Visista Pratama Ashadi: Beternak Tidak Harus Ngarit
Visista Pratama Ashadi: Beternak Tidak Harus Ngarit - “Ngarit” merupakan aktivitas yang dulu harus dilakukan jika ingin memelihara ternak, seperti sapi atau kambing dan kerbau. Namun dengan ide kreatif dari Visista Pratama Ashadi, petani tidak lagi harus pergi ke ladang untuk mencukupi kebutuhan pakan bagi ternaknya. Lelaki lulusan Fakultas Peternakan Universitas Bengkulu ini mengembangkan jenis pakan tanpa ngarit.
Sosok satu ini menganggap “ngarit" merupakan pekerjaan yang sangat melelahkan, makan waktu, mengurangi kebersamaan antara peternak dengan keluarga hingga membuat tubuh cepat renta dan mudah sakit-sakitan, terutama jika kehujanan.
“Ngarit” merupakan aktivitas mencari rumput sebagai pakan ternak di ladang atau area persawahan. masyarakat. Peternak di kaki Gunung Penanggungan, Mojokerto mengalami kesulitan untuk “ngarit” guna mencukupi kebutuhan ternak, terutama pada saat kemarau yang berlangsung sekitar 5 bulan. Ini yang menjadi kendala sehingga ternaknya tidak bisa mendatangkan keuntungan.
![]() |
foto: www.freepik.com |
Beternak tidak Harus Ngarit.
Di tangan sosok muda penuh semangat tersebut, masalah “ngarit” justru menjadi cikal bakal munculnya ide yang dapat membantu para peternak. Bersama kelompok peternak, Visista melakukan uji coba dan memanfaatkan limbah sebagai sumber makanan bagi ternak yang awet. Bahan utama yang digunakan berupa katul yang merupakan limbah penggilingan padi.
Katul tersebut kemudian difermentasi bersama ampas tebu sebagai sumber serat. Tujuan yang ingin dicapai memberikan alternatif pakan ternak, terutama pada musim kemarau dan juga sebagai solusi pemanfaatan limbah pertanian yang akhirnya akan menambah penghasilan untuk peternak.
Sarjana Peternakan ini menilai banyak keuntungan dengan memanfaatkan limbah untuk kebutuhan peternak. Peternak bisa mengurangi beban pekerjaan dan bisa memanfaatkan waktunya untuk kepentingan lain. Selain itu, usaha peternakan yang dijalankan secara ekonomi lebih bisa terukur, peternak dapat mengetahui berapa biaya operasional dan dapat menghitung untung ruginya.
Inovasi ini harapannya juga bisa mendorong peternak dan pecinta hewan untuk lebih bisa menyediakan pakan berkualitas, mencoba hal baru dengan memanfaatkan bahan pakan yang ada di sekitar rumah, termasuk limbah yang sebelumnya tidak mempunyai nilai ekonomis.
Tantangan Terberat.
Bagi Visista, tantangan terberat dalam menginisiasi penggunaan pakan selain rumput adalah mengubah paradigma masyarakat. Bukan hanya di Desa Sumbersuko Kec. Gempol Kab. Pasuruan pada tahun 2017. Program yang sama yang dijalankan di Kabupaten Lahat juga menghadapi kendala sama, paradigma peternak yang menganggap pakan yang diawetkan atau silase cukup mahal.
Kegigihan Visista dan teman-temannya dalam menginisiasi pakan ternak selain rumput tidak serta merta bisa diterima oleh peternak dan pihak terkait dengan bidang peternak. Sedangkan tujuannya agar para peternak mudah menyediakan pakan bagi ternaknya.
Silase yang menurut Visista praktis dan hemat, terutama dari segi penyiapan pakan tidak bisa langsung diterima oleh peternak sebagai alternatif pakan yang awet, berkualitas dan praktis. Silase adalah pakan hijau yang sudah diproses dengan fermentasi, disimpan dalam kantong plastik kedap udara atau silo, drum sehingga kondisinya anaerob atau tanpa udara.
Dalam proses pembuatan silase melibatkan mikroba atau bakteri untuk membentuk asam susu yang berupa Lactis Acidi dan streptococcus yang hidup secara anaerob dengan derajat keasaman 4(pH 4).
![]() |
foto: sumeks.disway.id |
Ide yang dikreasikan oleh Visista dengan menciptakan sinambu dan sikatup awalnya mendapat banyak tantangan. Peternak tidak bisa menerima arahannya untuk menggunakan pakan ternak dari limbah tersebut. Namun berkat kegigihannya, Visista mampu meyakinkan dan membuktikan bahwa kedua bahan tersebut merupakan solusi tepat menghadapi masalah pakan ternak.
Silambu merupakan bahan pakan hasil fermentasi atau silase dari sampah ampas tebu. Sedangkan sikatup merupakan pakan ternak hasil fermentasi atau silase dari katul tumpi polar, limbah yang tidak asing bagi peternak.
Inovasi dengan Berbagai Keunggulan.
Sebagai orang yang terjun langsung dalam kelompok peternak, Visista tidak hanya paham dalam hal teori, tetapi juga praktek peternakan, termasuk pembuatan, penyimpanan dan pemberian pakan silase.
Dari hasil ujicoba yang diimplementasikan kepada petani tersebut, alumni Universitas Bengkulu ini bisa menciptakan pakan ternak berkualitas yang tahan lama, bahkan awet hingga 1 tahun. Proses pembuatannya pun praktis, nilai ekonomis tinggi namun dibuat dengan bahan yang sangat murah, bahkan untuk ampas tebu bisa diperoleh secara gratis.
Kini semakin banyak peternak yang merasakan inovasi yang dilakukan oleh Visista. Bukan hanya pekerjaan yang ringan karena tidak perlu “ngarit” setiap hari, tetapi juga bisa menyediakan pakan secara praktis dan mengandung bahan penting yang dibutuhkan ternak.
Visista bisa membuktikan bahwa dirinya mampu berkontribusi pada kehidupan masyarakat di sekitarnya dengan ide dan kreativitasnya. Apa yang dilakukan oleh Visista juga bisa dilakukan oleh siapa saja. Masih banyak hal yang perlu dilakukan oleh generasi muda untuk perubahan Masyarakat Indonesia menuju kehidupan yang lebih baik.
Berkat kontribusinya dalam bidang peternakan, Visista Pratama Ashadi mendapat penghargaan Satu Indonesia Astra Award. Penghargaan ini merupakan apresiasi dari Astra untuk Masyarakat yang mampu membawa perubahan. Jika Visista bisa, maka kamu juga pasti bisa. Kini giliran kamu untuk memberikan sumbangsih bagi Bangsa Indonesia.
0 komentar
Haai...mohon dimaafkan kalau aku terlambat atau malah ngga balas komentar kalian, ya.