• Home
  • About
  • Jasmine
  • Wildan
  • Hiroku
  • Kesehatan
  • Tumbuh Kembang
  • Parenting
  • Jalan Jajan

Serunya Anak SD Foto Bareng di Photobox Banjarnegara - Pagi itu, saya sudah mulai aktivitas memasak di dapur. Suara panci dan wajan beradu, tapi telinga ini tetap awas mendengarkan celoteh anak perempuan saya, Jasmine yang duduk di ruang makan.

Serunya Anak SD Foto Bareng di Photobox Banjarnegara


"Ibun, besok-besok aku mau ke photobox sama temen-temen, tapi bayar sendiri. Tenang." katanya polos, sambil nahan senyum malu.

Lho, anak SD photobox? Dalam hati saya ketawa kecil. Mendengar celotehannya, rasanya "geli" banget. Kenapa? Karena saya baru merasakan photobox saja di usia 30+ alias belum lama. 🤭 Itu pun karena tidak direncanakan. Kencan sama teman di kota sebelah, terus tiba-tiba dia mengajak untuk photobox.

Sebenarnya saat dulu saya Kuliah, photobox ini sudah ada. Tapi rasanya tidak tertarik. Kalau melihat foto orang lain dengan bibir manyun-manyun saja rasanya ingin berkata-kata. 🤣 Saat itu, nulis di binder lebih hits ketimbang foto-foto, ya. Sekarang, anak-anak masih usia SD sudah ngerti gaya, ekspresi, dan angle kamera! Makanya dengan keberanian tingkat dewa, mereka percaya diri untuk ke photobox. Masya Allah yaa, Bun. xixixixi

Tapi di balik rencana mereka itu, ada banyak cerita yang bikin hati saya meleleh. Sungguh. Yuk, simak perjuangan Jasmine dan dua temannya: Anin dan Aqila yang akhirnya bisa ke photobox dengan happy.

Demi ke Photobox, Mereka Rela Mengurangi Uang Jajan.

Di luar prediksi BMKG, ternyata anak kelas 3 sudah mempunyai teman main yang klop dan kompak. Dari jauh-jauh hari, mereka bikin "rapat kecil" di kelas, diskusi serius soal photobox. Mulai dari budgeting, waktu, mencari tahu lokasi photobox, sampai bertanya bagaimana cara untuk bisa sampai ke sana. 

Pagi itu, seperti biasa saya mengantarkan Jasmine sekolah. Sesampainya di halaman sekolah, dua temannya mendekati saya dan minta izin untuk ke photobox. Jujur, saya kaget. Secepat ini kah mereka bisa mengumpulkan uang untuk photobox. Saya tidak tahu persis, mereka bisa menyisihkan uang berapa ribu per harinya demi untuk ke photobox. Tapi yang jelas butuh perjuangan bagi mereka untuk mengurangi uang jajan.

Kenapa? Tentu ada yang rela tidak beli es lilin favoritnya, ada juga yang tiap hari bawa bekal biar tidak jajan di kantin. Bahkan Jasmine, yang biasanya suka banget beli makaroni rasa jagung setiap istirahat, bilang ke saya, “Ibun, sebulan ini aku full mau bawa bekal terus ya.”

Dia memang tidak membawa bekal setiap hari. Hari-hari tertentu saja supaya lebih bervariasi dan untuk menghindari rasa bosan. Tapi, saya tidak berpikir sampai sejauh itu. Dia membawa bekal karena sedang berhemat demi photobox. 🤣 Ya ampun, hati siapa yang enggak lumer dengar cerita begitu?

Minta Izin ke Orang Tua, Ayo Gass!

Namanya juga anak-anak, kalau sudah punya rencana seru bareng temen, semangatnya ngalahin orang mau belanja flash sale! 😄Saya sangat mengapresiasi kejujuran mereka dengan minta izin sebelum action. Tidak mencuri waktu atau diam-diam sampai ke photobox tanpa didampingi orang tua seperti kejadian beberapa tahun lalu. Diam-diam ke Cangkring.

Nah, setelah mereka minta izin, saya dan orang tua dari Anin dan Aqila pun saling berkomunikasi untuk melancarkan misi mulia dan penuh gaya yaitu foto bareng di photobox. 🤭Saya mengizinkan saja selama kegiatannya baik dan bikin anak merasa senang.

Berlokasi di tengah kota, tentu mereka membutuhkan pendampingan dan dikawal supaya aman dan nyaman. Setelah menemukan waktu yang pas, kami pun langsung menuju lokasi photobox.

Hari-H: Dandan, Kompak, dan Banyak Gaya!

Setelah menabung kurang lebih dua bulan , akhirnya uang terkumpul. 😭Hari yang ditunggu pun tiba. 

Pagi-pagi, mereka telponan untuk janjian warna kostum. Ada yang pilih warna baju putih, ada juga yang hitam. Tapi untuk hijab, kompak banget dengan warna pink. Kami mengantarkan mereka ke studio photobox yang saat itu sedang ada diskon 50% sampai akhir bulan. Sesampainya di lokasi, ternyata antre sekali. Kami menadapatkan nomor antrean ke 11. Istighfar dulu kalau harus menunggu berjam-jam, deh. Tanpa pikir lama, akhirnya kami pindah ke second option, yaitu di Myut-Myut Photobox. 

Saya tidak punya pengalaman photobox di sana, sih. Tapi, saya pernah cetak foto di sana, tahu ada photobox di sana, dan pemiliknya sangat ramah. Makaknya saya mengajak mereka untuk pindah ke Myut-Myut ketimbang harus menunggu lama. Satu hal yang bikin kaget, nih. Harga photobox di photo studio yang sedang mengadakan diskon dengan di Myut-Myut ini sama. Jadi, diskon 50% itu tidak berlaku. 😂 

Di Myut-Myut Banjarnegara, satu per satu masuk ke bilik foto dengan gaya andalan: ada yang jempol ke atas, ada yang manyun lucu, ada juga yang gaya “love” pakai tangan. Pokoknya gaya khas anak zaman sekarang. 

Suasana di dalam "box" rame banget. Teriak-teriakan kecil, ketawa lepas, dan celoteh polos yang bikin studio photobox mendadak jadi tempat paling hidup hari itu. Dan hasilnya? Selama sepuluh menit cekrak-cekreek bergaya, Masya Allah… ekspresi mereka polos, ceria, dan penuh kebanggaan. Alhamdulillah, misi mulia penuh gaya akhirnya sudah terlewati. Setelah selesai pun, kami dikirim hasil fotonya. Lima puluh lima ribu dibayar tunai! 😂

Lebih dari Sekadar Foto.

Dari luar, mungkin orang lihat ini cuma photobox iseng anak-anak. Tapi buat mereka -dan buat kami sebagai orang tua- ini adalah cerita tentang kerja sama, tanggung jawab, pengorbanan, dan cita rasa perjuangan kecil yang bernilai sangat besar. Sebuah kenangan yang insya Allah akan mereka ingat seumur hidup. 💕📸

Di usia mereka yang masih 9 tahun sudah belajar bahwa sesuatu yang didapat dari usaha sendiri rasanya lebih manis dari es krim. Sebagai ibu, saya cuma bisa senyum haru, sambil bilang dalam hati: "Teruslah belajar, Nak... dari hal-hal kecil seperti ini, kamu sedang tumbuh jadi besar."

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Istilah ta'aruf identik dengan dunia percintaan, lebih tepatnya perihal jodoh. ❤Ta'aruf menjadi langkah awal untuk saling mengenal, baik perkenalan antar calon pasangan maupun antar keluarga. Saya pun menerka-nerka sewaktu meminta rincian biaya masuk Taman Kanak-kanak (TK) Adzkia kepada Bu Wulan namun beliau menjawab, "lebih baik nanti Mbak Idah ikut ta'aruf dulu, ya. kenalan dulu dengan Adzkia." 

Tumbuh kembang anak

Jadi ceritanya, sebelum resmi sekolah di TK Adzkia, calon wali murid diajak untuk turut merasakan belajar bersama guru-guru yang mengajar di TK tersebut. Kami dibagi menjadi beberapa kelompok untuk mengikuti kegiatan tersebut. Satu kelompok berjumlah 10 orang dan berpasangan. Misalnya wali murid A berpasangan dengan Wali murid B. Kenapa berpasangan? Karena seluruh kegiatan yang dilakukan di sini bentuknya adalah kolaborasi atau kerjasama. Bisa sepasang, bisa satu tim. Pokoknya kerjasama dengan orang yang baru dikenal, tuh, seru banget. Asyiqueen! 🤩
 
Sebelum aku bagikan pengalaman ta'arufnya, flashback dulu ke tahap-tahap sebelum pada akhirnya kami memutus untuk ta'aruf dengan TK Adzkia, ya. 🤗

Mencari Tahu Sekolah-sekolah yang Lokasinya di Kota.

Ceritanya, sebulan sebelum Yasmin lulus dari PAUD Shamila, saya mulai mencari sekolah lanjutan untuknya. Dengan bekal ilmu yang masih minim, sebenarnya dia diminta wali kelasnya untuk melanjutkan ke PAUD kelas B. 

Selain wali kelasnya, beberapa wali murid yang biasa menunggu anak-anaknya di PAUD, juga menyarankan kepada saya untuk melanjutkan ke kelas B saja. Selain usia saat itu masih terlalu dini yaitu empat tahun, mungkin Yasmin  belum layak bila masuk TK. Tapi ya tapi, kami sebagai orang tua punya pandangan lain. Sekolah PAUD cukup satu tahun saja, lanjut sekolah TK baru dua tahun. Kiranya begitu. 🙈

Memilih sekolah untuk anak

Eh...ini bukan prinsip lho, ya. Alasan paling kuat dalam benak saya saat itu "kalau sekolah di kota, berangkat bareng Ibuk dan pulang dijemput Ibuk, sepertinya lebih aman dan menenangkan." Begitcyu. 🤭

Ada banyak pilihan sekolah TK di tengah kota. Saya melakukan survey pada 4 sekolah. Tapi saya baru dapat klik dengan satu sekolah yaitu TK Adzkia. Kebetulan lokasi TK Adzkia, tuh, cukup dekat dengan kota. Tiap saya berangkat kerja melewati gang masuk sekolah tersebut. Yaaa...pokoknya kayak sudah niat banget memasukkan Yasmin ke Adzkia. Bisa dibilang sudah seperti ketemu jodoh. 🙊

Tapi baru seperti, karena ternyata Alloh berkehendak lain. Ahhh...gimana, ya? Belum jodoh, nih? Tunggu dulu, kenalan terlebih dahulu dengan TK Adzkia, yuk!

Tentang TK Adzkia Banjarnegara.

Jika ditanya tahu dari siapa ada TK Adzkia Banjarnegara? Maka saya akan menjawab, tahu melalui Bu Wulan. Saya kenal beliau dalam suatu acara FGD (Focus Group Duscussion) tentang Pariwisata Banjarnegara yang bertempat di Hotel Central Banjarnegara. Saya berkenalan dengan beliau karena saat itu kami sama-sama peserta dan ada dalam satu meja. Cukup banyak hal yang kami obrolkan tentang pariwisata Banjarnegara, mulai dari sumber daya alam yang sangat melimpah sampai dengan inovasi-inovasi yang harusnya ada untuk kemajuan pariwisatanya.

Makin lama mengobrol dan juga diskusi, saya jadi tahu kalau beliau juga aktif di Yayasan Adzkia. Tidak banyak yang diceritakan tentang sekolah yang terkenal dengan pendidikan berbasis fitrah, tapi karena saya punya balita yang saat itu butuh pendidikan di sekolah TK, ya akhirnya saya yang aktif bertanya. 😅

TK Adzkia adalah sekolah swasta dengan status kepemilikan Yayasan. Sekolah ini berdiri pada tahun 2016 dengan SK pendirian Sekolah nomor: 421.1/0228/DIKPORA/2016.

Memilih TK Adzkia sebagai calon tempat belajar Kecemut tentu bukan tanpa sebab.

sekolah adzkia banjarnegara adalah sekolah bagus


Pertama, TK Adzkia mempunyai kurikulum yang tidak biasa. Dengan mengimplementasikan pendidikan berbasis fitrah, adab, dan bakat, kurikulum ini menjadi khas dan menambah orang tua yakin memilih sekolah ini untuk putra dan putrinya.

Kurikulum ini bertujuan untuk menumbuhkan potensi fitrah anak yang dibawa sejak lahir yang diiringi dengan pembiasaan adab. Manajemen pendidikan berbasis fitrah, adab dan bakat dilaksanakan dengan pengembangan karakter keteladanan, pengembangan logika dan daya cipta, pengembangan kepemimpinan serta mental wirausaha. Dalam pertemuan pertama atau yang disebut dengan ta'aruf, kami pun dikenalkan dengan18 nilai-nilai adab yang diinternalisasikan pada proses pendidikan di TK Adzkia.

Gimana? Apakah sudah mulai terpesona dengan TK Adzkia? 🙈

Kedua, ngomongin rekomendasi, nih. Banyak teman-teman yang merekomendasikan sekolah ini karena capaian belajar anak-anak yang sekolah di sini bisa dibilang nyaris maksimal dan sangat memuaskan. Iya, testimoni dari orang tua yang anak-anaknya sekolah di Adzkia rata-rata merasa puas dengan hasil belajarnya. Banyak perkembangan positif pada anak sehingga orang tua pun merasa bahagia dan bangga.

Ketiga, Keempat, Kelima...masih ada banyak hal yang membuat saya memilih TK Adzkia, namun saya rasa dua hal di atas sudah mewakili sebagai alasan lah, ya. 🙈

Terkait jumlah tenaga pendidik di TK Adzkia, saya tidak tahu persis jumlahnya berapa. Namun yang jelas mereka adalah guru-guru yang penuh semangat, ramah, amanah, dan perhatian banget dengan anak-anak. Ini yang saya rasakan saat menjalani ta'aruf dengan TK Adzkia Banjarnegara.

Menyetujui Tawaran Ta'aruf.

Sebelum pada akhirnya memutuskan untuk bergabung dengan TK Adzkia, calon peserta didik diminta untuk mengisi formulir pendaftaran secara online. Seminggu setelah data direkam, pihak Adzkia membuatkan WAG (WhatsApp Group) khusus bagi calon peserta didik baru yang mana anggotanya adalah orang tua/wali murid.

WAG tersebut lumayan ramai karena tenaga pendidik sangat aktif memperkenalkan TK Adzkia dan memberi kami pengetahuan baru terkait dengan dunia pendidikan khususnya yang diterapkan di TK tersebut. Kami saling berinteraksi, berkomunikasi, meski hanya dalam bentuk teks tapi asyik. 😍

ta'aruf dengan sekolah adzkia

Pengumuman yang lolos atau masuk TK Adzkia pun hampir tiba. Sebelum pengumuman itu dibagikan, saya chat Bu Wulan tanya-tanya apa saja yang sekiranya harus saya persiapkan untuk kebutuhan anak sekolah nanti. Tentu selain biaya, dong. Tidak lama kemudian, Bu Wulan menjawab; "semua akan diberitahukan nanti. Terpenting Ayah, Bunda, dan Ananda kalau memang yakin akan bergabung dengan Adzkia, wajib ikut ta'aruf."

Dengan jawaban dari Bu Wulan, saya tambah terpesona dengan TK Adzkia, dong. 😍 Saya pun akhirnya memutuskan untuk ikut ta'aruf. Alhamdulillaah...

Akhirnya...Ta'aruf dan Menjadi Tahu Kegiatan Anak-anak di TK Adzkia Nantinya.

Pada bulan Januari 2020, saya mengikuti ta'aruf dengan TK Adzkia. Pihak sekolah menyarankan kedua orang tua untuk ikut dalam proses ta'aruf. Namun karena suami tidak bisa izin kerja, saya menghadiri ta'aruf bersama si kecil. 

Pada acara tersebut, orang tua diajak untuk masuk dalam kehidupan sehari-hari si kecil di TK Adzkia, mulai dari awal masuk sekolah, sampai pada akhirnya anak-anak kembali kepada orang tuanya.

Kami diajak bermain oleh para guru yang saat itu ada di tempat, diberi ice breaking, bermain peran, kemudian diajak untuk mengasah otak kanan dan kiri dengan cara bermain balok. Sungguh ini menjadi pengalaman yang seru dan asyik buat para emak-emak, khususnya. Kami jadi sedikit tahu dan ada gambaran ketika nanti anak sekolah di TK Adzkia.

teman baru TK Adzkia

Ada kebahagiaan tersendiri ketika melihat guru-guru di TK Adzkia menjemput anak-anak yang sedang menggelendot orang tuanya. Guru dengan siap dan sigap mendekati anak-anak dan mengajak mereka bermain. Cara melakukan pendekatan pun tidak biasa, yaitu salah satunya dengan cara bertanya. Misalnya, "Yasmin di rumah punya bola duduk, enggak? Kita coba mainkan bola duduk itu, yuk! Asyik, lho."

Dengan metode pendekatan seperti ini, tentu ada rasa penasaran dan ketertarikan anak pada mainan. Misal pun di rumah sudah punya mainan tersebut, komunikasi masih terus berlanjut. Ajakan dengan cara menggandeng tangan pun mereka lakukan. Tentu cara ini menambah rasa percaya diri pada anak-anak. Terasa lebih akrab, gitu.

Jodoh Itu, yhaaa....

Pembelajaran direncanakan pada bulan Februari Tahun 2020. Saat itu saya sedang hamil anak kedua dan perkiraan lahirnya tiga bulan lagi. Mulai dari sini saya galau. Memikirkan ketika nanti saya cuti melahirkan, Jasmine akan diantar jemput oleh siapa. Ayahnya? Enggak mesti bisa. Kakungnya? Sudah menyatakan tidak sanggup. Omnya? Ini tambah enggak sanggup. Tukang ojek? Ibuk belum yakin. 😆

Pada akhirnya, saya memutuskan untuk mundur sebelum bertanding alias menyimpan dalam-dalam keinginan untuk menyekolahkan Jasmine di TK Adzkia. Keputusan ini juga didukung dengan adanya aturan dari pemerintah yang meniadakan sementara pembelajaran tatap muka di sekolah dan memberlakukan sistem PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) atau BDR (Belajar Dari Rumah).

Jodoh itu, ya, gampang-gampang susah atau susah-susah gampang, sih? 🤭
 

Makasih Buat Tim Solid TK Adzkia, Banjarnegara.

Batal melanjutkan sekolah ke TK Adzkia, kami memilih TK Negeri Pembina Madukara sebagai tempat belajar formal untuk Jasmine.

Kami memilih TK ini juga bukan tanpa sebab. Karena saya bakal repot dengan bayi, saya memilih sekolah yang lokasinya lebih dekat dengan rumah, tidak sampai 5 menit dengan mengendarai sepeda motor. Nah, kalau seperti ini, Kakungnya sudah pasti mau antar jemput. Pun dengan Omnya. 🤭 Kebetulan ada anak dari saudara saya seusia Jasmine, juga sekolah di TK tersebut. Alhamdulillaah ada temannya. Bisa sekalian jalan, kan. 😆

Meskipun kini Jasmine sudah belajar di TK negeri Pembina Madukara, namun momen ta'aruf dengan TK Adzkia Banjarnegara akan terkenang, menjadi kenangan yang tidak akan pernah terlupakan. Saya dapat teman baru di sana, dapat banyak pengetahuan baru, dan mendapatkan pengalaman baru yang luar biasa sebagai calon wali murid.

TK ADZKIA BANJARNEGARA

Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Bu Wulan yang ternyata beliau di sana sangat berperan penting. Saya kira Bu Wulan ini kepala sekolahnya tapi ternyata bukan, lebih dari kepala sekolah.

Kemudian ada Bu Jessy dan teman-teman guru lainnya di TK Adzkia yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu. Terima kasih atas kehangatannya. Saya masih merapal doa, semoga diberi kesempatan di lain waktu berjodoh dengan TK Adzkia. Siapa tahu saat Yasmin SD nanti saya sudah lebih siap dari segala sisi. Aamiin~~~

Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar

 Menjaga mood untuk tetap semangat (Belajar Dari Rumah) adalah tantangan bagi para orang tua. Bagaimana supaya suasana BDR tetap menyenangkan? Bagaimana agar anak betah belajar dari rumah?

"Ibuuk, aku capeeek!" 

"Ibuuk, aku ngantuk!"

"Ibuuk, udah dulu lah belajarnya,"

"Ibuuukkkk, aku bosen. Masa mewarnai terus!"

 

advan tab belajar

Uluuh...uluuhh...! Dikira anak-anak dowang yang capek dengan kegiatan BDR. Bu guru jadi-jadian ini juga capek kalik. Apalagi kalau kalian sudah mulai mengeluh. Dududuh...jelmaan dari Ibu guru beneran harus makan es krim dulu supaya kalian tetap aman dalam genggaman. Hahaha.

Saya kerap mendengar cerita dari para orang tua, khususnya Ibu, yang tiap hari mendampingi anak-anaknya belajar dari rumah. Saya paling tertarik jika ada orang tua yang berbagi cerita perihal kegiatan BDR. Terlebih bagi mereka yang latar belakangnya adalah Ibu Rumah Tangga di mana kesehariannya jarang mendampingi anak-anak belajar. Seru banget dan pasti bikin geregetan ketika sudah mulai masuk pada babak "ketika kesabaran mulai diuji". Hihihi.

Kira-kira, apakah saya berkomentar?

Ugh! Mohon maaf, latar belakang saya juga Ibu Rumah Tangga yang kesehariannya lebih banyak bekerja di kantor ketimbang di rumah. Jadi, saya lebih memilih untuk menyemangati mereka yang terus berjuang untuk mendampingi anak-anaknya BDR ketimbang melayangkan komentar karena sejatinya nasib saya sama dengan mereka. Sama-sama harus lebih sabar ketika mendampingi anak BDR dan sama-sama berusaha untuk menciptakan suasana menyenangkan saat BDR.

Baca dulu COVID-19 dan Belajar Dari Rumah.

Kegiatan Belajar Dari Rumah menjadi sejarah baru dalam dunia pendidikan, khususnya di Indonesia. Ya, sejak masa pandemi COVID-19, sebagian besar sekolah di Indonesia meniadakan kegiatan belajar mengajar (KBM) tatap muka di sekolah. Kebijakan tersebut diterapkan sebagai upaya pencegahan penyebaran virus Corona.

Sebenarnya Kegiatan BDR Itu Menyenangkan Atau Tidak, sih?

Dari kacamata orang tua, tidak sedikit dari mereka yang menganggap bahwa BDR, tuh, kegiatan belajar yang tidak menyenangkan karena kadang merasa repot dengan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Terlebih bagi mereka yang merasa tidak punya bekal untuk belajar bersama, seperti beban ketika harus mendampingi anak belajar. Belum lagi Ibuk-ibuk yang punya aktivitas lain selain menjadi Ibu Rumah Tangga, mereka harus pandai membagi waktunya. Tapi, masih ada juga Ibuk-ibuk yang senang dan sangat menikmati kegiatan BDR karena merasa lebih tenang, terus berdampingan dengan anak-anaknya.

Advan Tab Belajar

Saya sendiri sangat santai dan menikmati ketika mendampingi anak BDR. Mungkin karena Kecemut masih TK, jadi tugas-tugasnya tidak begitu berat. Tidak seperti tugas anak-anak sekolah tingkat dasar (SD) atau sekolah tingkat lanjut (SMP dan SMA) yang mana kadang orang tua betul-betul mengeluarkan energi, pikiran, untuk dapat mendampingi anak-anak mengerjakan tugas dari guru.

Belajar Dari Rumah Makin Semangat

Kegiatan BDR bagi kami adalah kegiatan menyenangkan. Apalagi jika waktunya kami harus eksplor keluar rumah seperti beberapa waktu lalu ketika Kecemut mendapat tugas untuk membuat rumah dari kerikil. Sungguh menyenangkan ketika saya bisa mendampinginya mencari kerikil ditambah melihatnya sangat antusias mencari kerikil yang kemudian diterapkan untuk membuat rumah.

Yuk baca Cara Membuat Balon Udara dari Cup.

Menciptakan Suasana Happy Saat BDR.

Sebagai orang tua, ada baiknya paham dan peka dengan apa yang sekiranya dapat membuat anak-anak senang. Mulai dari hal yang sederhana, membuatkan minuman kesukaannya sebelum mulai belajar, misalnya. Yups, meski mereka sudah bisa mengambil atau membuat minuman sendiri, tapi akan berbeda jika orang tua yang membuatkannya sebelum mereka memulai belajar. Ada rasa yang tidak biasa.

belajar dari rumah

Suasana happy atau menyenangkan juga bisa didapat dari kebersihan tempat belajar. Sebagai orang tua, tidak ada salahnya memastikan tempat belajar anak-anak sudah bersih atau belum. Sudah rapih atau belum. Anak-anak bisa diminta untuk melihat ruangan yang akan digunakan untuk belajar. Apakah sudah cukup membuatnya nyaman? Apakah ada yang harus dirapihkan? Komunikasikan dengan anak.

Jangan lupa untuk terus memberi semangat kepada anak supaya mereka tidak merasa sendiri. Support dari orang tua adalah salah satu bentuk perhatian paling hakiki. 

Baca lagi tentang Belajar Menari.

Supaya Anak Tetap Betah dan Semangat BDR.

Proses BDR dapat dilakukan dengan dua metode; pertama yaitu pembelajaran jarak jauh secara offline melalui televisi, radio, modul belajar mandiri dan lembar kerja, bahan ajar cetak, alat peraga dan media belajar dari benda di lingkungan sekitar. Kedua adalah pembelajaran secara online menggunakan gadget atau komputer melalui portal atau aplikasi pembelajaran online. 

Selain suasana menyenangkan, ada baiknya orang tua mencari cara supaya anak tetap betah BDR. Ketika anak sedang pembelajaran jarak jauh melalui modul belajar mandiri, orang tua bisa mendampingi dan bila bila perlu ajak mereka berdiskusi jika memungkinkan. Baik itu diskusi sebagai proses mencari jawaban atau memecahkan masalah.

belajar dari rumah

Berbeda dengan pembelajaran jarak jauh, pembelajaran secara online lebih cenderung membutuhkan prasarana untuk belajar secara online. Yups, dalam pelaksanaan BDR secara online, dibutuhkan beberapa prasarana utama, di antaranya jaringan internet dan gadget atau komputer. Prasarana tersebut harus terpenuhi agar anak-anak dapat mengikuti pembelajaran online secara efektif.

Keberadaan gadget yang dapat mengakses berbagai aplikasi pembelajaran online akan sangat membantu anak proses belajar dari rumah. Makanya, jika orang tua telah mempersiapkan prasarana yang mumpuni, maka anak akan betah untuk BDR. Tidak banyak alasan, gitu.

Prasana berupa gadget yang mendukung anak-anak menempuh pembelajaran online ada baiknya disesuaikan dengan kebutuhan. Advan Tab Belajar, misalnya. Tablet pintar keluaran terbaru dari Advan telah dilengkapi dengan aplikasi pembelajaran online Kelas Pintar.

Saat peluncuran tablet tersebut, CEO ADVAN, Chandra Tansri menjelaskan bahwa Advan Tab Belajar merupakan tab edukatif yang memungkinkan pelajar untuk belajar secara online secara intens dan efektif berkat spesifikasinya yang lengkap sesuai dengan kebutuhan pada masa pandemi COVID-19 seperti saat ini. Advan Tab Belajar menjadi upaya dari Advan memberikan solusi belajar jarak jauh dengan nyaman.

Advan Tab Belajar

Advan Tab Belajar hadir dengan layar 8 inci resolusi HD. Urusan performa dipercayakan pada CPU Octa-Core didukung RAM 3 GB dan ROM 16 GB. Terdapat kamera tunggal di depan dan belakang, dengan resolusi 5 MP dilengkapi dengan mode pemotretan malam. Dalam hal konektivitas, perangkat mendukung koneksi jaringan 5G, dan tersedia teknologi Wi-Fi generasi terbaru, serta Bluetooth 4.2. Dilengkapi baterai berkapasitas 4.300mAH, Advan Tab Belajar dapat dioperasikan dalam waktu lama untuk mendukung aktivitas pembelajaran anak. 

Fernando Uffie, Founder dan CEO Kelas Pintar juga mengatakan bahwa untuk tetap dapat melanjutkan pendidikan generasi penerus bangsa Indonesia, terutama di masa Pandemi seperti sekarang ini, Kelas Pintar berusaha untuk menjalin kerjasama dengan berbagai institusi yang memiliki kesamaan visi dan misi dalam dunia pendidikan, salah satunya dengan Advan. Konsumen mendapatkan benefit eksklusif berupa layanan pembelajaran senilai Rp 825 ribuan. 

Benefit yang diberikan, di antaranya layanan Kelas Pintar Regular, yakni solusi belajar online dengan metode pintar, personal, dan terintegrasi. Di dalamnya tersedia ribuan materi belajar, latihan soal dan ujian untuk jenjang SD, SMP, SMA. Tersedia juga modul latihan soal online diberikan lengkap dan sesuai dengan kurikulum terbaru yang dapat diakses gratis selama satu bulan. Materi yang diberikan terdiri dari latihan soal ulangan harian, latihan soal ujian semester, latihan soal ujian nasional, kuis, dan tryout. 

Advan Tab Belajar dirilis dengan harga spesial Rp 1.499.000, ditambah voucher cashback Rp 100.000. Dengan begitu pembeli cukup membayar Rp. 1.399.000, khusus 100 orang pembeli pertama, dan akan mendapatkan bonus kuota paket data 360 GB dari Smartfren. Produk bisa didapatkan secara ekslusif hanya di Tokopedia untuk order Advan Tab Belajar sekarang juga.

Advan Tab Belajar

Saya ikut senang jika ada yang peduli dan menciptakan inovasi untuk pendidikan Indonesia. Terlebih pada masa pandemi seperti sekarang ini. Pendidikan harus terus berjalan. Banyak yang menerapkan pembelajaran online. Orang tua pun mau tidak mau membelikan gadget dan kuota internet untuk kebutuhan anak belajar. Advan Tab Belajar dengan harga terjangkau, rasa-rasanya menjadi solusi bagi mereka yang membutuhkan gadget sebagai alat bantu belajar dari rumah.

Belajar Dari Rumah Makin Semangat dengan Advan Tab Belajar, bukan?

Sebelum close tab, ada Little Pony and Grandma.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Kamis, 18 Juni 2020, merupakan hari terakhir Syaquita mendatangi sekolahnya yaitu PAUD Shamila. Sekolah yang kurang lebih setahun ini menjadi tempatnya bermain, belajar, dan bertumbuh bersama teman-temannya. Rasanya belum lama saya membelikan perlengkapan sekolah, ehh...tahu-tahu sudah pembagian rapor. Sungguh waktu berjalan begitu cepat ya, Ibuuk Bapaak. 🙈


PAUD SHAMILA DESA PEKAUMAN

Sebelum acara pembagian rapor, sebenarnya ada kegiatan perpisahan kelas. Tapi karena keadaan tidak memungkinkan, segala hal yang telah didiskusikan sebelumnya akhirnya kandas sudah. Perpisahan dibatalkan dan gagal nonton Kecemut menari di atas panggung, nih. 🙈

Pembagian rapor pada masa pandemi ini tetap dilaksanakan dengan mematuhi protokol kesehatan covid-19. Melalui WhatsApp group, Bu Guru menghimbau kepada seluruh wali murid dan anak-anak untuk mengenakan masker, cuci tangan sebelum masuk kelas, dan duduk dengan jarak. Sebelum berangkat ke sekolah, saya pun menyiapkan masker. Perasaan masker sudah langsung kami pakai, eh kok sesampainya di depan sekolah, ternyata kami tidak menggunakan masker. Yasudah, putar balik ambil masker. Namanya mamah muda, ya, kadang suka rempong banget sebelum bepergian. 😂

Baca dulu tentang Pentingnya Sekolah PAUD

Saya merasa bahagia dan beruntung karena bisa mengambil rapor Syaquita, tidak mewakilkan kepada Suami atau Mbah Uti. Yups...bahagia karena melihat Syaquita semangat banget buat ambil rapor. Merasa beruntung karena masih dalam masa cuti melahirkan jadi rasanya lebih tenang tanpa gangguan bunyi henpon yang kadang ramai karena tagihan pekerjaan. 🙈

Pembagian rapor di PAUD Shamila terbagi menjadi dua kelompok berdasarkan kelas yaitu Kelas A (kecil) dan kelas B (besar). Sebelum rapor dibagi, kepala sekolah dan wali kelas berbagi cerita susah senang ketika mendampingi anak-anak belajar. Tak lupa permintaan maaf juga disampaikan oleh mereka. Kami pun perwakilan dari wali murid turut menyampaikan kata maaf karena pasti anak-anak kami sering bertingkah dan mungkin sering bikin jengkel Bu Guru, yaaa. Hahaha.

Usai sharing, pembagian rapor pun dimulai. Satu per satu wali murid dipanggil oleh wali kelas masing-masing. Karena saya telat berangkat, dapat panggilannya pun hampir terakhir padahal sudah diwanti-wanti untuk tidak lama karena ada Wildan. 😉 Tapi, kan, budayakan hidup antre, yaaa.


Saatnya dipanggil oleh Bu Alivia, wali kelas Syaquita.


Ketika orang tua dipanggil untuk mengambil hasil belajar anak, anak turut ke depan dan duduk di sebelah Ibunya untuk bersama-sama mendengarkan wali kelas menyampaikan hasil belajar selama satu semester. Semester dua, rasanya sayaang bangettt karena pembelajaran banyak dilakukan di rumah, SFH (School From Home) sesuai himbauan pemerintah untuk meminimalkan penyebaran virus covid-19.


Hasilanya?


Wali kelas pun hanya menyampaikan hasil pembelajaran selama tiga bulan saja yaitu Januari-Maret karena selama tiga bulan masa pandemi yaitu April-Juni anak-anak belajar secara online dan mengerjakan tugas yang didokumentasikan (foto dan video) dikirim secara online.

Ahamdulillaah...hasil belajar Syaquita bisa dikatakan lumayan baik. Ada enam informasi perkembangan yang disampaikan oleh Bu Alivia. Saya akan menuliskan di sini sebagai catatan dan momen untuk Syaquita. Yups, hasil belajarnya saat PAUD bisa dia baca kembali saat dewasa nanti. 🙊


PAUD SHAMILA DESA PEKAUMAN

Baca lagi tentang Covid-19 dan Libur Belajar di Sekolah.

1. Nilai Agama dan Moral.

Catatan Guru. Syaquita mulai bisa mengenal kegiatan beribadah sehari-hari seperti; doa akan dan sesudah belajar, doa akan dan sesudah makan, doa akan dan bangun tidur, dan hafalan hadist. Dia juga mulai terbiasa berperilaku santun dan sopan kepada pendidik dan teman-teman. Berbagi ketika teman sedang membutuhkan.

Catatan orang tua. Pengamalan kegiatan beribadah sehari-hari alhamdulillah sudah diterapkan tiap hari ketika di rumah. Hanya saja kalau diminta untuk sholat, dia punya banyak alasan yang pada akhirnya kami biarkan dia tidak sholat. Seringnya begitu, tapi kadang-kadang ikut kami sholat berjamaah. 


Tentang berperilaku sopan, satu perilaku yang paling sering kami sorot yaitu bersalaman. Memasuki usia empat tahun, tidak tahu kenapa dia membatasi diri untuk bersalaman dengan laki-laki baik dengan tamu ketika di rumah maupun dengan orang yang dia jumpai di mana saja. Dia kerap menolak untuk bersalaman dengan laki-laki baik anak-anak maupun dewasa. Sebagai orang tua, kami berusaha untuk terus mengedukasi untuk bersalaman dengan siapa saja karena sebagai salah satu bentuk implementasi sopan dan menghargai.

2. Motorik.

Catatan Guru. Syaquita sudah memiliki perilaku hidup sehat dan bersih. Sudah bisa menebalkan, menggunting, dan mewarnai. Cukup aktif dalam gerak lagu sesuai irama, hanya saja kadang kurang ada kemauan dalam kegiatan tersebut.

Catatan orang tua. Perilaku hidup sehat dan bersih yang paling sering bikin kami harus lebih sabar yaitu perkara mandi pagi. Kadang harus teriak-teriak dulu. 🤣 Apalagi kalau pagi-pagi sudah main sama teman-temannya atau mainan gadget, ugh...harus punya trik khusus untuk ini. 🙊 Perihal mewarnai, dia belum begitu telaten dan saya melihat dia tidak begitu suka mewarnai. Berbeda jika harus menggunting dan menebalkan, dia semangat banget. Sementara untuk gerak lagu, kami kadang masih tidak percaya kalau Syaquita ternyata suka menari. 🙈 Nanti kalau ada kesempatan, rencananya kami ingin mengikutkan dia les menari.


Baca ulang tentang Membuat Balon Udara dari CUP.


3. Kognitif.

Catatan Guru. Syaquita sudah mengenal nama-nama benda, warna, bentuk, ukuran, huruf dan angka. Dia juga sudah mengenal lingkungan sosial keluarga, tempat ibadah dan transportasi.

Catatan Orang tua. Eheem...kognitif ini lumayan beraat. Karena sampai sekarang pada kenyataannya Syaquita masih suka tertukar penyebutan warna dan masih belajar banget menulis huruf dan angka. 🙊 Kemudian hal lain yang kami soroti yaitu pengenalan transportasi. Bu Alivia saat itu menyampaikan, bahwa Syaquita suka bercerita tentang transportasi. Naik bus ke rumah mbah uti yang di Wonosobo, jalan-jalan sama Ibuk menggunakan mobil, kereta api dll dll. Di sini saya sebagai Ibuknya yang sering mengenalkan dia pada transportasi, ada rasa senang-senang gimanaaaa, gituuu. Berarti ada manfaatnya juga mengajak anak jalan-jalan, ya. 😉


4. Bahasa.

Catatan Guru. Syaquita sudah bisa menjawab tepat ketika ditanya. Merespon dengan tepat saat mendengar cerita. Bercerita tentang apa yang dilakukannya.

Catatan orang tua. Untuk menjadi komunikatif, Syaquita butuh adaptasi bangett. Dia bukan tipe anak yang sekali melihat orang, langsung akrab. Ada jeda barang berapa jam, gitu. Barulah dia percaya diri untuk ngobrol.


5. Sosial Emosi.

Catatan Guru. Syaquita mulai memiliki perilaku yang mencerminkan kemandirian, sikap peduli, mau membantu, sikap kerjasama, dan sikap sabar.

Catatan Orang tua. Gimana, sih, rasanya jika anak menawarkan bantuan ketika kita sedang di dapur, atau di mana saja saat emang kita butuh bantuan? Bahagia pasti. Kami juga! Kami akui, sosial emosi Syaquita ini bisa dibilang luar biasa. Sungguh, kami memuji anak sendiri. Tapi bukan berarti membanggakan atau sejenisnya karena kami merasakan emosionalnya dapat terkontrol dengan baik.


6. Seni.

Catatan Guru. Syaquita mulai bisa menghargai keindahan diri sendiri. Menjaga kerapian diri. Mengenal berbagai hasil karya dan aktivitas seni gambar.

Catatan Orang tua. Testimoni kami setelah Syaquita mulai sekolah, dia lebih sering bercermin. 🤣🤣🤣 Rambutnya berantakan dikit, dirapihkan dengan cara membasahi dengan sedikit air. Begitu juga dengan cara berpakaian. Dia sudah bisa menilai kaluarganya ketika mengenakan baju atau assesoris. Sementara untuk seni gambar, kami melihat dia belum begitu tertarik untuk menggambar. Masih suka bosan dan lebih memilih untuk menebalkan huruf.


Baca catatan tentang Belajar Menari Sejak Dini.


Uluh uluuhh...menjadi panjaaaaang syekali tulisan ini, yaa. Hahaha  Tidak apa karena memang untuk catatan kami sebagai orang tua. Catatan ini sengaja kami tulis siapa tahu butuh untuk evaluasi, gitu.



PAUD SHAMILA DESA PEKAUMAN

Terima kasih kepada seluruh tenaga pendidik atas kasih sayang dan perhatian yang  telah diberikan. Terima kasih sudah diberi piala, vitamin dan juga masker. Terima kasih juga kepada teman-teman yang sudah tumbuh bersama di PAUD Shamila. 

Nah, karena ini hari terakhir Syaquita ke sekolah, selanjutnya akan melanjutkan ke TK, kami pun minta maaf kepada seluruh tenaga pendidik, wali murid, dan teman-teman atas segala khilaf. Semoga PAUD Shamila terus maju dan semakin banyak muridnya. Kami akan selalu mengingat kalian.

Baca lagi Awal-awal Kecemut Masuk PAUD!


Salam sayang dari kami. 


❤ CERIS Family. ❤
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Halo, apakabar Bunda dan keluarga? Semoga semua anggota keluarga dalam keadaan sehat wal afiat, ya. Kami di sini terus berusaha menjaga kesehatan. Apalagi setelah dikejutkan dengan pemberitaan tentang Covid-19 yang mana keberadaanya telah menyebar ke belahan dunia. Harus banget menjaga kondisi dan kesehatan tubuh. 😊



Bergerak bersama, melakukan aksi bersama-sama dalam mencegah penyebaran virus Covid telah dilakukan oleh beberapa negara termasuk Indonesia, salah satunya yaitu dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan.

Ya, pemerintah Indonesia telah mengambil beberapa kebijakan dalam rangka penanganan penyebaran virus tersebut. Kebijakan dalam bidang pendidikan, misalnya. Pemerintah melalui para menteri mengeluarkan Surat Edaran meliburkan peserta didik untuk belajar di rumah, dan menghimbau kepada mereka untuk tidak keluar rumah.

Sungguh tugas ini tidak mudah bagi kami, Bapak Menteri, Bapak dan Ibu Guru. Khususnya saya yang setiap harinya harus bekerja meski sudah ada kebijakan dari pimpinan untuk Work From Home (WFH). Butuh penyesuaian, butuh kreatifitas, dan harus bisa membagi waktu khususnya pada jam sekolah.

Menurut saya, libur sekolah karena adanya covid ini bisa dibilang ada pelimpahan tanggung jawab. Pagi sampai siang hari atau bahkan sore hari, anak-anak yang biasanya belajar bersama gurunya, sekarang harus belajar di rumah bersama orang tua. 🙊Ini khusus buat orang tua yang tidak menerapkan home schooling bagi anak-anaknya lho, ya. Meski tanggung jawab mendidik anak memang ada pada orang tua, tapi setidaknya dengan mereka sekolah atau mengaji, guru juga mempunyai tanggung jawab.

Kabar bahagianya, nih!

Guru telah membuatkan jadwal kegiatan di rumah selama masa libur sekolah. Modul dan buku pelajaran yang biasanya digunakan sebagai bahan ajar anak-anak pun dibawakan pulang untuk belajar di rumah. Artinya, para orang tua sudah tidak terlalu dipusingkan dengan kegiatan anak ketika di rumah. Tidak bingung lagi anak akan belajar apa karena sudah ada panduannya. 

Meski demikian, pada praktiknya ketika di rumah, anak-anak kerap membuat para orang tua PUSIAANG. 😂😂 Ada banyak alasan ketika akan mulai mengerjakan tugas. Tidak semulus wajahnya Dian Sastro. Pasti ada ribet-ribetnya atau ada sedikit drama. Saya pun yakin mereka lebih mudah diatur ketika belajar bersama gurunya. Yaaa...secara kalau ada kata libur sekolah, tuh, anak-anak bawaannya mau main aja keluar rumah bareng teman-temannya. Padahal, dalam surat edaran suudah dijelaskan bahwa, anak-anak diminta untuk mengurangi aktivitas di luar rumah.

Tapi, namanya juga anak-anak. Hahaha.

Ini sungguh tantangan dan PR buat para orang tua yang anaknya masih sekolah di PAUD, TK, dan SD. 😉 

Kenapa saya bilang tantangan?

Ini tentang tanggung jawab, Bunda. Kita sebagai orang tua sudah berusaha memberi pengertian kepada anak-anak perihal pandemi Covid. Bahkan merasa sudah maksimal. Namun apa daya anak malas atau lebih parahnya tidak mau belajar. Biasanya ini juga berkaitan dengan mood si kecil. Sementara itu, orang tua harus melaporkan kegiatan anak-anak selama di rumah baik dalam bentuk foto maupun video. Komitmen dan kerjasama dalam hal ini sangat dibutuhkan. Saya pun tak pernah berhenti untuk terus melakukan sounding kepada Kecemut.

Ini bukan libur sekolah. Tapi, belajar di rumah.

Alhamdulillaah sejauh ini Kecemut lulus terus untuk kegiatan belajar di rumah. Saya harus sadar diri dan harus bisa menangkap peluang agar Kecemut dapat belajar dengan nyaman, tenang, dan bahagia. 

Tipnya!

Pemberlakuan tetap sama antara belajar di sekolah dan di rumah.


  1. Sama-sama harus mandi pagi terlebih dahulu sebelum mulai belajar agar tidak malas.
  2. Berpakaian sopan atau kalau perlu mengenakan seragam sekolah meski kegiatan belajar di rumah.
  3. Diberi tas yang berisi peralatan belajar.
  4. Tetap membawa bekal makanan lengkap. Biasanya saya membawakan susu atau yakult.

Semoga musibah ini lekas berlalu, ya. Semoga pemerintah dan masyarakat pun bisa terus bekerjasama memutus rantai penyebaran Covid. Jangan panik, jangan bepergian ke luar kota, jangan mudik, tetap jaga kesehatan. 😊

Salam sayang dari kami di Banjarnegara. ❤
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Alhamdulillaah...di hari kedua minggu ini, kami tertolong dengan kreativitas yang diciptakan  oleh guru-guru yang mengajar di PAUD Shamila, tempat Syaquita belajar dan bermain. Kenapa kami bilang tertolong? Karena sudah dua hari ini Syaquita kurang semangat untuk berangkat sekolah. 🙊


Hari ini, kelas ceria (sebutan untuk kelas kecil, kelasnya Syaquita), ada kegiatan membuat balon udara. Sore hari, Bu Alivia, guru kelas ceria, mengabarkan lewat WhatsApp group bahwa anak-anak kelas ceria diminta untuk membawa cup Pop Mie (ini bukan iklan). Saya penasaran, dong, kira-kira akan dibuat apa cup Pop Mie ini? Bertanyalah saya kepada Syaquita.

Dan jawabannya adalah balon udara!

Ya, katanya dia akan membuat balon udara menggunakan cup pop mie. Tanpa pikir panjang, saya pun memesankan Pop Mie di warung Bunda Olin. Alhamdulillaah ada stok, jadi tidak perlu beli jauh-jauh. 🙊 Belum terbayang hasil kreativitasnya seperti apa karena hanya diminta membawa cup pop mie saja.

Hari ini saya sengaja "mengawal" lebih ketat perjalanan sekolahnya untuk memastikan dia berangkat sekolah. Pukul 08.15 WIB, saya video call suami yang kebetulan dia berangkat kerja siang. Ternyata dia masih asyik gegoleran bersama Ayahnya di kasur depan tv, dong. Agak panik, nih. Sampai akhirnya pukul 08.30 WIB, saya kembali telpon suami dan alhamdulillaah sudah siap berangkat sekolah dengan senyuman yang menggembirakan.

Kira-kira pukul 10.15 WIB, Bu Alivia membagikan video di WAG yang berisi keseruan anak-anak sedang membuat balon udara. Video lucu ketika mereka berusaha meniup balon, gitu. Senang melihat anak-anak sangat antusias meniup balon dan berkreasi. Apalagi pas melihat balon yang sudah lumayan besar tapi tiba-tiba kembali kecil karena belum bisa menahan ujung lubangnya. 🤣

Balon udara ini saya lihat hanya bermodal balon, sedotan empat buah, isolasi buat perekat, dan cup, jadilah sebuah balon udara yang manis. ❤

Sebagai orang tua, kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga mood anak, khususnya di pagi hari, supaya semangat untuk melakukan apapun. Tapi namanya anak, ya, moodnya selalu berubah-ubah tiap jam, tiap menit, bahkan tiap detik. 😂 Nah, kalau sudah bad mood, orang tua bisa apa? 😝

Terima kasih atas ide-ide dan kegiatan serunya untuk anak-anak ya, Bu Guruuu. Sering-sering saja berkreasi. ❤
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Beberapa waktu lalu, sepulang sekolah Kecemut bercerita kalau dia baru saja menari di sekolahnya, PAUD Shamila. Dia nampak tertarik dengan kegiatan tersebut karena langsung mempraktikan gerakan tarinya di depan aku dan keluarga yang sedang bersantai.



"Ibuu...lihaaat, yaa! Ibuuuu...lihaat tangan aku!"

Penuh semangat, dia mulai menggerakan tangan dan pinggulnya. Aku terkesima dan kami pun tertawa karena gerakannya, tuh, semau gue banget dan masih kaku. Pokoknya jauh dari kata gemulai. Hahaha. Meski demikian, dia terus menari dengan percaya diri karena aku yakin dia merasa asyik. Dia pun tambah semangat karena Kakungnya mengeluarkan nada dari mulut bak suara kendang.

"Ayooo tangannya yang lemas, pantatnya digeooll asoi, yaaaa. Duut...tak...dut...gendang duutt...tak duut...ndaang duuttt"

Duuh...ini irama pengiring tari atau dangdutan, yaaa. Hahaha. Suara tiruan kendang makin keras dan menjadi, penari pun nampak kewalahan mengikuti iramanya. Semua kembali ketawa dan mempersilakan penari cilik untuk duduk.

"Duhh...Syaquita capek. Kakung sii..."

Tak lama duduk, segelas minum putih aku tawarkan kepada Kecemut yang masih ngos-ngosan seperti anak yang baru saja lari ratusan meter. 🙊 Dia pun langsung meneguknya dengan cepat.
***
Kegiatan menari dilakukan dua minggu sekali di sekolahnya tiap hari Jum'at. Minggu pertama diisi dengan kegiatan olahraga dan minggu kedua diisi dengan kegiatan menari.

Diusianya yang hampir empat tahun ini, aku memang belum mengenalkan kegiatan menari kepada Kecemut. Karena sekolah telah mengenalkannya dengan menari, aku pun melanjutkan memperkenalkan beberapa macam tarian dengan bantuan YouTube. Maklum, dari dulu sampai saat ini, aku tidak pernah tertarik untuk menari. Tapi kalau diajak nonton tarian tradisional, sih, dengan senang hati menontonnya. 🙈

Selain beberapa tarian tradisional, aku mengenalkan tari balet juga. Dan ternyata dia juga tertarik untuk menari balet. Beberapa gerakan tari balet yang dia tonton pun langsung dipraktikan. Aku terus menyemangatinya kalau dia sedang mulai menari entah tari tradisional dengan selendang mininya, atau tari balet dengan gerakan kaki yang bikin gemas syekali.

Dan pada akhirnya, Ibunya sekarang kerap diminta untuk mengikuti gerakan penari cilik itu. Geaaal...geoooll..hokyaaa...hokyaaa! 🙆‍♀️
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Juli lalu, pengasuh Syaquita yang sekaligus menjadi Asisten Rumah Tangga (ART) di rumah kami pamit karena harus intens mengurus keluarganya. Artinya, kami harus mengatur waktu lebih baik lagi supaya dapat menyelesaikan segala urusan rumah tangga, khususnya si kecil yang kini makin banyak aktivitasnya. 🤗



Kilas balik sebelum mendaftarkan Syaquita ke PAUD.
Saat sedang tidak ada ART, day care dan PAUD menjadi pelarian kami. Mungkin kami salah karena niat awal tidak sepenuhnya ingin menyekolahkan Syaquita. Kami ingin dia punya kegiatan yang lebih terarah selama kami bekerja tanpa merepotkan orang tua, khususnya Mbah Uti yang betul-betul sudah tidak boleh kecapean. 😊

Selama dua hari, saya survey day care di  sekitar kota Banjarnegara. Kami lebih memilih day care karena ternyata waktunya bisa fleksibel, khususnya saat penjemputan. Artinya, pagi hari sambil berangkat kerja, saya bisa mengantar Syaquita berangkat ke day care. Kemudian sorenya, saya jemput sembari pulang kerja. Setelah merasa mantap, saya pun berdiskusi dengan Ayah dan juga keluarga. Sayang sekali ternyata Mbahnya kurang sepakat dengan banyak pertimbangan yang menurut mereka belum pas. Baiklah, akhirnya saya dan suami mengikuti saran dari Mbahnya untuk sekolah di PAUD yang tidak jauh dari rumah. Tidak masalah.💃

"Daftarkan lagi ke PAUD, itung-itung sambil latihan bersosialisasi. Lagi pula di sana banyak bermainnya, pasti Syaquita bakal betah." Seperti itu kata Mbah Kakung karena beliau paham betul jika cucu perempuannya pemalu. Saya pun mencoba meyakinkan Ayah ketika hendak mendaftarkan Syaquita ke PAUD. Kenapa saya perlu meyakinkannya? Karena tahun lalu, saat usia Syaquita 2.5 tahun, saya ngeyel untuk mendaftarkannya ke PAUD dan hasilnya kurang memuaskan. Ya, Syaquita hanya bertahan 3 hari sekolah. 😂

Kali ini Syaquita sudah berusia 3.5 tahun. Dia sudah bisa kami ajak berdiskusi dan juga berpendapat. Antusias ketika kami menawarkan untuk kembali masuk PAUD pun sangat berbeda dengan tahun lalu. Saya melihat ketertarikannya untuk bersekolah. Sementara Ayah masih tidak yakin dengan antusiasnya. Bahkan Ayah sampai bisikin ke saya jika ketertarikannya hanyalah sementara. Hahaha. Bismillaah...kali ini kami telah mendaftarkan Syaquita sekolah PAUD dengan harapan dia dapat bertumbuh, berkembang, berpengalaman, dan berbahagia bersama teman-teman barunya. 💓

Ada rasa semangat!

Hari pertama sekolah, saya izin kepada atasan untuk berangkat siang karena akan mendampingi dia sekolah untuk pertama kalinya. Saya ingin tahu bagaimana rasanya ketika dia masuk lingkungan baru, ingin tahu ekspresi dia saat berjumpa dengan teman-teman barunya, dan juga guru-guru. Meski masih banyak malunya, ada kebahagiaan dalam wajahnya.

Tidak hanya itu, tiap kali waktunya sekolah, dia dengan semangat mempersiapkan segala kebutuhannya, mengenakan baju sendiri, memakai sepatu sendiri, dan masih banyak hal yang dia lakukan sendiri termasuk mengenakan jilbab. Sudah satu minggu lamanya, tapi kami masih ada was was dan takut semangat itu tidak akan bertahan lama. Rasa ini tersembunyi dengan baik, tidak kami tunjukan kepada Syaquita karena yang ada tiap pagi kami memberi semangat kepadanya. Alhamdulillaah...dia istiqomah. Dia sudah paham kalau pagi hari harus mandi gasik, sarapan, dan berangkat sekolah.

Penting banget sekolah PAUD.

Yaaaaps! Kami berpendapat demikian. Sekolah yang tadinya hanya sebagai tempat pelarian saat tidak punya ART, kini kami telah mengubahnya menjadi suatu kebutuhan karena kami telah memanen hasil dari sekolah di PAUD.

Baru dua bulan Syaquita bersekolah, tapi banyak hal yang membuat kami takjub akan perkembangannya. Pemahaman kami tentang sekolah PAUD yang banyak bermainnya, ternyata terpatahkan ketika malam hari dia  mencoba membaca doa dan surah-surah pendek. Pelan-pelan dia mengingat doa dan surah pendek yang telah dipelajarinya di sekolah. Samar-samar dalam melafalkan, dia mencoba mengingat doa meminta kecerdasan, atau ayat kursi. Kalimat awalnya seperti apa,  dan bagaimana melafalkannya dengan baik dan benar. Kami juga membantunya untuk mengingat dengan memberi clue-clue dengan harapan dia akan meneruskannya.

Meski kami di rumah ada sesi belajar bersama seperti menggambar, menyanyi, dan kegiatan lainnya, tapi tetap berbeda ketika dia sekolah. Yaaa...karena kami memberi arahan dan belajar secara hore-hore. Maklum kami tidak ada basic pengajar. Cari tahu bahan-bahan belajar pun tidak maksimal.  Sementara di PAUD, belajar sesuai kurikulum dan pasti ada acuannya. Maka dari itu, kami berpendapat bahwa masuk sekolah PAUD itu penting baik untuk melatih bersosialisasi, menambah keberanian, sampai merangsang pertumbuhan otaknya. 💓

Ehhhh...menurut kalian sekolah PAUD penting atau tidak, nih? Bebas berpendapat lho, ya. 😘
Share
Tweet
Pin
Share
10 komentar
Older Posts

Cari Di sini

Perkenalkan...

Hai...perkenalkan, saya Idah. Ibuk dari dua anak dan satu-satunya admin di blog ini.

Rutinitas saya saat ini sebagai Ibu Rumah Tangga sekaligus Ibu Pekerja Kantoran. Kami sekarang tinggal di Kota Dawet Ayu, Banjarnegara, Jawa Tengah.

Oiya, jika ingin komunikasi, bisa melalui akun instagram kami @cerisfamily atau kontak langsung melalui email cerisfamily@gmail.com. Terima kasih.

On Youtube

Fans Page

CERIS Family

Blog Archive

  • ▼  2025 (14)
    • ▼  Juni (2)
      • 6 Perbedaan Cat Waterproofing Asli dan Palsu, Patu...
      • Menjadi Mata di Setiap Sudut Rumah: Insto Dry Eyes...
    • ►  Mei (5)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2024 (39)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (5)
    • ►  Oktober (10)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2023 (28)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (5)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (4)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2022 (14)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2021 (12)
    • ►  September (2)
    • ►  Juni (3)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2020 (17)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2019 (42)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Mei (26)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2018 (37)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Mei (5)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (5)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2017 (61)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (4)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (8)
    • ►  Januari (2)
  • ►  2016 (62)
    • ►  Desember (7)
    • ►  November (4)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  September (5)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (7)
    • ►  Mei (8)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Januari (8)
  • ►  2015 (63)
    • ►  Desember (6)
    • ►  November (6)
    • ►  Oktober (9)
    • ►  September (6)
    • ►  Agustus (12)
    • ►  Juli (10)
    • ►  Juni (12)
    • ►  Mei (2)

Popular Posts

  • Biaya USG 4 Dimensi di RS Panti Nugroho
  • Tujuan Pemeriksaan HB dan HBsAG untuk Ibu Hamil
  • Tip Agar Jahitan Pasca Melahirkan Cepat Kering

recent posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Part Of Community


Blogger Perempuan
mamadaring
Seedbacklink

Follow Us!

Social Media

Facebook Twitter Instagram Youtube Blog Ibu

MageNet

0ccdff8bd3766e1e4fdd711a2ad08ee5151bd247

Created with by ThemeXpose