Memantau Perkembangan Kosakata Anak

by - Oktober 15, 2022

Dulu, prasangka-prasangka buruk tentang tumbuh kembang anak kerap menghantui saya. Latar belakangnya sangat sederhana, karena tidak sedikit orang yang berpendapat bahwa anak yang ditinggal kerja oleh orangtuanya kemungkinan mendapatkan perhatian dari orangtua sangat kecil. Orangtua lebih dominan mengurus pekerjaan kantor yang banyak target atau deadline, sementara tugas sebagai ibu rumah tangga kadang tidak dibuat timeline. Ini yang kadang menyebabkan kurang seimbang antara tugas sebagai Ibu Rumah Tangga dan Ibu  Bekerja.

perkembangan kosakata anak

"Duh, sudah usia 2 tahun, tapi anak saya belum banyak mengeluarkan kosakata. Bahkan yang simpel pun. Apa karena saya sebagai Ibu kurang perhatian dengan anak, ya?"

Mulai dari sini, sebagai Ibu Bekerja pasti akan mulai melakukan evaluasi. Bukan hanya Ibu Bekerja, semua Ibu pasti akan mulai berbenah diri. Jangankan usia 2 tahun, ketika usia anak masuk 12 bulan atau 1 tahun namun belum banyak kosakata yang terucap, orangtua pasti mencari tahu penyebabnya. Apakah anak tersebut memang belum bisa melafalkan kata, malas berbicara, atau speech delay (keterlambatan dalam berbicara).

Di tempat tinggal saya kadang masih ada orangtua yang menyuarakan bahwa tumbuh kembang anak, tuh, tidak bisa bersamaan antara berbicara dan berjalan. Ketika anak usia satu tahun belum bisa mengucapkan kata-kata pendek atau milestonenya sedikit, biasanya dia sudah mampu berjalan. Pun sebaliknya. Tapi sayangnya ini hanya mitos saja karena memang belum ada bukti atau penelitian yang menerangkan bahwa tahap perkembangan motoriknya lebih cepat, lantas perkembangan bahasanya jadi terlambat. 

Peran Ibu Dalam Perkembangan Kosakata Anak.

Sebenarnya untuk melatih anak berbicara bukan hanya "tugas" Ibu saja melainkan tugas kedua orangtuanya. Namun pada praktiknya memang nurani Ibu merasa lebih dekat dengan anak-anaknya. Apalagi perihal berbicara, membacakan dongeng, kehadiran atau peran Ibu paling mendominasi. Dan anak akan bertambah kosakatanya ketika diajak ngobrol atau dibacakan dongeng.

Ditambah lagi saat si Kecil minta diskusi dengan Ibu atau berbicara apa saja sekalipun menurut Ibu tidak penting, Ibu harus menjadi pendengar yang baik. Menyimak dengan seksama dan wajib memberikan respon positif. Iya, tanggapan baik sekecil apapun atau malah sebatas ekspresi, ini sangat berarti bagi anak. 

Melakukan Evaluasi Atau Bila Perlu Konsultasi Dengan Dokter.

Sudah pasti pikiran dan hati tidak tenang ketika melihat anak susah berbicara. Menyalahkan diri sendiri dan melabelkan sebagai Ibu yang tidak bisa merawat anak pun bisa jadi terucap. Melakukan koreksi diri itu penting. Karena terkadang ada faktor keturunan yang tidak disadari oleh orangtua. Mengingat-ingat ke masa lalu juga bisa kalau sekiranya perlu.

Evaluasi tidak hanya pada orangtua saja, pada anak pun. Siapa tahu memang ada faktor yang membuat anak susah berbicara atau susah menambah kosakata baru. Bila perlu konsultasikan dengan Dokter ya, Buk. Jangan lupa untuk cari tahu dan memahami panduan perkembangan bahasa si kecil. Pada usia berapa anak mulai mengenal kata sederhana seperti Ibu, Ayah, Kakak, Adik.

Memantau Perkembangan Kosakata Anak.

Anak kedua saya, Wildan kerap salah mengucap atau cara melafalkannya belum bisa utuh. Ketika dia melihat Kucing, dia akan menyapanya dengan Meong atau Empus. Kemudian, menyebut namanya sendiri bukan Wildan melainkan Indan. Lalu, sering juga salah pengucapan. Sebagai contoh adalah Susu, dia menyebutnya Tutu.

Ah...tidak masalah, karena masih pada umumnya. Pengucapannya pun masih wajar dan terdengar sama.

Oh tidak bisa, Bun. Prinsip saya, berbicaralah dengan pengucapan yang benar, agar anak belajar mengucapkan kata-kata secara benar pula. Dan iya, ketika Wildan memanggil Kucing "sini meong. Atau, pas dia bilang mau ngasih makan embek.", saya langsung membenarkannya bahwa itu adalah kucing. Bahwa itu adalah kambing.

Saya tetap kekeuh dalam pendirian, termasuk saat dia memanggil dirinya dengan nama Indan, saya langsung mengoreksinya. "Anak Ibuk namanya Wildan, bukan Indan." Dan dia pun bisa mengucapkan Wildan. Meskipun melafalkannya memang belum bisa sejelas orang dewasa, namun setidaknya dia tahu dan paham kata yang harusnya dikeluarkan.

You May Also Like

0 komentar

Haai...mohon dimaafkan kalau aku terlambat atau malah ngga balas komentar kalian, ya.