Menuntaskan Kelas 1 Sekolah Dasar

by - Juli 09, 2023

Menuntaskan Kelas 1 Sekolah Dasar - Alhamdulillah ya, Parents. Akhirnya anak-anak dapat menuntaskan satu tahun ajaran di sekolah. Bagaimana rasanya, nih? Sudah pasti lega banget karena dapat melewatinya dengan baik, penuh perjuangan dan juga tantangan. Tidak apa kalau belum bisa menjadi orang tua yang sempurna dalam mendampingi anak-anak saat belajar. Tidak apa juga kalau belum bisa mendapatkan hasil yang sempurna karena kesempurnaan hanya milik Allah. Begitu kan ya, Bun?🤭

Menuntaskan Kelas 1 Sekolah Dasar

Saya masih ingat betul perasaan saya sebagai orang tua saat anak saya mengikuti Penilaian Tengah Semester (PTS) untuk pertama kalinya. Rasanya mungkin hampir sama dengan orang tua pada umumnya. Dag dig dug penuh kekhawatiran kalau anak tidak dapat menyelesaikan soal-soal. Waktu antara jam 08.00-10.00 WIB, pikiran terbagi menjadi beberapa, salah satunya yaitu memikirkan anak yang sedang PTS. Saya terus berusaha menghadirkan prasangka-prasangka yang baik. Tapi namanya manusia, sudah merasa percaya diri pun kadang rasa khawatir tetap datang, tanpa diminta. Masya Allah ya, Bun. 😂

Rasanya memang tidak bisa selow, padahal si anak yang mau mengikuti penilaian saja sangat santai. Hahaha. Mungkin karena merupakan pengalaman pertama saya mendampingi anak belajar untuk persiapan PTS. Yups, karena pada kenyataanya saat PTS berikutnya saya mulai terbiasa meskipun saat penilaian akhir semester 1 rasanya masih sama dengan perasaan saat PTS.

Berikut 5 Hal yang Orangtua Lakukan Ketika Anak Akan Mengikuti PTS.

1. Memberikan Pemahaman Kepada Anak Tentang PTS.

Karena untuk pertama kalinya, kadang anak belum paham betul apa itu PTS. Wali kelas biasanya sudah memberikan informasi perihal kegiatan rutin ini minimal seminggu sebelum pelaksanaan. Namun kadang ada saja anak yang belum bisa menerima informasi secara utuh. Setelah mendapatkan jadwal fix dari wali kelas, kami pun memberikan pemahaman kepada Kecemut bahwa tidak lama lagi akan dilaksanakan ujian di sekolahnya.

Saat saya menyampaikan perihal kegiatan ujian, dia langsung jawab "udah tauu, Ibu. Bu Guru sudah menyampaikan. Udah tauuu...udah tauuuu....

Yha...kadang begitu anak-anak ya, Bun. Tapi meskipun anak merasa sudah tau banget, tapi kami tetap memberikan tambahan informasi jika kegiatan ujian ini dilakukan secara serius, bukan belajar seperti hari biasa agar anak semakin paham. Kami juga menyampaikan, saat nanti Bu Guru memberikan soal-soal untuk dikerjakan. Sebagai gambaran, saya pun meminta tolong kepada suami untuk mengambil modul pendalaman materi yang dilengkapi soal-soal. FYI, modul atau buku tersebut adalah modul yang biasa digunakan untuk belajar disekolahnya. 

2. Membangun Mental Anak Sejak Dini.

Ketika anak sudah paham apa saja yang akan dia lakukan ketika PTS, maka berikutnya kami mulai memberikan gambaran-gambaran ketika PTS dimulai. Pada hari-hari biasa, ketika anak masuk kelas akan ada komunikasi secara aktif di ruang kelas, komunikasi antara guru dan anak atau antar anak. Ini sangat berbeda saat kegiatan PTS mulai berlangsung yang mana suasana kelas mungkin akan menjadi lebih tenang karena tidak banyak interaksi. Mulai dari sini, mungkin anak dalam hati akan bertanya-tanya, "kenapa teman-teman pada sibuk sendiri? kenapa Bu Guru tidak bersuara seperti biasanya?" dan mungkin masih banyak pertanyaan yang belum terjawab oleh dirinya sendiri.

Sebelum memulai PTS, Wali Kelas biasanya akan menyampaikan "Do and Don't" selama PTS berlangsung. Namun karena untuk pertama kalinya mengikuti PTS, kami sudah menyampaikan terlebih dahulu kepada Kecemut dengan harapan mentalnya tetap terjaga saat PTS akan dimulai. Ada beberapa hal yang kami sampaikan seperti saat PTS berlangsung tidak ada tanya jawab sekalipun dengan teman sebangku kecuali ada yang penting. Pinjam penghapus, misalnya. 🤭

PTS adalah saatnya menjawab soal-soal secara mandiri, siapkan alat tulis, tidak boleh menyontek, dan tidak boleh bersuara di kelas kecuali ada yang akan disampaikan. Ini menjadi point juga sekaligus sebagai pondasi atau mindset. Karena ini merupakan PTS pertama bagi Kecemut, kami tidak ingin mentalnya menciut hanya karena diingatkan oleh teman-temannya untuk tidak bersuara atau ditegur karena melirik tajam pekerjaan teman lain. 😆

3. Hadir Secara Langsung Ketika Anak Sedang Belajar.

Cara belajar anak saat ini sangat berbeda dengan saya saat masih SD. Dulu, saya sering belajar secara mandiri. Saat akan UTS pun saya merasa tidak masalah untuk belajar sendiri tanpa didampingi orangtua. Dan saya tetap merasa nyaman, aman, dan ya mungkin karena terbiasanya saja, ya. 🤭

Berbeda dengan anak zaman sekarang, khususnya anak SD. Rasa-rasanya tidak sampai hati membiarkan Kecemut belajar mandiri. Ini yang saya rasakan sebagai Ibu. Mungkin karena sering membaca artikel parenting yang mana hadirnya orangtua secara fisik sangat berpengaruh khususnya dalam tumbuh kembang anak. Dengan cara ini juga diyakini dapat menambah semangat anak untuk belajar karena anak merasa lebih diperhatikan. Apalagi ini pengalaman pertama buat Kecemut mengikuti PTS, kami merasa harus memastikan materi-materi mana saja yang sudah dia kuasai dan sebaliknya.

4. Melakukan Komunikasi Lebih Intens Dengan Anak.

Memberikan rasa nyaman dan aman kepada Kecemut sudah menjadi kewajiban kami sebagai orangtua. Setiap orang tua sudah pasti ingin menjadi "pelabuhan" atau sandaran pertama bagi anak-anaknya. Begitu juga dengan kami.

Sebelum tidur malam, saya sebagai Ibu sering melakukan ritual khusus dengan anak-anak yaitu ngobrol dan sesekali deep talk kalau memang diperlukan. Karena sudah menjadi rutinitas, jadi tidak ada rasa canggung ketika hendak berkomunikasi. Dan kami melakukan komunikasi lebih intens ketika Kecemut sedang ada kegiatan khusus di sekolahnya, seperti kegiatan PTS.

Komunikasi kali ini tidak lagi ringan seperti tanya kabar, tapi lebih intens lagi. Menanyakan pengamalan mengikuti PTS, ini seperti evaluasi atau review. Yha...siapa tahu masih ada hal masih belum dia pahami, apalagi ini merupakan kegiatan untuk pertama kali baginya.

5. Mengucapkan Terima Kasih, Apapun Hasilnya.

Nah, terakhir ini yang selalu kami ingat. Adalah mengucapkan terima kasih kepada anak, apapun hasilnya. Dalam hati kecil orangtua, ketika anak memperoleh nilai yang bagi orangtua kurang memuaskan, mungkin tidak mudah untuk mengucapkan terima kasih, ya. Namun ketika anak sudah belajar dengan rajin, ada proses yang terlihat, jangan ragu untuk mengucapkan terima kasih. Kami sampai saat ini belum tahu hasil PTS Kecemut karena sekolah tidak membagikan hasilnya. Namun, kami tetap mengucapkan terima kasih karena kami sangat menghargai usaha dia dalam belajar persiapan PTS setiap harinya.

Bagaimana, Parents? Punya pengalaman serupa dengan saya, yuk ngobrol seru lewat kolom komentar. 😉

You May Also Like

0 komentar

Haai...mohon dimaafkan kalau aku terlambat atau malah ngga balas komentar kalian, ya.