Indah Ein Fajarwati Mengkaji Perkembangan Situasi Covid-19 di Papua Barat
Berbicara tentang Covid-19, hampir tiga tahun berlalu wabah Covid-19 menyerang di seluruh pelosok dunia. Ketika hal ini terjadi, banyak komunitas yang turun tangan dan turut serta dalam menangani kasus ini. Salah satunya adalah komunitas Sagu.id.
Komunitas ini digawangi oleh seorang dokter muda yang penuh energi yaitu Indah Ein Fajarwati Wainsaf. Siapakah dia dan apa yang telah ia lakukan bersama dengan komunitas Sagu.id? Pada artikel kali ini, saya akan berbagi cerita tentang perjuangan dokter muda dalam mengkaji perkembangan situasi Covid-19 di Papua Barat.
Kajian Ilmiah Situasi Covid-19 di Papua Barat dari Sagu.id.
Ketika virus korona terus menyebar, di Papua Barat sana, terdapat 7 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Papua yang menyusun kajian ilmiah. Kajian tersebut berisi tentang situasi penyebaran virus korona khususnya di Papua Barat.
Ada banyak hal yang masuk dalam pembahasan kajian ilmiah yang dipimpin oleh founder komunitas Sagu.id, Indah Ein Fajarwati Wainsaf.
Indah adalah seorang dokter muda yang lulus dengan nilai IPK 3, 69 dan mendapatkan predikat pujian. Ia bersama 7 orang mahasiswa lainnya menyusun kajian ini untuk mencari solusi terbaik dalam mengatasi penyebaran Covid-19.
Beberapa hal yang masuk dalam kajian mereka diantaranya adalah perkembangan situasi Covid-19, dan faktor pencetus penularan. Lalu faktor pendorong transmisi di Papua Barat serta hasil periksa konfirmasi Covid-19 yang lumayan lama.
Bukan hanya itu saja, kajian juga membahas mengenai rapid test yang pemerintah rekomendasikan serta simulasi perhitungan biaya jika Pemerintah membuat kebijakan 100% lockdown wilayah. Sebagai founder, Indah mengungkapkan bahwa tujuan utama kajian adalah untuk menilai seberapa siap fasilitas kesehatan yang ada di Papua Barat.
Ia juga mengatakan, dari kajian yang telah mereka lakukan, hasilnya ternyata sedikit mengkhawatirkan. Katanya, fasilitas kesehatan di Papua Barat belum siap dan belum cukup mampu menangani kasus Covid-19. Apalagi jika terlalu banyak kasus yang terjadi dalam waktu bersamaan dan tidak ada intervensi dari pemerintah maupun masyarakat.
![]() |
Komunitas sagu.id membantu pemerintah memberikan edukasi kepada masyarakat tentang COVID-19 di wilayah Sorong Raya, foto : Istimewa |
Bahkan, Indah dan komunitas sagu.id membuat skenario kasus dan kesiapan fasilitas kesehatan di Papua Barat. Mereka menggunakan metode CAR atau Clinical Attact Rate, yaitu estimasi kejadian yang diterapkan pada suatu situasi atau wabah. Di mana periode observasi lebih singkat dari patokannya pada kasus yang positif, Orang Dalam Pantauan (ODP) serta Pasien dalam Pengawasan (PDP).
Indah juga mengatakan, dalam metode tersebut, mereka membandingkan jumlah bed dan jumlah ventilator atau alat bantu napas yang ada di rumah sakit rujukan dengan jumlah pasien yang perlu perawatan.
Dalam kajian tersebut, dijelaskan pula contoh yang berkaitan dengan metode itu. Yakni, jumlah bed pada RS Rujuan di Papua Barat saat iin adalah 325 buah. Lalu jumlah ventilator hanya ada 27 buah. Apabila membandingkannya dengan perkiraan kasus serta perkiraan berapa yang butuh alat bantu nafas, maka jelas terlihat sangat kurang.
Kajian Berlanjut dalam Perhitungan Statistik.
Bersama teman-teman satu komunitasnya, Indah juga melakukan perhitungan statistik. Perempuan manis berotak cerdas ini menyebutkan menghitung berapa anggaran yang Papua Barat butuhkan untuk penanganan Covid-19.
Statistik tersebut memuat anggaran biaya untuk rapid test, biaya PCR, biaya pemeriksaan per satu pasien positif serta biaya apabila diberlakukan lockdown. Dari statistik tersebut satu yang menjadi tantangan bagi Pemerintah Papua Barat. Yaitu tidak adanya alat PCR, hanya ada satu dokter spesialis paru dan hanya ada 1 CT-scan di Sorong.
Indah pun mengatakan penyebaran Covid-19 terjadi sangat cepat di Papua Barat. Ini karena anjuran untuk menjaga jarak belum bisa berjalan dengan baik. Terutama pada pelaku bisnis di pasar dan juga buruh pekerja harian.
Belum lagi masih banyak anak muda yang suka nongkrong dan ini menjadi satu sebab cepatnya virus korona menyebar. Juga, penggunaan masker belum berjalan maksimal. Oleh karena itu, kata Indah, perlu adanya intervensi sedini mungkin guna mendukung kebijakan pembatasan transportasi yang telah dilakukan di Sorong.
Solusi Terbaik Harus Dilakukan untuk Pencegahan Penyebaran Cobid-19.
Apa yang harus dilakukan oleh pemerintah Papua Barat menurut Indah adalah memberlakukan pembatasan sosial berskala besar atau PSBB. Ini dilakukan untuk mencegah peningkatan jumlah kasus. Dengan demikian tidak akan terjadi situasi memburuk akibat fasilitas kesehatan yang masih terbatas.
Indah juga beragumentasi, pemerintah harus siapkan tempat isolasi yang layak khusus ODP dan Orang Tanpa Gejala (OTG). Gunanya untuk mencegah transmisi dan memastikan isolasi yang dilakukan. Juga menjamin kemanan fisik dan psikis para ODP dan OTG.
Selain itu, pemerintah juga sebaiknya melakukan rapid test massal kepada seluruh warga dengan pertimbangan biaya atau minimal pada kelompok yang berisiko. Seperti ODP, kontak potensial saat tracing, serta petugas kesehatan dengan hasil negatif yang dapat diulang dalam waktu 7-14 hari setelahnya. Rapid test ini bisa dilakukan dengan metode drive through.
![]() |
Peduli COVID-19, komunitas sagu.id membagikan masker secara gratis, foto : Istimewa |
Founder Sagu.id ini juga menambahkan bahwa kebijakan pemerintah harus dilaksanakan dengan aktif dan melibatkan setiap Rukun Tetangga (RT). Supaya bisa turut serta dalam mengawasi berjalannya kebijakan pencegahan virus korona di wilayahnya masing-masing. Mereka bisa membuat wilayah wajib masker, penyemprotan disinfektan secara mandiri atau melaporkan warga yang suspect.
Indah Ein Fajarwati Wainsaf adalah salah satu perempuan muda yang berdedikasi tinggi. Ia berani menyuarakan pendapatnya, pekerja keras, dan seorang pemimpin cerdas di komunitasnya. Semoga ke depannya akan muncul lagi generasi muda berprestasi seperti Indah yang berdedikasi dan bermanfaat untuk masyarakat dan bangsa Indonesia.
Sumber:
https://kumparan.com/balleonews/faskes-di-papua-barat-dinilai-belum-siap-dan-belum-mampu-tangani-kasus-covid-19-1tVC5VsJYUd/full
0 komentar
Haai...mohon dimaafkan kalau aku terlambat atau malah ngga balas komentar kalian, ya.