• Home
  • About
  • Jasmine
  • Wildan
  • Hiroku
  • Kesehatan
  • Tumbuh Kembang
  • Parenting
  • Jalan Jajan
"Punya anak pertama, dan perempuan, tuh, bakal boros karena banyak barang lucuuuuk-lucuuuuuuk!". Katanya, kata banyak orang. Dan alhamdulilla, pada kenyataannya aku cukup bisa mengendalikan diri, ngga selalu nyamperin yang lucuuuk dan emesh itu. 😄


Banyak juga yang bilang, betapa konsumtifnya punya anak perempuan. Mulai dari membeli mainan, sampai pakaian. Kerap gonta-ganti, gitu. Belum lagi saat main bareng dengan teman sebayanya dan melihat barang yang belum dia miliki, biasanya saat pulang langsung merengek minta dibeliin. 

Orang tua musti banyak menyiapkan jawaban yang bisa melegakan hati Si Kecil. Musti pandai-pandai menjawab segala pertanyaan, dan punya stok jawaban beragam agar Si Kecil mengerti.  Katanya, kalau Si Kecil meminta sesuatu, jangan langsung dibelikan. Beri mereka pengertian atau cara untuk mendapatkannya agar makin dewasa. Katanya (lagi) lho, ya. 😄

Kiira-kira, kapan si kecil mulai paham bahwa untuk memiliki sesuatu, tuh, membutuhkan proses? Aku ngga ingat, kapan tepatnya. Yang jelas, aku anak perempuan dan aku pernah meminta sepatu mayoret kepada Ibuku. 😂 Ini gara-gara nonton drumband dan melihat mayoretnya cantik banget memakai sepatu transparan, gitu. Yawlaa...🙊

Saat ini, tepatnya tujuh belas bulan, aku telah dikaruniai anak pertama dan perempuan. Seperti yang dirasakan orang tuaku puluhan tahun silam, ternyata anggapan bahwa anak pertama akan memakai barang serba baru, tuh, HOAX. Karena pada kenyataannya, beberapa barang yang dipakai Yasmin adalah barang turun temurun atau lungsuran. Baby walker (punya Mas Agler) dan sepeda batita (punya Mbak Kia) menjadi salah duanya. 😁

Dua barang tersebut kami dapat dari saudara. Pada dasarnya, kami memang ngga berencana membelikan Yasmin baby walker mengingat masa manfaatnya yang ngga begitu lama. Ya...meski bisa dibilang baby walker ini cukup penting untuk merangsang otot kaki si kecil, tapi bagi kami cukup dengan belajar merangkak, atau jalan dengan didampingi. Konsekuensinya, boyok dan betis pegal-pegal. 😂Lain halnya dengan sepeda batita yang memiliki manfaat cukup panjang. 

Kami berencana untuk membelinya. Namun karena ada saudara yang menawarkan pinjaman. Yaudah, demi kemaslahatan bersama, kamk pun langsung menggebetnya. 😄

Akhir-akhir ini, Yasmin sudah mulai lihai mengayuh sepedanya. Terkecuali jika ada teman yang membonceng, dia belum begitu kuat dan pasti minta tolong untuk didorong. 😘

Omong-omong, ngga membeli dua barang ini bukan berarti kami sukses irit, ya. Karena anggaran yang telah direncakanan ternyata digunakan untuk kebutuhan lain yang ngga tahu apa karena lupa. Ini seperti uang hilang. Hahaha. Berbeda jika tetap untuk dibelanjakan, karena kami mendapat barang sesuai keinginan. Semisal sudah ngga terpakai, bisa disimpan untuk adik-adiknya kelak. Atau, bisa dijual kembali jika kondisi barang masih bagus. Uuuh...😎

Kelanjutan setelah lancar menggunakan sepeda batita yaitu naik satu level ke sepeda anak. Bisa sepeda dengan atau tanpa bantuan roda kecil. Di kampungku, main sepeda bersama teman-teman, tuh, menjadi salah satu akifitas yang menyenangkan di siang hari. Setelah pulang sekolah, gitu. Ngga peduli matahari sedang terik, anak-anak tetap saja mengayuh sepedanya dengan penuh bahagia. Pun sore hari, saat hendak berangkat mengaji. Mereka kompak naik sepeda ke Majlis. 

Memang, ngga semua anak memiliki sepeda. Tapi menurut kami, bersepeda ngga hanya sebatas untuk olahraga, namun sebagai sarana untuk bermain bersama teman-teman, melatih keseimbangan badan, melatih konsentrasi, dan masih banyak manfaat lainnya bagi anak-anak. Makanya, kami berencana membelikannya untuk Yasmin. 

Sebelum membeli,  kami melihat koleksi dan mengintip harga sepeda anak yang bagus-bagus di MatahariMall.Com. Insya allah kali ini ngga pakai lungsuran lagi. *eh 😂

Jadi, kapan kami akan membeli sepeda untuk Yasmin?

Rencananya saat usia Yasmin tiga atau empat tahun. Idiiih...masih lama banget, ya. Hahaha. Kalau ngga, menunggu Yasmin yang minta. Itupun ngga langsung kami belikan mengingat ada rambu-rambu yang musti dipahami oleh Yasmin, kelak. 😛

Yakinlah, ngga ada orang tua yang jahat, Nak. Melainkan sebaliknya. Orang tua ingin anak-anaknya lebih banyak belajar. Belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik, misalnya. Hanya saja, masing-masing orang tua punya cara dan strategi yang berbeda untuk mencapai tujuannya. Ya kaaan, BuBapaak? 😄
Share
Tweet
Pin
Share
7 komentar
"Ya ampuun, jam istirahat masih di depan komputer. Istirahat napa. Apa ngga capek?"

Acap kali seorang teman menegurku saat jam istirahat dan aku justeru masih asyik di depan komputer. Waktu istirahat di tempat kerja memang cukup lama, enam puluh menit.



Tepat jam 12.00 WIB, alarm absensi sidik jari berbunyi. Selang beberapa menit, adzan duhur berkumandang. Aku pun bergegas ambil air wudhu, kemudian menuju mushola untuk sholat duhur. Waktu untuk beribadah maksimal lima belas menit. Lanjut ke kantin untuk makan. Lokasi kantin cukup dekat dengan musola, hanya beberpa langkah saja. Di sini aku biasanya hanya menghabiskan waktu lima belas menit. Tuuuh, masih cukup banyak waktu istirahatku, kan?

Bagiku, istirahat ngga melulu merebahkan badan. Sebagai Blogger, bagiku duduk di depan komputer sekadar untuk membaca tulisan teman-teman Blogger yang telah masuk daftar kunjungan merupakan salah satu wujud dari istirahat. Aktivitas ini biasa disebut dengan Blogwalking.

Bila dalam sehari bisa membaca blog post terbaru milik teman-teman Blogger, rasanya menyenangkan. Bagiku, kegiatan semacam ini termasuk me time. Apalagi jika bisa sampai mempublish tulisan saat jam istirahat, uuuuh...begitu sempurna. Tapi ini jarang kulakukan karena untuk menerbitkan tulisan di blog membutuhkan waktu lebih dari tiga puluh menit. Terkecuali tulisan sudah nangkring di draft, dan tinggal merapihkan. Bisa jadi klik terbitkan!


Aktivitas blogging yang kerap kusebut me time ngga hanya dengan memanfaatkan waktu istirahat di kantor. Di rumah pun kalau Yasmin sudah istirahat, pekerjaan rumah sudah beres, aku kembali menikmati waktu luang untuk Blogging menggunakan smartphone.

"Yawlooo...hidupmu buat ngeblog dowang ya, Dah!"

Hahaha...ya ngga laaah. Ngga melulu waktu luang kugunakan untuk blogging. Ngga melulu juga me time aku tuh blogging. Aku udah punya table time buat kegiatan harianku, dong. Lagipula, untuk menulis di blog pun membutuhkan mood yang bagus. Ngga mungkin tiap jam, tiap waktu. Ngga seperti chating, ya. 😂

Lalu, jika aku memposisikan blogging sebagai me time, partner terbaikku yaitu suami, ngapain? Apakah sama-sama menulis?

NGGAAAAA!

Kami punya aktivitas me time yang berbeda. Sama-sama pegang notebook, tapi beda aktifitas yang dikerjakan. Sama-sama pegang smartphone, tapi beda aplikasi yang dibuka.

Aku ngeblog, suami nge-games. Dan kalau sudah sama-sama di depan gadget, kami betul-betul ngga berkomunikasi. Sibuk dengan dunianya sendiri. Sampai ngga bersuara. Tapi ini ngga bertahan lama, paling satu sampai dua jam kami fokus dengan aktivitas masing-masing. Karena setelahnya, ada alarm alami yang mengingatkan kami untuk kembali ke dunia nyata.

"Bikin yang anget-anget, ah!"

Aku atau suami sama-sama menyukai kehangatan. *eh* 🙊 Segelas teh dan beberapa keping roti menjadi teman setia yang selalu sukses menghangatkan dan cukup bikin kenyang. Teh yang kami konsumsi adalah teh hijau Kepala Djenggot. Teh ini dikenal sebagai teh yang bagus untuk diet. Namun, selain itu ternyata ada banyak manfaat lain yang untuk menjadikan tubuh makin sehat karena antioksidan yang ada di dalam teh hijau cap kepala jenggot cukup baik. 



Teh hijau kepala jenggot memiliki keunggulan dimana proses produksinya menggunakan teknologi canggih sehingga segala kandungan gizi dan nutrisi yang ada di dalam teh ini tetap dapat dipertahankan dengan baik. Yaa...meski cara me time yang menyenangkan bagi kami berbeda, tapi tetap sehatea kalau masalah konsumsi teh yang menyehatkan. 👫

Omong-omong, kalian konsusmsi teh kepala djenggot juga, kan? Kalau belum konsumsi, cobain, deh. Jangan lupa share cerita #sehatea versi kalian, ya. Teh hijau ini berbeda dengan teh pada umumnya.





Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
BuIbu, adakah yang pernah menjalani program diet saat sedang hamil? Sini-sini, duduk sebentar sambil sharing cerita tentang diet saat hamil.Saya, tuh, sedang ada pada titik itu, Hamil 7 Bulan dan Diminta untuk Diet. 😂

Ngga pernah terbayang sebelumnya, aku bakal menjalani program diet di usia kehamilan tujuh bulan. Secara di usia ini, sebagian besar BuMil udah lepas dari fase morning sick dan kejutan dari si kecil pada tri semester awal. Sebagai gantinya, BuMil lagi tambah doyan makan dan ngemil. Ngeselinnya, kadang BuMil kerap kalap dengan makanan enak dan kurang memfilter makanan atau camilan, asal enak langsung lahap. *nunjukdiri* 😄


Diet saat hamil tuh butuh perjuangan dan harus melalui konsultasi dokter karena harus sesuai prosedur.

Masuk usia kandungan tujuh bulan, dr. Trisno memintaku untuk diet. Ya, saat itu aku lagi periksa kehamilan di Panti Nugroho dan dr. Trisno agak kaget melihat perkembangan berat badanku dan juga janinku.

Konsultasi Diet dengan Dokter Kandungan.

"Eh, kamu diet, ya. Bayi kamu chuby banget. Berat badanmu juga. Tadi aku lihat naiknya lumayan banyak." 

Deeegh! Aku kaget saat dr. Trisno memintaku untuk diet. Mbak Eka, perawat yang mendampingi dr. Trisno, memberi senyum sambil meledekku.

Baca dulu Ketika Ibu Hamil diminta Untuk Diet.

"Jangan takut, Mbak. Dietnya ibu hamil ngga seperti diet setelah hamil."

Ekspresi wajahku yang kurang mengenakan ketangkap Mbak Eka. Ketahuan kalau ada rasa takut dalam diri. Sementara Tante yang duduk di depan meja dokter justeru nampak bahagia. Mungkin karena melihat wajah chuby calon ponakannya kalik, ya. 🙊

BINGUNG. Bagiku, diet saat perut lagi isi janin, tuh, gokil banget. Ini gimana cara dietnya? Kalau aku diet, gimana dengan asupan gizi untuk janinku? Gimana kalau calon bayiku kekurangan gizi? Gimana kalau malah berat badannya berkurang? Inilah yang membuatku bigung. Tapi setelah mendapat penjelasan dari dr. Trisno lebih tenang karena ternyata menu diet ibu hamil tuh memang ada. Ngga asal diet yang sampai menyiksa Ibunya, apalagi janinnya. Apalagi saat itu sedang bulan puasa, harus menjaga menu buka puasa untuk ibu hamil, dong. Ini kalau pas lagi puasa lho, ya. Hihihi.

Kunci Sukses Diet Saat Hamil.


"Please, no gorengan, bakso, apalagi mie instant."

Pak Dokter mewanti-wanti dengan ekspresi yang menggemaskan. *eh* Ini dietnya hampir samaan dengan diet para gadis yang punya body bohay, ya. Hahaha. Nasehat dari Pak Dokter ngga berhenti sampai situ, kok. Masih banyak hal yang disampaikan, gimana cara diet yang benar, Ibu sehat, janin pun terus berkembang sesuai usianya.

"Ini usia kehamilanmu tujuh bulan. Artinya, kamu masih punya waktu kurang lebih dua bulan lagi untuk memantau perkembangan janinmu."

Yayaya...dua bulan itu masih cukup lama. Sementara kalau aku ngga bisa kontrol makan, bisa-bisa aku akan makin SUBUR. 😂 

Sebenarnya peningkatan berat badan saat hamil sangat wajar dialami oleh para BuMil. Ini juga menjadi salah satu indikasi baik bagi BuMil dan janin. Namun jika naiknya berat badan terlalu berlebihan atau ngga sesuai dengan usia kehamilan, diet memang diperlukan. Beruntung, Pak Dokter berbagi tips diet untuk Ibu hamil. 😎 

Nah, berikut Tips Diet Bagi Ibu Hamil.

😎 Batasi camilan yang manis dan tinggi kalori, seperti kue dan gorengan. Sebagai gantinya, BuMil lebih banyak konsumsi buah sebagai camilan atau biskuit gandum. Minuman manis juga dikurangi. Sebagai gantinya, perbanyak minum air putih.
😎 Pilih menu makanan yang menyehatkan, dan bernutrisi tinggi. Kalau kalian sepertiku, yaitu punya anemia, jangan lupa konsumsi makanan dan buah yang dapat mencukupi kebutuhan gizi Ibu dan janin.
😎Banyak bergerak dan ngga boleh malas-malasan. Ikut senam hamil, olahraga berenang, atau jalan tanpa alas kaki. Ini cukup membantu diet sehat a la BuMil.

Aku menanggapi serius perihal diet saat sedang hamil karena memang cukup was was kalau sampai ada risiko baik untuk aku maupun calon bayi. Makanya, aku pun mengikuti saran dari Pak Doter. Alhamdulillaah setelah menjalani diet, berat badanku naiknya ngga begitu ekstrim, tergolong standard. Pun dengan Baby Yasmin yang lahir dengan berat badan 3 kg. 👪
Share
Tweet
Pin
Share
4 komentar
"Hai Kakaaaak, mau mudik kapan nih?"

"Eeeh, tumben telpon. Tanggal 17 baru balik Indo. Mau nitip apa?"

"Nitip keselamatan!"

"Tuuut...tuuut...tuuuut."

Hyaaah...signal ngga stabil. Putus mendadak, deh. Agak menyesal karena aku pura-pura jaim saat menelpon Kakak yang tak lama lagi mudik. Harusnya langsung ambil buku catatan yang aku taruh di dekat notebook. Tinggal buka beberapa lembar, di situ sudah tertulis list barang yang aku inginkan. Niat malak, ya. 😁


Menunggu Pakde Pulaang.... 😁
Ini kali pertama Kakak merasakan mudik dengan durasi yang cukup lama. Ya, sekarang dia sedang menempuh pendidikan di Negeri Sakura. Karena tahu dia bakal mudik, aku pun menghubunginya untuk memastikan bahwa dia telah siap mudik. 

Percakapan kembali tersambung dengan chat lewat hangout. Kali ini aku serius memastikan, bukan untuk malak oleh-oleh. 😂 Dan ternyata, persiapannya untuk mudik bisa dibilang sangat simpel. Mungkin karena dia masih single, jadi ngga banyak barang yang dibawa pulang. Atau, emang karakternya yang ngga suka ribet. 😀

"Mudik menggunakan jalur udara pasti bingung karena keterbatasan bagasi ya, Kak?"

"Yaelaah, ngapain bingung. Kan Kakak cukup membawa yang penting-penting saja."

"Terus, masak ngga bawa oleh-oleh barang satu koper, gitu?"

"Ngga laah. Oleh-oleh sudah aku titipin sama teman yang tiap minggu pulan Indonesia."

"Hiiiih...pantas saja packingnya cukup lima menit." 😩


Kota tujuan... 
Ternyata, dia punya trik jahat. Jadi nih ya, dia mending kena biaya ongkos kirim ke rumahnya ketimbang kena charge bagasi. Kalau kataku, ini sih ngrepotin banget, ya. Tapi kata dia, temannya itu kalau pulang cuma bawa badan dowang. Makanya, dia semacam gatel kalau sampai ngga nitip-nitip. Sampai akhirnya, mudik lebaran pun Kakak ngga membawa sebongkah oleh-oleh karena sudah dititipkan temannya. Diiih...😑

Nah, berikut beberapa hal yang telah dipersiapkan Kakak agar perjalanan mudik selamat, aman dan nyaman.

Petama, membeli asuransi perjalanan. Menurut Kakak, poin ini paling penting untuk keselamatan jiwa. Positive thinking perlu, namun berjaga-jaga untuk kemungkinan buruk terjadi pun ngga ada salahnya.


Penting atau ngga, tergantung pribadi... 😀
Kedua, siapkan tiket. Bagi kamu yang pelupa, setelah mendapat tiket pesawat, ada baiknya langsung dimasukan ke dalam dompet atau barang lain yang selalu dibawa. 

Ketiga, check-in lebih awal di counter bandara. Atau, boleh juga check-in online. Sebaiknya datang ke bandara 2 atau 3 jam sebelum boarding. Pesawat itu ngga seperti transportasi bus yang punya batas toleransi cukup panjang. Satu menit terlambat, bisa jadi ditinggal. Terlebih jika mudiknya mepet hari raya, atau hari besar lainnya. Jalan raya pasti ramai. Makanya ada baiknya datang di bandara lebih awal. Lebih baik menunggu, bukan?



Keempat, bawalah backpack untuk membawa kebutuhan-kebutuhan yang bersifat urgent dan penting, seperti air mineral. Dan barang-barang ini sebaiknya diletakkan di bagasi kabin yang ada di atas penumpang. Kakak ini tipe orang yang lebih baik ngga makan ketimbang ngga minum alias mudah haus. Buat yang satu tipe dengan Kakak, boleh lah ikut tips ini.


Kelima, pastikan bagasi tidak melebihi kapasitas. Pria single mah bawaannya dikit, ya. Sebenarnya ngga apa-apa kalau sampai melebihi kapasitas asal punya anggaran dan mau ribet. 😂

Keenam, supaya mudik dengan jalur udara tetap nyaman, siapkan KTP, Paspor, atau dokumen penting lainnya. Letakan di tempat yang mudah dijangkau untuk mempermudah pemeriksaan. Kebayang kalau dokumen yang diminta ketinggalan atau salah meletakan. Di koper yang udah dimasukan bagasi, misalnya.



Persiapannya ngga begitu banyak, hanya ada enam point saja. #SobatAviasi, pasti punya tips lain agar mudik lewat jalur udara selamat, aman, dan nyaman. Boleh banget share di kolom komentar, lho. Dan buat kalian yang suka ngeVlog, ada juga lomba Vlog berhadiah liburan ke Raja Ampat! Informasi selengkapnya bisa buka website http://selamanya.id/. 
Share
Tweet
Pin
Share
9 komentar
"Kan lagi menyusui. Nanti Yasmin bisa diare, lho."

"Apaaaaaaah?" 😲😲

Ibu Menyusui Berpuasa, Si Kecil Bisa Diare. Haaai BuIbu, pernahkah mendengar pernyataan tersebut? Gimana rasanya setelah mendengarnya? Mungkin, BuIbu yang tadinya berniat untuk berpuasa menjadi bimbang, ya. Ragu menjalankan puasa ramadan karena takut si kecil beneran akan diare.

Ini bukan pengalaman pertama aku berpuasa dengan status sebagai Ibu menyusui (BuSui), lho. Ramadan tahun lalu, saat usia Yasmin jalan enam bulan, aku juga ikut puasa. Dan bagiku, saat itu perjuangan banget karena Yasmin masih full ASI, sementara aku kerja sampai sore hari dan tetap berpuasa. Betul-betul musti bisa bagi waktu agar stok ASIP terus stabil.



Ibu menyusi dan memilih untuk turut berpuasa salah satu kuncinya adalah yakin. Memang, untuk menciptakan keyakinan dalam hal ini membutuhkan tekad yang kuat. Bismillaah ngga cukup sekali, dua kali. Pun berdoa untuk kesehatan anak dan diri sendiri. Tak cukup sampai situ, BuIbu juga musti sabar dan kuat bila ada saudara atau tetangga yang terus menghantui dengan pertanyaan atau penyataan yang kurang enak didengar. Uuuh...pokonya harus strong! 🙅

Kekhawatiran Itu Tetap Ada

Kaget saat aku mendengar pernyataan bahwa Yasmin bakal diare andai aku menjalankan puasa ramadan. Jujur, kekhawatiran itu tetap ada. Terlebih yang mengatakan adalah orang yang jauh berpengalaman dan sudah memiliki anak.

Selain diare, ada hal lain yang sempat membuatku khawatir. Adalah kualitas dan kuantitas ASIP. Inilah nikmatnya Ibu pekerja yang masih punya kewajiban untuk menyusui si kecil dan ngin terus memberi ASI ekslusif minimal enam bulan, syukur-syukur bisa sampai dua tahun full ASI.

"Duuh, jangan-jangan produksi ASI berkurang."

"Jangan-jangan, si kecil bakal kurang gizi jika aku tetap puasa."

Dua kekhawatiran di atas mungkin dapat mewakili perasaan BuSui. Wajar banget kalau was was, kok. Untuk buah hati, apalagi anak pertama, ngga sedikit hal yang dapat memicu kekhawatiran bagi BuSui.

Seminggu sebelum ramadan, aku mencoba berpuasa. Bisa dibilang pelatihan. Sehari puasa, sehari ngga. Dua hari puasa, sehari ngga. Sampai akhirnya datang bulan ramadan.

Ternyata apa yang aku khawatirkan alhamdulillaah ngga terjadi. Hasil ASIP tetap stabil meski berpuasa. Kadang-kadang saja hasilnya kurang sepuluh atau dua puluh ml menuju seratus ml saat memerah siang hari. Tetap tenang karena itu hal biasa. Secara, hampir setengah hari ngga minum dan makan, ya.

Memang harus pandai mengatur waktu untuk memerah, dan itu mudah bila ada keinginan yang kuat. Terpenting dapat menerima seberapapun hasilnya. Inilah yang membuatku yakin untuk tetap menjalankan puasa ramadan.

Tapi, Kenapa Bisa Ada Pernyataan yang Tak Enak?

Tentang Ibu menyusui yang tetap berpuasa dan si kecil bisa diare, pernyataan ini mitos dowang atau fakta, sih? 😂

Mungkin begini. . .

Bisa jadi ini karena asupan gizi dalam porsi makan BuSui berkurang. Ya, Ibu menyusui memang disarankan untuk makan makanan yang bergizi supaya nutrisi si kecil dapat terpenuhi lewat ASI dan atau ASIP. Nah, karena berpuasa, asupan makanan BuSui bisa jadi berkurang. Atau, malah sebaliknya. Banyak makan, tapi asal kenyang. Ngga mempedulikan kecukupan gizi.

Makanlah sesuai kebutuhan. Menjaga kualitas makanan sesuai kebutuhan gizi, baik untuk diri sendiri, maupun si kecil. Ngga usah jaim saat buka puasa atau sahur. Supaya kualita ASI atau ASIP tetap baik.

Asupan makanan mempengaruhi kualitas ASI meski ngga 100% karena masih ada camilan padat gizi, atau susu khusus BuSui. Jadi, ada baiknya tetap mengatur pola makan agar ASI tetap berkualitas, si kecil pun tetap sehat.

Jadi, Baiknya Berpuasa atau Tidak?

Ibu menyusui memang mendapat keringanan untuk tidak berpuasa ramadan, semacam dispensasi. Sebagai gantinya, mereka bisa mengganti puasa dilain waktu, dan boleh juga disertai dengan membayar fidyah saat zakat fitrah. Namun jika ada kemauan dan dirasa sehat, baik Ibu maupun Si Kecil, ngga ada salahnya dicoba dulu untuk ikut berpuasa. Selanjutnya, orang tua dapat melakukan evaluasi karena kekebalan tubuh tiap anak berbeda. 👪
Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
Keluarga kami punya bidan langganan untuk berobat. Bu Tati, namanya. Bidan yang kini sudah pensiun dan membuka praktek di rumah. Buka prakteknya udah dari zaman beliau masih kerja di Puskesmas Madukara 1, sih. Ngga baru-baru ini.



Kenapa ngga ke Dokter? BPJSku, sih, fase tingkat pertama di Dokter. Cukup dekat dengan rumah. Tapi ngga tahu kenapa, tiap ada yang sakit, pikirannya udah ke Bu Tati saja. Cukup tiga menit dari rumah menuju rumahnya di utara Pasar Madukara. 😄Eman-eman BPJSnya, ya. Tapi gimana lagi, kami merasa udah cocok periksa di Bu Tati.

Uniknya nih, Yasmin punya kesamaan denganku. Gini nih ya, saat hendak dibawa berobat ke Bu Tati, kondisinya masih lemas. Di perjalanan pun kepalanya senderan di dadaku. Bibirnya, masih panas. Pun dengan telapak tangan dan kaki.

Sesampainya di depan rumah Bu Tati, Yasmin berusaha membebaskan tangannya yang kumasukan ke gendongan. Di langsung minta turun, lalu jalan-jalan di sekitar tempat parkir. 🙊Kata Bapakku yang saat itu mengantar kami berobat, kejadian semacam ini persis denganku pas dulu masih kecil. Baru sampai pelataran rumah, badan kembali sehat.💃

Lucunya, nih. Dulu, aku sempat ngga jadi periksa padahal sudah sampai lokasi. Soalnya tuh betul-betul udah sembuh, gitu. Dan kalau tetap masuk ruang pemeriksaan, diledek sama orang-orang yang sedang antre. 😂😂

"Anak sehat gitu kok diperikasa?" 😃 

Dan ini sama persis yang terjadi pada Yasmin beberapa hari yang lalu. Dia sudah lari ke sana ke mari, tapi aku periksakan. Parahnya, dikira malah aku yang sakit. Mungkin karena wajahku kurang totok kalik, ya. 🙊

Eeeeeh...apakah kalian punya pengalaman serupa?
Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
Newer Posts
Older Posts

Cari Di sini

Perkenalkan...

Hai...perkenalkan, saya Idah. Ibuk dari dua anak dan satu-satunya admin di blog ini.

Rutinitas saya saat ini sebagai Ibu Rumah Tangga sekaligus Ibu Pekerja Kantoran. Kami sekarang tinggal di Kota Dawet Ayu, Banjarnegara, Jawa Tengah.

Oiya, jika ingin komunikasi, bisa melalui akun instagram kami @cerisfamily atau kontak langsung melalui email cerisfamily@gmail.com. Terima kasih.

On Youtube

Fans Page

CERIS Family

Blog Archive

  • ►  2025 (14)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (5)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2024 (39)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (10)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2023 (28)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (4)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2022 (14)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2021 (12)
    • ►  September (2)
    • ►  Juni (3)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2020 (17)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2019 (42)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Mei (26)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2018 (37)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (3)
  • ▼  2017 (61)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (8)
    • ▼  Juni (6)
      • Barang Lungsuran dan Sepeda Baru untuk Yasmin
      • Me Time yang Menyenangkan Bagi Kami
      • Hamil 7 Bulan Diminta untuk Diet
      • Ketika Pria Single Mudik Lewat Jalur Udara
      • Ibu Menyusui Berpuasa, Si Kecil Bisa Diare
      • Belum Diperiksa Bu Tati, Tapi Sudah Sembuh
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (8)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2016 (62)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (7)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2015 (63)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (9)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (10)
    • ►  Juni (12)
    • ►  Mei (2)

Popular Posts

  • Biaya USG 4 Dimensi di RS Panti Nugroho
  • Tujuan Pemeriksaan HB dan HBsAG untuk Ibu Hamil
  • Tip Agar Jahitan Pasca Melahirkan Cepat Kering

recent posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Part Of Community


Blogger Perempuan
mamadaring
Seedbacklink

Follow Us!

Social Media

Facebook Twitter Instagram Youtube Blog Ibu

MageNet

0ccdff8bd3766e1e4fdd711a2ad08ee5151bd247

Created with by ThemeXpose