Waktu Utuh untuk Yasmin #1

by - Oktober 03, 2017

Dua jempol ini sedang asyik menyentuh abjad di handphone, membalas chat dan scroll beranda sosmed. Ini posisi sedang menyusui dan bisa se produktif itu. Grrr...Sekalinya mata ini melirik ke Yasmin, ternyata dia sedang menatapku. Handphone yang saat itu mulai panas pun langsung aku letakan. 📲 

Aku membalas tatapannya. Beberapa kali mata ini berkedip, namun dia masih menatapku. Betapa dag dig dug jantung ini melihat bening matanya dan tatapan polosnya.


Family time termasuk waktu utuh...

"Waaah...anak Ibu cantik banget, ya. Matanya bulat, bulu matanya juga lentik" 


Aku menyentuh pelan pelipis matanya sambil kuciumi mata kanannya. Dalam hati terdalam, sebenarnya aku menahan malu karena tatapannya maut dan seolah-olah minta ngobrol. 

Yasmin, enam bulan, tatapan matanya sukses membuatku introspeksi kala itu.

Tujuh hari dalam seminggu. Lima hari waktuku sudah terbagi untuk ibadah, keluarga, kantor, interaksi dengan orang lain, chatting, blogging, dan aktivitas lain baik di dunia nyata maupun dunia online. Selebihnya yaitu dua hari, aktivitasku masih random. Belum teguh pendirian memberi waktu utuh untuk Yasmin.

Sebenarnya aku punya keinginan, sisa waktu dua hari atau ketika hari libur kerja, aku ingin "mengabdi" kepada si kecil, mendampinginya sehari penuh. Tapi pada praktiknya, kadang ada aktivitas tambahan yang harus mengambil waktu yang tadinya telah aku persiapkan untuknya.

Sedih memang. Sisa waktu yang seharusnya menjadi milknya, kembali terbagi. Apalagi jika terbaginya untuk menghadiri undangan atau main bersama teman. Sesampainya di rumah, kadang dia sedang tidur atau bermain dengan teman-teman seusianya. Antara bahagia dan sedih. Ngga bisa mengantar dia bobok dan mendampinginya bermain.


Tiap sentuhan adalah perhatian...

Dua puluh bulan usia Yasmin sekarang. Dia lagi senang-senangnya mendapat perhatian dari orang tua. Lagi senang-senangnya mendapat pujian. Lagi senang-senangnya diberi hadiah tepuk tangan. Lahi senang-sedangnya didampingi kemanapun dia melangkah. Lagi senang-senangnya ditemani saat bermain.

Lima hari aku ngga bisa memberi perhatian penuh. Pun dengan sisa dua hari. Ini anak siapa? Anak Embah, kadang ada yang bilang seperti itu. Aku pasrah, rela, dan ngga bakal marah jika ada yang mengatakan demikian karena keseharian dia memang sama Mbahnya yang tak lain adalah kedua orang tuaku. Meski di rumah sudah ada rewang, tapi dia lebih sering nempel sama Mbahnya.

Kareba sering merasa gagal memberi waktu penuh untuknya, aku pun harus bisa menaklukan ego dan memberi waktu utuh durasinya tak banyak. Nah, berikut waktu utuh untuh untuk Yasmin yang ngga bisa dinego. 👪


Memberi ASI. 

Belajar dari pengalaman, saat memberi ASI, tanganku ngga bisa anteng. Yang pegang pipi Yasmin lah, pegang kepalanya, hidungnya, yang jelas ngga pegang handphone (lagi). Sambil menatap matanya, kadang aku mengajaknya ngobrol. Sekalipun dia udah kelihatan ngantuk, tetap ada komunikasi sebagai pengantar tidur walaupun dia cuma angguk atau geleng kepala sebagai alternatif berkomunikasi.

Saat sedang memberi ASI, aku mencoba fokus dan memberi waktu utuh untuknya sampai dia bobok. No gadget, no baca-baca, no ngobrol dengan orang lain.


Beraktivitas sendiri.

Ini hukumnya sudah mendekati wajib jika menjumpai Yasmin sedang main sendiri. Aku hanya mendampingi atau menjadi partnernya, sih. Karena di usianya yang sekarang, aku belum bisa membiarkan dia beraktivitas sendiri. Bermain, corat-coret di kertas, atau nonton lagu anak-anak, misalnya. Aku akan ada di sampingnya. Kecuali ada temannya, aku cukup mengontrolnya.

Saat Yasmin sedang beraktivitas sendiri, aku mencoba fokus dan memberikan waktu utuh untuknya sampai dia meminta untuk pindah aktivitas. No gadget, no baca-baca, no ngobrol dengan orang lain.


Makan dan mandi.

Waaah...kalau yang ini wajib banget dikawal dan ngga bakal aku sambi mengerjakan hal lain. Dia sudah bisa makan sendiri, namun masih harus didampingi penuh supaya semangat. Jangankan makan, ngemil saja aku temenin, kok. Pun dengan mandi. Sudah barang pasti ngga bisa disambi, apalagi dia belum bisa mandi sendiri. Bisanya baru mainan air. Kalau ngga dapat oerhatian oenuh, gawat banget lah, ya. 😊

Saat sedang makan dan mandi, aku mencoba fokus dan memberikan waktu utuh untuknya sampai dia merasa sudah cukup kenyang dan atau badannya bersih. No gadget, no baca-baca, no ngobrol dengan orang lain. 


Mendampingi saat jalan-jalan...


Plesiran.

Naaah, untuk aktivitas yang satu ini penting banget. Apalagi kalau sedang family time. Fokus main, makan, melayani si kecil dan si besar (baca: ayah). Perhatian ini betul-betul ngga bisa dibagi. Kecuali akan mengabadikan moment, baru lah rempong masing-masing untuk untuk narsis. 🤗

Saat sedang plesiran dan mengajak si kecil, aku mencoba fokus dan memberikan waktu utuh untuknya sampai dia merasa lelah dan akhirnya minta pulang. No gadget, no baca-baca, no ngobrol dengan orang lain.

Mungkin saat usia Yasmin dua tahun atau bahkan lebih, waktu utuh untuknya akan bergeser. Beda moment, beda aktivitas yang betul-betul membutuhkan pendampingan. Makanya, ini aku buat #1 karena mungkin nanti ada #2, #3, dan seterusnya. Ye kaaan, Buuuuk? 🤗

Dear Bu Ibu pekerja, waktu utuh untuk anak itu penting banget, ya. Rasanya, ngga pingin melewati moment kebersamaan dengan si kecil barang sedetik. Kalian pasti punya waktu utuh juga buat si kecil, kan? Kapan, tuh?

Penasaran sama pembagian waktunya Mama Intan. Itu lho, Si Bu Guru Kecl. Dia kan pekerja keras juga tuh, ya. Anak kami cuma selisih enam bulan saja. Kami sama-sama pekerja dari pagi sampai sore. Uwwh...

You May Also Like

8 komentar

  1. Aaah ibu idaman ini...semoga Yasmin selalu sehat, aktif dan makin pinter kayak ibunya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha...aamiiin, Mbak. Mbak Ika juga, Moga makin lincaah.

      Hapus
  2. Mama yang hebat bisa memaksimalkan waktu untuk keluarga, beraktualisasi dan berkerja 👍. Sehat terus Yasmin, tumbuh besar jadi anak yang baik dan hebat kebanggaan orang tua.

    BalasHapus
  3. Hai geng kecemut, aku rindu sama bulu matamu yang lentik.. Tapi mak idah beneran mak stronger banged.. Wkwk

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

Haai...mohon dimaafkan kalau aku terlambat atau malah ngga balas komentar kalian, ya.