknologi.

Bagaimana? Apakah kalian juga terinspirasi melakukan hal yang sama? Jangan lupa gandeng pemerintah terkait untuk memulai langkah awalnya. Selamat menjaga keseimbangan pengolahan sampah!

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Menurunnya tingkat kesehatan masyarakat karena pola hidup yang kurang sehat membutuhkan perhatian serius dari masyarakat. Di tangan orang yang terampil dan kreatif, hal ini dapat membuka peluang usaha yang sangat menjanjikan.

Seperti yang dilakukan oleh Mochammad Ichsan Noor. Lelaki asal Kalimantan Selatan ini menangkap kebutuhan makanan sehat di masyarakat dengan mengembangkan dan memproduksi kuliner gluten free dan healthy food.

Mochammad Ichsan Noor Kembangkan Kuliner Gluten Free dan Healthy Food

Pentingnya Konsumsi Makanan Gluten Free.

Makanan yang dikonsumsi mempunyai peran penting untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan. Selain kampanye untuk menjaga kesehatan dengan pola makan yang sehat, ketersediaan menu makanan yang sehat dengan harga terjangkau masih sangat dibutuhkan. Potensi pasar makanan sehat ini yang kemudian mencetuskan ide usaha untuk Mochammad Ichsan Noor. Selain bisa mendapatkan keuntungan, usaha makanan gluten free dan makanan sehat bisa membantu masyarakat agar tidak mudah terserang penyakit.

Gluten adalah protein yang terdapat pada gandum, barley, dan rye. Bagi sebagian orang, gluten bisa menyebabkan masalah kesehatan seperti penyakit celiac, alergi gandum, atau sensitivitas gluten non-celiac dan berbagai gangguan kesehatan lainnya. Makanan dikategorikan bebas gluten jika tidak mengandung protein gluten. Pentingnya konsumsi makanan bebas gluten:

  • Menjaga kesehatan pencernaan: mengurangi gejala seperti kembung, diare, dan sembelit.
  • Peningkatan energi: dengan konsumsi makanan yang bebas gluten, tubuh lebih mudah menyerap nutrisi, sehingga energi meningkat.
  • Kulit lebih sehat: kandungan bahan makanan yang tidak mengandung gluten dapat membantu perbaikan kondisi kulit.
  • Menjaga kesehatan: banyak orang merasa lebih sehat setelah menghindari gluten, meskipun tidak memiliki kondisi medis tertentu.
  • Menghilangkan kembung, diare, sembelit, sakit kepala, dan kelelahan
  • Menjaga kesehatan usus halus yang penting dalam proses penyerapan nutrisi
  • Meminimalkan resiko malabsorpsi nutrisi, sehingga tubuh kekurangan vitamin dan mineral.

Melakukan Edukasi Pola Makan Sehat.

Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pola makan yang sehat dengan mengkonsumsi gluten free, Mochammad Ichsan Noor juga melakukan edukasi. Lelaki ini sering menerima undangan sebagai pembicara untuk tema makanan sehat dan kewirausahaan dari berbagai instansi.

Sharing pengetahuan tersebut menjadi cara untuk semakin mengenalkan makanan sehat ke berbagai kalangan. Pelatihan juga diberikan kepada mahasiswa dari akademi yang mengundangnya untuk meningkatkan softskill mahasiswa dan juga daya berpikir mahasiswa agar dapat membuka wawasan mahasiswa.

Mochammad Ichsan Noor juga menyampaikan peluang-peluang usaha yang dapat dibuat dengan inovasi-inovasi yang kreatif terutama dalam bidang usaha jasa boga. Dengan melihat nilai gizi yang terkandung dalam produk, cara pembuatan produk yang higienis bisa menghasilkan mutu dan kualitas produk yang memenuhi standar gizi kesehatan.

Peluang yang Mengantarkan Mochammad Ichsan Noor sebagai Pengusaha Kuliner.

Bisnis kuliner selalu terbuka untuk siapa saja, apalagi jika kreatif dan dapat melakukan inovasi dalam mengolah maupun menggunakan bahan yang berbeda dengan yang digunakan pada umumnya.

Di tangan Mochammad Ichsan Noor, kuliner dengan bahan gluten free bisa mendatangkan banyak keuntungan. Tidak saja untuk dirinya, banyak orang yang bekerja atau terlihat dalam pembuatan dan pemasaran makanan gluten free ikut menikmati hasil kerja dari lelaki satu ini. Untuk konsumen, produk yang dihasilkan dan dipasarkan oleh Mochammad Ichsan Noor sangat penting dalam menjaga kesehatan. Banyaknya potensi pasar yang ditangkap oleh lelaki dari Kalimantan Selatan ini mengantarkannya sebagai pelaku usaha mudah yang kreatif dan sukses.

Selama menjalankan usahanya dalam mengenalkan, mengedukasi, memproduksi dan dan memasarkan makanan gluten free dan healthy food tidak berjalan mulus. Banyak rintangan yang dihadapinya. Apalagi tidak semua masyarakat konsen dengan jenis makanan yang dikonsumsinya serta tidak semua masyarakat memperhatikan pola makannya. Rintangan tersebut berhasil dihadapi oleh Mochammad Ichsan Noor dengan terus mengembangkan produknya yang semakin hari bertambah dikenal oleh masyarakat.

Kontribusi Mochammad Ichsan Noor Ini Mendapatkan Apresiasi dari Astra.

Semangat dan kontribusinya dalam meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan dengan mengonsumsi makanan yang bebas gluten membawa Mochammad Ichsan Noor mendapatan anugerah SATU Indonesia Award dari Astra. Anugerah tersebut merupakan apresiasi Astra terhadap anak muda yang peduli terhadap lingkungan dan masyarakat.

Mochammad Ichsan Noor membuktikan bahwa berkat kerja keras dan kreativitasnya bisa membawa perubahan pada masyarakat untuk lebih menjaga kesehatannya. Upaya yang bagi sebagian orang cukup sulit, yaitu mengubah kebiasaan konsumsi dan mengenalkan makanan yang berbeda dengan biasanya bisa dilakukan oleh lelaki dari Kalimantan Selatan ini.

Saat ini Indonesia masih membutuhkan banyak pemuda yang peduli dengan lingkungan dan mau berkontribusi untuk mendorong perubahan ke arah yang lebih baik. Tidak hanya Mochammad Ichsan Noor, kita semua bisa melakukan hal yang sama dengan cara yang mudah. Salah satunya yaitu dengan cara melihat permasalahan apa yang terjadi di lingkungan sekitar dan lakukan satu langkah untuk perubahan. Kontribusi Anda sangat berguna untuk perubahan Indonesia menuju kehidupan yang lebih baik.

 Sumber:

  • https://poltekkes-banjarmasin.ac.id/kemahasiswaan/pelatihan-kewirausahaan-bidang-gizi
  • https://www.instagram.com/eat.organic.banjarmasin/
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Rendahnya minat baca masyarakat di Indonesia, termasuk pada anak-anak merupakan hal yang cukup memprihatinkan. Ada banyak faktor yang mempengaruhinya, diantaranya yaitu ketertarikan dan keterbatasan sarana untuk membaca yang rendah yang mana keduanya sangat berpengaruh pada kualitas sumber daya masyarakat. Hal ini juga terjadi di daerah Kalimantan Timur.

Kondisi ini memantik semangat dari Dwi Pujiana untuk mendirikan Taman Baca Griya Baca Sembulan. Sarana yang disediakan bisa dimanfaatkan oleh masyarakat dan siapa saja untuk menambah pengetahuan tanpa harus membeli buku atau tanpa mengeluarkan biaya sama sekali.

Dwi Pujiana Bangkitkan Minat Baca lewat Taman Baca Griya Baca Sembulan

Pada artikel ini, saya akan berbagi tentang perjalanan Dwi Pujiana yang berusaha untuk membangkitkan minat baca lewat Taman Baca Griya Baca Sembulan, Kalimantan Timur. Namun sebelumnya, kita harus tahu dan paham terlebih dahulu kenapa minat baca pada masyarakat masih juga rendah. Kira-kira apa penyebabnya? Yuk, baca artikel ini sampai selesai!

Penyebab Rendahnya Minat Baca pada Masyarakat.

Keprihatinan terhadap rendahnya minat baca banyak ditunjukkan oleh berbagai pihak, namun ternyata upaya peningkatan minat baca belum merata sampai di semua wilayah. Masih banyak daerah, terutama di wilayah pinggir atau di luar perkotaan yang belum banyak mendapat dukungan agar masyarakat senang membaca buku.

Untuk mengatasi hal ini membutuhkan keterlibatan banyak pihak. Tidak hanya pemerintah, masyarakat, institusi, bahkan perorangan bisa membantu mengatasi masalah minat baca dengan melakukan berbagai aksi. Rendahnya keinginan dan ketertarikan terhadap buku bacaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:

1. Minim Fasilitas.

Fasilitas membaca di berbagai wilayah masih cukup sulit diakses, terutama di daerah pedesaan. Taman bacaan dan perpustakaan jumlahnya masih terbatas. Kalau pun ada, jam pelayanan juga ada yang terbatas dan lokasinya cukup jauh sehingga masyarakat, termasuk anak-anak yang ingin membaca kesulitan untuk mengaksesnya.

2. Belum Paham Pentingnya Membaca.

Tidak sedikit masyarakat yang belum memahami pentingnya membaca. Mereka beranggapan bahwa mempelajari buku di sekolah sudah cukup. Sementara banyak informasi, pengetahuan dan keterampilan yang dapat diperoleh dari bahan bacaan. Dengan banyak membaca, wawasan seseorang juga kan bertambah sehingga dapat mendorong keinginannya untuk meningkatkan taraf kehidupan.

Guna meningkatkan pemahaman pentingnya membaca, peran masyarakat untuk terlibat langsung sangat penting. Karena itu, Dwi Pujiana terpanggil hatinya untuk ikut menyadarkan masyarakat di sekitarnya agar senang membaca.

3. Banyaknya Permainan.

Berbagai jenis permainan, baik tradisional dan modern turut mempengaruhi rendahnya minat baca pada anak-anak. Anak-anak lebih memilih untuk bermain dari pada membaca karena merupakan aktivitas yang menyenangkan.

Peran banyak pihak untuk mendorong anak-anak agar bisa membagi waktu antara bermain dan membaca sangat penting. Salah satunya adalah dengan menyediakan bahan bacaan dan tempat untuk membaca yang nyaman dan menyenangkan.

4. Harga Buku yang Mahal.

Harga buku cetak yang cukup mahal menjadi salah satu penyebab kenapa banyak orang yang tidak menyediakan bacaan untuk kebutuhan sendiri dan keluarga. Hal ini dapat diantisipasi dengan mengumpulkan buku bacaan kemudian memberi kesempatan kepada orang lain untuk meminjam dan membacanya.

5. Dukungan Keluarga Sangat Kurang.

Dukungan keluarga, terutama dukungan dari orang tua agar anak-anaknya senang membaca sangat penting. Namun tidak jarang ditemui karena kesibukan para orang tua menjadikan tidak mempunyai waktu untuk membacakan buku kepada anaknya.

Selain itu, masalah yang sering timbul berkaitan dengan rendahnya minat baca pada anak adalah orang tua yang juga kurang mempunyai perhatian terhadap aktivitas membaca.  Cukup sering ditemui orang tua yang menganggap membaca merupakan kebutuhan anak-anak saja atau hanya cukup dilakukan oleh anak ketika di sekolah atau saat belajar.

Dwi Pujiana Taman Baca Griya Baca Sembulan

Dwi Pujiana Bangkitkan Minat Baca pada Masyarakat lewat Taman Baca Griya Baca Sembulan.

Dwi Pujiana yang sangat konsen terhadap rendahnya minat baca berupaya untuk meningkatkan ketertarikan masyarakat dengan menyediakan berbagai bahan bacaan. Melalui Taman Baca Griya Baca Sembulan, Kalimantan Timur, perempuan ini menunjukkan kontribusi dan sumbangsihnya.

Bagi sebagian orang, mungkin upaya yang dilakukan Dwi Pujiana adalah hal yang biasa, tapi kontribusinya terhadap peningkatan kualitas SDM luar biasa. Tidak semua orang mempunyai kesadaran dan kerelaan untuk meluangkan waktu, tenaga dan biaya untuk orang lain. Namun tekad dan keinginan Dwi Pujiana mendorongnya untuk mengabdikan diri.

Kontribusi dari Dwi Pujiana mendapat apresiasi luar biasa dari PT. Astra. Hasil kerja dan sumbangsihnya mungkin tidak bisa dirasakan secara langsung manfaatnya. Namun ke depan, apa yang sudah dirintisnya akan sangat berguna untuk meningkatkan kualitas SDM di Kalimantan Timur, khususnya yang terlibat dalam Taman Baca Griya Baca Sembulan.

Semangat menumbuhkan minat baca yang diawali oleh Dwi Pujiana tidak akan berhasil hanya dalam hitungan bulan. Apa yang dilakukan saat ini perlu terus dilakukan dan didukung oleh banyak pihak. Masih banyak masyarakat yang membutuhkan kontribusi pihak lain dalam meningkatkan minat baca dan memfasilitasi kebutuhan masyarakat agar bisa mengakses bacaan dengan mudah dan murah.

Penghargaan yang diterima oleh Dwi Pujiana dalam anugerah SATU Indonesia dari Astra merupakan apresiasi untuk semangat dan kontribusinya. Dwi Pujiana bisa mengawali dan mendorong agar lingkungannya mencintai bacaan. 

Semoga kita bisa mengikuti langkah Dwi Pujiana dalam upaya meningkatkan minat baca anak Indonesia. Dengan kontribusi yang nyata seperti ini, masyarakat pun bisa mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik.

Sumber:

  • https://bimba-aiueo.com/5-faktor-penyebab-penghambat-minat-baca/
  • https://dpk.kaltimprov.go.id/berita/1-000-anak-ikuti-gerakan-membaca-di-taman-samarendah

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Tidak ada orang tua yang ingin anaknya bermasalah, apalagi harus sampai berhadapan dengan hukum serta mendapat pembinaan khusus. Namun jika hal ini terjadi, maka anak-anak tersebut tidak bisa dibiarkan saja. Anak-anak yang sedang menjalani masa pidana seyogyanya tidak harus kehilangan masa depan.

Keberadaan anak-anak di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Mamuju menyita perhatian dari Zul Fadli. Lelaki yang merupakan aktivis di kampusnya dengan segudang prestasi ini tergerak untuk membersamai anak-anak tersebut agar mempunyai masa depan yang lebih baik.

Zul Fadli Rangkul Anak-anak di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Mamuju

Permasalahan yang Dihadapi Anak-anak di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Mamuju

Anak-anak yang berada di lembaga pembinaan ditempatkan berdasarkan beberapa hal, yaitu umur, jenis kelamin, lama pidana, jenis pidana atau tindak kejahatannya. Mereka juga ditempaykan sesuai dengan kriteria lain berdasarkan kebutuhan atau dalam rangka pembinaan.

Di dalam lembaga pembinaan, anak-anak tersebut tetap terpenuhi haknya untuk mendapatkan pendidikan yang layak. LPKA atau Lembaga Pembinaan Khusus Anak wajib menyelenggarakan kegiatan pendidikan, pembinaan, pelatihan keterampilan dengan pengawasan Balai Pemasyarakatan.

Anak-anak yang menjalani masa pidana tidak jarang menghadapi masalah yang komplek. Harus tinggal jauh dari keluarga, faktor psikis, psikologis dan sulitnya menerima kondisi yang mereka alami serta sulit beradaptasi dalam lingkungan penjara merupakan beban yang mengganggu mental.

Kondisi ini yang membuat Zul Fadli tergerak untuk merangkul dan membersamai mereka dalam bentuk pendampingan mental. Tidak itu saja, Zul Fadli bersama rekan-rekannya juga menyusun program kegiatan untuk mendukung perkembangan anak-anak tersebut agar rasa percaya dirinya tumbuh kembali.

Zul fadli berpendapat bahwa dengan merangkul mereka, memberikan dukungan dan perhatian, anak-anak binaan ini bisa tumbuh menjadi generasi muda yang penuh semangat. Dengan pendidikan yang tepat, harapannya anak-anak tersebut akan mempunyai jiwa kepemimpinan yang penting untuk masa depannya.

Memberikan Konseling untuk Anak-anak di LPKA Kelas II Mamuju

Tidak banyak anak muda yang mempunyai perhatian terhadap permasalah hukum, terutama efeknya terhadap anak-anak yang menjalani masa pidaha. Namun Zul Fadli dengan semangat tinggi memberikan dedikasi dan dukungan kepada anak-anak tersebut sesuai dengan kebutuhan mereka.

Bersama Macanga Institute, Zul Fadli tidak hanya datang dan merangkut anak-anak tersebut, tetapi juga memberikan harapan untuk kehidupan mereka setelah menjalani masa pidana. “Bahwa hidup hanya sekali, begitu juga mati, tapi berusahalah selalu menghidupkan mimpi-mimpi mu yang hampir mati berkali-kali", kutipan yang ditulis oleh Zul Fadli.

Bersama Macanga Institute, lembaga yang dipimpinnya, Zul Fadli dan rekan-rekannya memberikan pengarahan agar anak-anak di LPKA Kelas II Mamuju memiliki konsep diri positif yang ditunjukkan dengan sikap percaya diri. Anak-anak juga diberi arahan untuk memandang kegagalannyasebagai pelajaran berharga untuk melangkah ke masa depan.

Macanga Institute sendiri merupakan Lembaga yang menyediakan program pelatihan, coaching dan konseling untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kesejahteraan psikologis individu di Sulawesi Barat

Dengan pendekatan psikologis seperti ini, dapat membantu anak didik lebih berani memilah perbuatan yang positif dan negatif agar ketika sudah kembali ke masyarakat tidak mengulang kesalahan yang dilakukan.

Zul Fadli dan rekan-rekannya, memberikan bimbingan konseling dan kesehatan mental satu kali dalam seminggu kepada 15 orang Andikpas kepada anak-anak di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Mamuju.  Program ini dilaksanakan di Ruang belajar LPKA Mamuju. Selain konseling, anak-anak juga mendapat bekal pendidikan karakter.

Harapannya, setelah mengikuti program, anak-anak bisa lebih percaya diri untuk kembali menjalani kehidupannya. Program ini juga bertujuan membekali mereka dengan keterampilan untuk menjalani kehidupan yang lebih baik dan menghindari resiko residivisme.

Memberi Sinar Cerah Masa Depan Anak-anak di LPKA

Melalui program-programnya, Zul Fadli dan Macanga Institute memberikan kembali harapan anak-anak di LPKA untuk bisa berprestasi lebih gemilang. Salah satunya adalah Program Mentoring untuk membantu anak di LPKA mempersiapkan diri dalam menempuh pendidikan tinggi, termasuk melalui Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di Universitas Terbuka.

Zul Fadli di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Mamuju

Anak-ana di LPKA Kelas II Mamuju juga mendapatkan bantuan memahami minat dan bakatnya, memilih jurusan yang sesuai, serta mengembangkan strategi belajar yang efektif. Mereka juga mendaapat dukungan moral dan motivasi agar para peserta tetap bersemangat dalam menghadapi tantangan pendidikan.

Jika sebagian orang memilih untuk mengabdikan diri kepada mereka yang ada dekat dan selalu berinteraksi secara langsung, Zul Fadli memilih jalan lain, yaitu datang pada mereka yang mempunyai keterbatas akses. Zul Fadli juga mampu membangkitkan kembali semangat anak-anak selama menjalani pidana agar bisa tetap mempunyai masa depan yang baik.

Berkat kerja keras dan dedikasinya, Zul Fadli mendapat anugerah Satu Indonesia Award dari Astra. Kontribusinya yang luar biasa dapat mengembalikan masa depan anak-anak yang hampir hilang karena kesalahan mereka.

Sumber:

  • https://www.instagram.com/p/DBnkRZfShDt/?img_index=1
  • https://www.kompasiana.com/lpkamamuju3233/63fecef6c767480b521220a2/lpka-mamuju-berikan-bimbingan-konseling-untuk-andikpas
  • https://www.kompasiana.com/lpkamamuju3233/628723f23623ae10911f0093/macanga-institut-tertarik-lakukan-kerjasama-pengembangan-karakter-dan-psikologis-anak-didik

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Menyulap Sampah Menjadi Karya Rupa yang Bernilai - Pernah enggak sih kepikiran, gimana nasib sampah-sampah kita setelah dibuang? Kalau sekadar kepiran, mungkin pernah. Tapi kalau sampai dengan peduli, enggak semua orang peduli dengan sampah-sampah yang sudah kita buang setiap harinya. Betul apa benar? Hahaha.

Sering banget untuk sekadar memilih dan memilah sampah organik dan anorganik saja malas betul. Semua sampah yang ada di rumah dijadikan satu untuk kemudian dibuang ke Tempat Pembuangan Sampah (TPS) sementara yang biasanya ada di tiap RT.

Sampai sekarang, di lingkungan tempat aku tinggal juga belum banyak orang yang peduli dengan sampah. Padahal, pihak desa sudah mulai bergerak untuk daur ulang sampah yang faktanya dari sampah dapat bernilai. 

Daur ulang sampah menjadi tren baru yang lagi hits banget. Banyak kreatifitas yang bisa dibikin dengan sampah. Enggak hanya itu, sampah plastik yang tadinya menjadi musuh terberat untuk bumi, sekarang bisa didaur ulang untuk diolah menjadi solar.

Apa sih Daur Ulang Itu?

Daur ulang, sederhananya adalah mengubah sampah menjadi barang baru yang berguna atau bernilai. Jadi, botol plastik bekas bisa jadi tas, kertas bekas jadi buku, plastik jadi solar, dan masih banyak lagi. Selain mengurangi sampah yang menumpuk di TPA, daur ulang juga bisa mengurangi penggunaan bahan baku baru.

Kenapa Daur Ulang Lagi Hits?

Ada beberapa alasan kenapa daur ulang jadi tren yang nggak bisa diabaikan, salah satunya yaitu tentang kreativitas tanpa batas. Sampah yang kita anggap enggak berguna, bisa lahir karya-karya seni dan produk-produk unik yang punya nilai jual tinggi. Seperti yang dilakukan oleh Darius Irenius, pegiat seni dari Kabupaten Malaka ini menyulap sampah menjadi karya seni atau karya rupa yang bernilai. 

Darius Irenius Dari Sampah Menjadi Harta Berharga
sumber: akun instagram @dariusirenius

Lebih Dekat dengan Sosok Darius, Pelukis Aliran Naturalistik.

Om Ai, nama panggilan akrab seorang penggiat seni yang bernama asli Darius Irenius Tunabenani. Ai begitu jatuh cinta pada dunia seni sejak duduk di sekolah dasar. Yaps, laki-laki yang tertarik dengan dunia melukis sejak kelas 1 SD mempunyai cita-cita bahwa suatu saat ia harus bisa melukis sesuatu.

Masih di bangku SD, ia mencoba menggambar ulang sebuah objek. Ketika itu, ia merasa bangga sebab lukisan pertamanya adalah sebuah gambar tokoh kartun yang terkenal yakni Mickey Mouse. Dari sini lah semuanya berawal dan ia mulai secara perlahan menekuni bakatnya. 

Darius memanfaatkan karton bekas untuk suatu acara. sumber foto: instagram @dariusirenius

Ai pernah kuliah dan mengambil pendidikan seni. Namun, karena biaya yang terbatas, ia akhirnya memutuskan untuk berhenti kuliah. Ketika itu ia memutuskan untuk mulai bekerja dengan memanfaatkan bakatnya. Ia pun mulai mempertajam ilmu seni melukis yang dimilikinya serta sering mengikuti berbagai festival seni yang diadakan di berbagai daerah. Bahkan hingga ke Timor Leste. 

Lelaki yang saat ini tinggal di desa Litamali, Kobalima, Kabupaten Malaka ini kembali ke kampung halamannya dan mulai berbisnis dekorasi. Walau sudah memiliki usaha, Darius tetap mengikuti berbagai event besar di berbagai kota. Ia pun terus mengasah bakatnya dan dari sinilah ia mulai memanfaatkan sampah untuk media karyanya.

Menyulap Sampah Menjadi Karya Rupa.

Enggak lulus dari perguruan tinggi karena terbentur biaya, Ai pernah merasa kalau dirinya seperti sebuah sampah. Dia bahkan pernah mengalami masa yang hampir merenggut nyawanya. Setelah kurang lebih setahun, ia pun menyadari kapasitas dirinya sampai dia kembali fokus ke seni melukis. 

Pada tahun 2017, Darius memberi brand baru untuk bisnis dekorasinya dengan nama Bengkel 5 Jari. Ia menyulap Bengkel Kreatif 5 Jari menjadi lebih mirip dengan tempat pameran kecil sampai akhirnya Tim Lembaga Pengembangan Perlindungan Anak (LPAA) Mitra ChildFund yang mendukung penuh aktivitasnya. FYI, LPPA Mitra ChildFund adalah salah satu mitra ChildFund International di Indonesia.

Dari Bengkel Kreatif 5 Jari, Darius mulai mereparasi sesuatu menjadi barang yang bernilai. Ia bahkan mereparasi sampah menjadi sesuatu yang bernilai seni tinggi. Ia menggunakan sampah-sampah organik yang berupa daun kering, serbuk kayu, potongan kayu, biji-bijian dan lainnya. Enggak hanya sampah organik, ia juga menggunakan sampah non organik yang berupa botol plastik, kertas, kaleng minuman dan masih banyak lagi lainnya.

Melalui tangannya, sampah-sampah tadi dapat menjadi sebuah karya rupa yang sangat bernilai. Dengan dukungan dari LPPA Darius mampu mengembangkan bakatnya. Seperti halnya sebuah refleksi, ia menganggap dirinya enggak berguna layaknya sampah. Namun karena berada dalam tangan yang tepat, dalam hal ini LPPA, Darius kemudian menjadi orang yang berguna. 

Darius Menyulap Sampah Menjadi Karya Rupa yang Bernilai

Karyanya mulai banyak peminatnya karena konsepnya yang unik. Kosep lokal yang mengangkat budaya sekitarnya menjadi karya seni yang menarik dan unik. Dari konsep budaya ini lah karyanya banyak diminati oleh dunia. Salah satu yang paling banyak peminatnya adalah lukisan perempuan yang mengenakan pakaian adat.

Berbekal rajin membuat karya rupa, ia sering menjadi pembicara dalam kegiatan-kegiatan pemuda yang diselenggarakan oleh LPPA sampai pada akhirnya dinobatkan sebagai motivator untuk kawula muda.

Karya Seni Rupa yang Bernilai, Akhirnya Mendapatkan Apresiasi dari Satu Indonesia Awards.

Dengan bakatnya, Ai mampu memiliki penghasilan sendiri. Penghasilan tersebut ia dapatkan dari permintaan dekorasi dengan bayaran yang cukup. Bukan hanya dekorasi saja, ia pun terus fokus pada karyanya yang membuat lukisan menggunakan bahan daur ulang. Lukisan-lukisan yang dihasilkannya selalu menggunakan unsur budaya, baik pada latar belakang atau aksesoris tokoh dalam lukisannya.

Merasa ada yang unik dalam karyanya, Darius berinisiatif dan memberanikan diri untuk mendaftarkan karyanya dalam program Satu Indonesia Award kategori Lingkungan Hidup. Pada tahun 2021, ia pun menjadi kontestan perwakilan dari Kabupaten Malaka. Saat pengumuman, Darius mendapatkan hasil yang memuaskan dan menerima Apresiasi Satu Indonesia Awards tahun 2021 Tingkat Provinsi NTT Bidang Lingkungan.

Tren sampah yang disulap menjadi karya seni atau sesuatu yang bernilai memang terus meningkat. Namun, enggak banyak penggiat seni yang benar-benar memanfaatkan sesuatu yang sudah enggak terpakai. Daur ulang adalah solusi yang sangat menarik untuk mengatasi masalah sampah. Dengan kesadaran dan partisipasi kita semua, kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat.

Semoga Darius bisa menjadi role model yang menginspirasi para generasi muda zaman sekarang, ya. Yuk, jadi bagian dari gerakan daur ulang!

Referensi:

  • https://www.kompasiana.com/redemptusukat2829/649b047a08a8b56cc5277e52/daur-ulang-sampah-menjadi-karya-rupa-untuk-bumi-yang-bebas-emisi?page=2&page_images=1


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Siapa sih yang suka sama sampah? Bau busuknya bikin mual, dan tampilannya juga selalu bikin kita merasa jijik. Nggak cuma bikin lingkungan jadi kotor dan bau, sampah juga mengancam kesehatan kita.

Sayang, kehadiran sampah di berbagai sudut tempat tinggal kita selalu menjadi pemandangan sehari-hari yang tak terelakkan. Tidak terkecuali di kota tempat tinggal saya di Banjarnegara, Jawa Tengah. Padahal, jika kita mau sedikit saja menaruh kepedulian. Masalah sampah akan bisa teratasi. Bayangkan saja, kalau lingkungan kita bersih, pasti lebih sehat dan menyenangkan untuk ditinggali, ya kan?

Arky Gilang Wahab yang Sukses Mengkonversi Sampah Organik untuk Ketahanan Pangan

Yuk, Mulai Pilah Sampah dari Rumah.

Seperti yang saya bilang di atas tadi. Sampah bukan sekedar masalah estetika, tapi juga merupakan ancaman serius bagi lingkungan dan kesehatan kita. Sudah saatnya kita bertindak! Jangan biarkan sampah merusak keindahan alam dan mengancam kehidupan kita. Tak perlu menunggu orang lain bertindak, karena kita bisa memulainya dari dari diri sendiri. Misalnya dengan membuang sampah pada tempatnya, atau mengurangi penggunaan plastik, atau dengan memilah sampah sejak dari rumah.

Di negara-negara yang modern dan bersih seperti Jepang, masyarakatnya sangat disiplin dalam memilah sampah sejak dari rumah. Mereka akan memisahkan sampah menjadi beberapa kategori. Mulai dari sampah organik yang bisa dibakar, sampah yang tidak bisa dibakar seperti logam atau plastik, sampah yang bisa didaur ulang seperti kertas dan botol hingga kaleng, serta sampah berbahaya seperti limbah baterai, lampu, maupun elektronik.

Memilah sampah dari rumah memang merupakan langkah awal yang sangat penting dalam pengelolaan sampah yang baik. Dengan memilah sampah dari rumah, secara tidak langsung kita ikut membantu mengelola sampah secara efisien dan mengurangi volume sampah di TPA. Tidak berhenti sampai di sana, jika kita memilah sampah dari rumah, sama saja kita turut membantu mencegah pencemaran lingkungan, memudahkan sampah didaur ulang, dan juga bisa membantu meningkatkan ekonomi masyarakat.

Ya, kamu tidak salah dengar. Mengolah sampah memang bisa membantu memulihkan bahkan meningkatkan ekonomi masyarakat, seperti yang telah dilakukan oleh Arky Gilang Wahab. Melalui kegiatan konversi sampah (limbah) organik, ia bisa membantu menciptakan ketahanan pangan bagi masyarakat disekitarnya, khususnya masyarakat di Desa Banjaranyar, Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Bagaimana kisahnya?

Arky Gilang Wahab Bantu Ketahanan Pangan dengan Program Konversi Sampah.

Seperti di banyak tempat lainnya di belahan bumi ini. Di Desa Banjaranyar, sampah yang menumpuk di berbagai tempat menimbulkan bau tak sedap dan sangat mengganggu pemandangan. Melihat pemandangan tak sedap ini, pada tahun 2018, Arky membentuk organisasi bernama Greenprosa untuk memberdayakan masyarakat dalam mengelola sampah di desanya, khususnya sampah organik.

Ketika baru memulai, ia mengelola sampah organik dengan menggunakan metode composting. Yaitu metode mengelola sampah organik (sisa makanan hingga potongan sayuran) menjadi pupuk kompos. Proses komposting ini biasanya dilakukan secara alami menggunakan mikroorganisme seperti bakteri, jamur, atau hewan-hewan kecil semisal cacing. Akan tetapi, pilihan metode ini ternyata membutuhkan lahan yang luas karena prosesnya dilakukan secara alami. Disamping itu, metode ini juga membutuhkan waktu yang relatif lama untuk mengubah sampah menjadi kompos siap pakai. Karena kelemahan metode tersebut, Arky kemudian mencoba mengatasi sampah organik dengan cara membudidayakan larva lalat (maggot). 

Pada percobaan pertama, ia mencoba membudidayakan 5 gram maggot yang ia beri makanan dari sampah organik hasil pengumpulan dari kampungnya. Dari percobaan tersebut, diketahui bahwa 1 ekor maggot bisa mengkonsumsi sampah organik sebanyak 3 kali berat tubuhnya dalam kurun waktu 24 jam. Itu artinya, 1 kg maggot rata-rata bisa menghabiskan 5 kg sampah organik dalam sehari. 

Metode ini jauh lebih efektif untuk mengelola sampah organik jika dibandingkan dengan metode komposting yang membutuhkan waktu berminggu-minggu. Tidak hanya membutuhkan waktu yang lebih singkat untuk membereskan sampah organik, produk turunan dari budidaya maggot ini juga bermanfaat bagi petani dan peternak. Baik maggot basah maupun maggot yang sudah dikeringkan, keduanya bisa dijadikan sebagai alternatif pupuk atau pakan ikan lele.

Arky Gilang Wahab yang Sukses Mengkonversi Sampah Organik untuk Ketahanan Pangan

Untuk mengolah sampah organik, Arki bekerja sama dengan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Sukaraja Kulon untuk mengelola budidaya maggot di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST). Selain menjalin kemitraan dengan BUMDES, Greenprosa juga bekerja sama dengan 12 kelompok swadaya masyarakat, pemerintah daerah Banyumas, dan berbagai lembaga maupun pihak lainnya untuk mengelola sampah organik dan budidaya maggot. 

Dari kegiatan ini, per Januari 2022 Arky dan organisasi yang dibentuknya bisa mengolah sampah sebanyak 12 ton per hari yang dikumpulkan dari sekitar 1550 rumah di 2 kecamatan. Sampah-sampah yang diambil dari rumah-rumah tersebut kemudian dipilah secara manual maupun dengan menggunakan mesin pemilah otomatis. 

Secara tidak langsung, kegiatan ini telah membantu membuka lapangan pekerjaan dan membantu ketahanan pangan bagi masyarakat yang terlibat. Hebatnya lagi, produk turunan maggot berupa pakan ternak maupun pupuk organik tidak hanya dipasarkan secara lokal tapi juga menjadi salah satu komoditas ekspor ke sejumlah negara. 

Program Konversi Sampah Organik Antarkan Arky Raih Penghargaan dari Astra.

Program sistem konversi sampah organik yang dicetuskan oleh Arky Gilang Wahab telah memberikan berbagai manfaat untuk alam dan juga orang-orang yang ada di sekitarnya. Atas prakarsanya tersebut, Arky Gilang Wahab terpilih menjadi salah satu penerima anugerah SATU Indonesia Awards pada tahun 2021 di kategori ‘lingkungan’ dengan kegiatan “Penggerak Program Sistem Konversi Limbah Organik untuk Menciptakan Ketahanan Pangan.”

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Kalau ditelusuri, kehadiran smartphone berbasis Android dan iOS di Indonesia sudah berlangsung lebih dari satu dekade. Tapi meski usianya tergolong cukup muda, namun penetrasinya di masyarakat justru luar biasa.

Menurut data dari Kompas.com, pada tahun 2023 lalu, setidaknya ada 354 juta ponsel atau handphone yang aktif di tanah air. Jumlah tersebut jauh melampaui jumlah total penduduk Indonesia yang pada saat itu berjumlah 278 juta jiwa.

Achmad Irfandi Pelopor Kampung Lali Gadget

Sebenarnya hal tersebut tidak begitu mengherankan mengingat, karena di era sekarang, bukan sesuatu yang aneh apabila seseorang punya satu atau dua hp. Masifnya penetrasi ponsel pintar di masyarakat turut berimbas pada penggunaan ponsel di kalangan anak-anak. Bukan cuma karena tren, tapi juga karena transformasi fungsi hp itu sendiri.

Gadget yang tadinya cuma dipakai untuk komunikasi, sekarang mulai lebih sering digunakan untuk mengakses informasi, belajar, bersosialisasi, bermain game, hingga mengakses hiburan. Karena itu, tidak heran apabila anak-anak sangat mudah kecanduan gadget.

Perjuangan Berat Emak-Emak Mencegah Anak-Anak Main Gadget.

Mencegah anak-anak agar tidak kecanduan gadget di era digital, nyaris seperti misi yang hampir mustahil (mission impossible).

Bukan cuma karena anak-anak sangat mudah kecanduan dengan berbagai permainan dan tontonan yang hadir di gadget, tapi juga karena kondisi ibu itu sendiri.

Sebagai seorang ibu, entah itu yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga ataupun wanita karir, terlebih jika ia punya beberapa anak, bisa dipastikan akan kesulitan untuk mengatur waktu dan energi mereka buat anak-anak.

Dalam kondisi tertentu, gadget seringkali dianggap sebagai “penyelamat.” Entah itu, untuk sekedar mendiamkan anak yang rewel atau untuk membuat anak agar nggak kemana-mana sehingga tidak perlu diawasi.

Aku yakin, banyak emak-emak di sini yang pasti sering memberikan anak-anak mereka gadget saat mereka sedang sibuk di dapur, saat butuh waktu untuk beristirahat, atau saat ingin konsentrasi pada aktivitas yang dilakukannya.

Lama kelamaan, anak-anak pun jadi kecanduan dan sulit dipisahkan dari gadget. Bahkan, tidak sedikit anak-anak yang sengaja merengek atau tantrum agar diberikan kesempatan bermain gadget.

Kondisi tersebut tentu saja sangat mengkhawatirkan. Mengingat, bermain gadget dapat memberikan dampak negatif bagi fisik maupun mental serta kemampuan bersosialisasi anak.

Anak-anak yang terlalu sering bermain gadget, akan lebih mudah mengalami gangguan pada kesehatan fisik mereka. misalnya, gangguan penglihatan, perubahan postur tubuh, dan dapat juga menyebabkan obesitas hingga resiko jantung di masa depan.

Nggak cuma itu, anak-anak yang kecanduan gadget juga seringkali mengalami gangguan pola tidur, perkembangan kognitifnya lambat kesulitan berkomunikasi, kurang empati dan bahkan bisa mengalami perkembangan moral dan emosional yang buruk akibat konten-konten dewasa yang mereka akses.

Achmad Irfandi Pelopor Kampung Lali Gadget

Melawan Kecanduan Gadget dengan Pendekatan Holistik.

Aku yakin, banyak emak-emak di luar sana yang sudah mencoba berbagai cara untuk mengurangi screen time anak-anak mereka agar tidak kecanduan gadget. Mungkin ada yang berhasil, tapi yang pasti, banyak juga yang gagal.

Nah, kalau merasa kesulitan untuk mengatasi masalah kecanduan gadget pada anak-anak, yuk cobain pendekatan holistik seperti yang dilakukan oleh Achmad Irfandi. Seorang pemuda asal Sidoarjo yang merasa gelisah melihat kondisi anak-anak di kampungnya yang lebih memilih nongkrong di warung kopi untuk nebeng wifi ketimbang bermain bersama teman-teman sebayanya.

Untuk mengalihkan perhatian anak-anak dari gadget, ia mencoba memperkenalkan berbagai permainan tradisional dengan menyiapkan tempat bermain khusus yang menyenangkan, yang ia sebut sebagai “Kampung Lali Gadget.”

Menghidupkan Kembali Kearifan Lokal di Era Digital Melalui Kampung Lali Gadget.

Jadi, alih-alih menawarkan solusi instan seperti “detox digital,” Achmad Irfandi yang akrab disapa Mas Irfandi justru mengedepankan kearifan lokal untuk mengobati kecanduan gadget pada anak-anak.

Menurutnya, budaya lokal dapat menjadi penyeimbang di tengah derasnya arus globalisasi digital.

Di Kampung Lali Gadget, anak-anak akan diajak mengenal dan memainkan berbagai permainan tradisional yang mungkin tidak pernah mereka temukan dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Mulai dari bermain egrang, engklek, lompat tali, bermain gasing, benteng-bentengan, bermain pasir, menangkap ikan di sawah, membuat layang-layang, bermain congklak, dan masih banyak permainan-permainan tradisional yang sebenarnya bisa mengalihkan perhatian anak-anak dari gadget.

Menghidupkan Kembali Kearifan Lokal di Era Digital Melalui Kampung Lali Gadget

Siapapun yang masuk ke Kampung Lali Gadget tidak boleh membawa gadget dalam bentuk apapun. Entah itu, hp, kamera, atau yang lainnya. Jadi, sebelum masuk, pengunjung wajib menitipkan gadget mereka di tempat penitipan yang telah disediakan.

Bukan berarti anak-anak diajari untuk menghindari teknologi, melainkan, mereka diarahkan agar tidak menjadikan gadget sebagai pusat kehidupan.

Melalui Kampung Lali Gadget, anak-anak tidak hanya dibantu untuk terlepas dari kecanduan gadget, tapi juga akan diajak mengenal berbagai kearifan lokal berupa budaya khas Indonesia yang mulai terlupakan karena perubahan zaman tanpa mereka sadari.

Perjalanan Achmad Irfandi Meraih SATU Indonesia Awards.

Berbekal lahan pinjaman, Mas Irfandi mulai membangun Kampung Lali Gadget (KLG). Pada awalnya, ia terpaksa harus mengundang anak-anak sekolah agar mau datang ke KGL.

Anak-anak yang datang ke KGL akan diajak untuk memainkan berbagai permainan tradisional yang seru dan mengasyikkan. Mereka juga akan diajak berkebun atau mengeksplorasi alam, serta melakukan berbagai aktivitas kreatif.

Seiring waktu, KGL semakin banyak dikenal dan semakin sering didatangi oleh anak-anak. Tidak hanya anak-anak kampung setempat, tapi juga anak-anak dari sekitaran Sidoarjo hingga luar daerah.

Dedikasi dan kerja kerasnya perlahan mulai menunjukan hasil yang menggembirakan. Tak hanya berhasil membantu anak-anak kembali menemukan dunia mereka tanpa gadget, tapi, Mas Irfandi juga berhasil menjadikan KLG sebagai pusat konservasi budaya.

Kehadiran KLG bahkan bisa memberikan dampak positif bagi masyarakat di sekitarnya. Di mana, semakin banyak masyarakat yang terlibat dan menjadikan kehadiran KLG sebagai peluang untuk memperoleh penghasilan tambahan.

Atas kontribusinya tersebut, Achmad Irfandi kemudian dianugerahi SATU Indonesia Awards oleh Astra. Penghargaan tersebut merupakan bentuk apresiasi Astra atas dedikasi Achmad Irfandi dalam mencetuskan solusi guna membantu anak-anak terlepas dari kecanduan gadget.

sumber foto: https://www.instagram.com/gnfi/

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Saat ini, bungkus makanan yang terbuat dari styrofoam adalah salah satu jenis kemasan sekali pakai yang paling banyak digunakan oleh masyarakat di samping kemasan berbahan mika, plastik, dan kertas karton.

Diantara alasan masyarakat memilih kemasan berbahan styrofoam, selain karena dianggap cukup ringan dan kuat serta praktis, adalah karena harganya yang sangat terjangkau dan ketersediaannya yang melimpah sehingga mudah diperoleh.

Rengkuh Banyu Mahandaru

Bahaya Styrofoam Bagi Lingkungan & Kesehatan.

Meski dikenal sebagai salah satu wadah makanan paling praktis, sayangnya limbah styrofoam yang terbuat dari bahan stirena dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan dan lingkungan.

Bahan baku stirena sendiri merupakan zat kimia yang bersifat karsinogen dan dapat memicu penyakit kanker. Bahan baku tersebut bisa mengkontaminasi makanan apabila terkena makanan yang panas dan berlemak. Selain menyebabkan kanker, paparan stirena dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan sistem saraf, sakit kepala, pusing, dan berbagai gejala lainnya termasuk kesulitan berkonsentrasi.

Tidak berhenti hingga di sana, stirena juga disinyalir dapat mengganggu sistem reproduksi dan perkembangan janin pada ibu hamil karena bisa melewati plasenta; dan dapat juga mencemari ASI apabila ibu mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi. Limbah styrofoam juga memiliki dampak yang sangat negatif terhadap lingkungan. Pasalnya, styrofoam tidak bisa diurai oleh mikroorganisme dalam tanah.

Dibutuhkan waktu sekitar 500 tahun hingga 1 juta tahun sampai styrofoam berubah menjadi mikroplastik, yang kemudian akan mencemari lingkungan. Itulah sebabnya mengapa limbah styrofoam dijuluki sebagai “sampah abadi.”

Sampah styrofoam juga berpotensi sampai ke laut dan membahayakan biota laut, karena banyak hewan laut yang akan mengira styrofoam sebagai makanan.

Kemasan Makanan Ramah Lingkungan.

Styrofoam adalah masalah lingkungan yang patut mendapatkan perhatian kita semua. Untuk menjaga kelestarian lingkungan, kita perlu mengurangi penggunaan styrofoam dan mencari alternatif yang lebih ramah lingkungan. Yakinlah! sekecil apapun tindakan yang kita lakukan untuk mengurangi penggunaan styrofoam, pasti akan memberikan dampak yang sangat positif bagi lingkungan.

Selain dengan mengurangi penggunaan styrofoam, kita juga bisa menyelamatkan lingkungan dengan mendaur ulang styrofoam, atau menggunakan kemasan makanan yang lebih ramah lingkungan, seperti kemasan-kemasan yang terbuat dari daun, kertas, bambu, atau berbagai bahan alami lainnya, termasuk pelepah pinang.

Rengkuh Banyu Mahandaru Membuat Kemasan Makanan Ramah Lingkungan dari Pelepah Pinang

Ngomong-ngomong soal kemasan makanan ramah lingkungan yang terbuat dari pelepah pinang, aku merasa perlu untuk mengenalkan salah seorang pemuda inspiratif bernama Rengkuh Banyu Mahandaru.

Mengenal Rengkuh Banyu Mahandaru Sang Inisiator Kemasan dari Pelepah Pinang.

Rengkuh Banyu Mahandaru adalah seorang pemuda yang peduli pada lingkungan dan dikenal sebagai pendiri (Co-Founder) sekaligus CEO perusahaan rintisan bernama Plépah.

Plépah memproduksi piring, mangkuk, dan berbagai kontainer makanan dari pelepah pinang yang merupakan limbah pertanian. Rengkuh mendapatkan inspirasi untuk membuat produk ini saat berkunjung ke Jaipur, India. Bagaimana kisahnya?

Yuk, baca terus artikel ini untuk mengetahui kisah perjalanan Rengkuh, si pemuda inspiratif, yang kini sukses mengolah pelepah Pinang menjadi berbagai macam kemasan.

Pria kelahiran Garut 26 Juli 1991 ini sudah bercita-cita untuk membuat produk ramah lingkungan sejak menekuni seni rupa dan desain di Institut Teknologi Bandung (ITB). Selama kuliah, ia terus mencari ide produk apa kiranya yang bisa diterima oleh semua kalangan, layaknya produk tusuk gigi yang sederhana namun dapat diterima oleh semua kalangan.

Kisah perjalanan Rengkuh hingga menemukan ide untuk membuat produk kemasan dari pelepah pinang dimulai ketika ia bekerja menjadi staf ahli Badan Ekonomi Kreatif di bidang penguatan kreativitas. Tugas pertamanya berlangsung di Wakatobi, Sulawesi Tenggara.

Pada tahun 2018, Rengkuh mendapatkan tawaran kerjasama di bidang pengembangan komunitas masyarakat pinggir hutan dari salah satu perusahaan asing (Inggris). Ketika itu, ia ditugaskan untuk mencegah masyarakat agar tidak merambah hutan dan sekaligus masyarakat agar tidak berkonflik dengan harimau.

Saat bertugas di Sumatera inilah Rengkuh melihat pelepah pohon pinang yang sangat melimpah, namun masih dianggap sebagai limbah pertanian oleh masyarakat. Saat itu, ia belum berpikir untuk memanfaatkan pelepah pinang untuk dijadikan sebagai kemasan.

Sampai pada bulan September di tahun 2018, ia berkunjung ke Jaipur, India. Di sana, Rengkuh mengamati aktivitas masyarakat yang memproduksi peralatan makan seperti mangkok dan piring yang mereka buat dari dedaunan. Ketika mengamati kegiatan masyarakat India memproduksi piring dan mangkok dari dedaunan tersebutlah, ia terinspirasi untuk mengolah pelepah pinang yang pernah ia lihat di Sumatera untuk dijadikan sebagai piring, mangkok, atau berbagai bentuk kemasan.

Rengkuh Banyu Mahandaru Membuat Kemasan Makanan Ramah Lingkungan dari Pelepah Pinang

Selain untuk mengurangi penggunaan kemasan berbahan plastik dan styrofoam yang tidak ramah lingkungan, tapi juga untuk membantu masyarakat agar bisa mendapatkan penghasilan tambahan.

Setelah memantapkan idenya pada tahun 2022 dan memperoleh dana dari BRI Venturer serta bantuan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Rengkuh kemudian membuat unik produksi kemasan makanan dari pelepah pinang. Unit produksi yang ia miliki pertama kali berlokasi di wilayah Cibinong, dan mampu memproduksi 160.000 kemasan per bulan. 

Bahan baku untuk kemasan tersebut didatangkan dari Sumatera Selatan dan Jambi. Karena pohon pinang di wilayah tersebut tumbuh subur dan banyak dibudidayakan. Di wilayah Sumatera Selatan sendiri diperkirakan terdapat 150.000 hektar pinang. Dari 2 sampai 3 hektar kebun pinang, rata-rata dapat menghasilkan antara 5 hingga 10 kg pelepah yang jatuh dari pohon setiap harinya.

Di pabrik Plepah, proses pembuatan berbagai kemasan (wadah) dari pelepah pinang dimulai dari tahap pembersihan menggunakan air dan pensterilan menggunakan sinar UV. Setelah itu, pelepah akan dicetak menggunakan pemanas sesuai dengan bentuk yang diinginkan.

Satu pelepah pinang dapat menghasilkan antara 3 hingga 4 pcs piring, lengkap dengan tutupnya. Atau, jika diolah menjadi kontainer makanan, satu pelepah bisa menghasilkan antara 2 hingga 3 kemasan.

Berbagai produk kemasan yang terbuat dari pelepah pinang ini akan dilepas ke pasar domestik dan luar negeri. Produk kemasan mereka dijual dengan harga sekitar Rp 2500 sampai dengan Rp 4500 per pcs. Harga tersebut tentu saja jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan kemasan berbahan styrofoam atau plastik yang lebih ekonomis.

Meski demikian, Plépah tetap menjual 20% produknya di dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan orang-orang yang peduli terhadap lingkungan. 80% sisanya diekspor ke luar negeri, terutama ke Jepang dan Australia.

Rengkuh Banyu Mahandaru Mendapatkan Apresiasi dari Astra.

Berkat inovasinya yang mampu mengubah limbah pertanian berupa pelepah pinang menjadi kemasan ramah lingkungan, Rengkuh Banyu Mahandaru pun terpilih menjadi salah satu finalis pada ajang Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia (SATU Indonesia Awards) pada tahun 2023.

Kemasan Makanan Ramah Lingkungan dari Pelepah Pinang

Bagi kalian yang belum tahu, penghargaan SATU Indonesia Awards merupakan bentuk apresiasi Astra Group terhadap anak bangsa yang memiliki dedikasi dan kontribusi positif bagi kemajuan Indonesia maupun kesejahteraan masyarakat, khususnya di bidang teknologi, kewirausahaan, kesehatan, lingkungan, dan pendidikan.

Saat ini, pabrik Plépah tidak hanya berlokasi di Cibinong, Jawa Barat, tapi juga ada di wilayah Jambi, dan Musi Banyuasin Sumatera Selatan.

Sumber foto:
https://bisnis.tempo.co/ dan https://www.instagram.com/rengkuh.banyu/

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Setiap daerah di Indonesia memiliki beragam budaya yang unik dan menarik, karena itulah Indonesia dikenal kaya akan budaya dan kerap menjadi destinasi wisata turis-turis mancanegara. Bahkan tak sedikit daerah di Indonesia yang lekat dengan budaya yang mengandung nilai historis. Seperti budaya kain Lantung khas Bengkulu misalnya.

Kehadiran kain Lantung sendiri tidak lepas dari kondisi kehidupan masyarakat Bengkulu pada zaman penjajahan Jepang. Di mana sebagian besar masyarakat berada di fase ekonomi yang sangat memprihatinkan. Sehingga untuk sekedar membeli pakaian pun mereka tak mampu.

Melestarikan Kain Kayu Lantung Bengkulu

Demi bisa memiliki pakaian, masyarakat pada masa itu mencoba untuk memanfaatkan alam. Salah satunya dalah dengan membuat kain dari kulit kayu. Beruntung, banyak kulit kayu di hutan Bengkulu yang bisa disulap menjadi kain. Mulai dari kulit pohon ibuh, kulit pohon kedui, kulit pohon karet, hingga kulit kayu terap atau sukun-sukunan yang juga dikenal dengan sebutan kayu lantung. Dari berbagai opsi tersebut, kulit kayu lantung adalah yang dianggap paling kuat, lentur, dan nyaman dijadikan sebagai bahan pakaian.

Meskipun zaman sudah modern dan ekonomi masyarakat Bengkulu sudah semakin mapan, namun masih ada masyarakat yang melestarikan kain lantung ini secara turun-temurun hingga sekarang. Pengrajin kain lantung tersebut, salah satunya dapat dijumpai di Desa Papahan, Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu. Di desa ini terdapat kurang lebih 20 keluarga yang berprofesi sebagai pengrajin kain lantung.

Namun karena desakan ekonomi dan minat masyarakat pada kain lantung yang terus menurun dari waktu ke waktu, membuat para pengrajin beralih profesi hingga hanya menyisakan 1 keluarga saja. Untungnya, seorang mompreneur bernama Alfira Oktaviani yang sejak awal memang punya kecintaan pada fashion berbasis ecoprint menjadikan kain Lantung sebagai salah satu produk unggulannya.

Profil Alfira Oktaviani Founder Semilir Ecoprint.

Alfira Oktaviani adalah seorang mompreneur yang terjun ke bisnis fashion dan fokus pada produk-produk berkelanjutan (sustainable). Sebelum mengenal kain Lantung, mbak Fira sapaan akrab Alfira Oktaviani terlebih dahulu menekuni bisnis ecoprint.

Dia mendirikan Semilir Ecoprint pada tahun 2018 sebagai wadah untuk menyalurkan hobinya sekaligus untuk memberdayakan ibu-ibu rumah tangga yang ada di sekitar komplek perumahan yang dia tinggali di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Selain mempekerjakan ibu-ibu rumah tangga di kompleks perumahannya, mompreneur inspiratif ini juga memberdayakan pemuda karang taruna guna mencari formulasi yang tepat untuk membuat berbagai macam motif alami di atas permukaan kain.

Hasilnya, mereka bisa memproduksi berbagai produk fashion seperti, tas, dompet, syal, dress, sajadah, masker, outer, dan berbagai macam dekorasi rumah, yang kesemuanya menggunakan motif ecoprint. Pada akhir 2019, mbak Fira mendapatkan sebuah hadiah unik dari Ayahandanya yakni kain Lantung Bengkulu. Saat itu, sang Ayah memintanya untuk mencoba menerapkan ecoprint di atas kain lantung tersebut.

Seperti biasa, sebelum menerapkan ecoprint pada sebuah kain, mbak Fira biasanya akan melakukan sejumlah riset untuk mengetahui karakteristik kain tersebut supaya hasilnya maksimal. Ketika melakukan riset inilah mbak Fira mengetahui berbagai informasi penting seputar kain Lantung. Mulai dari asal-usulnya, cara pembuatannya, pemasarannya, serta fakta bawah kain lantung telah ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia dari Provinsi Bengkulu pada tahun 2015 silam.

Setelah sukses menerapkan ecoprint pada kain Lantung. Mbak Fira kemudian membuat beberapa produk berbasis kain Lantung dan ecoprint. Setelah mencoba melakukan tes pasar. Tak dinyana, sambutan para customer sangat positif. Sejak itu, Mbak Fira tertarik untuk menjadikan kain lantung sebagai project khusus. Pasalnya, kain yang terbuat dari bahan alami ini, selain memiliki nilai historis, juga merupakan salah satu warisan budaya yang perlu dilestarikan, mengingat keberadaannya yang semakin langka.

Proses Pembuatan Kain Kayu Lantung.

Demi bisa mengetahui proses pembuatan kain kayu lantung, mbak Fira tak ragu untuk terbang langsung ke Bengkulu. Dari Kota Bengkulu, dia masih harus menempuh perjalanan sejauh 250 km agar bisa sampai di pusat pengrajin kain lantung yang berada di Desa Papahan, Kecamatan Kinal, Kabupaten Kaur.

Di sana ia menyaksikan sendiri bagaimana pengrajin membuat kain lantung. Mulai dari proses pencarian kulit kayu hingga produksi. Menurut cerita mbak Fira, untuk bisa menghasilkan selembar kain Lantung, para pengrajin terlebih dahulu harus mencari kulit pohon terap yang sudah berumur minimal 5 tahun di hutan.

Semakin tua umur pohon, maka kain yang dihasilkan akan semakin baik dan semakin ulet. Kulit kayu yang dikupas dari batang pohon terap selanjutnya akan ambil bagian tengahnya saja. Kulit kayu tersebut selanjutnya akan dipukul berulang kali dengan menggunakan alat yang disebut perikai--terbuat dari kayu atau tanduk kerbau. Proses pembuatan kulit kayu menjadi lembaran-lembaran tipis yang halus dan lembut ini umumnya dilakukan oleh para wanita.

Setelah menjadi lembaran yang tipis dan lebar serta lembut, kain kayu lantung ini selanjutnya akan diangin-anginkan sampai kering, sebelum siap untuk dijual.

Pengrajin Kain Lantung Semakin Langka.

Jumlah pengrajin kain Lantung di Bengkulu terus mengalami penurunan dari waktu ke waktu. Saat berkunjung ke Desa Papahan, mbak Fira menemukan kenyataan bahwa pengrajin kain Lantung yang tadinya berjumlah sekitar 20 keluarga, kini hanya tersisa 1 keluarga saja.

Langkanya pengrajin kain Lantung Bengkulu disebabkan oleh permintaan dan harga kain Lantung yang terus merosot dari waktu ke waktu. Jika tidak ada lagi yang menjadi pengrajin kayu Lantung, lambat laun kain khas ini pun akan punah dan tinggal sejarah. Karena itulah, mbak Fira menawarkan kerjasama untuk menggairahkan kembali semangat para pengrajin yang sebelumnya mulai terkikis.

Jika sebelumnya para pengrajin menggantungkan asa mereka pada toko online, kini mereka bisa langsung menjual hasil kerajinan kain lantung mereka ke Semilir Ecoprint di Yogyakarta dengan harga yang lebih menjanjikan. Setiap 3 bulan, para pengrajin akan mengirimkan hasil kain lantung buatan mereka antara 50 sampai dengan 100 lembar. Dengan adanya kerjasama ini, para pengrajin lagi merasa khawatir dengan pemasaran kain Lantung karena sudah ada Semilir Ecoprint yang siap membeli hasil kerajinan mereka.

Usaha Pelestarian Kayu Lantung.

Agar para pengrajin yang ada di desa Papahan tetap bisa menghasilkan kerajinan kain Lantung, mbak Fira melalui Semilir Ecoprint juga berusaha untuk menjalin kerjasama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI sebagai upaya untuk menyediakan bibit pohon kayu lantung.

Menerima Penghargaan SATU Indonesia Award.

Selain sukses mengenalkan kain Lantung dan ecoprint ke berbagai belahan dunia melalui berbagai macam produk Semilir Ecoprint, mbak Fira juga pada akhirnya terpilih sebagai salah satu finalis pada ajang SATU Indonesia Awards pada Tahun 2022 yang lalu.

Keberhasilan Alfira Oktaviani menyabet gelar bergengsi sebagai salah satu penerima penghargaan Award dari Astra International Tbk tersebut tidak lepas dari kegigihannya dalam menjaga warisan budaya kain Lampung khas Bengkulu. Plus, konsep sustainable fashion yang diusungnya dalam mendirikan Semilir Ecoprint turut meningkatkan perekonomian masyarakat di sekitarnya.

Nah, kalau kamu adalah salah satu anak bangsa yang punya Andil dalam memajukan masa depan bangsa di bidang teknologi, kesehatan, lingkungan, wirausaha, dan pendidikan, jangan ragu untuk mendaftarkan diri kamu sebagai calon finalis SATU Indonesia Awards selanjutnya di https://www.astra.co.id/satu-indonesia-awards.

sumber foto:
https://nasional.tempo.co/
https://www.goodnewsfromindonesia.id/


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Older Posts

Cari Di sini

Perkenalkan...

Hai...perkenalkan, saya Idah. Ibuk dari dua anak dan satu-satunya admin di blog ini.

Rutinitas saya saat ini sebagai Ibu Rumah Tangga sekaligus Ibu Pekerja Kantoran. Kami sekarang tinggal di Kota Dawet Ayu, Banjarnegara, Jawa Tengah.

Oiya, jika ingin komunikasi, bisa melalui akun instagram kami @cerisfamily atau kontak langsung melalui email cerisfamily@gmail.com. Terima kasih.

On Youtube

Fans Page

CERIS Family

Blog Archive

  • ▼  2025 (9)
    • ▼  Mei (2)
      • "Si Manis" yang Mengintai: Cerita di Balik Jajanan...
      • Pet-Loving Dads Edition: Custom Gifts Featuring Th...
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2024 (39)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (10)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2023 (28)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (4)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2022 (14)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2021 (12)
    • ►  September (2)
    • ►  Juni (3)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2020 (17)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2019 (42)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Mei (26)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2018 (37)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2017 (61)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (8)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2016 (62)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (7)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2015 (63)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (9)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (10)
    • ►  Juni (12)
    • ►  Mei (2)

Popular Posts

  • Biaya USG 4 Dimensi di RS Panti Nugroho
  • Tujuan Pemeriksaan HB dan HBsAG untuk Ibu Hamil
  • Tip Agar Jahitan Pasca Melahirkan Cepat Kering

recent posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Part Of Community


Blogger Perempuan
mamadaring
Seedbacklink

Follow Us!

Social Media

Facebook Twitter Instagram Youtube Blog Ibu

MageNet

0ccdff8bd3766e1e4fdd711a2ad08ee5151bd247

Created with by ThemeXpose