Menuju Delapan Bulan

by - Desember 05, 2016

Aku dan Si Kecil. Kami punya moment yang tidak menyenangkan saat menuju delapan bulan Si Kecil. Menuju delapan bulan saat masih dalam kandungan, dan menuju delapan bulan ketika Si Kecil sudah mulai merangkak.

Menuju delapan bulan saat Si Kecil masih dalam kandungan.

Siang hari ada telepon masuk dari nomor yang tak kukenal. Aku mengabaikannya. Paling hanya orang iseng belaka. Kalaupun bukan, pasti telepon lagi, atau mengirim pesan. Aku betul-betul mengabaikannya.


Tak kusangka, telepon masuk dengan nomor baru itu adalah nomor Bapak. Sepertinya baru ganti nomor. Aku tahu itu nomor Bapak setelah kami bertemu di rumah. Sepulang kerja, Bapak memberi informasi bahwa tadi menelponlu, tapi tidak diangkat.

Bapak nampak sibuk berkemas. Banyak barang yang dimasukkan ke dalam tas. Aku kira, Bapak hendak ada acara, tapi ternyata tebakanku salah. Barang-barang yang sudah dikemas itu akan dibawa ke Puskesmas. Ibuku kecapean, tekanan darah tinggi, dan harus istirahat penuh.

Sore itu, sesampainya di Puskesmas, aku memeluk erat Ibu, memegang tangannya, kemudian bersimpuh di kakinya. Di ruang, hanya ada aku dan Ibuku saat itu. Betapa sedihnya melihat Ibu berbaring di atas tempat tidur single bed. 

"Pulang, istirahat. Kamu lagi hamil, jangan di sini." Pinta Ibu kala itu sambil mengelus-elus peurtku yang makin membesar. Aku hanya bisa mengangguk. Keluar ruang, dan air mata yang telah kubendung dengan susah payah, akhirnya mengalir juga.

Ini pertamakali Ibuku sakit dan rawat inap. Pertama dan untuk yang terakhir. Doaku sore itu. Tapi, Allah berkehendak lain. 

Menuju delapan bulan saat Si Kecil mulai belajar merangkak, Ibu kembali sakit.

"Ibu kecapean?" Tanyaku pagi itu saat menjumpai Ibu kembali tidur setelah shalat subuh.

"Ibu Sakit?" Aku bertanya lagi, dan dibalik selimutnya, Ibu sedang menangis.

Menuju delapan bulan, gerak Jasmine memang makin aktif. Mungkin, Ibu juga makin kewalahan. Selain itu, Ibu kerap lupa makan. Sekali lagi, lupa makan. Tidak napsu makan, katanya. Mungkin, ini menjadi salah satu faktor (juga) Ibu sakit.

Karena merasa masih (sok) sehat, Ibu hanya periksa di Bidan Desa. Namun, karena tekanan darah di atas normal, Bidan merujuknya ke Puskemas Madukara 1.

Menjadi hal tersulit bagiku saat Ibu terus meminta untuk rawat jalan. Tekanan darah Ibu akan mudah turun jika rawat jalan, istirahat di rumah, menurutnya. Apalagi ada Jasmine yang bisa menjadi obat. Menurutnya akan cepat sembuh.

Tapi aku tidak mengindahkan permintaan Ibu. Justru aku memilih ubtuk membawanya ke RSUD supaya perawatan lebih intensif. Selama enam hari lima malam, Ibu betul-betul istirahat di rumah sakit. Tiap aku menjenguknya, Ibu selalu menanyakan Jasmine. Ibu nampak kangen berat.

Anak bayi memang tidai boleh masuk Rumah Sakit karena dikhawatirkan tertular bakteri, virus. Tapi, aku tidak tega melihat Ibu yang betul-betul kangen dengan cucunya.

Suatu siang, saat libur kerja, aku mengajak Jasmine ke rumah sakit. Alhamdulillaah...Mbah dan Cucu bisa saling berpandangan, melempar senyum, meski hanya tiga menit. Cukup mengobati rasa kangen mereka.

Menuju delapan bulan, ada peristiwa yang tidak membahagiakan. Menuju delapan bulan, dengan berat hati, Ibu harus mencari pengasuh untukmu, Nak. Supaya Mbah Uti bisa istirshat dulu, ya. Ibu harus bisa ikhlas atas ini semua. Semoga kamu juga ikhlas ya, Nak.

You May Also Like

1 komentar

  1. Selamat hari IBU. . . ibu ku sayang loving you ibu ^_^ semoga SEHAt selalu

    Hub: 0822 8391 0000 - Kami Jasa Rental Mobil Padang, Sewa Mobil Padang, Bukittinggi, Indonesia, menyediakan berbagai jenis mobil sewaan.
    salam
    service ac surabaya
    Jasa Seo Surabaya
    Jasa Backlink

    BalasHapus

Haai...mohon dimaafkan kalau aku terlambat atau malah ngga balas komentar kalian, ya.