Barang Lungsuran dan Sepeda Baru untuk Yasmin

by - Juni 19, 2017

"Punya anak pertama, dan perempuan, tuh, bakal boros karena banyak barang lucuuuuk-lucuuuuuuk!". Katanya, kata banyak orang. Dan alhamdulilla, pada kenyataannya aku cukup bisa mengendalikan diri, ngga selalu nyamperin yang lucuuuk dan emesh itu. 😄


Banyak juga yang bilang, betapa konsumtifnya punya anak perempuan. Mulai dari membeli mainan, sampai pakaian. Kerap gonta-ganti, gitu. Belum lagi saat main bareng dengan teman sebayanya dan melihat barang yang belum dia miliki, biasanya saat pulang langsung merengek minta dibeliin. 

Orang tua musti banyak menyiapkan jawaban yang bisa melegakan hati Si Kecil. Musti pandai-pandai menjawab segala pertanyaan, dan punya stok jawaban beragam agar Si Kecil mengerti.  Katanya, kalau Si Kecil meminta sesuatu, jangan langsung dibelikan. Beri mereka pengertian atau cara untuk mendapatkannya agar makin dewasa. Katanya (lagi) lho, ya. 😄

Kiira-kira, kapan si kecil mulai paham bahwa untuk memiliki sesuatu, tuh, membutuhkan proses? Aku ngga ingat, kapan tepatnya. Yang jelas, aku anak perempuan dan aku pernah meminta sepatu mayoret kepada Ibuku. 😂 Ini gara-gara nonton drumband dan melihat mayoretnya cantik banget memakai sepatu transparan, gitu. Yawlaa...🙊

Saat ini, tepatnya tujuh belas bulan, aku telah dikaruniai anak pertama dan perempuan. Seperti yang dirasakan orang tuaku puluhan tahun silam, ternyata anggapan bahwa anak pertama akan memakai barang serba baru, tuh, HOAX. Karena pada kenyataannya, beberapa barang yang dipakai Yasmin adalah barang turun temurun atau lungsuran. Baby walker (punya Mas Agler) dan sepeda batita (punya Mbak Kia) menjadi salah duanya. 😁

Dua barang tersebut kami dapat dari saudara. Pada dasarnya, kami memang ngga berencana membelikan Yasmin baby walker mengingat masa manfaatnya yang ngga begitu lama. Ya...meski bisa dibilang baby walker ini cukup penting untuk merangsang otot kaki si kecil, tapi bagi kami cukup dengan belajar merangkak, atau jalan dengan didampingi. Konsekuensinya, boyok dan betis pegal-pegal. 😂Lain halnya dengan sepeda batita yang memiliki manfaat cukup panjang. 

Kami berencana untuk membelinya. Namun karena ada saudara yang menawarkan pinjaman. Yaudah, demi kemaslahatan bersama, kamk pun langsung menggebetnya. 😄

Akhir-akhir ini, Yasmin sudah mulai lihai mengayuh sepedanya. Terkecuali jika ada teman yang membonceng, dia belum begitu kuat dan pasti minta tolong untuk didorong. 😘

Omong-omong, ngga membeli dua barang ini bukan berarti kami sukses irit, ya. Karena anggaran yang telah direncakanan ternyata digunakan untuk kebutuhan lain yang ngga tahu apa karena lupa. Ini seperti uang hilang. Hahaha. Berbeda jika tetap untuk dibelanjakan, karena kami mendapat barang sesuai keinginan. Semisal sudah ngga terpakai, bisa disimpan untuk adik-adiknya kelak. Atau, bisa dijual kembali jika kondisi barang masih bagus. Uuuh...😎

Kelanjutan setelah lancar menggunakan sepeda batita yaitu naik satu level ke sepeda anak. Bisa sepeda dengan atau tanpa bantuan roda kecil. Di kampungku, main sepeda bersama teman-teman, tuh, menjadi salah satu akifitas yang menyenangkan di siang hari. Setelah pulang sekolah, gitu. Ngga peduli matahari sedang terik, anak-anak tetap saja mengayuh sepedanya dengan penuh bahagia. Pun sore hari, saat hendak berangkat mengaji. Mereka kompak naik sepeda ke Majlis. 

Memang, ngga semua anak memiliki sepeda. Tapi menurut kami, bersepeda ngga hanya sebatas untuk olahraga, namun sebagai sarana untuk bermain bersama teman-teman, melatih keseimbangan badan, melatih konsentrasi, dan masih banyak manfaat lainnya bagi anak-anak. Makanya, kami berencana membelikannya untuk Yasmin. 

Sebelum membeli,  kami melihat koleksi dan mengintip harga sepeda anak yang bagus-bagus di MatahariMall.Com. Insya allah kali ini ngga pakai lungsuran lagi. *eh 😂

Jadi, kapan kami akan membeli sepeda untuk Yasmin?

Rencananya saat usia Yasmin tiga atau empat tahun. Idiiih...masih lama banget, ya. Hahaha. Kalau ngga, menunggu Yasmin yang minta. Itupun ngga langsung kami belikan mengingat ada rambu-rambu yang musti dipahami oleh Yasmin, kelak. 😛

Yakinlah, ngga ada orang tua yang jahat, Nak. Melainkan sebaliknya. Orang tua ingin anak-anaknya lebih banyak belajar. Belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik, misalnya. Hanya saja, masing-masing orang tua punya cara dan strategi yang berbeda untuk mencapai tujuannya. Ya kaaan, BuBapaak? 😄

You May Also Like

7 komentar

  1. Mbak .. ngomong2 gak dtg ke acarane pak jokowi kemrin.. kan lhmayan dapat sepeda gratisss... hehehehshshs

    BalasHapus
  2. Aku maulah dibeliin sepeda baru..

    BalasHapus
  3. Kapan aku dibeliin sepeda, Mba?

    BalasHapus
  4. emang paling enak jadi anak cewekpertama. dapet barang baru semua, adeknya dapet lungsuran hehe

    BalasHapus

Haai...mohon dimaafkan kalau aku terlambat atau malah ngga balas komentar kalian, ya.