Cara Membiasakan Anak Laki-Laki Melakukan Pekerjaan Rumah Tangga

by - Januari 22, 2023

Hello, Parents! Pada suatu pagi, saya melihat seorang laki-laki dewasa sedang mencuci piring dan peralatan masak di wastafel dapur. Wajan yang baru dipakai untuk memasak, dicuci sampai dua kali. Betul-betul terlihat sangat bersih, cling, dan kesat. Sampai dia mempraktekkan, telunjuknya menyentuh wajan bagian depan yang baru saja dicuci bersih.

Kegiatan cuci wajan sampai cling itu saya lihat di iklan sabun cuci piring, dong. 🤭

Tapi tenang, saat ini banyak juga laki-laki di dunia nyata yang sudah membiasakan melakukan pekerjaan rumah tangga, ya. Apalagi mereka yang sudah terbiasa hidup mandiri, menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan tersebut bukan lagi hal yang tidak menyenangkan karena sudah masuk dalam aktivitas harian. Terlepas dari mandiri, bisa jadi dia sudah dibekali orang tuanya sejak usia dini untuk turut menyelesaikan pekerjaan rumah tangga.

Melibatkan Anak Laki-Laki Dalam Melakukan Pekerjaan Rumah Tangga

Melibatkan Anak Laki-Laki Dalam Melakukan Pekerjaan Rumah Tangga.

Siapa bilang pekerjaan rumah tangga hanya bisa dilakukan oleh perempuan atau hanya bisa diajarkan kepada anak perempuan saja. Faktanya banyak petugas cleaning service atau koki laki-laki. Tiap anak itu memang unik dan alhamdulillah anak laki-laki saya termasuk yang mau membantu pekerjaan Ibunya. Dia juga jarang menolak jika saya melibatkannya untuk melakukan pekerjaan rumahan. Drama dan kendala pasti ada, namanya sedang belajar, ya. Terpenting orang tua mau menikmati prosesnya. Iya, tidak banyak orang tua yang mau menikmati proses ketika anak laki-lakinya sedang mulai belajar membantu pekerjaan rumah tangga.

Mungkin Ayah atau Ibu pernah tidak sengaja memegang tangan anak laki-lakinya ketika menjumpainya sedang mencuci gelas kaca. Tangan orang tua spontan memegang tangan anak seperti sebuah kode menghentikan dari aktivitas cuci gelas. Atau, yang kadang bikin anak kaget tuh ketika orang tua merebut gelasnya karena khawatir jika anak belum bisa hati-hati dalam melakukan pekerjaan. Khawatir juga gelas itu bakal pecah di tangannya hingga menyebabkan luka.

Selain itu, kadang muncul permasalahan lain yaitu orang tua khawatir apa yang sudah dikerjakan anak laki-lakinya tidak maksimal dan malah jadi dua kali kerja. Sungguh ini perasaan yang wajar banget, ya. Hanya saja orang tua harus mampu mengendalikan perasaan tersebut dan dapat mengubahnya menjadi kegiatan bonding bermakna bersama anak laki-lakinya. 

Kegiatan mencuci peralatan makan tidak lagi membuat khawatir dan jauh dari kata-kata bahaya jika dilakukan bersama-sama. Orang tua mendampingi anak laki-lakinya dalam menyelesaikan aktivitas tersebut. Anak pun menjadi lebih paham bagaimana dapat menuntaskan pekerjaan rumah tangga dengan baik dan benar. Satu yang perlu diingat, ada baiknya orang tua dapat melakukan kegiatan bersama anak ini ketika sedang tidak dalam keadaan tergesa-gesa. Saat akhir pekan, misalnya. Jadi, perasaan orang tua lebih tenang dan anak pun melakukannya penuh dengan kegembiraan. 😉 


Cara Membiasakan Anak Laki-Laki Melakukan Pekerjaan Rumah Tangga.

Apakah Ayah Ibu pernah mengobrol dengan anak laki-laki atau ponakan laki-laki perihal pekerjaan rumah tangga? Anak-anak tentu kerap melihat pekerjaan rumah tangga yang dilakukan orang tuanya sekalipun di rumah ada Asisten Rumah Tangga (ART). Iya, meskipun kesehariannya dibantu oleh ART, tapi bukan berarti seorang Ibu melimpahkan semua pekerjaan rumah tangga kepada ART dong, ya. 😆

"Kami sudah membayar mahal ART, lho. Ngapain masih repot mengurus pekerjaan rumah tangga."

Naluri seorang Ibu untuk turut menyelesaikan pekerjaan rumah tangga pasti ada sekalipun sudah ada ART. Entah berapapun persentasenya. Apalagi bagi para Ibu yang ingin mengenalkan pekerjaan rumah tangga kepada anak-anaknya, mereka dengan penuh semangat turut andil melakukan pekerjaan-pekerjaan yang dikenal tidak akan ada habisnya. 

Cara Membiasakan Anak Laki-Laki Melakukan Pekerjaan Rumah Tangga.

Saya sendiri termasuk Ibu yang turut mengerjakan rutinitas harian sebagai IRT sekalipun punya ART di rumah. Harapannya apa yang saya kerjakan di rumah meskipun tidak banyak, dapat mengundang perhatian anak-anak. Mulai dari sini, saya yakin anak-anak tergerak hatinya dan tertarik untuk turut membantu Ibunya menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga yang sedang dikerjakan.

1. Membiasakan Sejak Anak Usia Dini.

Mengawali kebiasaan baik, orang tua dapat mengenalkan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga kepada anak laki-laki sejak usia dini. Mengajarkan apa saja kepada anak memang lebih mudah jika dilakukan sejak kecil. Apalagi kebiasaan-kebiasaan baik, jika ditumbuhkan sejak usia dini maka hasilnya akan lebih maksimal.

Orang tua dapat memberikan contoh sederhana yaitu dengan mengajaknya membereskan kamar tidur sebelum dan setelah bangun. Kegiatan ini jika dilakukan secara rutin akan menjadi kebiasaan dan menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Jangan lupa sesuaikan dengan usia anak untuk memulai mengenalkan pekerjaan rumah tangga. Lakukan secara bersama-sama sampai anak paham bahwa ada beberapa pekerjaan rumah tangga yang sudah dapat ia kerjakan dan pada akhirnya menjadi kebiasaan yang berkelanjutan atau konsisten.

2. Hindari Membedakan Peran Antara Anak Laki-laki dan Perempuan Ketika Di Rumah.

Pada dasarnya, pekerjaan rumah tangga dapat dilakukan oleh anak perempuan dan juga anak laki-laki. Hanya saja memang kadang ada orang tua yang membatasinya, mana yang sekiranya bisa dilakukan anak laki-laki dan mana yang tidak boleh dikerjakan anak perempuan. Batasan-batasan itu yang membuat adalah orang tua sendiri sebagai orang terdekat, bukan orang lain. Padahal untuk pekerjaan rumah tangga, tuh, bebas saja. Apalagi buat anak-anak yang masih dalam tahap belajar, baiknya orang tua harus menghindari membedakan peran antara anak laki-laki dan anak perempuan.

Kebetulan saya punya dua anak, perempuan dan laki-laki. Keduanya dekat dengan saya dan juga Ayahnya. Artinya, mereka tidak ada rasa canggung untuk membantu pekerjaan kami. Contohnya, ketika saya butuh bantuan untuk menyapu halaman, mereka akan bersama-sama ikut menyapu halaman. Atau, ketika Ayahnya sedang mencabut rumput liar di lingkungan rumah, mereka pun kadang mendekati Ayahnya dan turut mencabut rumput.

Saya rasa anak-anak dapat membantu pekerjaan rumah tangga asalkan diberi arahan dan didampingi jika perlu. Dan pekerjaan rumah tangga itu tidak harus dikerjakan anak perempuan saja, anak laki-laki pun mampu jika sudah dibiasakan sejak usia dini.

3. Buatlah Jadwal Mengerjakan Pekerjaan Rumah Bersama Anak.

Mungkin buat orang tua yang kesehariannya cukup padat aktivitasnya, cara ketiga ini bisa menjadi solusi. Yaitu dengan membuat jadwal mengerjakan pekerjaan rumah tangga bersama anak. Orang tua dapat membagi langsung pekerjaan rumah tangga atau berkolaborasi. Sebagai contoh yaitu jadwal mencuci piring atau menyapu rumah. Antara anak laki-laki, anak perempuan, Ibu, dan Ayah, punya tugas yang sama di hari yang berbeda.

Membuat jadwal seperti ini juga sebagai salah satu trik jika anak sudah mulai beranjak dewasa. Kadang mereka banyak melakukan kegiatan di luar rumah. Apalagi anak laki-laki, ya. Ada kegiatan olahraga, nongkrong, dan kegiatan lain untuk eksistensi diri. Jika tidak dibuat jadwal bisa jadi mereka betah berlama-lama di luar rumah. 😆 Terpenting dibuatkan jadwalnya ya, Bun. Supaya selalu ingat rumah, ingat ada tanggung jawabnya, dan ingat juga dengan keluarganya di rumah.

Membagi Pekerjaan Rumah Tangga Dengan ART.

Saya sadar karena anak-anak masih usia dini, jadi masih butuh perhatian lebih dari ART ketika saya sedang berkerja di luar rumah. Makanya, jika ada pekerjaan rumah tangga yang tidak dapat diselesaikan oleh ART pada hari itu juga, saya mencoba menerimanya karena prioritas saya terpenting anak-anak merasa aman dan nyaman di rumah saat orang tuanya sedang bekerja.

Saya juga sadar dengan keterbatasan waktu yang saya miliki untuk menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Makanya, saya selalu berusaha untuk melakukan komunikasi untuk membagi pekerjaan rumah dengan ART. Seberapa pun waktu yang saya punya untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga, saya gunakan semaksimal mungkin. Lebih dari itu, saya juga minta tolong ke ART untuk melibatkan pekerjaan rumah dengan anak-anak ketika saya tidak di rumah. Pekerjaan yang dibagikan tentu bukan pekerjaan orang dewasa, tapi pekerjaan yang sekiranya bisa dilakukan oleh anak-anak. Mencuci piring setelah makan, misalnya.

Melibatkan anak-anak dalam menyelesaikan pekerjaan rumah impactnya akan sangat terasa. Semudah apa pun pekerjaannya karena kami sudah merasakannya. 😉Kalau Ibu dan Ayah punya cara lain untuk membiasakan anak laki-laki melakukan pekerjaan rumah tangga, boleh sharing di kolom komentar, ya!

You May Also Like

0 komentar

Haai...mohon dimaafkan kalau aku terlambat atau malah ngga balas komentar kalian, ya.